Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Muamalah Pengertian muamalah secara etimologi, kata muamalah berasal dari: ‫ ي َعا ِم‬- ‫ل َ َم َع‬

‫ َملَةف‬- ‫ ل‬saling berarti ‫ َمعا‬bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan. Sedangkan pengertian secara
terminologi muamalah dapat dilihat sebagai muamalah secara luas dan muamalah secara sempit.
Pengertian muamalah secara luas, al-Dimyati memberikan rumusan: ِ ‫ألل‬ َ ‫ َّ ْخ ِصْ ي ُل الُّد ِ ِخر ْى لَِي ُ ْكو َن َ َسبًبا‬. ‫الت‬
84 ‫ َيو ْن‬Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi. Muhammad Yusuf
Musa mengatakan muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam
hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.85 Dari pengertian tersebut di atas, berarti
muamalah secara luas adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya dalam hidup dan kehidupan di dunia (pergaulan sosisial) mencapai
suksesnya kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Ibn Abidin memasukkan hukum kebendaan
(muawadhah Maliyah), hukum perkawinan (munakahat), hukum acara (Muhasanat), pinjaman (‘ariyah),
dan harta peninggalan (tirkah). Tetapi apabila dilihat dari muamalah secara sempit, maka hukum
perkawinan diatur tersendiri dalam bab fiqh munakahat, demikian pula harta peninggalan (warisan)
diatur tersendiri dalam fiqh pada bab mawarits, dan hukum acara diatur dalam fiqh pada bab murafaat.
Adapun muamalah dalam arti sempit, Hudhari Bek memberikan rumusan pengertian yaitu: َ ‫ها َيَتَباَد ُل َ َمنِفَع‬
ُ ‫ ِ ِت ْى ب َّ ِْود ال ُع‬.‫ ُ ْهم‬Muamalah adalah semua akad yang membo- lehkan
86 ‫ق ْ ال ُ َمعا َما َل ُت َج ِ ْمي ُع ال‬
manusia saling menukar manfaat.

Sedangkan ulama yang lain, Rasyid Ridha memberikan pengertian, yaitu “muamalah adalah tukar
menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan”. 87 Dari
pengertian muamalah secara sempit, dapat dipahami bahwa muamalah itu adalah aturan-aturan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam kaitannya untuk memperoleh dan
mengembangkan harta benda. Al-Fikri membagi muamalah secara sempit kepada dua bagian, yaitu: 1.
Al-Muamalah al-Madiyah yaitu muamalah bersifat kebendaan, karena objek fiqh muamalah adalah harta
benda yang halal, yang haram dan yang syubhat untuk diperjual belikan. Hasbi al-Shiddieqy mengatakan
yang dimaksud dengan harta adalah “nama bagi selain manusia, dapat dikelola, dapat dimiliki, dapat
diperjual belikan dan berharga”

Al-Muamalah al-Adabiyah. Masuk dalam bagian ini adalah: saling meredhai dalam bermuamalah, tidak
ada keterpaksaan dari salah satu pihak, kejujuran, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang
bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam kehidupan
masyarakat yang berhubungan dengan akhlak dalam bermuamalah. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka qawaid fiqhiyyah muamalah, adalah qaidah fiqhiyyah yang dhabith fiqhiyyah-nya berkaitan
dengan bab fiqh muamalah.

‫اال ْص ُل أ ْن َّ ِت االباحة ِا َمعا َما َل ل ُ فِى ْا َّل د ُ َي ْي ِ َمها ِ ً َعلَى َت ْحر ًْ ْل ٌ ِ َدلي‬

Pada dasarnya semua muamalah boleh dilakukan, terkecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi, pada dasarnya boleh,
seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja sama (mudharabah atau musyarakah), perwakilan
(wakalah), dan lain-lain, kecuali yang tegas diharamkan seperti mengakibatkan kemudaratan
seperti tipuan (tadlis), ketidakpastian (taghrir), perjudian dan riba.

Anda mungkin juga menyukai