SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CAD 3VD (CORONARY ARTERY DESEASE 3 VESSEL DESEASE)
DENGAN POST OP CABG (CORONARY ARTERY BYPASS
GRAFTING) DI RUANG JANTUNG RSPAL DR.
RAMELAN SURABAYA
Oleh :
Mengetahui,
Kepala Ruangan
KONSEP CORONARY ARTERY DISEASE
1.1. Definisi
Penyakit arteri koronaria (coronary artery disease, CAD)
merupakan keadaan dimana terjadi penumpukan plak pembuluh darah
koroner, hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.
Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung
dengan membawa oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor memicu
penyakit ini yaitu: gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta
yang lain (Sherwood, 2014).
Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan penimbunan
lipid abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri
serta penurunan aliran darah ke jantung (Muttaqin, 2009). Ketika
penyumbatan di arteri koroner menjadi lebih parah, pasien akan merasakan
angina (nyeri dada), yang bisa menyebabkan kondisi infark miokard yang
fatal (umumnya dikenal sebagai “serangan jantung”) (AHA, 2016).
Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas,2013), secara klinis
penyakit jantung koroner ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak
nyaman dan dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat
ataupun berjalan terburu-buru. Pemeriksaan angiografi dan
elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk memastikan terjadinya
penyakit jantung koroner. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan
terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya penyakit jantung
koroner secara klinis.
1.2. Etiologi
Penyebab dari penyakit CAD ini ialah adanya sumbatan pada arteri
koroner, yang dapat menyebabkan serangan jantung iskemia miokardium
melalui tiga mekanisme: spasme vaskular hebat arteri koronaria,
pembentukan plak aterosklerotik dan tromboembolisme (Sherwood,
2014).
1.2.1 Spasme Vaskular, merupakan suatu konstriksi spastik abnormal yang
secara transien (sekejap/seketika) menyempitkan pembuluh koronaria.
Spasme ini terjadi jika oksigen yang tersedia untuk pembuluh
koronaria terlalu sedikit, sehingga endotel (lapisan 6 dalam pembuluh
darah) menghasilkan platelet activating factor (PAF). PAF memiliki
efek utama yaitu menghasilkan trombosit. PAF ini akan berdifusi ke
otot polos vaskular di bawahnya dan menyebabkan kontraksi,
sehingga menimbulkan spasme vaskular.
1.2.2 Pembentukan Aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit
degeneratif progresif pada arteri yang menyebabkan oklusi (sumbatan
bertahap) pembuluh tersebut, sehingga mengurangi aliran darah yang
melaluinya. Aterosklerosis ditandai dengan plak-plak yang terbentuk
di bawah lapisan dalam pembuluh di dinding arteri, dimana plak
tersebut terdiri dari inti kaya lemak yang dilapisi oleh pertumbuhan
abnormal sel otot polos, ditutupi oleh tudung jaringan ikat kaya
kolagen. Plak ini akan membentuk tonjolan ke dalam lumen pembuluh
arteri.
1.2.3 Tromboembolisme. Plak aterosklerotik yang membesar dapat pecah
dan membentuk bekuan abnormal yang disebut trombus. Trombus
dapat membesar secara bertahap hingga menutup total pembuluh arteri
di tempat itu, atau aliran darah yang melewatinya dapat menyebabkan
trombus terlepas. Bekuan darah yang mengapung bebas ini disebut
embolus, yang dapat menyebabkan sumbatan total mendadak pada
pembuluh yang lebih kecil.
1.3. Web Of Caution
Penyumbatan
arteri koroner Penyempitan
pembuluh darah
Coronary Artery Disease
(CAD) Pemeriksaan diagnostik Angiografi koroner: one
or teo vessel disease,
EKG Lab Echocardiografi three vessel desease and
Darah significant
Penatalaksanaan Medis
Prosedur invasif
Psikologis
Merangsang GANGGUAN
DEFISIT nociceptor MOBILITAS FISIK
PENGETAHUAN
Nyeri
dipersepsikan NYERI AKUT
1.4. Manifestasi Klinis
Pasien yang sudah mengalami CAD bisa saja tidak timbul gejala
apapun. Semakin besar sumbatan yang ada di dalam pembuluh darah,
maka aliran darah yang dapat melewatinya semakin sedikit, dan
kemungkinan untuk timbulnya gejala semakin besar. Pasien biasanya baru
mengetahui adanya CAD setelah timbul gejala. Gejala-gejala yang dapat
timbul akibat CAD antara lain (Mediskus, 2017):
a. Nyeri dada
Nyeri dada ini dirasakan sebagai rasa tidak nyaman atau tertekan di
daerah dada, sesuai dengan lokasi otot jantung yang tidak mendapat
pasokan oksigen. Nyeri dapat menjalar ke daerah bahu, lengan, leher,
rahang, atau punggung. Keluhan akan dirasakan semakin memberat
dengan adanya aktivitas.
b. Sesak
Jika jantung tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh akibat
adanya gangguan pada kontraktilitas jantung, hal ini dapat
mengakibatkan penumpukan darah dijantung sehingga terjadi aliran
balik ke paru-paru hal ini menyebabkan timbulnya penumpukan cairan
di dalam paru-paru maka seseorang akan mengalami sesak nafas
c. Aritmia
Gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.
d. Mual muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di
dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
muntah. Area infark merangsang refleks vasofagal.
e. Keringat dingin
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan ketekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokontriksi
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi berkeringat,
dingin dan lembab.
f. Lemah dan tidak bertenaga
Dapat terjadi disebabkan karena jantung tidak mampu memompakan
darahnya keseluruh tubuh sehingga suplai oksigen kejaringan
berkurang sehingga seseorang merasakan kelemahan.
1.6. Komplikasi
PJK dapat menyebabkan angina pectoris, dimana ketika tidak
ditangani dengan tepat dan cepat dapat memicu terjadinya sindrom koroner
akut gagal jantung, bahkan hingga kematian mendadak (LeMone, Burke,
& Bauldoff, 2016). Komplikasi yang terjadi tergantung pada seberapa
banyak otot jantung rusak yang merupakan akibat langsung dari arteri
koroner tersumbat dan berapa lama arteri ini tersumbat. Jika penyumbatan
memengaruhi sejumlah besar otot jantung, jantung tidak akan memompa
secara efektif dan dapat membesar, yang mungkin menyebabkan gagal
jantung. Jika penyumbatan menutup aliran darah ke sistem kelistrikan
jantung, irama jantung mungkin terpengaruh, kemungkinan mengarah ke
aritmia dan kematian mendadak (henti jantung) (Sweis & Jivan, 2019).
Penyumbatan pada arteri koroner dapat menyebabkan beberapa
komplikasi sebagai berikut (AHA, 2016):
a. Nyeri dada (Angina Pektoris). Hal ini terjadi ketika penyempitan arteri
koroner menjadi lebih parah dan memengaruhi pasokan oksigen ke
otot-otot jantung, terutama selama dan setelah olahraga berat.
b. Serangan jantung (Infark Miokard). Hal ini terjadi ketika aliran darah
benar-benar terhalang sepenuhnya. Kekurangan darah dan oksigen
akan menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung.
c. Gagal jantung (Congestive Heart Failure/CHF). Jika beberapa area
otot jantung kekurangan pasokan darah atau rusak setelah terjadinya
serangan jantung, maka jantung tidak akan bisa memompa darah
melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan
memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh.
d. Aritmia (irama jantung yang tidak normal). Aritmia merupakan
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung
Nyeri: P: luka bekas operasi pada dada dan kedua tungkai kaki
Q: cenut-cenut
R: pada bagian luka operasi di dada dan kedua tungkai kaki
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul dan saat melakukan pergerakan
Genogram:
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
56
: Tinggal
Serumah
: Meninggal
B1 : Breath/Pernapasan
Wawancara : pasien mengatakan sesak dan nafas terasa berat ketika istirahat, terlebih saat
melakukan aktifitas
Inspeksi : Bentuk dada : normochest
Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Batuk : ada batuk
Warna sputum : kuning
Pergerakan dada : simetris
Sianosis : tidak ada sianosis
Palpasi : Vokal fremitus : teraba jelas
Nyeri tekan di dada : tidak ada
Auskultasi : Sesak nafas : ada sesak nafas Suara nafas tambahan : ronkhi
Pola nafas : cepat dan dangkal
Irama nafas : reguler
Suara nafas : vesikuler
B2 / Blood / Sirkulasi
Wawancara : pasien mengatakan ada nyeri pada dada dan kedua tungkai di bagian luka
bekas operasi
P: luka bekas operasi pada dada dan kedua tungkai kaki
Q: cenut-cenut
R: pada bagian luka operasi di dada dan kedua tungkai kaki
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul dan saat melakukan pergerakan
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
B6 / Bone/ Muskuloskletal
Inspeksi
Kelainan jaringan/trauma : tidak ada kelanan tulang/ trauma
Warna luka : tidak ada luka j. Turgor Kulit : baik
Massa otot : normal
ROM : Aktif
Tulang : tidak ada kelainan
Nyeri : tidak ada
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555
Keterangan :
5 = mampu melawan tahanan normal, 4 = mampu melawan tahanan ringan, 3 = mampu melawan
grafitasi, 2 = mampu menggerakkan sendi, 1 = terdapat kontraksi otot, 0 = tidak ada kontraksi otot.
Sistem Integumen
Kulit : warna coklat sawo matang, tidak ada kelainan pigmentasi, tidak pucat. Terdapat 3 luka Post
operasi CABG. Pernama pada bagian sternum dengan panjang +13 cm, dan 2 luka lainnya pada
bagian tungkai kaki kanan dan kiri. Luka tidak mengeluarkan pus atau bau dan tidak ada tanda-
tanda infeksi Suhu kulit hangat, tidak terdapat bau busuk
Saat MRS
Sistem Penginderaan
Sistem penglihatan : Baik (normal) Sistem pendengaran : Baik (normal)
Mata : simetris Telinga : simetris
Pupil : isokor Kebersihan : bersih
Konjugtiva : tidak anemis Kelainan : tidak ada
Sklera : tidak ikterik
Reflek cahaya : +/+
Lapang pandang : normal
Gangguan : tidak ada gangguan
Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari MRS Mandi : Seka dua kali sehari
Keramas : 2 hari sekali Keramas : Belum keramas
Ganti pakaian : 2 kali sehari Ganti pakaian : 1 hari sekali
Sikat gigi : 2 kali sehari saat mandi Sikat gigi : 2 kali sehari saat mandi
Memotong kuku : 1 minggu sekali Memotong kuku : 1 minggu sekali
Psikososiocultural
Darah Lengkap
Trombosit
Mahasiswa
Kelompok 3H
.................................................................... .................................................................
NIP : NIP :
ANALISA DATA
Data / Faktor resiko Etiologi Masalah/Problem
DS: Agen pencedera fisik (luka Nyeri Akut (SDKI hal. 172,
Pasien mengatakan nyeri pada pada Post Op CABG) D.0077)
luka operasi
P: luka bekas operasi pada dada dan
kedua tungkai kaki
Q: cenut-cenut
R: pada bagian luka operasi di dada
dan kedua tungkai kaki
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul dan saat melakukan
pergerakan
DO:
- Pasien tampak tidak nyaman
seperti takut untuk melakukan
pergerakan dan meringis
- Pasien tampak bersikap protektif
pada luka bekas operasi untuk
menghindari munculnya nyeri
- TD: 111/75 mmHg
- N: 80x/menit
- S: 36.5oC
- RR: 21x/menit
- SpO2: 99%
- Terdapat luka post op CABG pada
kedua tungkai kaki dan bagian
sternum
DS: Kecemasan Gangguan mobilitas fisik
Pasien mengatakan takut bergerak (SDKI hal. 124, D.0054)
karena luka operasinya.
DO:
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
- Rentang gerak menurun
DS: Faktor resiko: Risisko infeksi (SDKI hal.
DO: a. Penyakit kronis 304, D.0124)
- Pasien memiliki riwayat penyakit (diabetes mellitus)
diabetes mellitus (hasil gula darah b. Efek prosedur invasif
acak: 223 mg/dL) c. Kerusakan integritas
- Terdapat luka post op CABG. kulit.
Kondisi luka baik, tidak tampak
tanda-tanda infeksi dan tidak ada
pus atau cairan yang keluar
TANGGAL PARAF
NO MASALAH KEPERAWATAN ditemukan teratasi (nama)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen 4 november
pencedera fisik (luka post op CABG) 2021
(SDKI hal. 172, D.0077)
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Nyeri menurun c. Pencegahan Infeksi 1. Untuk mengetahui keadaan
dibuktikan tindakan keperawatan 2. Bengkak Observasi umum pasien
dengan efek selama 2x12 jam menurun Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Untuk mengetahui apakah
prosedur invasif diharapkan tidak 3. Kemerahan Terapeutik muncul tanda dan gejala infeksi
(SDKI hal. 304, terjadi infeksi menurun 1. Batasi jumlah pengunjung 3. Pengunjung yang berlebihan
D.0124) 4. Jaringan parut 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah berpotensi menyebabkan
menurun kontak dengan pasien dan penularan virus/bakteri
5. Perfusi jaringan lingkungan pasien 4. Cuci tangan dapat meringankan
meningkat 3. Pertahankan teknik aseptik pada transmisi virus/bakteri penyebab
pasien beresiko tinggi bakteri dari perawat ke pasien
Edukasi 5. Memberitahu pasien agar dapat
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi mengidentifikasi secara dini
2. Ajarkan cara mencucui tangan apabila muncul infeksi
dengan benar 6. Cuci tangan yang benar dapat
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi meminimalisir terjadinya infeksi
luka atau luka operasi 7. Agar pasien dapat mengetahui
apakah ada perbedaan pada luka
d. Perawatan Area Insisi 8. Melakukan perawatan luka
Observasi dengan benar dapat mencegah
1. Periksa lokasi insisi adanya terjadinya infeksi yang dapat
kemerahan, bengkak, atau tanda- muncul pada luka.
tanda dehisen atau eviserasi
2. Monitor proses penyembuhan area
insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
2. Usapkan area insisi dari area yang
bersih menuju area yang kurang
bersih
3. Pertahankan posisi tabung drainase
4. Berikan salep antiseptik, jika perlu
5. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Ajarkan meminimalkan takanan
pada tempat insisi
2. Ajarkan cara merawat tempat insisi
1,2,3 Jum’at/ 5 a. Mengobservasi keadaan umum dan Jum’at/ 5 1 S: pasien mengatakan nyeri berkurang (skala
November tanda vital pasien. (KU: cukup) November 2)
1 2021 b. Mengidentifikasi nyeri pasien (skala 2) 2021 P: luka post op CABG hari ke 4
2 07.00- c. Menganjurkan mobilisasi bertahap 07.00- Q: cenut-cenut
13.00 pada pasien 13.00 R: pada bagian luka operasi di dada dan kedua
2 d. Melakukan kolaborasi latihan tungkai kaki
fisioterapi bersama terapis S: skala nyeri 2
3 e. Memantau hasil cek gda: 300mg/dL T: hilang timbul
1,2,3 f. Melakukan kolaborasi pemberian obat
(terapi oral: bisoprolol 1x5mg, ISDN 5 O:
mg, aptor 1x100mg dan atrovastatin TD: 106/64 mmHg Nadi: 73
1x40mg. Injeksi IV cinam, Tramadol
Suhu: 36.5
drip dalam NS 100, injeksi sc
SpO2: 99%
novorapid 14 Ui)
GCS: 456
RR: 18
- Pasien sudah dapat beradaptasi dengan
lukanya dan tampak sedikit nyaman untuk
melakukan pergerakan
- Pasien tampak bersikap protektif pada luka
bekas operasi untuk menghindari munculnya
nyeri
- Terdapat luka post op CABG pada kedua
tungkai kaki dan bagian sternum
O:
TD: 109/70 mmHg Nadi: 75
Suhu: 36.3
SpO2: 99%
GCS: 456
RR: 21
- Pasien sudah dapat beradaptasi dengan lukanya dan tampak sedikit nyaman
untuk melakukan pergerakan
- Sikap protektif pasien pada lukanya sedikit berkurang
- Terdapat luka post op CABG pada kedua tungkai kaki dan bagian sternum