KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
DISUSUN OLEH:
Kelas :PSIK JT 1
Jawaban=
Pengertian Triase
1. Merah: Kode warna merah diberikan kepada pasien yang jika tidak
diberikan penanganan dengan cepat maka pasien pasti akan meninggal,
dengan syarat pasien tersebut masih memiliki kemungkinan untuk dapat
hidup. Contohnya pasien dengan gangguan pernapasan, trauma kepala
dengan ukuran pupil mata yang tidak sama, dan perdarahan hebat.
2. Kuning: Kode warna kuning diberikan kepada pasien yang memerlukan
perawatan segera, namun masih dapat ditunda karena ia masih dalam kondisi
stabil. Pasien dengan kode kuning masih memerlukan perawatan di rumah
sakit dan pada kondisi normal akan segera ditangani. Contohnya pasien
dengan patah tulang di beberapa tempat, patah tulang paha atau panggul,
luka bakar luas, dan trauma kepala.
3. Hijau: Kode warna hijau diberikan kepada mereka yang memerlukan
perawatan namun masih dapat ditunda. Biasanya pasien cedera yang masih
sadar dan bisa berjalan masuk dalam kategori ini. Ketika pasien lain yang
dalam keadaan gawat sudah selesai ditangani, maka pasien dengan kode
warna hijau akan ditangani. Contohnya seperti pasien dengan patah tulang
ringan, luka bakar minimal, atau luka ringan.
4. Putih: Kode warna putih diberikan kepada pasien hanya dengan cedera
minimal di mana tidak diperlukan penanganan dokter.
5. Hitam: Kode warna hitam diberikan kepada pasien yang setelah diperiksa
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Misalnya, mereka yang masih
hidup namun mengalami cedera yang amat parah sehingga meskipun segera
ditangani, pasien tetap akan meninggal.
Namun demikian, sistem triase gawat darurat medis ini tidak kaku. Jika
pasien dengan kode merah yang telah mendapat penanganan pertama dan
kondisinya sudah lebih stabil maka kode pasien tersebut bisa diubah menjadi
warna kuning. Sebaliknya, pasien dengan kode kuning yang kondisinya
mendadak tambah parah bisa saja kodenya diubah jadi warna merah.
Kasus Triase
2. Seorang ibu masuk kerumah sakit dengan keluhan pecahnya ketuban dini
disertai adanya perdarahan. Setelah dilakukan periksaan oleh bidan pasien masih
dalam tahap pembukaan 3, namun pasien tidak mampu lagi mengedan dan
Nampak lemah karena sudah 3 hari dipuskesmas . Keluarga pasien mengatakan
bahwa ini adalah kehamilan ketiganya. Dari kasus diatas pasien masuk dalam
kategori triage berlabel orange dan harus diberikan tidakan secepatnya diruang
OK.
3. Terjadi kecelakaan lalu lintas antara mobil pete’ pete’ dengan sepeda motor.
Pengemudi motor tersebut jatuh terlentang dipinggir jalan. Setelah dilihat kondisi
fisiknya pengemudi tersebut Nampak luka pada kaki kanannya serta kedua
tangannya terdapat luka sobek yang perlu penaganan. Tingkat keadarannya
apatis. Dari kasus diatas pasien masuk dalam kategori triage berlabel kuning dan
harus dilarikan kerumah sakit untuk diberi tindakan berupa heckting pada
sobekan luka yang terdapat pada permukaan kulitnya
4. Seorang ibu membawa anaknya kerumah sakit dengan keluhan demam sejak 2
hari yang lalu, permukaan kulinya teraba panas. Ibunya mengatakan anaknya
rewel dan tidak mau makan. Ibunya nampak cemas melihat kondisi anaknya.
Setelah diperiksa anak tersebut mengalami peningkatan suhu 38°C, nadinya 80x/i,
pernapasan 25x/i. Dari kasus diatas pasien masuk dalam kategori triage berlabel
hijau dan harus dirawat diruang PICU.
5. Terjadi kecelakaan lalu lintas dijalan raya antara mobil dengan sepeda motor
tepatnya didepan kantor DPRD kabupaten Bulukumba. Pada saat dilihat
kondisinya pengemudi kendaraan beroda dua tersebut tidak dikenali lagi karena
tubuhnya tidak menyatu lagi, melainkan terpisah-pisah. Dilihat dari kondisinya
pasien tidak bisa lagi diselamatkan. Dari kasus diatas kita dapat merumuskannya
dalam kategori triage berlabel hitam dan harus dibawa keruang mayat.
Pembahasan:
Catatan :
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip isu end of life menurut NSW Health
tahun 2005!
Jawaban=
A.Pengertian
B.Prinsip-prinsip end of life menurut NSW Health (2005), prinsip end of life antara
lain:
Jawaban=
Jawaban=
Konsep Do Not Resucitation (DNR) atau Jangan Lakukan Resusitasi
merupakan suatu tindakan dimana dokter menempatkan sebuah instruksi berupa
informed concent yang telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di
dalam rekam medis pasien, yang berfungsi untuk menginformasikan staf medis
lain untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary
resuscitation (CPR) pada pasien. Pesan ini berguna untuk mencegah tindakan
yang tidak perlu dan tidak diinginkan pada akhir kehidupan pasien dikarenakan
kemungkinan tingkat keberhasilan CPR yang rendah (Sabatino, 2015). DNR
diindikasikan jika seorang dengan penyakit terminal atau kondisi medis serius
tidak akan menerima cardiopulmonary resuscitation (CPR) ketika jantung atau
nafasnya terhenti.
Form DNR ditulis oleh dokter setelah membahas akibat dan manfaat dari
CPR dengan pasien atau pembuat keputusan dalam keluarga pasien (Cleveland
Clinic, 2010). American Heart Association (AHA) mengganti istilah DNR (Do Not
Resuscitate) dengan istilah DNAR (Do Not Attempt Resuscitate) yang artinya
adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap pasien dengan
kondisi tertentu, atau tidak mencoba usaha resusitasi jika memang tidak perlu
dilakukan, sehingga pasien dapat menghadapi kematian secara alamiah,
sedangkan istilah DNR (Do Not Resuscitate) mengisyaratkan bahwa resusitasi
yang dilakukan akan berhasil jika kita berusaha (Brewer, 2008). Keputusan
penolakan resusitasi (DNAR) menurut Brewer (2008) melibatkan tiga prinsip
moral yang dapat dikaji oleh perawat, yaitu autonomy, beneficience, dan
nonmalefecience, ketiga prinsip tersebut merupakan dilema etik yang menuntut
perawat berpikir kritis, karena terdapat dua perbedaan nilai terhadap
profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan, secara profesional
perawat ingin memberikan pelayanan secara optimal, tetapi disatu sisi terdapat
pendapat yang mengharuskan penghentian tindakan.
Jawaban=
Mekanisme trauma
Jawaban=
Jawaban=
Patofisiologi
Jawaban=
1. M e k a n i s m e c e d e r a k e p a l a b e r d a s a r k a n m e k a n i s m e n y a c
e d e r a k e p a l a d i b a g i a t a s c e d e r a k e p a l a t u m p u l d an ce d e r a
kepala tembus. Cedera kepala tumpul
b i a s a n y a berkaitan dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau terke
na pukulan bendat u m p u l . S e d a n g c e d e r a k e p a l a t e m b u s d i s
ebabkan oleh peluru atau tusukan(Bernath, 2009).
2. b e r a t n y a c i d e r a k e p a l a d i k l a s i fi k a s i k a n b e r d a s a r k a n
nilai Glasgow coma Scale adalah sebagai berikut:
a. GCS 15
a. GCS 13-15
a. GCS 9-12 atau GCS lebih dari 12 disertai lesi intrakanial operatif/ CT-
Scan abnormal
Jawaban=
EDH:
SDH
Pendarahan pada ruang antara otak dan jaringan yang menutupi otak.
Perdarahan subarachnoid, keadaan darurat medis, biasanya dari pembuluh darah
menonjol yang memasuki otak (aneurisma). Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan otak permanen atau kematian jika tidak segera ditangani. Gejala
utamanya adalah sakit kepala tiba-tiba dan parah. Rawat inap diperlukan untuk
penanganan suportif serta menghentikan pendarahan dan membatasi kerusakan
otak. Penanganan dapat berupa operasi atau terapi berbasis kateter.
Diagnosa keperawatan yang muncul secara teori pada klien ada 3 diagnosa
antara lain adalah
Jawaban=
Secara klinis trauma thoraks dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
mekanisme dari trauma, luas, lokasi, trauma lain yang menyertai dan penyakit
komorbid yang dimiliki. Akan terjadi gangguan fungsi respirasi dan secara
sekunder berhubungan dengan disfungsi jantung, sehingga tatalaksana pada
trauma thoraks akan mengembalikan fungsi kardiorespirasi menjadi normal,
menghentikan pendarahan dan mencegah sepsis (Saaiq et al, 2010; Eckstein and
Handerson, 2014; Lugo et al, 2015).
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma thoraks mulai dari ringan
hingga berat tergantung pada besar kecilnya gaya dari trauma. Kerusakan yang
ringan pada dinding thoraks berupa fraktur kosta simpel, sedangkan lebih berat
berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi pneumothoraks, hematothoraks
atau kontusio pulmonum. Lebih dalam lagi dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah besar atau trauma langsung pada jantung. Selain kerusakan
anatomi didapatkan juga gangguan pada fungsi fisiologi dari sistem repirasi dan
kardiovaskular.
Jawaban=
ASKEP
1.1.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Mei 2021 di ruang ICCU RSU HKBP
BALIGE dengan data-data sebagai berikut, nama Tn. A.S berumur: 65 tahun, jenis
kelamin laki-laki. Masuk rumah sakit dengan diagnosa medis : PPOK + UAP, no
RM413949, pendidikan terakhir SMA, beralamat di tarus, pasien masuk RS pada
tanggal MRS 01 mei 2021, sedangkan pengkajian dilakukan pada tanggal
pengkajian 02 mei 2021, status perkawinan pasien sudah menikah, suku bangsa
jawa, pekerjaan wiraswasta, Identitas penanggung jawab Tn. A.S adalah Nama Ny.
S berjenis kelamin perempuan, beralamat di Tarus, pekerjaan Ibu rumah tangga,
hubungan dengan klien sebagai Istri. Pasien rujukan dari rumah sakit leona, MRS
dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, lemas, tidak ada nyeri dada.
sebelummnya dirawat selama 4 hari di RS Leona. karena sesak bertambah pasien
dirujuk ke IGD RSU murni teguh memorial hospital dan sekarang dirawat di
ruangan ICCU. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 03 Mei 2021 jam 16:30
pasien mengatakan ia merasakan sesak nafas, batuk berdahak sulit keluar, dan
badan terasa lemas.Pasien juga pernah masuk rumah sakit pada tahun 2015
dengan penyakit jantung. Selain itu pasien mengatakan tidak menderita penyakit
menular. Pada pengkajian primer jalan napas pasien mengatakan ia merasa sesak
napas dan batuk berdahak sulit keluar. Sesak saat beraktivitas, didapatkan data
lainnya jalan napas pasien terdapat sputum, pasien tampak sesak, , irama napas
tidak teratur, frekuensi napas 28 x/menit, terdapat bunyi ronchi pada sela iga ke 2
kiri dan kanan, batuk produktif ada sputum dengan konsistensi kental dan
berwarna putih. Saat 29 dilakukan pengkajian tingkat kesadaraan diperoleh hasil
tingkat kesadaraan composimentis dengan hasil GCS E 4 V 5 M 6.Pasien berbaring
dengan posisi semi fowler dengan terapi O2 4 liter per nasal kanul, ADL
(makan/minum, toileting, personal hygiene) dibantu keluarga dan perawat. pada
pengkajian sirkulasi perifer diperoleh hasil nadi 86 x/menit, irama teratur,
denyutan lemah. Tekanan darah 90/60 mmHg, ekstremitas hanga, warna kulit,
tidak ada tanda sianosis, tidak ada nyeri dada, capilarry refil time < 3 detik. Saat
dilakukan pengkajian tentang asupan cairan dan elektrolit diperoleh hasil turgor
kulit baik < 3 detik, mukosa mulut kering, kebutuhan nutrisi pasien yaitu peroral
±660 cc/ hari sedangkan cairan parenteral Nacl 0,9 % 500 cc / 24 jam. Ketika dikaji
pada bagian eliminasi BAK 3x/hari, dengan warna kuning jernih dalam jumlah
sedang, tidak ada nyeri saat BAK. Serta pada elimenasi BAB pasien belum pernah,
sejak masuk rumah sakit yaitu pada tanggal 01 sampai 02 mei 2021 dimana
tanggal dilakukannya pengkajian, ketika auskultasi pada bising usus diperoleh
hasil 8 x/menit. Pada pengkajian sekunder muskuluskeletal tidak ditemukan
adanya fraktur ataupun kerusakan jaringan, kekuatan otot pada ekstremitas
bawah dan atas bagian kiri kanan ditemukan kekuatan otot 3 untuk tiaptiap
bagian ekstremitas. Pengkajian sekunder integumen diperoleh hasil tidak adanya
vulnus maupun luka bakar. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah
pemeriksaan labboratorium darah lengkap dipperoleh hasil Hb 12,9 g/dL, jumlah
leukosit 12.22 10^3/ul, Gula Darah 202Mg/dL, Kalium Darah 4,8mooL/L.
Pemeriksaan pada foto thoraks yang dilakukan pada tanggal 23 mei 2019 dengan
hasil cardiomegali. Sedangkan pada pemeriksaan EKG diproleh hasil Sinus, T
terbalik/invertid v1-v2 (iskemik anterior) Terapi yang telah diberikan oleh petugas
ruangan yaitu Furosemide40 mg/IV, Sepironolactone25 mg/IV, Aspilet80 mg/IV,
cpg75 mg/oral, 30 Sinvastatin20 mg/oral 20 mg/IV, Methilpredisolon2x62,5
mg/IV, Sukralfaat sirup3 x/oral, N-ACE3x200 mg/oral, Refapil1 x 1/oral,
Omeprazole2 x 1 vial/IV.
Untuk diagnosa I Nic label yang dipilih untuk menjadi sumber perencanaan
adalah Manajemen Jalan Napas beserta dengan aktivitasnya posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan visioterapi dada, motivasi pasien untuk
bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk, ajarkan pasien teknik napas dalam
dan batuk efektif, intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif,
auskultasi suara napas, posisikan untuk meringankan sesak napas, monitor status
pernapasan dan oksigenasi (kecepatan, irama, frekuensi, kedalaman, dan
kesulitan bernapas), monitor TTV pasien. Untuk diagnosa II Nic label yang dipilih
untuk menjadi sumber perencanaan adalah Manajemen Energi kaji status
fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan, lakukan ROM pasif , monitor sisten
kardiorespirasi selama kegiatan, bantu penuhi kebutuhan ADL pasien, monitor
TTV pasien.
Jawaban=
1. Trauma tumpul
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : -
Alamat : Terusan Sigura-gura Blok E60 Kota Malang
Tangga&Jam Pengkajian : 24 Februari 2021 & 12.31 WIB
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W
Umur : 41 tahun
Alamat : Terusan Sigura-gura Blok E60 Kota Malang
Hubungan dengan klien : Anak
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan.
3. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
D. Primary Survay
1. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
2. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menitR :
26x/menit, pernafasan reguler
3. Circulasi
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit Capillary reffil : 3 detik
4. Disability
GCS : E4M5V6 Kesadaran : Compos Mentis
5. Exposure
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
E. Secondary Survay
1. AMPLE
2. Alergi:
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan
ataupun obat-obatan.
3. Medicasi:
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengkonsumsi obat
apapun.
4. Pastillnes:
Klien sebelumnya pernah di rawat di RS Dr. Saiful Anwar Malang dengan
penyakit paru-paru.
5. Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
6. Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium tanggal 15 -10-2009
2. Hemoglobin : 14,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
3. Eritrosit : 5,05 106/ul (n : 4,5-5,9 106/ul)
4. Leukosit : 12,1 103/ul (n : 4,0-11,3 103/ul)
5. Hematokrit : 43,8% (n : 40-52%)
6. Trombosit : 204
7. Gol darah : O
8. HBSAG : -
3.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ansietas, nyeri ditandai dengan
pola nafas abnormal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pola napas klien
menjadi normal
Kriteria Hasil : Pada evaluasi hasil didapatkan skor 5 pada indikator NOC dengan
penurunan ekspansi paru
Diagnosa 2
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi wajah nyeri,
mengekspresikan perilaku
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil : Pada evaluasi hasil didapatkan skor pada indikator NOC
NOC : Pain Level
N INDIKATOR 1 2 3 4 5
O
1 Pelaporan nyeri Jarang
Terus menerus melaporkan
(sejak nyeri
kecelakaan)
2 Respiratory 12-
Rate 26x/m 20x/m
Administrasi analgetik:
1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul
Diagnosa 3
Resiko Syok
Masalah keperawatan: Risiko syok hipovolemik
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami syok
hipovolemik.
NIC: Bleeding Precautions
1. Monitor perdarahan pasien (perdarahan dalam) hematoma
2. Catat kadar Hb dan HCT sebelum dan setelah kehilangan darah
3. Monitor TD pasien
4. Kolaborasi terkait pemberian obat (antacid) jika diperlukan
5. Bombing keluarga dan pasien untuk memberitahu perawat jika ada tanda dan gejala
perburukan pendarahan.
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan:
Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
Pernafasan buatan Berikan oksigen jika ada
Penilaian ulang ABC harus dilakukan lagi jika kondisi pasien tidak stabil
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan
pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan:
Hentikan perdarahan eksternal
Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
Berikan infus cairan
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Cara ini cukup jelas dan cepat.
3.6 Implementasi
Dx 2: Nyeri Akut
1. Evaluasi kesiapan klien untuk pulang
a. Tidak ada secret di saluran pernafasan
b. RR dalam rentan normal; (12-20 X/Menit)
c. Rencana Pengobatan untuk di rumah:
- Keperluan perawatan di rumah dan istirahat disediakan
- Keluarga memiliki dukungan sosial yang dibutuhkan
- Keluarga memahami prosedur monitoring RR
- Keluarga memiliki sumber komunikasi dan akses ke pelayanan kesehatan