Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KONSEP KELUARGA

A. Pengertian
Pengertian keluarga akan berbeda. Hal ini bergantung pada orientasi
yang digunakan dan orang yang didefinisikan.
G Friedman ( 1998 ) mendifinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga .
Pakar konseling keluarga Yogyakarta , sayekti ( 1994 ), menulis
bahwa keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seseorang lali-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.
Menurut UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera , keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri suami-istri , atau suami-istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam
keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap ( serumah ) dengan peran masing-masing serta
keterikatan emosional.
B. Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan . Secara tradisional keluarag dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
1. Keluarga inti ( nuclear family ) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek-
nenek, paman-bibi )

Namun dengan berkembangannya peran individu dan meningkatnya


rasa individualism , pengelompokkan tipe keluarga selain kedua di atas
berkembangan menjadi :
1. Keluarga bentukan kembali ( dyadic family ) keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya
hidup barat pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga yang telah
cerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiiri untuk
membesarkan anaknya.
2. Orang tua tunggal ( single parent family ) adalah keluarga yang terdiri
dari slah satu orang tua dengan anak-abak akibat ceraian atau ditinggal
pasangannya
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother )
4. Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah ( the single adult living alone ) Kecenderungan di
Indonesia juga meningkat dengan daih tidak mau direpotkan oleh
pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah .
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya , biasanya dapat
dijumpai pada daerah kumuh perkotaan, tetapi pada akhirnya mereka
dinikahkan oleh pemerintah daerha meskipun usia pasangan tersebut telah
tua demi status anak-anaknya.
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin yang sama.

C. Tahap Perkembangan
Tahap Perkembangan Keluarga Keluarga Baru
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Menetapkan tujuan bersama
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
4. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
5. Persiapan menjadi orang tua
6. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua)

Bukan hanya individu saja yang mempunyai tahap perkembangan ,


perkembangah yang harus keluarga pun memiliki tahap peerkembangan
dengan berbagai tugas perkembangan tahap perkembangan menurut Carter
dan McGoldrick ( 1989 ) dan Duval (1985 )
Tabel 1-1 Perbedaan tahap perkembangan

Carter dan McGoldrick Duval


( family therapy perspective, 1989 ) ( sociological perspective, 1985 )
Tidak diidentifikasi karena period
1. Keluarga antara : masa bebas
waktu antara dewasa dan menikah
( pacaran ) dewasa muda
tak dapat ditentukan
2. Terbentuknya keluarga baru
Keluarga baru menikah
melalui suatu perkawinan
3. Keluarga yang memiliki anak 1. keluarga dengan anak baru lahir
usia muda ( anak usia bayi sampai 2. keluarga dengan anak pra sekolah
usia sekolah ) ( usia anak tertua 2-5 tahun )
3. keluarga dengan anak usia
sekolah ( usia anak tertua 6-12 )
4. keluarga yang memiliki anak 4. keluarga dengan anak remaja ( usia
dewasa anak tertua 13-20 tahun )
5. keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa ( anak-anaknya
mulai meninggalkan rumah )
5. keluarga yang mulai melepas
6. keluarga yang hanya terdiri dari
anaknya untuk keluar rumah
orang tua saja / keluarga usia
pertengahan ( semua anak
meninggalkan rumah )
6. keluarga lansia 7. Keluarga lansia

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan


tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki
keluarga . Gambaran Maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus
dijalani oleh pasangan pada fase pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini
dengan baik, antara lain :
1. Memantapkan tempat tinggal
2. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang
3. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung jawab
kepada siapa (pembagian peran & tanggung jawab)
4. Memantapkan kepuasan hubungan seksual
5. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan emosional
6. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar.
7. Memantapkan cara berinteraksi dengan teman; kolega dan organisasi
8. Menghadapi kemungkinan kehadiran anak dan perencanaannya
9. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri

Tugas perkembangan keluarga baru menikah (Rodgers cit Friedman) :


1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
a. Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
b. Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
c. Peran berubah.
d. Fungsi baru diterima.
e. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar.
Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua
pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan
minat pasangan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis atau membina
hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal
dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga
besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan
perkawinannya.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB
Hak Pasangan Baru :
a. Membuat keputusan personal tentang kapan akan memilik anak
b. Penggunaan kontrasepsi efektif
c. Konseling perkawinan     

D. Fungsi dan Peran Keluarga


1. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, dan
pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota
masyarakat/ kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah
tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, Selain itu, sebagai anggota
masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga menurut Undang-Undang No. 10 Thun 1992
membagi fungsi keluarga menjadi 8, yaitu:
a. Fungsi keagamaan adalah (1) membina norma/ ajaran agama sebagai
dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, (2) menerjemahkan
ajaran dan norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
bagi seluruh anggota keluarga, (3) memberi contoh konkret dalam
kehidupan sehari-hari dalam pengalaman ajaran agama, (4)
melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang keagamaan
yang tidak/kurang diperoleh di sekolah atau masyarakat, (5)
membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan beragama.
b. Fungsi budaya adalah (1) membina tugas keluarga sebagai sarana
untuk meneruskan norma budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan, (2) membina tugas keluarga untuk menyaring norma
dan budaya asing yang tidak sesuai, (3) membina tugas keluarga
sebagai sarana anggotanya untuk mencari pemecahan masalah dari
berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia, (4) membina tugas
keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk mengadakan
kompromi/ adaptasi dan praktik (positif) serta kehidupan globalisasi
dunia, (5) membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan
seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang
terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
c. Fungsi cinta kasih adalah (1) menumbuhkembangkan potensi simbol
cinta kasih sayang yang telah ada di antara anggota keluarga dalam
simbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan
terus menerus, (2) membina tingkah laku, saling menyayangi di
antara anggota keluarga maupun antara keluarga yang satu dan yang
lainnya secara kuantitatif dan kualitatif, (3) membina praktik
kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan uhkrawi dalam keluarga
secara serasi, selaras, dan seimbangan, (4) membina rasa, sikap, dan
praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima
kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera.
d. Fungsi perlindungan adalah (1) memenuhi kebutuhan akan rasa
aman di antara anggota keluarga. Bebas dari rasa tidak aman yang
tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga, (2) membina
keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang datang dari luar maupun dalam, (3)
membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahterah.
e. Fungsi reproduksi adalah (1) membina kehidupan keluarga sebagai
wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga
maupun keluarga sekitarnya, (2) memberikan contoh pengalaman
kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, kedewasaan
fisik dan mental. (3) mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat
baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara kelahiran
dua anak, dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga, (4)
mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
f. Fungsi sosialisasi adalah (1) menyadari, merencanakan dan
menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan
sosialisasi anak yang pertama dan utama, (2) menydari,
merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat
tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan
permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan masyarakat
mauoun sekolahnya. Membina proses pendidikan dan sosialisasi
anak tentang hal yang perlu dilakukannya untuk meningkatkan
kematangan dan kedewasaan baik fisik maupun mental, yang tidak/
kurang diberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak,
tetapi juga bagi orang tua untuk perkembangan dan kematangan
hidup bersama menuju keluarga kecil behagia dan sejahtera.
g. Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di luar
maupun di dalam kehidupan keluarga dalam rangka menopang
perkembangan hidup keluarga; mengelola ekonomi keluarga
sehingga terjadi keserasian, keselamatan, dan keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran keluarga; mengatur waktu sehingga
kegiatan orang tua di luar rumah dna perhatiannya terhadap anggota
rumah tangga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang; membina
kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
h. Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan
praktik pelestarian lingkungan internal keluarga; membina
kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup eksternal
keluarga; membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara
lingkungan keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya.
Secara umum fungsi keluarga ( Friedman , 1998) adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi afektif
2. Fungsi Sosialisasi dan rempat bersosialisasi
3. Fungsi reproduksi
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan

E. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah:
1. Pengenal kesehatan (Health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan
normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif
serta membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam
perkembangan keluarga
2. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
Seringkali kontak pertama kali dengan keluarga dimulai dengan adanya
angggota keluarga yang sakit baik melalui penemuan langsung maupun
rujukan
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik
secara berkelompok maupun individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya
5. Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, perawat
tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja
sama dengan profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga
dengan baik.

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dengan tujuan
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga.
A. Pengertian
Salvacion G. Bailon dan Araceles Maglaya (1978) mendefinisikan
perawatan kesehatan keluarga sebagai tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada “keluarga” sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan “sehat” sebagai tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya.
Dalam perawatan kesehatan, masyarakat yang menerima asuhan
keperawatan dibagi dalam 3 tingkat. Pertama, tingkat individu. Perawat
memberi asuhan keperawatan kepada individu kasus tertentu misalnya pasien
tuberkulosis, diabetes, dan ibu hamil, yang dijumpai di klini yang kadang-
kadang ditindaklanjuti perawatannya di rumah (lingkungan keluarga).
Perhatian utama pada tingkat ini adalah individu yang bersangkutan.
Kedua, tingkat keluarga. Pada tingkat ini sasaran asuhan adalah
keluarga. Perhatian utamanya adalah masalah keluarga. Perawat akan
menghadapi pasien, yaitu keluarga dengan anggotanya yang menderita
penyakit TBC, keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan anak retardasi, an
lain-lain.
Ketiga, tingkat masyarakat. Asuhan keperawatan masih tetap ditujukan
pada individu atau keluarga, tetapi klien tersebut dilihat dalam satu kesatuan
dalam masyarakat. Contoh penanggulangan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam tingkat masyarakat pada kondisi endemik malaria,
epidemik kolera, dan lain-lain adalah perbaikan sanitasi, penyuluhan
kesehatan, dan lain-lain.

B. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga
yaitu:
1. Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan. Dalam
konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang
berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal
keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan
subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan
luarnya.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat dalah sebagai
tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga
agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
keluarga
3. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Diusahakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:
a. Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan
tindakan preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang
bebas dari penyakit dan cedera
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan
pengobatan
c. Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan
rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien
dan memaksimalkan tingkat fungsinya
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan
dasar/perawatan dirumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang beresiko tinggi
11. Partisipasi keluarga aktif dilakukan
Dasar pemikiran yang ditetapkan adalah bahwa keluarga memiliki hak
dan tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut
kesehatan mereka sendiri, partisipasi aktif dari keluarga adalah suatu
pendekatan esensial yang dimaksudkan dalam strategi intervensi keperawatan
keluarga.

C. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah,
memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan
kemampuan keluarga dalam hal (1) mengidentifikasi masalah kesehatan yang
mereka hadapi, (2) mengambil keputusan tentang siapa/ ke mana dan
bagaimana pemecahan masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan
pergi ke rumah sakit, puskesmas, praktik keperawatan/ kedokteran, dll, (3)
meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan), (4) mencegah
terjadinya penyakit/ timbulnya masalah kesehatan pada keluarga, (5)
melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan di
rumah, (7) membantu tenaga profesional kesehatan/ keperawatan dalam
penanggulangan penyakit/ masalah kesehatan mereka di rumah, rujukan
kesehatan, dan rujukan medik.
Proses keperawatan mempunyai banyak tujuan. Tujuan utamanya
adalah memberikan metode sistematis bagi praktik keperawatan: proses
keperawatan menyatukan, menstandarisasi, dan mengarahkan praktik
keperawatan. Peran dan fungsi perawat ditentukan, dan komunikasi,
kolaborasi, dan sinkronisasi anggota tim kesehatan ditingkatkan leh proses
keperawatan. Penekanan diletakkan baik pada promosi, pemeliharaan dan
pemulihan atau peningkatan kematian dengan tenang, yang bergantung pada
situasi klien. Tujuan lain dari proses keperawatan adalah:
1. Memudahkan pendokumentasian data,diagnosis, rencana, respons klien,
dan evaluasi.
2. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi asuhan.
3. Memberikan arahan, pedoman, dan makna untuk asuhan keperawatan.
4. Memberikan kemungkinan asuhan yang berkesinambungan dan
mengurangi kalalaian.
5. Mengindividualisasikan keikutsertaan klien dalam keperawatan
6. Meningkatkan kreativitas dan fleksibilitas dalam praktik keperawatan.

D. Proses Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum
yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan implementasi serta
evaluasi. Dasar dari proses keperawatan adalah penggunaan cara-cara ilmiah
dalam menyelidiki dan menganalisa data-data sehingga mencapai kesimpulan
yang logis dalam penyelesaian masalah secara rasional.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga.
Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika
ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka
keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat di dalam keluarga ada
individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu merupakan fokus
utama.
Dalam praktiknya perawat biasanya bekerja sekaligus dengan keluarga
dan sekaligus dengan anggota keluarga secara individu. Ini berarti perawat
keluarga akan menggunakan proses keperawatan keluarga dalam beberapa
tingkat yaitu tingkat keluarga dan tingkat individu.
Proses keperawatan keluarga secara khusus mengikuti pola
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan
implementasi serta evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana
seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang
dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga.
Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran
atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma,
nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan
permasalahan.
Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain
dengan:
1. Wawancara
Yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan wawancara disini adalah:
a. Mendapatkan informasi yang diperlukan
b. Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi
c. Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungannya
dengan kejadian-kejadian pada waktu lalu dan sekarang
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan)
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang biasa dijadikan acuan oleh perawat
antara lain adalah KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya
misalnya informasi-informasi tertulis maupun lisan dari rujukan dari
berbagai lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim
kesehatan lainnya
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:
a. Analisa Data
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka
selanjutnya dilakukan analisa data yiatu mengkaitkan data dan
menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga.
Cara analisa data adalah:
1) Validasi data yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial
dan spiritual
3) Membandingkan dengan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan
b. Perumusan Masalah
Langkah berikutnya setelah analisa data adalah perumusan
masalah. Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan
kepada sasaran individu dan atau keluarga.
Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem,
etiologi dan sign/simptom.
1) Masalah (problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
masalah (tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau
anggota keluarga) yang diidentifikasi oleh perawat melalui
pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah
menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan secara
jelas dan sesingkat mungkin.
2) Penyebab (etiologi)
Faktor yang berhubungan yang dapat dicerminkan dalam
respon fisiologi yang dipengaruhi oleh unsur psikososial,
spiritual dan faktor-faktor lingkungan yang dipercaya
berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun
faktor resiko.
3) Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung
masalah dan penyebab. Perawat hanya boleh
mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling signifikan
untuk menghindari diagnosis keperawatan yang panjang. Tanda
dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang
dimanifestasikan dengan”.
4) Prioritas Masalah
Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya
adalah memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaan
keluarga karena dalam suatu keluarga perawat dapat
menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan keluarga, meliputi penentuan tujuan perawatan
yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan
keluarga.
d. Tindakan Keperawatan Keluarga
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
kesehatan dirumah.
e. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai
tujuan.
Tahap evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional
dengan tahapan dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan
keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.
Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format
SOAP.
2) Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana
yang perlu dimodifikasi.
Metode Evaluasi
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah:
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan simulasi

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara
umum yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan
implementasi serta evaluasi. Dasar dari proses keperawatan adalah
penggunaan cara-cara ilmiah dalam menyelidiki dan menganalisa data-
data sehingga mencapai kesimpulan yang logis dalam penyelesaian
masalah secara rasional.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang diberikan melalui praktek keperawatan dengan sasaran keluarga.
Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan.
Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga
maka keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat di dalam
keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu
merupakan fokus utama.
Dalam praktiknya perawat biasanya bekerja sekaligus dengan
keluarga dan sekaligus dengan anggota keluarga secara individu. Ini
berarti perawat keluarga akan menggunakan proses keperawatan keluarga
dalam beberapa tingkat yaitu tingkat keluarga dan tingkat individu.

b. Saran
Asuhan keperawatan keluarga dapat diaplikasikan secara
komprehensif dalam dunia keperawatan dengan melakukan pendekatan
secara terpadu kepada masyarakat yaitu keluarga dan dapat menganalisa
dengan baik diagnosa keperawatan dengan metode skoring sehingga
didapatkan dengan tepat akar permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaidin Ali, Pengantar Keperawatan Keluarga, (2009, Jakarta), Hlm: 1-25.


2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
908/MENKES/SK/VII/2010, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga, 13 Juli 2010
3. Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik,(2004,
Jakarta), Hlm: 1-10
4. Setiadi, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, ( 2008, Jakarta), Hlm:
15-20
5. Paula J Christenses, Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual Edisi
4 , (Jakarta, 2009), Hlm: 19.
6. Jhonson R Leny R, Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga,
(Jakarta, 2010), Hlm: 65

Anda mungkin juga menyukai