Anda di halaman 1dari 3

Tugas Hukum Keluarga Pertemuan 7

Nama : Dandi Irawan


NIM :1203020042
Kelas : Hukum Ekonomi Syariah / 3 A

Jawaban
1. bentuk-bentuk penerapan Hukum Perkawinan Islam (Fiqh Munakahat) dalam Hukum
Perkawinan di Indonesia adalah adanya rukun nikah, kewajiban mahar, dan adanya
penetapan wali. Selain itu ada beberapa prinsip yaitu :
a. Pertama, Prinsip kebebasan dalam memilih jodoh. Prinsip ini sebenarnya kritik
terhadap tradisi bangsa Arab yang menempatkan perempuan pada posisi yang
lemah, sehingga untuk dirinya sendiri saja ia tidak memiliki kebebasan untuk
menentukan apa yang terbaik pada dirinya.
b. Kedua, Prinsip mawaddah wa rahmah. Prinsip ini didasarkan pada firman Allah
SWT Qs. arRum:21. Mawaddah wa rahmah adalah karakter manusia yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya.
c. Ketiga, Prinsip saling melengkapi dan saling melindungi. Prinsip ini didasarkan
pada firman Allah SWT
d. Keempat, Prinsip mu’asarah bi al-ma’ruf. Prinsip ini didasarkan pada firman Allah
SWT.
Asas perkawinan menurut UU No. 1/1974 adalah: (1) Tujuan perkawinan
adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal; (2) Sahnya perkawinan
sangant tergantung pada ketentuan hukum agama dan kepercayaan masing-
masing; (3) Asas monogami; (4) Calon suami dan istri harus telah dewasa jiwa
dan raganya; (5) Mempersulit terjadinya perceraian; (5) Hak dan kedudukan
suami istri adalah seimbang.
2. Prosedur pernikahan menurut ketentuan Hukum Perkawinan di Indonesi,
a. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan
kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan
dilangsungkan.
b. Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
c. Pengecualian terhadap waktu tersebut dalam ayat (2) disebabkan sesuatu alasan
yang penting, diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah.
Tata cara pemberitahuan rencana perkawinan dapat dilakukan secara lisan
atau tertulis oleh calon mempelai atau oleh orang tua atau wakilnya (Pasal 4).
Hal-hal yang diberitahukan kepada petugas meliputi: nama, umur,
agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai, dan apabila
salah seorang atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama istri atau
suami terdahulu (Pasal 5). Dengan pemberitahuan ini, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya penyimpangan atau pemalsuan identitas, atau
mengantisipasi kalau di antara calon mempelai terdapat halangan perkawinan.
3. Hukum orang yang menikah tidak di hadapan Pegawai Pencatat Nikah /Petugas KUA
menurut fikih dan menurut Hukum Perkawinan Indonesia.
a. Menurut Fikih : Suatu akad perkawinan dianggap sah, apabila syarat dan
rukunnya menurut ketentuan fikih terpenuhi, tanpa harus diikuti atau adanya
pencatatan yang dibuktikan dengan akta nikah (tidak melibatkan pihak pegawai
pencatatan sipil).
b. Hukum Perkawinan Indonesia : Suatu akad perkawinan yang tidak dicatatkan
merupakan perkawinan yang tidak diakui oleh negara dan tidak mempunyai
kekuatan hukum dan perkawinan tersebut tidak mempunyai status sebagai
perkawinan yang sah. Kemudian Isteri dan anak-anak dalam perkawinan yang
tidak dicatatkan tidak akan mendapatkan perlindungan hukum sehingga
dikatakan bahwa perkawinan ini bertentangan dengan aspek kesetaraan gender
dimana kedudukan perempuan lebih rendah derajatnya daripada laki-laki.
4. Manfaat akta nikah ada dua yaitu :
a. Manfaat preventif : Akta Nikah selain merupakan bukti autentik suatu
perkawinan, ia memiliki manfaat sebagai "jaminan hukum" apabila salah seorang
suami atau istri melakukan suatu tindakan yang menyimpang. Misalnya, seorang
suami tidak memberikan nafkah yang menjadi kewajibannya, sementara
sebenarnya ia mampu, atau suami melanggar ketentuan taklik talak yang telah
dibacanya, maka pihak istri yang dirugikan dapat mengadu dan mengajukan
perkaranya ke pengadilan. Akta Nikah juga berguna untuk membuktikan
keabsahan anak dari perkawinan itu. Upaya hukum ke Pengadilan tentu tidak
dapat dilakukan, apabila perkawinan tidak dibuktikan dengan akta tersebut. Oleh
karena itu, Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam menegaskan pada ayat (1)
"Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh
Pegawai Pencatat Nikah"
b. Manfaat represif : Akta Nikah adalah bagi suami istri yang karena sesuatu hal
perkawinannya tidak dibuktikan dengan Akta Nikah,kompilasi memberi solusi
kepada mereka untuk mengajukan permohonan itsbat (penetapan) nikah kepada
Pengadilan Agama. Hal ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat, agar di
dalam melangsungkan perkawinan tidak hanya mementingkan aspek-aspek
hukum fikih saja, tetapi aspek-as pek keperdataannya juga diperhatikan secara
seimbang. Jadi, pencatatan adalah merupakan bentuk usaha pemerintah untuk
mengayomi warga masyarakat demi terwujudnya ketertiban dan keadilan.
5. Pengertian dan kedudukan hukum mahar.
a. Menurut ulama fikih : Imam Maliki mendefinisikan mahar sebagai sesuatu yang
diberikan kepada seorang istri sebagai imbalan persetubuhan dengannya. Imam
Syafi’i mendefinisikan sebagai sesuatu yang diwajibkan sebab pernikahan atau
persetubuhan, atau lewatnya kehormatan perempuan dengan tanpa daya
seperti akibat susuan dan mundurnya para saksi. Kemudian kedudukan mahar ini
menurut para ulama fikih hukumnya adalah wajib dan juga merupakan salah satu
syarat sahnya nikah.
b. Menurut KHI : Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang, atau jasa yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Kemudian kedudukan mengenai mahar
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia hukumnya adalah wajib, sesuai dengan apa
yang dirumuskannya pada Pasal 30 yang berbunyi: "Calon mempelai pria wajib
membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk, dan
jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak”.
c.

Anda mungkin juga menyukai