Anda di halaman 1dari 39

PROSEDUR TINDAKAN

BENCANA
By: Ns.Ola
PROSES INISISASI AWAL PADA BENCANA

• Merupakan penilaian awal korban bencana dengan


cedera multipel.
• Ditujukan untuk mencegah kematian dini dan kecacatan
• Kematian dini dapat diakibatkan krn gagalnya
oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi tidak
adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan
perfusi end-organ tidak memadai), cedera SSP masif
(mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya.
• Cedera penyebab kematian dini mempunyai
pola yang dapat diprediksi (mekanisme
cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi
lingkungan).
• Tujuan penilaian awal adalah untuk
menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/
kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai
tindakan sesuai, serta untuk mengatur
kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau
transfer ke fasilitas yg sesuai.
Tingkat Respons atas Bencana
Tujuan: Akan menentukan petugas dan sarana
apa yang diperlukan ditempat kejadian.
 Respons Tingkat I : Bencana terbatas yang
dapat dikelola oleh petugas sistim gawat
darurat dan penyelamat lokal tanpa
memerlukan bantuan dari luar organisasi.
 Respons Tingkat II : Bencana yang melebihi atau
sangat membebani petugas sistim gawat darurat
dan penyelamat lokal hingga membutuhkan
pendukung sejenis serta koordinasi antar
instansi. Khas dengan banyaknya jumlah korban.
 Respons Tingkat III : Bencana yang melebihi
kemampuan sumber sistim gawat darurat dan
penyelamat baik lokal atau regional. Korban yang
tersebar pada banyak lokasi sering terjadi.
Diperlukan koordinasi luas antar instansi.
Triase
• Triase adalah proses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera atau penyakit
(berdasarkan yang paling mungkin akan
mengalami perburukan klinis segera) untuk
menentukan prioritas perawatan gawat
darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk
tindakan).
• Proses triase inisial harus dilakukan oleh
petugas pertama yang tiba / berada ditempat
dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat
berubah. Bila kondisi memburuk atau
membaik, lakukan retriase.
• Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan
penyakit pra RS, mekanisme cedera, usia, dan
keadaan yang diketahui atau diduga
membawa maut.
• Temuan yang mengharuskan peningkatan
pelayanan antaranya cedera multipel, usia
ekstrim, cedera neurologis berat, tanda vital
tidak stabil, dan kelainan jatung-paru yang
diderita sebelumnya.
START
• START membagi korban menjadi empat
kelompok. Ada yang memulai membagi dari
korban yang memiliki cedera paling ringan,
tapi ada juga yang membagi dari korban yang
telah meninggal. Sistem ini sangat sederhana
untuk dipelajari dan sangat berguna pada
keadaan dimana sumber daya medis yang ada
kurang sampai datangnya bantuan tambahan.
• Triase akan lebih baik jika penolong memiliki
triage tag, jika tidak ada dapat digunakan
marker, spidol atau lipstick yang ditulis di dahi
korban
Triase 1
Dengan jelas dan keras, perintahkan para korban yang terlihat
sadar untuk bangun dan berjalan ke tempat yang lebih aman
dimana tim medis berada dan dimana mereka akan mendapat
pertolongan lebih lanjut. Seseorang yang dapat berjalan,
dianggap tidak memerlukan pertolongan segera walaupun
mengalami cedera, walaupun begitu kategori/kriteria mereka
dapat berubah. Orang-orang ini biasa disebut ‘walking wounded’,
merekalah yang dapat diberdayakan untuk membantu tim medis
dalam mengevakuasi ataupun merawat korban yang lebih berat.
Orang-orang ini biasa diberi green tag atau diberi tanda ‘M’.
Korban yang termasuk dalam kategori ini adalah korban dengan
luka ringan, fraktur ringan atau luka bakar minor.
Triase 2
Pada korban yang tersisa, periksa keadaan, secara
berturut-turut, respirasi, perfusi dan status mental.

 Respiratory Assessment
Jika terdapat seorang korban yang tidak bernapas,
perbaiki posisi kepala dan bebaskan jalan napas. Jika
pernapasan spontan tidak juga muncul beri korban tanda
black tag atau tanda ‘D’. Jangan coba untuk melakukan
RKP, karena banyak pasien yang mungkin meninggal
sementara kita menolong korban ini.
 Perfusion Assessment
Jika korban bernapas, periksa frekuensinya, apabila lebih dari
30 kali/menit, dengan ujung kaki dan tangan dingin, basah dan
pucat, kemungkinan korban akan mengalami syok. Beri tanda
red tag atau tanda ‘I’, kemudian baringkan korban, tinggikan
tungkai bawah (posisi syok) dan selimuti dengan jaket, selimut
atau pakaian yang kering.
Jika korban yang didapatkan bernapas dengan frekuensi
kurang dari 30 kali/menit, periksa perfusinya (sirkulasi darah)
dengan menekan dan lalu melepas ujung kuku, jika ujung kuku
kembali merah muda dalam waktu lebih dari dua detik, beri
korban red tag atau tanda ‘I’. Kontrol perdarahan yang signifikan
dengan melakukan direct pressure dapat dilakukan pada tahap
ini.
 Mental State Assessment
Jika korban bernapas kurang dari 30 kali/menit, dengan capillary refill
kurang dari dua detik, kemudian periksa status mentalnya. Tanyakan nama dan
apa yang telah terjadi. Jika korban tidak dapat menjawab, atau menjawab
dengan tidak jelas (meracau), tanyakan lagi, katakan bahwa Anda bertanya
untuk memastikan apakah status mental korban baik. Jika korban bingung, itu
mungkin pertanda dari kerusakan/cedera pada otak, beri red tag atau tanda ‘I’.
Korban yang termasuk dalam kategori ini yaitu korban trauma capitis dengan
pupil anisokor, gangguan pernapasan, atau korban dengan perdarahan
eksternal massif.
Jika korban dapat menjawab dengan baik dan memiliki orientasi yang baik
beri tanda ‘DEL’ atau beri yellow tag yang menandakan bahwa korban cukup
stabil dan dapat mentoleransi penundaan ke rumah sakit. Korban yang
termasuk dalam kategori ini yaitu korban dengan resiko syok, korban dengan
fraktur multipel, korban dengan fraktur femur/pelvis, korban dengan luka
bakar luas, korban dengan gangguan kesadaran serta korban dengan status
tidak jelas.
Triase 3
Lakukan evaluasi pada korban dengan red tag
untuk memberikan pertolongan pertama. Beri
pertolongan pertama pada korban, jika jumlah
paramedis tidak memadai, latih dengan cepat
korban dengan minor injuries ataupun orang di
sekitar tempat kejadian untuk melakukan
tindakan resusitasi/pertolongan pertama pada
korban.
Triase 4
Lakukan evaluasi pada korban dengan yellow tag
untuk memberikan pertolongan. Beri
pertolongan kepada korban dengan
memberdayakan korban dengan minor injuries,
orang di sekitar tempat kejadian ataupun korban
sendiri untuk melakukan tindakan pengobatan
dengan mengajarkan kepada mereka apa yang
harus dilakukan.
Triase 5
Tempatkan beberapa orang paramedis, jika paramedis
kurang, latih beberapa korban minor injuries untuk
mengawasi korban ringan lain dari tanda-tanda syok.
Jika waktu memungkinkan, periksa semua korban
untuk tanda-tanda syok. Periksa akan adanya
pernapasan yang cepat, wajah pucat dengan ujung
kaki dan tangan dingin yang merupakan tanda awal
syok. Usahakan agar semua korban berada dalam
keadaan hangat dan kering untuk menghindari
kemungkinan terjadinya syok karena hipotermia.
Reverse Triage
Sebagai tambahan pada standar triase yang dijalankan,
terdapat beberapa kondisi dimana korban dengan cedera
ringan didahulukan daripada korban dengan cedera berat.
Situasi yang memungkinkan dilakukan reverse triage yaitu
pada keadaan perang dimana dibutuhkan prajurit yang terluka
untuk kembali ke medan pertempuran secepat mungkin. Selain
itu, hal ini juga mungkin dilakukan bila terdapat seumlah besar
paramedis dan dokter yang mengalami cedera, dimana akan
merupakan suatu keuntungan jika mereka lebih dulu
diselamatkan karena nantinya dapat memberikan perawatan
medis kepada korban yang lain.
Simple Triage and Rapid Treatment
(START)
• Prioritas-1 (Merah); pasien dengan tingkatan ini memiliki
prioritas terbesar dimana pasien yang mencakup
tingkatan ini adalah pasien yang memiliki cedera dengan
ancaman nyawa, resiko sesak nafas atau terdapat
kemungkinan dan terjadi shock, membutuhkan bantuan
segera untuk tetap hidup dan memiliki kemungkinan
selamat yang besar apabila dilakukan penanganan dan
ditransportasikan dengan cepat. Akan tetapi pasien
dengan cedera berat di kepala atau dada tidak
dimasukkan dalam kategori ini karena memiliki
kemungkinan selamat yang kecil.
• Prioritas-2 (Kuning); pasien dengan tingkatan
ini akan ditangani dan ditransportasikan
setelah pasien dengan prioritas pertama.
Contohnya pasien yang memiliki cedera pada
mata, luka bakar yang tidak begitu parah,
deformitas pada anggota gerak, dll.
• Prioritas-3 (Hijau); pasien dengan tingkatan ini
tidak memiliki cedera yang serius,
memerlukan pengobatan yang minimal dan
dapat menunggu pengobatan tanpa
mengalami cedera yang bertambah parah.

Selain kategori di atas, masih ada 1 kategori lagi yaitu prioritas-0 atau Hitam. Pasien
dengan prioritas ini berarti tidak dapat dilakukan penanganan lagi seperti sudah
meninggal atau memiliki cedera yang fatal, contohnya cedera di kepala dan dada
yang serius
Triase dua tingkatan
• Segera : pasien membutuhkan pertolongan segera
karena cederanya dapat menyebabkan kematian
tetapi dapat selamat apabila mendapat pertolongan
segera.
• Ditunda : pertolongan yang diberikan dapat ditunda
dan biasanya pasien ini memiliki cedera minor atau
pasien yang memiliki cedera yang sangat serius
sehingga mereka dapat meninggal meskipun
mendapat pertolongan yang sangat intensif ataupun
pasien yang sudah meninggal.
Medical Emergency Triage (METTAG)

• Dengan warna : merah, hijau, kuning, hitam


• Dengan angka : I, II, III, 0
• Dengan gambar :
- Pisau belati = meninggal
- kelinci = sangat perlu perawatan
- kura-kura = perlu perawatan, tp tdk cyto
- ambulans yg disilang = tdk perlu
perawatan intensif
• Dengan huruf:
- D (deceased)
- I (immediet)
- DEL (delayed)
- M (minor)
Prinsip-prinsip triase dlm penanganan
bencana
• Berhenti, melihat, mendengar dan berpikir; sebelum
memulai pertolongan, hendaknya kita melihat dan
mendengar kondisi lalu berpikir mengenai
keselamatan diri, kemampuan dan keterbatasan baru
memutuskan tanggapan terhadap sebuah situasi.
• Lakukanlah triase suara untuk menilai dan mencari
tahu lokasi korban serta keadaan korban. Contoh dari
triase suara adalah “Ini petugas medis, apabila anda
bisa mendengar suara saya harap merespon atau
mendekati sumber suara”.
• Ikutilah rute yang sudah sistematis dari
tempat berdiri dan mulailah menolong dari
korban terdekat lalu ke korban-korban
selanjutnya.
• Evaluasilah setiap korban berdasarkan
kategori-kategori sistem triase yang telah
disepakati semua pihak penolong lalu berilah
label pada mereka untuk memudahkan
penanganan korban.
• Tanganilah korban yang berada dalam kondisi
paling kritis seperti korban dengan label merah
pada METTAG, lalu diikuti dengan label-label
selanjutnya; lakukanlah manajemen pada
airway, breathing  dan circulation lalu bleeding
dan shock serta manajemen lainnya.
• Dokumentasikanlah hasil dari triase sebagai
informasi mengenai lokasi korban,
pendistribusian logistik dan perkiraan jumlah
angka kematian berdasarkan angka kegawatan.
EVAKUASI DAN TRANSPORTASI KORBAN

• Evakuasi merupakan suatu tindakan pemindahan


korban dari lokasi kejadian/ bencana ke lokasi yg
lebih aman pada situasi yg berbahaya, perlu
tindakan yg tepat, cepat dan waspada/ cermat.
• Prinsip evakuasi:
- Jgn dilakukan jika tdk mutlak perlu
- Lakukan sesuai dgn teknik yg baik, benar
- Kondisi penolong harus baik dan terlatih
• Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban
yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu lintas,
asap beracun atau hal lain yang
membahayakan korban maupun penolong.
Sebaiknya berikan pertolongan pertama di
tempat korban berada sambil menunggu
bantuan datang.
Jika terpaksa memindahkan korban, perhatikan
hal-hal berikut :
Apabila korban dicurigai menderita cedera
tulang belakang, jagan dipindahkan kecuali
memang benar-benar diperlukan
Tangani korban dengan hati-hati untuk
menghindari cedera lebih parah. Perhatikan
bagian kepala, leher dan tulang belakang
terutama jika korban pingsan
Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa
merenggutnya
Macam – macam pemindahan korban
Pemindahan  darurat, hanya dilakukan jika:
   Ada bahaya langsung terhadap penderita
 Untuk memperoleh jalan masuk atau
menjangkau penderita lainya
 Tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat
dilakukan karena posisi penderita tidak sesuai
untuk perawatanya
Pemindahan tdk darurat, dilakukan setelah:
 Penilaian awal sudah lengkap dilakukan
 Denyut nadi dan nafas stabil
 Tidak ada perdarahan luar atau tak ada
indikasi perdarahan dalam
 Mutlak tidak ada cedera spinal/ leher atau
cedera di tempat lain
 Semua patah tulang sudah di mobilisasi
(difiksasi secara benar)
Cara Pemindahan

Darurat: Tdk Darurat:


• Tarik lengan atau • Teknik angkat
bahu langsung (2-3 orang)
• Tarik baju atau • Teknik angkat
selimut anggota gerak
• Tarik menjulang
• Tarik dengan
merangkak
Peralatan Evakuasi

• Tandu beroda / tandu trolley ambulance


• Tandu : lipat , scoop, kursi, basket
• Spinal board ( panjang & pendek)
• Matras vakum
• Bidai vakum
• Selimut
Tandu beroda Tandu lipat

Tandu basket
Tandu scoop
Matras vakum
Tandu kursi

Spinal board
Mempersiapkan korban
Aturan Umum Alat Angkut
untuk ditransportasikan

• Penderita dapat • Lakukan penialaian


terlentang berkala ( tanda vital )
• Pastikan tandu terikat
• Memberikan cukup dengan baik
ruang bagi penderita • Pastikan juga korban diikat
& penolong dengan baik diatas tandu
melakuakan tugasnya • Kendorkan pakaian dan
• Cukup tinggi , periksa bidai
• Tenangkan korban jika
sehingga bias untuk sadar, jaga ketenagan
tindakan RJP penolong
Thank You
and

Anda mungkin juga menyukai