Modul. Dasar-Dasar Perencanaan Alur Dan Bangunan Sungai
Modul. Dasar-Dasar Perencanaan Alur Dan Bangunan Sungai
MODUL 08
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Dasar-Dasar Perencanaan Alur dan Bangunan Sungai
sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Perencanaan Teknis Sungai. Modul
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara
(ASN) di bidang sumber daya air.
Modul dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai disusun dalam 3 (tiga)
bagian yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan
modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami dan menerapkan materi dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan
sungai. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan
partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 8 Dasar-Dasar Perencanaan Alur dan Bangunan Sungai
A. Soal ............................................................................................................... 53
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ..................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
DAFTAR TABEL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 8 Dasar-Dasar Perencanaan Alur dan Bangunan Sungai
DAFTAR GAMBAR
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 8 Dasar-Dasar Perencanaan Alur dan Bangunan Sungai
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai ini terdiri dari 3 (tiga)
materi pokok. Materi pokok pertama membahas perencanaan alur sungai. Materi
pokok kedua membahas perencanaan bangunan sungai. Materi pokok ketiga
membahas hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam perencanaan alur dan
bangunan sungai.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami dasar-dasar
perencanaan alur dan bangunan sungai dalam kaitannya dengan perencanaan
teknis sungai. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi alat ukur
tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada setiap
materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai yang merupakan materi
inti/substansi dari Pelatihan Perencanaan Teknis Sungai. Untuk menambah
wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang
berkaitan dengan dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai dari sumber
lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi, tanya jawab dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai
dalam kaitannya dengan perencanaan teknis sungai.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan penanganan sungai secara secara struktural (structural-methods)
diperlukan jenis dan jumlah bangunan-bangunan prasarana sungai beserta
kelengkapannya dengan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhannya.
Jenis bangunan sungai ditinjau dari fungsinya bangunan yang telah dikenal, antara
lain adalah tanggul, tembok banjir, pengarah arus/krib, perkuatan tebing, ambang
datar, dll. Sedangkan jenis bangunan ditinjau dari material bahan bangunan
pembentuknya, yang telah dikenal antara lain kayu, timbunan tanah dipadatkan,
tumpukan batu, pasangan batu, beton/ beton bertulang, baja, dll.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai dasar-dasar
perencanaan alur dan bangunan sungai dalam kaitannya dengan perencanaan
teknis sungai.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan
sungai dalam kaitannya dengan perencanaan teknis sungai.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu :
a. Menjelaskan tentang perencanaan alur sungai,
b. Menjelaskan tentang perencanaan bangunan sungai,
c. Menjelaskan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
alur dan bangunan sungai.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Dasar-Dasar Perencanaan Alur Dan Bangunan Sungai” ini adalah
16 (enam belas) jam pelajaran (JP) atau sekitar 720 menit.
MATERI POKOK 1
PERENCANAAN ALUR SUNGAI
Sebagai rumus kecepatan rerata, rumus Manning harus digunakan secara umum.
Rumus Manning :
Pertimbangan diatas tidak diperlukan apabila debit banjir rencana anak sungai
sangat kecil jika dibandingkan dengan sungai induk dan pengaruh pertemuan
terhadap sungai indukpun kecil.
Contoh 1 Contoh 2
Gambar I.2 - Pertemuan 2 (dua) alur sungai
Gambar I.5 - Sket denah alur by-pass dan saluran banjir (floodway)
Gambar I.6. Sket penampang melintang tipikal alur by-pass dan saluran
banjir (floodway) - penampang bersusun
1.5.3 Lebar Alur Aliran untuk Debit Kecil (M.A.R = muka air rendah) dan
kedalaman Alur untuk Aliran Debit Banjir (M.A.T = muka air tinggi)
Lebar palung sungai untuk aliran debit air kecil (low flow) dan elevasi debit air
banjir/air tinggi (high water) harus ditentukan berdasarkan pertimbangan :
• Pemeliharaan alur,
• Frekuensi terjadinya banjir (elevasi muka air tinggi), dan
• Penggunaan alur sungai pada saat elvasi muka air tinggi (banjir).
1.6 Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat dan jelas!
1. Sebutkan prosedur perencanaan alur!
2. Jelaskan secara ringkas apa yang dimaksud dengan sudetan dan saluran
banjir!
3. Ditentukan berdasarkan pada apa saja ketinggian muka air banjir rencana?
1.7 Rangkuman
Alur air direncanakan mengikuti kaidah bahwa debit yang lewat tidak boleh melebihi
debit banjir rencana. Perencanaan alur sungai meliputi :
• Perencanaan alur air/saluran
• Perencanaan bentuk alur
• Sungai buatan (galian)
• Elevasi banjir rencana
• Bentuk penampang melintang dan memanjang sungai
MATERI POKOK 2
PERENCANAAN BANGUNAN SUNGAI
2.1 Tanggul
2.1.1 Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul
Tanggul yang lengkap adalah tanggul dengan ketinggian dan bentuk tampang yang
dibutuhkan untuk melindungi terhadap tinggi banjir rencana dan dilengkapi dengan
konstruksi perkuatan lereng (revetment) dan perlindungan kaki tanggul, yang
dibangun sesuai kebutuhan.
Perbedaan antara elevasi puncak tanggul dan elevasi muka air banjir rencana
disebut tinggi jagaan (free board).
Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Supaya dipilih suatu penampang basah sungai yang paling efektif dengan
kapasitas pengaliran maksimum.
b. Agar trase tanggul searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan terjadinya
belokan yang tajam.
c. Pada sungai-sungai yang arusnya tidak deras, diusahakan agar kurva alirannya
stabil.
d. Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel mungkin
dengan alur sungai, dihindarkan adanya perubahan lebar sungai yang
mendadak. Diusahakan agar bantaran cukup lebar, sehingga jarak antara tepi
alur sungai dan kaki tanggul cukup jauh.
Gambar II.3 - Rencana trase tanggul dari Aliran sungai berbelok-belok tajam
(meandering)
Bila harus memperbesar tanggul lama, maka perbesaran harus diupayakan dibuat
di sisi daratan.
Bila harus dibuat disisi air (disebabkan karena kondisi alinyemen tanggul yang ada
atau bila memerlukan alur cukup luas untuk muka air tinggi/banjir), maka hal ini
dapat dilakukan pada kondisi sungai cukup lebar.
Keterangan :
HWL = High Water Level atau
MAT = Muka air Tinggi/Muka Air Banjir
Elevasi puncak tanggul = Elevasi maka air banjir rencana + tinggi jagaan
Untuk bagian anak sungai yang terkena pengaruh back-water (pengaruh muka air
pada sungai induk), tinggi tanggul tidak boleh kurang dari tinggi tanggul sungai
induk. Hal ini juga berlaku bila tidak ada bangunan fasilitas pengendalian aliran
balik.
Tabel 2.1 - Daftar nilai tinggi jagaan untuk beberapa debit banjir rencana
Debit Banjir Rencana (m3/detik) Tinggi Jagaan (m)
Gambar II.6 - Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada
pertemuan dengan sungai utama
Gambar II.7 - Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada
pertemuan dengan sungai utama yang terpengaruh aliran balik (reverse
flow)
Pada bagian di anak sungai yang terpengaruh oleh backwater, lebar puncak tanggul
ditentukan tidak boleh lebih sempit dari lebar puncak tanggul sungai utama : Lebar
ini juga dipakai bila fasilitas pengendali aliran tersedia, jika tinggi tanggul dari tanah
kurang dari 0,6 m dan hal-hal tertentu yang tidak dapat dihindari karena alasan
topografi, dsb.
• Bila tanggul dari beton atau sheet pile baja atau dari material sejenisnya,
tersedia seluruhnya atau sebagian, atau bila perbedaan tinggi antara tanggul
dan permukaan tanah daratan kurang dari 0,6 m :
1. Lebar minimal 3 m
2. Tinggi bersih 4,5 m atau lebih
Gambar II.11 - Ilustrasi tinggi jagaan tanggul dan lebar pada tanggul khusus
Tinggi dan lebar puncak tanggul ditepi danau harus di spesifikasikan seperti di
bawah ini, terlepas dari spesifikasi pada Tabel 2.1, dan Tabel 2.2. di atas.
a. Tinggi ditentukan dengan pertimbangan tinggi banjir rencana, uprush, tiupan
angin, dan sebagainya.
b. Lebar puncak di tentukan dengan pertimbangan tinggi tanggul dan kondisi
daerah sekitarnya.
Bila spesifikasi pada uraian sebelumnya sukar sekali diterapkan (karena kondisi
topografi atau alasan khusus lainnya), struktur berikut ini dapat digunakan, di luar
spesifikasi tersebut.
tanggul yang lebar puncaknya dispesifikasikan pada pada Tabel 2.2 pada bab ini,
pada ketinggian muka air banjir rencana (elevasi diatas elevasi muka air pasang
rencana untuk bagian tanggul yang dipengaruhi oleh air pasang) :
Apabila masih tetap sulit, maka digunakan struktur serupa yang berdiri sendiri,
menggunakan beton, sheet piles baja dan sebagainya.
Revetment untuk aliran muka air tinggi/banjir yang dipasang pada tanggul, disebut
pelindung tanggul (levee revetment).
sungai ('ground-sill‘) atau bendung harus dipasang pada bagian yang lebih
panjang 10 m dari ujung hulu ground sill atau bendung atau 5 m dari ujung hulu
bronjong (mattres) pada pias dibagian hulu, ke lebih panjang 15 m dari ujung
hilir apron, 5 m dari ujung hilir bronjong pada pias bagian hilir dari bronjong
dibagian hilir, diluar kasus pada dasar batuan (bed-rock), dan sebagainya
dalam bagian-bagian susunan bumi (geologic features).
3. Tentang perpanjangan revetment suatu sungai dari saluran dimana suatu pintu
melintasi 2 akan dipasang. Bila ground-sill atau bendung akan membaca 'pintu',
‘ruas bagian hulu' akan membaca ‘ruas bagian hulu” dari sungai atau alur
dengan pintu perpotongan dan “ruas bagian hulu” akan membaca “ruas bagian
hilir dari sungai atau alur dengan pintu perpotongan”
4. Revetment suatu tebing atau tanggul dengan pintu atau saluran melintas harus
di berikan pada bagian penutup berturut-turut 10 m pada pias teratas dan pias
terbawah dari pintu. Namun hal yang sama tidak akan dipergunakan pada
saluran kecil yang tidak lebih besar dari 0,5 m luas potongannya, saat ketidak-
harusan tersebut dikenal karena kondisi topografi dan sebagainya.
5. Revetment yang berkaitan dengan pembangunan suatu jembatan harus
diletakkan pada bagian arah ke pias teratas dan pias terbawah dari ujung hulu
dan hilir jembatan berturut-turut dengan besarnya hubungan lebih besar dari
pada setengah panjang jarak jembatan (30 m jika panjang jarak lebih besar dari
30 m) sebagai mana ol eh "Structural Standard", dan sebagainya. Asalkan
besarnya tidak akan kurang dari 10 m.
sungai dan sebagainya dan pada sungai dengan aliran yang deras.
Revetment untuk aliran lambat harus dibuat setinggi elevasi yang diperlukan,
disesuaikan dengan keadaan alur air.
Dasar revetment harus diletakkan cukup dalam didalam tanah (ditanam) agar aman
terhadap pengaruh gerusan dasar sungai pada terjadi aliran-aliran dengan elevasi
muka air tinggi (waktu terjadi banjir).
Ketinggian puncak pelindung kaki tidak akan lebih dari ketinggian dasar sungai
rencana (ketinggian dasar sungai yang ada, jika ketinggian dasar sungai yang ada
lebih rendah dari pada ketinggian dasar sungai rencana). Namun juga untuk hal
yang sama tidak harus diterapkan, apabila tidak tepat saat ada anggaran yang
sesuai dari besarnya kedalaman air kondisi dasar, dll.
Gambar II.15 - Garis rembesan air, (A) menunjukkan muka air pada kondisi
banjir (MAT), (B) garis rembesan yang aman
Apabila garis rembesan keluar dari tubuh tanggul tanah, akan terjadi rembesan
(aliran air) keluar sehingga terjadi erosi buluh (piping) yang akan menyebabkan
kelongsoran dan keruntuhan tubuh tanggul.
Dimensi tanggul harus direncanakan agar menjamin terjadinya garis rembesan air
pada kondisi yang aman seperti ditunjukkan pada Gambar II.15 B.
bagian hulu dan hilir serta sisi lain dari sungai dan untuk keamanan struktur
bangunan krib itu sendiri.
Umumnya akan lebih menguntungkan, apabila elevasi mercu krib dapat dibuat
serendah mungkin, ditinjau dari segi keamanan terhadap gaya-gaya yang berat dari
arus sungai.
Elevasi mercu ujung krib sebaiknya sekitar 0,5 - 1,0 m di atas elevasi rata-rata
permukaan air rendah. Adapun kemiringan puncak krib biasanya dibuat 1/20 - 1/100
kearah ujung.
Tipe Ambang :
Dikenal 2 tipe ambang, yaitu :
a. Ambang datar (bed gindle work)
Bangunan ini hampir tidak mempunyai terjunan, dengan elevasi mercu hampir
sama dengan permukaan dasar sungai.
Kedua ujung suatu tubuh ambang dasar sungai akan dimasukkan secukupnya
dalam tanggul, alur muka air tinggi, dll.
Pada bagian hilir dari sebuah bangunan ambang dasar, harus dilengkapi lantai
depan/apron disesuaikan dengan yang diperlukan.
Keamanan terhadap piping dapat dijamin apabila : C = L/H > angka dalam
Tabel harga kritis C/H .
Dimana : C = nilai rayapan (creep ratio)
L = panjang lintasan aliran air rembesan
Jika h1> h2 dan l2 < h1 + h2, maka L = l1 + h1 + l2 + h2 + l3
Jika angka L yang dikehendaki tidak dapat diperoleh hanya dari tubuh ambang,
kekurang annya dapat dicapai dengan menambahkan panjang lantai lindung.
Lane :
LW = 1/3 (l1 + l2 + l3) + 2 (H1 + h2)
CW = LW/H
CW = nilai banding rayapan seimbang harus > angka pada tabel berikut :
(Dasar sungai yang turun, fondasi cukup masih cukup stabil - jembatan
jalan raya jembatan Nongsa, Batam)
Gambar II.25 - Contoh dampak penurunan dasar sungai terhadap
bangunan yang telah ada
g. Data tentang pemanfaatan alur sungai (misalnya untuk pelayaran : data tentang
ukuran, jumlah kapal, pada saat ini dan rencana yang akan datang)
h. Data tentang jenis ikan/flora/fauna yang sudah ada dan kemungkinan
pengembangannya.
i. Data pendukung lain yang dianggap perlu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penetapan lokasi, formasi & dimensi
bendung:
a. Bendung penyadap diusahakan kehulu, agar bendung tidak terlalu tinggi.
b. Bendung pembagi debit banjir, dekat percabangan sungai.
c. Diusahakan pada ruas sungai yang lurus dengan penampang yang konstan
(perubahan kecepatan aliran tidak terlalu drastis).
d. Pada ruas yang alurnya relatif stabil, dan perubahan dasar sungai tidak
mencolok.
e. Pengaruh air balik (back water) akibat pembendungan tidak terlalu jauh kehulu.
f. Terletak pada tanah pondasi yang baik.
Namun hal ini dapat dipasang dalam bentuk potongan aliran saat ini, di lokasi
penyempitan aliran (bottleneck) di daerah pegunungan atau jika diketahui bahwa di
lokasi itu tidak terlalu mengganggu pengendalian banjir dipandang dari kondisi
sungai, kondisi topografi dan sebagainya.
2.7.2 Arah
Arah dari sluiceway, pada prinsipnya harus pada sudut yang tepat pada alinemen
tanggul.
Untuk tujuan drainasi, ketinggian harus ditetapkan sesuai dengan elevasi dasar
sungai atau elevasi fondasi saluran yang dihubungkan.
Untuk tujuan drainasi, debit drainasi harus ditentukan dengan membuat analisa
terhadap drainase lokal yang didasarkan atas curah hujan dalam daerah tangkapan
yang harus dialirkan oleh pintu air, oleh sungai induk dan drainase lokal.
Pintu air (gate) harus direncanakan menurut tujuan konstruksi, tetapi harus tidak
menghalangi aliran air sungai pada saat muka air tinggi (banjir).
Gambar II.32 - Sket penampang melintang & memanjang bagian pintu air
Kecuali apabila dalam kasus ini keadaan sangat tidak memungkinkan, penggunaan
alur yang ada harus diusahakan.
2.10 Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara singkat dan jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan tanggul yang lengkap?
2. Sebutkan cara peningkatan tanggul!
3. Sebutkan dan jelaskan tipe ambang!
2.11 Rangkuman
Bangunan/prasarana sungai adalah suatu konstruksi bangunan/prasana yang
berfungsi untuk perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian
sungai. Perencanaan bangunan sungai meliputi :
• Tanggul
• Perkuatan tanggul
• Pencegahan kebocoran/rembesan
• Penahan gerusan
• Ambang dasar
• Bendung
• Saluran air dan gorong-gorong
• Pintu air
• Terowongan sungai
MATERI POKOK 3
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN ALUR
DAN BANGUNAN SUNGAI
diputuskan.
Dimana :
e = biaya tahunan
I = biaya pembangunan proyek konstruksi
i = bunga tahunan
n = umur fasilitas (20 tahun untuk pompa, 50 tahun untuk semua fasilitas teknik
lainnya)
Dimana :
b = keuntungan tahunan
B = jumlah kerugian rata-rata tahunan yang diharapkan berkurang
M = pemeliharaan tahunan dan biaya kontrol (operasi) fasilitas (0,5% biaya
pembangunan proyek)
(Total tinggi head pompa) = (tinggi head pompa kasar) (total kehilangan tinggi
air dalam pipa) + (kecepatan, debit, tinggi air)
Tipe pompa dan ukuran pompa ditetapkan berdasarkan total tinggi head pompa
dan jumlah debit yang diperlukan.
Bangunan Fasilitas yang diperlukan untuk perbaikan sungai disekitar muara sungai
adalah :
1. Tanggul pengarah (guide levee)
2. Gorong-gorong/culvert
3. Pintu air (gate)
4. Pekerjaan galian (buatan), dll.
3.2.6 Perencanaan Elevasi Puncak Tanggul pada Bagian Pasang yang Tinggi
Hal ini dapat mengikuti penjelasan yang telah diuraikan pada materi pokok 2, sub
materi 2.1
3.3 Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Hal-hal apa saja yang dijadikan pertimbangan untuk menetapkan metode
penanganan muara sungai?
2. Sebutkan bangunan yang diperlukan untuk perbaikan sungai disekitar muara
sungai!
3. Berdasarkan pada apa saja penetapan skala prioritas pompa drainase?
3.4 Rangkuman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alur dan bangunan sungai
diantaranya :
• Penanganan drainase lokal
Dalam perencanaan penanganan drainase lokal, harus ditentuikan metoda
drainase yang optimum dengan pertimbangan situasi yang nyata dari
kerusakan didaerah yang bersangkutan, arti pentingnya daerah tersebut serta
kemungkinan pengembangannya dimasa mendatang, dll.
• Penanganan muara sungai
Dalam perencanaan penanganan muara sungai, kondisi sungai dan laut harus
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam kegiatan perencanaan teknis sungai diperlukan perencanaan alur dan
bangunan sungai.
Alur air direncanakan mengikuti kaidah bahwa debit yang lewat tidak boleh melebihi
debit banjir rencana. Perencanaan alur sungai meliputi :
• Perencanaan alur air/saluran
• Perencanaan bentuk alur
• Sungai buatan (galian)
• Elevasi banjir rencana
• Bentuk penampang melintang dan memanjang sungai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alur dan bangunan sungai
diantaranya :
• Penanganan drainase lokal
Dalam perencanaan penanganan drainase lokal, harus ditentuikan metoda
drainase yang optimum dengan pertimbangan situasi yang nyata dari
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail perencanaan teknis sungai sehingga bisa
menerapkan perencanaan teknis sungai secara baik dan bijaksana.
EVALUASI FORMATIF
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul dasar-
dasar perencanaan alur dan bangunan sungai. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan terhadap materi yang
disampaikan dalam modul.
A. Soal
1. Berikut ini merupakan jenis bangunan sungai ditinjau dari fungsinya, kecuali .....
a. tembok banjir
b. tumpukan batu
c. ambang datar
d. krib
e. perkuatan tebing
2. Fungsinya adalah untuk membuat kemiringan dasar sungai menjadi kecil serta
mencegah gerusan dasar sungai dengan cara lebih melandaikan kemiringan
dasarnya guna mengurangi gaya tarik alirannya. Fungsi tersebut merupakan
fungsi dari bangunan .....
a. bendungan
b. krib
c. tanggul
d. perkuatan lereng
e. ambang dasar sungai
a. 0,60 m
b. 0,50 m
c. 0,80 m
d. 1,20 m
e. 1,50 m
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan sungai dalam kaitannya
dengan perencanaan teknis sungai. Proses berbagi dan diskusi dalam kelas dapat
menjadi pengayaan akan materi dasar-dasar perencanaan alur dan bangunan
sungai. Untuk memperdalam pemahaman terkait materi dasar-dasar perencanaan
alur dan bangunan sungai, diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul
mata pelatihan terkait atau pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta
DAFTAR PUSTAKA
Istiarto, Dr, Ir, M. Eng, JTSL FT Universitas Gadjah Mada - Urgensi Rehabilitasi
Groundsill (2008).
Kementerian Pekerjaan Umum, Ditjen. Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan
Pantai, Satker Direktorat Sungai dan Pantai - Perencanaan Teknik Sungai -
Juni 2011.
River Bureau, Ministry of Construction Japan - Manual for River Works in Japan
(Planning) 1994.
GLOSARIUM
Garis sempadan sungai : Garis batas kiri kanan saluran yang menetapkan
daerah yang dibutuhkan untuk keperluan
pengamanan saluran.
Krib/Groin sungai atau : Bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai
pengarah arus kearah tengah, guna mengatur arus sungai
Palung Sungai (river : Cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara
channel) alamiah, atau galian untuk mengalirkan sejumlah
air tertentu.
Sudetan (short-cut) : Alur baru yang dibuat di luar alur sungai lama
untuk keperluan-keperluan pengelak aliran,
penurunan muka air banjir, dan pembangunan
bendung/ bendungan.
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:
• Jika memungkinkan elevasi muka air banjir rencana yang diambil tidak lebih
dari elevasi muka air maksimum banjir yang pernah terjadi.