Anda di halaman 1dari 6

GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

I Gusti Ketut Gede Ngurah


Ni Kadek Vironica Cahyani Yahya
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email : agungkusuma10yahoo.com.id

Abstract: Hypertension Lifestyle. This study aims to describe the lifestyle of


hypertensive patients in Puskesmas I South Denpasar. This is a descriptive study with
cross sectional approach model. The samples used in this study were 45 respondents
to the entire population that used that hypertensive patients who went to the Health
Center 1 South Denpasar. Teknik sampling non probality sampling is purposive
sampling. In this study, the lifestyle of hypertensive patients treated at the health
center is the first South Denpasar unhealthy lifestyle as much as 26 respondents
(58%), and 19 respondents (42%) of a healthy lifestyle.

Abstrak: Gaya Hidup Penderita Hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Puskesmas I Denpasar
Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan model pendekatan crossectional.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 responden dengan
populasi yang digunakan yaitu seluruh pasien hipertensi yang berobat ke Puskesmas 1
Denpasar Selatan. Teknik sampling non probality sampling yaitu purposive sampling.
Dalam penelitian ini didapatkan gaya hidup penderita hipertensi yang berobat ke
Puskesmas I Denpasar Selatan yaitu gaya hidup tidak sehat sebanyak 26 responden
(58%), dan 19 responden (42 %) bergaya hidup sehat.

Kata Kunci : gaya hidup, penderita, hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar
suatu peningkatan tekanan darah di dalam gejala klinis timbul : nyeri kepala, kadang-
arteri. Hipertensi didefinisikan oleh Joint kadang disertai mual dan muntah, akibat
National Committee on Detection, peningkatan tekanan darah intrakranial;
Evaluation and Treatment of High Blood penglihatan kabur akibat kerusakan retina
Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih akibat hipertensi; ayunan langkah yang tidak
tinggi dari 140/90 mmHg dan mantap karena kerusakan susunan saraf
diklasifikasikan sesuai derajat pusat; nokturia karena peningkatan aliran
keparahannya, mempunyai rentang dari darah ginjal dan filtrasi glomerolus; edema
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai dependen dan pembengkakan akibat
hipertensi maligna. Keadaan ini peningkatan tekanan kapiler.
dikategorikan sebagai primer/esen-sial Prevalensi hipertensi menurut WHO
(hampir 90% dari semua kasus) atau tahun 2000 sebesar 26,3 % dan diperkirakan
sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.
patologi yang dapat dikenali, seringkali Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
dapat diperbaiki (Ruhyanudin, 2007). 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi
Gejala klinis hipertensi dikaitkan adanya pada penduduk umur 18 tahun keatas di
tekanan darah yang tinggi. Hipertensi primer Indonesia cukup tinggi mencapai 31,7%.
berjalan tanpa gejala, dan baru timbul Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun
setelah terjadi komplikasi pada organ seperti 2008 jumlah kasus hipertensi primer yang
ginjal, mata, otak dan jantung. Corwin tercatat 4.053 kasus, tahun 2009 sebanyak
5.082 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 5.253 terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut
kasus hipertensi primer. Data Dinas serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
Kesehatan Denpasar tahun 2013 jumlah memperpanjang lama ketahanan hidup.
kunjungan kasus hipertensi tertinggi adalah Pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi
di Puskesmas I Denpasar Selatan sebanyak membutuhkan waktu lama, seumur hidup
2.268 kunjungan dengan jumlah penderita dan harus terus menerus. Modifikasi gaya
hipertensi primer pada bulan Oktober hidup tidak menurunkan tekanan darah ke
sampai Desember sebanyak 147 penderita. tingkat yang diinginkan, maka harus
Penanganan hipertensi perlu segera diberikan obat (Tjandra, 2012).
dilakukan. Tujuan dari mengendalikan Perubahan gaya hidup telah
tekanan darah diantaranya adalah menyebabkan peningkatan kasus-kasus
menurunkan angka mortalitas dan morbilitas penyakit tidak menular di Indonesia,
kardiovaskular. Pengendalian atau termasuk hipertensi dan diabetes melitus.
penanggulangan hipertensi terdiri dari Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan
penatalaksanaan non farmakologis atau merokok, konsumsi alkohol, serta minimnya
perubahan gaya hidup misalnya dengan aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko
pengurangan asupan garam dan olahraga penyakit degeneratif, disamping faktor-
serta penatalaksanaan farmakologis atau faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin
dengan obat (Sudoyo, 2006). dan keturunan (Nuryati, 2009). Natrium
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan merupakan salah satu mineral atau elektrolit
hipertensi sudah dilakukan oleh pemerintah, yang berpengaruh terhadap tekanan darah
dimulai dengan meningkatkan kesadaran (Junaedi, 2013). Bobot badan yang berlebih
masyarakat dan perubahan pola hidup ke juga merupakan penyebab meningkatnya
arah yang lebih sehat. Puskesmas sebagai tekanan darah (Junaedi, 2013). Perokok
fasilitas pelayanan kesehatan dasar sudah adalah kelompok yang paling berisiko tinggi
melakukan Pencegahan primer yaitu mengidap hipertensi (Apriyanti, 2012).
kegiatan untuk menghentikan atau Menurut Muhammadun (2010), istirahat
mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum yang tidak cukup, mengakibatkan gangguan
penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi fisik dan mental, ini memicu terjadinya
kesehatan seperti diet yang sehat dengan hipertensi. Istirahat yang cukup adalah
cara makan cukup sayur-buah, rendah garam kebutuhan dasar manusia untuk
dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan mempertahankan kesehatannya.
tidak merokok. Puskesmas juga melakukan Upaya untuk menekan kejadian
pencegahan sekunder yang lebih ditujukan hipertensi ataupun komplikasi yang terjadi
pada kegiatan deteksi dini untuk akibat hipertensi, maka perlu dilakukan
menemukan penyakit (Tjandra, 2012). modifikasi gaya hidup seperti: mengatur
Pencegahan tersier difokuskan pada pola makan dengan membatasi asupan
upaya mempertahankan kualitas hidup garam, lemak, alkohol, berhenti merokok,
penderita. Pencegahan tersier dilaksanakan dan mengontrol berat badan; melakukan
melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan aktivitas fisik; istirahat dan tidur (Setiawan,
hipertensi yang tepat serta minum obat 2008).
teratur agar tekanan darah dapat terkontrol
dan tidak memberikan komplikasi seperti METODE
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Dalam rancangan ini menggunakan
Penanganan respon cepat juga menjadi hal desain penelitian deskriptif dengan
yang utama agar kecacatan dan kematian pendekatan crossectional. Penelitian
dini akibat penyakit hipertensi dapat
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
terkendali dengan baik. Pencegahan tersier
dilaksanakan agar penderita hipertensi (memaparkan peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi pada masa kini). Deskripsi Berdasarkan tabel 2 dari 45 responden,
peristiwa dilakukan secara sistematis dan didapatkan jenis kelamin responden
lebih menekankan pada data faktual terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 27
daripada penyimpulan. Fenomena disajikan responden atau 60%.
secara apa adanya tanpa manipulasi dan Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden
peneliti tidak mencoba menganalisis Berdasarkan Tingkat Pendidikan
bagaimana dan mengapa fenomena tersebut Pada Pasien Hipertensi
bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis
No Tingkat Frekuensi Persentase
ini tidak memerlukan adanya hipotesis.
Pendidikan (%)
Tehnik sampling dalam penelitian ini
1 Tidak Sekolah 2 4
adalah Non Probality Sampling, yaitu 2 Tamat SD 12 27
purposive sampling, yaitu suatu teknik 3 Tamat SMP 4 9
pengumpulan penetapan sampel dengan cara 4 Tamat SMA 10 22
memilih sampel diantara populasi sesuai 5 Perguruan 17 38
dengan yang dikehendaki peneliti. Tinggi
Total 45 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Berdasarkan tabel 3 dari 45 responden,
Umur, jenis kelamin, tingkat penidikan, didapatkan jenis pendidikan terakhir
pekerjaan, pola makan, kebiasaan merokok responden terbanyak adalah Perguruan
dan mengkonsumsi alcohol, serta aktifitas Tinggi yaitu sebanyak 17 responden atau
fisik dapat dijelaskan dalam tebel sebagai 38%.
berikut:
Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien
Berdasarkan Umur Pada Pasien
Hipertensi
Hipertensi
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
No Umur Frekuensi Persentase (%)
(%) 1 Tidak Bekerja 17 38
1 30-40 6 13 2 PNS 8 18
2 41-50 15 33 3 Swasta 7 16
3 51-60 16 36 4 Lain-lain 13 28
4 > 60 8 18 Total 45 100
Total 45 100 Berdasarkan tabel 4 dari 45 responden,
Berdasarkan tabel 1 dari 45 responden, didapatkan jenis pekerjaan responden
didapatkan sebagian besar responden berada terbanyak adalah tidak bekerja yaitu
pada rentang umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 17 responden atau 38%.
sebanyak 16 responden atau 36%.
Hasil pengamatan subyek penelitian
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden
berdasarkan variabel penelitian gambaran
Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
gaya hidup penderita hipertensi yang terdiri
Pasien Hipertensi
dari pengaturan makan, kebiasaan merokok,
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
(%) berolahraga dan istirahat.
1 Laki-laki 27 60
2 Perempuan 18 40
Total 45 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan memiliki gaya hidup tidak sehat sejumlah 33
Pengaturan Pola Makan pada responden (73%).
Pasien Hipertensi Adapun pembahasan hasil penelitian
sebagai berikut :
No Pengaturan Frekuensi Persentase Karakteristik Responden (Umur, Jenis
Pola (f) (%) Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan
Makan Pekerjaan)
1 Sehat 21 47 Dari data hasil penelitian berupa umur,
2 Tidak Sehat 24 53 jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
Total 45 100 pekerjaan, didapatkan bahwa umur tertinggi
penderita hipertensi yang berobat ke
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di Puskesmas I Denpasar Selatan adalah umur
atas didapatkan bahwa yang terbanyak yaitu 51-60 tahun sebanyak 16 responden (36%).
memiliki gaya hidup tidak sehat sejumlah 24 Sesuai dengan teori, hilangnya elastisitas
responden (53%). jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran
pembuluh darah adalah faktor penyebab
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010).
Kebiasaan Merokok dan Pada umumnya penderita hipertensi adalah
Mengkonsumsi Alkohol pada penduduk yang berusia dewasa, namun tidak
Pasien Hipertensi menutupi kemungkinan diderita oleh
penduduk berusia muda. Hal ini disebabkan
No Kebiasaan Frekuensi Persentase oleh perubahan pola hidup masyarakat
Merokok dan (f) (%) sehingga menyebabkan peningkatan
Mengkonsumsi penyakit degeneratif seperti hipertensi.
Alkohol Dengan semakin bertambahnya usia,
1 Sehat 42 93 kemungkinan seorang menderita hipertensi
juga semakin besar. Ini ditunjang dengan
2 Tidak Sehat 3 7
penelitian oleh Anastasi (2012) yang
Total 45 100 menyebutkan bahwa, semakin bertambahnya
usia fungsi otot jantung semakin menurun.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di Aktivitas saraf simpatis lebih meningkat
atas didapatkan bahwa yang terbanyak yaitu pada laki-laki sehingga meningkatkan
memiliki gaya hidup sehat sejumlah 42 pompa jantung dan curah jantung yang
responden (93%). menyebabkan tekanan darah menjadi lebih
tinggi.
Pada distribusi jenis kelamin penderita
paling banyak adalah responden yang
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27
Aktivitas Fisik pada Pasien responden (60%). Pada umumnya laki-laki
Hipertensi lebih terserang hipertensi dibandingkan
perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki
No Aktivitas Frekuensi Persentase banyak mempunyai faktor yang mendorong
Fisik (f) (%) terjadinya hipertensi seperti lelah, stress
1 Sehat 12 27 dalam pekerjaan dan pola makan tidak
2 Tidak Sehat 33 73 teratur. Namun biasanya wanita akan
Total 45 100 mengalami peningkatan resiko hipertensi
setelah masa menopause. Berbagai hasil
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di penelitian menyebutkan bahwa laki-laki
atas didapatkan bahwa yang terbanyak yaitu cenderung memiliki gaya hidup yang tidak
terkontrol daripada wanita misalnya hipertensi mengonsumsi makanan berlemak,
kebiasaan merokok, stress dalam pekerjaan, kadar kolesterol dalam darah dapat
hingga pola makan yang tidak teratur meningkat sehingga dinding pembuluh
(Sudarmoko, 2010). darah makin tebal. Dampak yang semakin
Pada distribusi tingkat pendidikan paling parah, pembuluh darah tersebut menjadi
banyak adalah perguruan tinggi sebanyak 17 tersumbat.
responden (38%). Tingkat pendidikan Pada penderita hipertensi juga penting
responden mempengaruhi tingkat melakukan pengontrolan berat badan. Bobot
pengetahuannya. Semakin tinggi badan yang berlebih juga merupakan
pengetahuannya, semakin banyak informasi penyebab meningkatnya tekanan darah.
yang diketahui salah satunya mengenai Responden yang mengalami kegemukan
hipertensi. Pengetahuan yang di dapat akan kekurangan oksigen dalam darah,
tentang hipertensi juga perlu dilaksanakan hormon, dan enzim. Terlalu banyak lemak
sehingga dapat mencegah terjadinya dalam tubuh menyebabkan badan
hipertensi, karena selain tingkat pendidikan memerlukan oksigen lebih banyak sehingga
yang tinggi juga perlu melakukan gaya jantung harus bekerja lebih keras (Junaedi,
hidup yang sehat. 2013).
Pada distribusi pekerja penderita paling Pada penelitian ini didapatkan gaya
banyak adalah responden yang tidak bekerja hidup responden sehat. Hal ini dapat dilihat
sebanyak 17 responden (38%). Seseorang dari penderita hipertensi yang tidak
dengan aktivitas yang kurang setiap harinya memiliki kebiasaan merokok dan
akan meningkatkan penimbunan lemak mengkonsumsi alkohol. Perokok adalah
dibeberapa bagian tubuhnya. Kurangnya kelompok yang paling berisiko tinggi
aktivitas sehari-hari dan gaya hidup mengidap hipertensi. Dalam hal ini merokok
sebelumnya juga mampu menyebabkan dan mengkonsumsi alkohol bukan satu-
hipertensi. satunya penyebab dari penyakit hipertensi,
Berdasarkan Pengaturan Pola Makan namun hipertensi juga disebabkan oleh gaya
pada penelitian ini didapatkan gaya hidup hidup lainnya.
responden tidak sehat. Hal ini dapat dilihat Pada penelitian ini didapatkan gaya
dari penderita hipertensi yang memiliki pola hidup responden tidak sehat. Hal ini dapat
makan mengonsumsi makanan yang asin. dilihat dari penderita hipertensi yang tidak
Asupan natrium dan garam merupakan memiliki kebiasaan olahraga. Kegiatan fisik
faktor risiko hipertensi yang masih penting untuk mengendalikan tekanan darah
kontroversial. Natrium merupakan salah satu tinggi sebab membuat jantung lebih kuat.
mineral atau elektrolit yang berpengaruh Jantung mampu memompa lebih banyak
terhadap tekanan darah (Junaedi, 2013). darah dengan lebih sedikit usaha. Makin
Menurut Palmer (2007), terlalu banyak ringan kerja jantung untuk memompa darah,
mengonsumsi garam dapat meningkatkan makin sedikit tekanan terhadap arteri
tekanan darah hingga ketingkat yang (Apriyanti, 2012). Menurut Muhammadun
membahayakan. (2010), istirahat yang tidak cukup,
Selain itu penderita hipertensi memiliki mengakibatkan gangguan fisik dan mental,
pola makan mengkonsumsi makanan ini memicu terjadinya hipertensi. Istirahat
berlemak. Sebagian besar hipertensi yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia
disebabkan adanya penebalan dinding untuk mempertahankan kesehatannya.
pembuluh arteri oleh lemak atau kolesterol.
Penebalan dinding pembuluh arteri oleh SIMPULAN
lemak atau kolesterol disebut aterosklerosis. Berdasarkan Pengaturan Pola Makan
Aterosklerosis menyebabkan pembuluh Pada penelitian ini didapatkan gaya hidup
arteri menjadi kaku. Jika penderita responden tidak sehat yaitu 26 responden
(58%). Berdasarkan Kebiasaan Merokok diakses pada tanggal 19 Januari
dan Mengkonsumsi Alkohol Pada penelitian 2014
ini didapatkan gaya hidup responden sehat
yaitu 42 responden (93%). Berdasarkan
Aktivitas Fisik pada penelitian ini
didapatkan gaya hidup responden tidak sehat
yaitu 33 responden (73%).

DAFTAR RUJUKAN
Apriyanti, M. 2012. Meracik Sendiri Obat
dan Menu Penderita Darah
Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Bustan, MN. 2000. Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta
Junaedi, dkk. 2013. Hipertensi Kandas
Berkat Herbal. Jakarta: FMedia
(Imprint AgroMedia Pustaka)
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama
Hipertensi. Yogyakarta:In-Books.
Nuryati S.2009, Gaya Hidup dan Status Gizi
Serta Hubungannya dengan
Hipertensidan Diabetes Militus Pada
Pria dan Wanita Dewasa di DKI
Jakarta,
http://repository.ipb.ac.id/handle/123
456789/5470, diakses pada tanggal
20 Februari 2014.
Palmer A. 2007, Tekanan Darah Tinggi,
Jakarta: Erlangga.
Ruhyanudin F. 2007. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Malang:
UMM Press.
Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: InternalPublishing
Sutanto. 2010. Mengenal Penyakit Modern
Hipertensi, Stroken Jantung,
Kolesterol, dan Diabetes.
Yogyakarta: Andi
Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Ketiga Jilid 2. Jakarta: FKUI.
Tjandra. 2012. Masalah Hipertensi di
Indonesia. www.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai