Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan

Lembaga-lembaga penyelesaian sengketa kontrak bisa melalalui dua cara yaitu pertama,
secara litigasi. Penyelesaian secara litigasi ini yaitu melalui proses persidangan yang diawali
dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri dengan putusan hakim.
Pengadilan merupakan badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Kedua, penyelesaian melalui non litigasi atau
penyelesaian sengketa kontrak melalaui cara-cara diluar pengadilan dan menggunakan lembaga
alternatif penyelesaian sengketa. Diantaranya ada lembaga Arbitrase, Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Kemudian ada lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), lembaga APS ini terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
Konsultasi, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi dan Penilaian Ahli.

Pengaturan penyelesaian sengketa yang ada di indonesia adalah cara atau perbuatan
mengatur yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai suatu aturan hukum
yang di rumuskan dalam suatu peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan
tersebut yaitu Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-undang Nomor 31
Tahun 2000 tentang Disain Industri, Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
Pola penyelesaian sengketa adalah "suatu bentuk atau kerangka untuk mengakhiri suatu
pertingkaian atau sengketa yang teradi antara para pihak. Dalam penyelesaian sengketa kontrak
ini ada yang disebut dengan pola penyelesaian sengketa addendum dalam kontrak pemborongan.
pola penyelesaian sengketa addendum dalam kontrak pemborongan ini maka dapat diselesaikan
dengan menggunakan pola penyelesaian mediasi. Pola ini dapat ditempuh dengan cara arbitrase
atau penyelesaian diluar pengadilan.
Saran
Setelah penulisan makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui
memahami isi dari makalah ini dalam lingkup lembaga-lembaga penyelesaian kontrak,
pengaturan penyelesaian sengketa di Indonesia, dan pola penyelesaian sengketa kontrak. Penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan serta kesalahan yang jauh
dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus menyempurnakan makalah dengan acuan dari
sumber-sumber yang dijelaskan kemudian. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran atas pembahasan dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai