Eksepsi dalam konteks hukum acara perdata mempunyai arti keberatan atau tangkisan
(objection). Bisa juga diartikan sebagai pembelaan (plea) tergugat terhadap gugatan penggugat.
Namun, keberatan atau tangkisan yang diajukan sebagai eksepsi mengacu pada masalah yang
berkaitan dengan persyaratan formalitas dari suatu gugatan dan tidak membahas dan merujuk
pada keberatan tentang pokok perkara (verweer ten principale). Salah satu bentuk eksepsi
dalam hukum acara perdata adalah eksepsi mengadili. Eksepsi kewenangan mengadili diajukan
jika dianggap bahwa pengadilan tidak memiliki kewenangan untuk menangani masalah
tersebut. Eksepsi kewenangan mengadili terbagi menjadi 2, adalah sebagai berikut :
1. Eksepsi Kewenangan Absolut (Exceptio Declinatoir)
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 118 HIR, yang berkaitan dengan eksepsi
kewenangan kompetensi relatif adalah wilayah hukum dari suatu pengadilan dalam satu
lingkungan peradilan yang sama.
eksepsi yang berkaitan dengan yurisdiksi atau wilayah hukum dari suatu
pengadilan dalam satu lingkungan peradilan yang sama
Suatu eksepsi kewenangan relatif dapat diajukan secara lisan maupun tulisan hal
tersebut dijelaskan dalam pasal 133 HIR. Hakim dianggap telah melanggar tata tertib
beracara apabila menolak dan tidak memepertimbangkan eksepsi secara lisan yang
diajukan oleh pihak tergugat dan hal tersebut akan dikualifikasikan sebagai perilaku
penyalah gunaan wewenang. Kemudian dalam Pasal 125 ayat (2) Rv jo Pasal 121 HIR
dijelaskan juga selain secara lisan, pengajuan eksepsi kewenangan relatif dapat diajukan
dalam bentuk tertulis.