Anda di halaman 1dari 3

DEBAT KASUS

1. Kasus DNR (Do Not Resuscitate/Jangan diresusitasi)

Ny. Garcia adalah wanita berusia 83 tahun yang mempunyai riwayat sclerosis.

Keluarganya menyatakan bahwa dirinya tidak ingin mendapat RJP (DNR). Kondisi Ny.

Garcia tidak memungkinkan untuk membuat kepustusan. Suaminya adalah penanggung

jawab untuk memutuskan semua tindakan medik. Minggu lalu, Ny. Garcia mengalami

serangan jantung dan sedang berada di ICU. Pagi ini, kondisi Ny. Garcia memburuk

tetapi dapat diselamatkan dengan RJP (CPR). Suami Ny. Garcia sudah dihubungi dan

datang ke Rumah sakit. Kondisi Ny. Garcia saat ini coma dan bergantung dengan alat-

alat resusitasi. Keluarga (Suami) meminta pihak rumah sakit untuk melepas segala

peralatan medik yang melakat pada Ny. Garcia.

a. Kelompok pertama (Pro): Setuju dengan tindakan keluarga untuk menolak resusitasi.

Karena keluarga juga mempunyai hak untuk memutuskan tindakan medik yang

diberikan.

b. Kelompok kedua (Kontra): Tidak setuju dengan keputusan yang diambil keluarga.

Karena yang seharusnya memutuskan adalah pasien itu sendiri. Terlebih lagi apakah

ada hak untuk mengakhiri hidup diri sendiri atau orang lain.

Masing masing kelompok mencari referensi untuk menguatkan alasannya. Tidak ada

batasan referensi debat. Referensi bisa dari Nilai moral, Undang-Undang, Jurnal, Agama

(Qur’an & Hadits), dll.


2. Kasus Triage (3 level vs 5 level)

Seorang perawat UGD mengeluhkan sistem TRIAGE yang dipakai di rumah sakit tidak

sesuai lagi untuk digunakan karena hanya 3 level kegawatan saja (START Triage). Dia

berasumsi bahwa sistem triage ini meningkatkan kematian di UGD karena jarak antara

kasus MERAH dan Kuning yang terlalu lama (kasus merah/resusitasi dengan waktu < 10

menit dan kasus kuning/urgen dengan waktu < 30 menit). Oleh karenanya, perawat

tersebut menyampaikan pendapat kepada atasan agar dipertimbangkan untuk mengganti

sistem triage 5 level seperti ESI, ATS, CTAS, dll.

a. Kelompok pertama (Pro): Setuju karena memang sistem Triage START lebih cocok

untuk kasus bencana bukan di RS dan negara-negara maju kebanyakan menggunakan

5 level.

b. Kelompok kedua (Kontra): Tidak setuju karena sistem triage START lebih mudah

digunakan dan sesuai dengan sumber daya manusia yang ada di rumah sakit- rumah

sakit Indonesia pada umumnya.

Masing masing kelompok mencari referensi untuk menguatkan alasannya. Tidak ada

batasan referensi debat. Referensi bisa dari Nilai moral, Undang-Undang, Jurnal, Agama

(Qur’an & Hadits), dll.


3. Kasus sistem administrasi UGD

Seorang memprotes sistem administrasi RS Bahagia di media massa. Dia mengeluhkan

sistem managemen UGD yang tidak mendukung pasien gawat darurat karena harus

mendaftar dahulu di TPPRJ (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan) sebelum

penanganan. Padahal dalam kondisi gawat seharusnya pasien UGD harus segera ditolong.

Oleh karenanya, orang ini berpendapat sistem pelayanan UGD RS Bahagia harus diubah.

c. Kelompok pertama (Pro): Setuju karena sudah seharusnya pasien gawat darurat harus

dilakukan penanganan terlebih dahulu tanpa dipersulit permasalahan pendaftaran.

d. Kelompok kedua (Kontra): Tidak setuju karena fakta dari RS menyebutkan bahwa

hanya 10% pasien yang masuk UGD adalah True Emergency. Oleh karenanya jika

sistem dirubah maka akan beresiko merugikan RS karena tidak semua tindakan

kegawatan dapat diklaim asuransi.

Masing masing kelompok mencari referensi untuk menguatkan alasannya. Tidak ada

batasan referensi debat. Referensi bisa dari Nilai moral, Undang-Undang, Jurnal, Agama

(Qur’an & Hadits), dll.

Anda mungkin juga menyukai