OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
A. PSIKOTROPIK.............................................................................................. 3
B. PARKINSON DISEASE.................................................................................. 17
C. OBAT PERANGSANG SSP............................................................................. 25
D. KELAINAN DEGENERATIF SSP.....................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 46
A.
PSIKOTROPIK
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis,
kelakuan atau pengalaman (WHO, 1966), Sebenarnya psikotropik baru
diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni
psikofarmakologi, yang khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik.
Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih
kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. Keuntungan
penggunaan obat ialah pemberiannya lebih mudah, dapat digunakan
untuk pengobatan masal, relatil murah (penderita tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit) dan pemberiannya dapat dilaksanakan lebih
cepat pada penderita yang tidak kooperatif dengan psikoterapi.
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
(1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik);
(2) antiansietas (antineurosis, minor tranq uilizer,);
(3) antidepresi
(4) antimanik (mood stabilizer)
(5) psikotogenik (psikotomimetik, psikodisleptik, halusinogenik).
A. ANTIPSIKOSIS
Istilah antipsikotik dan neuroleptik telah digunakan secara bergantian untuk
menyebut sekelompok obat yang terutama digunakan untuk terapi skizofrenia
tetapi juga efektif pada keadaan psikologis dan agitatif lain.
Neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik. Kegunaannya
pada psikoneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas. Ciri terpenting obat
neuroleptik ialah :
berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas
dan labilitas emosional pada pasien psikosis. Efek ini tidak berhubungan
langsung dengan efek sedatif;
dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia;
dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau
ireversibel; dan
tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan psikik dan
lisik.
Berdasarkan struktur kimiawi, antipsikotik dapat digolongkan ke dalam beberapa
kelompok, yaitu:
Turunan fenotiazin
Tiga subfamili fenotiazin, didasarkan terutama pada rantai samping
molekul, dahulu merupakan antipsikotik yang paling banyak digunakan,
turunan alifatik (contoh: klorpromazin), dan turunan piperidin (contoh:
tioridazin) adalah yang paling lemah. Turunan piperazin adalah subfamili
fenotiazin yang lebih kuat (efektif dalam dosis kecil) tapi tidak berarti lebih
efektif. Efek farmakologi turunan piperazin juga lebih selektif.
Turunan tioksanten
Tiotiksen adalah contoh obat golongan ini. Umumnya tiotiksen sedikit
kurang kuat jika dibandingkan dengan fenotiazin
Turunan butirofenon
Jalur mesolimbic
Jalur mesocortical
Jalur Nigrostriatal
Jalur tuberoinfundibular
Perbedaan yang terjadi tersebut menyebabkan obat anti psikosis tipikal lebih
efektif untuk mengobati gejala positif saja dan obat anti psikosis atipikal efektif
mengobati gejala positif dan negatif karena pada atipikal selain bekerja pada
dopamine D2 receptor juga bekerja pada serotonini 5HT receptor, histamin
reseptor, muskarinik reseptor dan alfa adrenergik reseptor. Obat anti psikosis
tipikal adalah obat golongan Fenotiazine, Tioksanten, dan Butirofenon.
Sedangkan obat anti psikosis atipikal adalah obat dari golongan struktur lain
seperti Clozapine (Clozaril), Olanzapine (Zyprexa), Quentiapine (seroquel),
Zotepine (Ludopin), Risperidone (risperidal), dan Apiprazole (abilify).
Golonga Obat
n
kimiawi
Ra
sio
D5/
5HT
Pot
ens
i
klin
is
Toksisi
tas
ektrap
iramid
al
Efe
k
sed
atif
Fek
hipo
tens
if
Fenotiaz
in
Sed
ang
Butirofe
non
San
gat
rend
ah
Halope Se
ridol
da
ng
Tin Sanga Re
ggi t
nd
tinggi ah
Dibenzo Clozap Sa Se
diazepin ine
ng da
at ng
ren
da
h
6
Sanga Re
t
nd
renda ah
h
Sed
ang
Ren
dah
Tienobe Olanza Re
nzodiaze pine
nd
pin
ah
Tin Sanga Se
ggi t
da
renda ng
h
Ren
dah
Dibenzot Quetia Re
iazepin pine
nd
ah
Re
nd
ah
Sanga Se
t
da
renda ng
h
Ren
dah
hing
ga
sed
ang
Dihidroi
ndolon
Se
da
ng
Sanga Re
t
nd
renda ah
h
San
gat
rend
ah
Ziprasi Re
done
nd
ah
dihidrok Aripipr Se
arbokstir azole
da
il
ng
Tin Sanga Sa
ggi t
ng
renda at
7
Ren
dah
ren
da
h
Tipe
Sistem
saraf
otonom
Manifestasi
Kehilangan
akomodasi,
mulut kering,
kesulitan
berkemih,
konstipasi
Hipotensi
8
Mekanisme
Blokade
kolinoreseptor
muskarinik
Blokade
reseptor
adrenergik
Sistem
saraf
pusat
Sistem
endokrin
Lainnya
Sindroma
parkinson,
akatisia,
distonia
Diskinesia
tardif
Keadaan
kacau-toksi
Amenorea,
galaktorea,
infertilitas,
impotensi
Penambahan
berat badan
Blokade
reseptor
dopamin
Supersensitivita
s reseptor
dopamin
Blokade
muskarinik
Blokade
reseptor
dopamin yang
menyebabkan
hiperprolaktine
mia
Kemungkinan
kombinasi
blokade H1 dan
5-HT2
Obat
Dosis
terapeutik
efektif
minimum
(mg)
Chlorpromazine 100
Kisaran
dosis
harian
biasa (mg)
100-1000
9
(thorazine)
Thioridazine
(mellaril)
100
100-800
Trifluoperazine
(stelazine)
5-60
Perphenazine
(trifalon)
10
8-64
Fluphenazine
(Permitil,
Prolixin)
2-60
Thiothixene
(Navane)
2-120
Haloperidol
(Haldol)
2-60
Loxapine
(Loxitane)
10
20-160
Molindone
10
(lidone, moban)
20-200
10
Clozapine
(clozaril)
50
300-600
Olanzapine
(zyprexa)
10-30
Quetlapine
(seroquel)
150
150-800
Risperidone
(risperdal)
4-16
Ziprasidone
(zeldox)
40
80-160
Aripiprazole
(abilify)
10
10-30
11
12
C. ANTIDEPRESI
Antidepresi ialah obat untuk mengatasi depresi mental. Obat ini terbukti dapat
menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis
skizofrenia. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan,
bertambahnya akitivitas listrik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola
tidur yang lebih baik dan berkurangnya pikiran morbid.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI mencerminkan suatu golongan obat yang secara kimiawi beragam
dengan efek primer, mengahmbat pengangkut serotonin. Fluoksetin
diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1988 dan cepat menjadi
salah satu obat yang peling sering diresepkan dalam praktik kedokteran.
Pengembangan fluoksetin berasal dari penelitian untuk mencari bahan
kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor monoamin tetapi
tidak memiliki afinitas terhadap adrenoreseptor , histamin, atau
asetilkolin yang dijumpai pada antidepressan trisiklik. Kepopuleran SSRI
13
Mekanisme Kerja
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
SSRI secara alosteris menghambat pengangkut dengan mengikat reseptor
di tempat luar tempat pengikatan aktif untuk serotonin. Pada dosis
terapeutik, sekitar 80% aktivitas pengangkut terhambat. Terdapat
polimorfisme fungsional uuntuk pengangkut serotonin(SERT) yang
menentukan aktifitas pengangkut. SSRI memiliki efek paling ringan pada
neurotransmitter lain. Tidak seperti antidepressan trisiklik (TCA) dan SNRI,
tidak banyak bukti bahwa SSRI memiliki efek menonjol pada
adrenoreseptor atau pengangkut norepinefrin (NET). Pengikatan ke
pengangkut serotonin menyebabkan inhibisi tonik sistem dopamin,
14
15
16
17
Trimipramin (surmontil)
Oral: kapsul 25, 50, 100 mg
Tetrasiklik dan unisiklik
Amoksipin (generik)
Oral tablet 25, 50, 200, 250 mg
Bupropion (generik, Wellbutrin)
Oral: tablet 75,100 mg; tablet lepas tetap 12 jam 100, 150, 200 mg; tablet
lepas tetap 24 jam 150, 300 mg.
Oral: tablet 25, 50, 75 mg
Maprotilin (generik)
Oral: tablet 7,5 , 15, 30, 45 mg; tablet hancur mulut 15, 30, 45 mg
Mirtazapin (generik, Remeron)
Oral: tablet 7,5 ,15, 30, 45 mg ; tablet hancur mulut 15, 30, 45 mg
Inhibitor monoamin oksidase
Isokarbosazid (generik, Marplan)
Oral: tablet 10 mg
Fenelzin (generik, Nardil)
Oral: tablet 15 mg
Selegilin
Oral (generik, Eldepryl): tablet/kapsul 5 mg, tablet hancur mulut 1,25 mg
Tranilsipromin (generik, Parnate)
Oral: tablet 10 mg
Efek samping
Meskipun beberapa efek samping dapat terjadi pada semua obat antidepressan
namun sebagian besar efek samping mereka bersifat spesifik untuk subkelompok
obat dan untuk efek farmakodinamika mereka.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Efek samping antidepressan SSRI dapat diperkirakan dari inhibisi kuat
mereka terhadap SERT.
-meningkatkan tonus serotonergik, tidak hanya di otak tapi di seluruh
tubuh
-meningkatnya aktivitas serotonergik di usus sering menyebabkan mual,
gangguan pencernaan, diare, dan gejala saluran cerna lainnya. Biasanya
muncul pada awal pengobatan dan cenderung membaik setelah minggu
pertama
-meningkatnya tonus serotonergik di tingkat korda spinalis dan di atasnya
menyebabkan penurunan fungsi dan minat seksual ( penurunan libido,
orgasme yang tertunda, atau berkurangnya gairah).
-peningkatan nyeri kepala dan insomnia atau hipersomnia.
-penambahan berat badan (terutama paroksetin)
-penghentian mendadak SSRi waktu paruh singkat misalnya paroksetin
dan sertralin berkaitan dengan sindrom diskontinuasi pada sebagian
pasien yang ditandai dengan pusing bergoyang, parestesia, dan gejala lain
yang dimulai 1 atau 2 hari setelah obat dihentikan dan menetap 1 minggu
atau lebih.
Serotonin norepinefrine reuptake inhibitor dan antidepresan trisiklik
SNRI mungkin menimbulkan efek samping serotonegrik seperti pada SSRI.
Selain itu SNRI juga dapat menimbulkan efek noradrenergik, termasuk
meningkatnya tekanan darah dan kecepatan jantung dan pengaktifan SSP
misalnya insomnia, rasa cemas, dan agitasi. Peningkatan tekanan darah
terkait dosis dilaporkan lebih sering terjadi pada bentuk venlafaksin lepas
cepat dibanding SNRI lain. Demikian juga banyak dijumpai laporan
18
toksisitas jantung oleh kelebihan dosis venlafaksin daripada SNRI lain atau
SSRI. Semua SNRI dilaporkan pernah menyebabkan sindrom diskontinuasi
mirip dengan yang dijumpai pada penghentian SSRI.
Efek antikolinergik mungkin merupakan yang tersering. Efek ini
menyebabkan mulut kering, konstipasi, retensi urin, pandangan kabur dan
kekacauan pikiran. Efek samping ini lebih sering pada pemberian TCA
amin tersier misalnya amitriptilin dan imipiramin daripada TCA amin
sekunder despiramin dan nortriptilin. Sifat TCA yang menghambat
adrenoreseptor sering menyebabkan hipotensi ortostatik. Anatagonisme
H1 oleh TCA dilaporkan berkaitan dengan penambahan berat dan
mengantuk. Sering pula terjadi efek pada fungsi seksual, terutama TCA
yang sangat serotonergik misalnya klomipramin. TCA juga memiliki
sindrom diskontinuitas menonjol yang ditandai oleh rebound kolinergeeik
dan gejala mirip flu.
Antagonis 5-HT2
Efek samping ersering adalah mengantuk dan gangguan pencernaan. Efek
sedatif terutama dengan trazodon dapat cukup berat. Tidak heran jika
pasien insomnia diobati dengan trazodon. Efek pencernaan berkaitan
dengan dosis dan lebih ringan daripada yang disebabkan SNRI atau SSRI.
Efek seksual jarang pada pemberian nefrazodon atau trazodon.
Nefrazodon dan trazodon juga dapat menyebabkan hipotensi ortostatik
yang bergantung dosis pada sebagian pasien. Nefrazodon juga pernah
dilaporkan menyebabkan hepatotoksisitas dan kasus gagal hati yang
menyebabkan transplantasi.
Tetrasiklik dan unisiklik
Amoksapin kadang menyebabkan sindrom parkinsonian karena efeknya
menghambat reseptor D2. Mirtazapin memiliki efek sedatif yang signifikan.
Maprotilin memiliki afinitas yang cukup tinggi terhadap NET dan dapat
menyebabkan efek samping mirip TCA dan meskipun jarang, kejang.
Bupropion kadang menyebabkan agitasi, insomnia, dan anoreksia.
Inhibitor monoamin oksidase
Efek samping MAOI yang tersering yang menyebabkan penghentian terapi
adalah hipotensi ortostatik dan pnambahan berat. Selain itu MAOI non
selektif ireversibel memiliki angka efek samping seksual paling tinggi di
antara semua anti depressan. Anorgasmia sering terjadi pada pemberian
MAOI dosis terpeutik. Sifat sebagian besar MAOI yang mirip amfetamin
ikut berperan menyababkan insomnia dan kegelisahan pada sebagian
pasien. Fenelzon cenderung lebih menyebabkan kantuk daripada selegiin
atau tranilsipromin. MAOI dosis tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
pikiran. Karena menghambat metabolisme tiramin dan amin lain dalam
makanan, MAOI dapat berinteraksi dengan makanan tertentu dan dengan
obat serotonergik. MAOI juga dilaporkan dapat menyebabkan sindrom
diskontinuitas yang bermanifestasi sebagai keadaan mirip delirium disertai
psikosis, eksitasi, dan kekaucauan pikiran.
Interaksi obat
Selective serotonin reuptake inhibitor
Interaksi tersering dengan SSRI adalah interaksi farmakokinetik.
Contohnya, paroksetin dan fluoksetin merupakan inhibitor CYP26. Karena
itu pemberian dengan substrat 2D6 misalnya TCA dapat menyebabkan
penignkatan konsentrasi antidepresan trisiklin secara drastis dan kadang
tak terduga. Hasilnya mungkin berupa toksisitas akibat TCA. Demikian
juga fluvoksamin suatu inhibitor CYP3A4, dapat meningkatkan kadar
19
20
21
maupun untuk terapi profilaksis. Obat ini juga sering dikombinasi dengan litium.
Dosis yang digunakan sebagai mood stabilizer seperti dosis untuk antikonvulsi.
Sediaan lain
Disamping sediaan tersebut diatas beberapa antipsikotik dapat digunakan untuk
gangguan bipolar seperti quetiapin, olanzapin, aripriprazol, terutama untuk
mengatasi gejala psikotik yaitu halusinasi dan delusi pada fase manik.
Lamotrigin, suatu antikonvulsi juga digunakan untuk terapi alternatif gangguan
bipolar pada fase pemeliharaan baik sebagai sediaan tunggal atau dalam
kombinasi.
E. Psikotogenik (psikotomimetik, psikodisleptik, halusinogenik).
Psikotogenik ialah obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai
halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan- alam perasaan; jadi
dapat menimbulkan psikosi. lstilah psikotogenik ini mungkin paling cocok untuk
golongan obat yang dahulu disebut psikotomimetik, artinya obat yang
menimbulkan keadaan mirip psikosis, kadang-kadang obat ini disebut obat
halusinogenik yang berarti obat yang menimbulkan halusinasi. Psikosis toksik
memang dapat timbul setelah pemberian berbagai jenis obat.
MESKALIN
Meskalin, (3,4,5 trimetoksifeniletilamin), ialah suatu alkaloid yang berasal dari
tumbuhan kaktus diAmerika Utara dan Mexico dengan rumus menyerupai rumus
epinefrin. Meskalin digunakan olehorang lndian dalam ritus keagamaan untuk
mendatangkantrance. Dosis meskalin 5 mg pada orangnormal menimbulkan rasa
takut, halusinasi visual,tremor, hiperrelleksia dan peningkatan aktivitas simpatik.
Meskalin hanya digunakan dalam penelitian untuk menyelidiki keadaan yang
menyerupaipsikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.
DIETILAMID ASAM LISERGAT
Dietilamid asam lisergat (N,N-dietil lisergamidaatau LSD-25) mempunyai rumus
yang menyerupai ergonovin. Dosis 20-100 mikrogram yang diberikan pada orang
normal menimbulkan gejala mirip efek pemberian meskalin, ditambah dengan
euforia atau disforia, depersonalisasi, perasaan curiga dan silat agresif. LSD-25
mungkin menyebabkan perangsangan simpatis di daerah hipotalamus.
Bagaimana terjadinya halusinasi dan gejala lain belum dapat diterangkan,
demikian juga hubungannya dengan perubahan biokimia dan farmakologik yang
ditimbulkan oleh LSD-25. Seperti meskalin, LSD-25 tidak digunakan dalam terapi
dan diagnostik. Zat ini hanya digunakan dalam penelitian untuk menimbulkan
keadaan mirip psikosis.
B.
I.
II.
PARKINSON DISEASE
Defenisi
Parkinson merupakan suatu sindrom dengan gejala utama trias
gangguan neuromuskular yaitu rigiditas,bradikinesia, ,tremor disertai
kelainan postur tubuh dan gaya berjalan.
Penggunaan obat-obat parkinson
a. Levodopa
Dopamin tidak dapat menembus sawar darah otak dan jika
diberikan kedalam sirkulasi perifer tidak memiliki efek terapeuetik
pada parkinsonisme. Namun levodopa,prekursor metabolik terdekat
dopamin, dapat masuk ke otak melalui pengangkut asam Lamino,LAT. Tempat bahan ini didekarboksilasi menjadi dopamin.
22
Farmakokinetik
Levodopa secara cepat diserap dari usus halus, tetapi
penyerapannya bergantung pada laju pengosongan lambung
dan PH isi lambung. Ingesti makan memperlambat keunculan
levodopa dalam plasma. Selain itu,asam-asam amino
tertentu dari makanan yang masuk dapat bersaing dengan
obat untuk penyerapan dari usus dan untuk pengangkutan
dari darah ke otak. Konsentrasi plasma biasanya memuncak
antara 1 dan 2 jam setelah suatu dosis oral, dan waktu paruh
plasma biasanya antara 1 dan 3 jam, meskipun hal ini cukup
bervariasi diantara individu. Sekitar 2/3 dosis muncul diurin
sebagai metabolit dalam 8 jam setelah dosis oral, dengan
produk metabolik utama adalah asam 3-metoksi-4hidroksifenilasetat(asam homofanilat,HVA) dan asam
hidroksifenilasetat(DOPAC). Sayangnya, hanya sekitar 1-3%
levodopa yang diberikan benar-benar masuk ke otak tanpa
berubah;sisanya dimetabolisasi diluar otak, terutama melalui
dekarboksilasi menjadi dopamin,yang dapat menembus
sawar darah otak. Karena itu,levodopa harus diberikan dalam
jumlah besar jika digunakan tersendiri. Namun, jika diberikan
dalam kombinasi dengan suatu inhibitor dopa dekarboksilase
yang tidak menembus sawar darah otak maka metabolisme
perifer levodopa berkurang,kadar plasma levodopa
meningkat,waktu paruh plasma memanjang, dan lebih
banyak dopa yang tersedia untuk masuk ke otak. Memang
pemberian bersamaan suatu inhibitor dopa dekarboksilase
misalnya karbidopa dapat mengurangi kebutuhan harian
levodoa sekitar 75%.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja levodopa pada gejala parkinsonisme diduga
berdasarkan pengisian kembali kekurangan dopamin korpus
striatum. Telah dibuktikan bahwa beratnya defisiensi dopamin
sejalan dengan beratnya 3 gejala utama parkinsonisme dan
konvensi levodopa menjadi dopamin terjadi pada manusia.
Selain itu pasca mati kadar dopamin di striatum yang
mendapat levodopa 5-8 kali lebih tinggi dibanding dengan
yang tidak diobati. Perubahan levopa menjadi dopamin
membutuhan adanya dekarboksilase asam L-amino aromatik.
Pada sebagian pasien parkinson aksivitas enzim ini menurun,
tetapi agaknya mencukupi untuk mengubah levodopa
menjadi dopamin. Kenyataan ini tidaklah menyingkirkan
kemungkinan lain mekanisme kerja levodopa sebagai obat
penyakit parkinson. Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan dan diteliti lebih lanjut ialah peranan
noraporphine,yang mirip apomorfin; tetrahidroisokuinolin dan
tetrahidropapaveroin semuanya sebagai metabolit levodopa.
Kerja dopamin telah diteliti pada taraf molekular dan
reseptor,dengan teknik ikatan ligan. Kesimpulan yang didapat
ialah bahwa sekurang kurangnya terdapat 2 jenis reseptor
dopamin yaitu D1 dan D2. Reseptor D1 diperlihatkan
preverensi ikatan dengan tioksanten dan fenotiazin tertentu
dan umumnya menstimulasi aktivitas adelitat siklas,reseptor
D2 memperlihatkan preverensi terhadap butirovenon dan
23
24
25
26
27
c. Inhibitor
28
d. Inhibitor katekol-o-metiltransferase
Mekanisme kerja
Katekol-o-metiltransferase(COMT) memetabolisme
levodopa serta dopamin,mengahasilkan senyawa yang
tidak aktif secara farmakologis 3-O-metil DOPA (dari
levodopa) dan 3-metoksitiramin (dari dopamin). Hampir
99% dosis levodopa yang diberikan secara oral tidak
mencapai otak,tetapi didekarboksilasi menjadi dopamin
yang menyebabkan mual dan hipotensi. Penambahan
inhibitor AAD () contohnya karbidopa) mengurangi
pembentukan dopamin,tetapi meningkatkan
fraksilevodopa yang dimetilasi oleh COMT. Inhibitor COMT
akan memblok konversi perifer levodopa menjadi 3-O-
29
30
f.
Obat
Benztropin mesilat
Biperiden
Orfenadrin
Prosiklidin
Triheksifenidil
Dosis harian
lazim(mg)
1-6
2-12
150-400
7,5-30
6-20
31
Obat ini dapat dibedakan menurut derajat efek perangsang SPP yang
ditimbulkannya, yaitu :
Konvulsan, langsung memberikan efek konvulsi, termasuk striknin,
pikrotoksin, pentilentetrazol, bemegrid, niketamid, dan toksin tetanus.
Analpetik, menimbulkan ganggauan tidur, termasuk efedrin, amfetamin,
kokain, pipradol, dan kamfer.
Psychic energizer, memberikan rasa segar, termasuk kafein dan derifat
xantin lain, imipramin, amitriptilin, dan derivatnya.
Pada umumnya melalui dua mekanisme yaitu (1 ) mengadakan blokade sistem
penghambatan; (2) meninggikan perangsangan sinaps. Dalam SSP dikenal
sistem penghambatan pascasinaps dan penghambatan prasinaps.
1.Striknin
Indikasi
Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi untuk menjelaskanfisiologi dan
farmakologi susunan saraf, obat ini menduduki tempat utamadiantara obat yang
bekerja secara sentral.Striknin juga digunakan sebagai perangsang nafsu makan
secara irasionalberdasarkan rasanya yang pahit.
Mekanisme Kerja
Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitifterhadap
transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatanpascasinaps,
dimana glisin juga bertindak sebagai transmiter penghambatpascasinaps yang
terletak pada pusat yanng lebih tinggi di SSP.
Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat
inimerupakan obat konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas.
Efek Samping
Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat
yangmerangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang
strikninialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh
rangsangansensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan.
Strikninternyata juga merangsang medula spinalis secara langsung. Atas dasar
ini efekstriknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan
konvulsinyadisebut konvulsi spinal. Medula oblongota hanya dipengaruhi striknin
pada dosis yangmenimbulkan hipereksitabilitas seluruh SSP. Striknin tidak
langsungmempengaruhi sistem kardiovaskuler, tetapi bila terjadi konvulsi akan
terjadiperubahan tekanan darah berdasarkan efek sentral striknin pada
pusatvasomotor. Bertambahnya tonus otot rangka juga berdasarkan efek
sentralstriknin.
Keracunan Strikinin
Striknin merupakan penyebab keracunan tidak sengaja pada anak.
Perangsangan pada semua bagian SSP.Gejala keracunan stiknin yang mula-mula
timbul ialah kaku otot muka dan leher. Setiap rangsangan sensorik dapat
menimbulkan gerakan motorik hebat. Obat untuk mengatasi keracunan strikinin
ialah diazepam 10mg IV. Dapat pula diberikan obat golongan kuraiform untuk
mengurangi derajat kontraksi otot.
32
Dosis
i.p dosis 4 mg/kgBB.
Interaksi Obat
Pada percobaan tikus yang diberikan Fenobarbital dan striknin mulai kejang
cukup lama, hal ini terjadi karena efek Fenobarbital yang membatasi penjalaran
aktivitas dan bangkitan serta menaikan ambang rangsang sehingga Striknin
tidak memberi pengaruh besar pada tikus.
Pada percobaan tikus yang diberikan Diazepam dan Striknin. Seperti halnya
fenobarbita; Diazepam juga merupakan golongan antikonvulsan yang
menghambat penjalaran neurotransmitter kejang otak sehingga pemberian
Striknin tidak menimbulkan kejang berarti.
2. Toksin Tetanus
Hasil metabolisme Clostridium tetani ialah 3macam toksin : tetanospasmin yang
bersifat neurotoksik, non convulsive neurotoxin, dan tetanolisin yang bersifat
kardiotoksik dan menyebabkan hemolisis.Toksin tetanus umumnya diartikan
sama dengan tetanospsasmin, walaupun kedua jenis toksin lain ikut berperan
dalam gambaran klinik penyakit tetanus.
Mekanisme Kerja
Cara kerja obat ini dengan memblokade penghambatan pasca sinaps tetapi
degancara pelepasan glisin dar interneuron penghambat.
Efek Samping
Kekakuan otot dan kejang, ketidakmampuan untuk batuk dan menelan dengan
baik. Neuropati perifer.
3. Pikrotoksin
Diperoleh dari tanaman Anamirta cocculus yang dulunya digunakan untuk racun
ikat. Obat ini dapat terurai menjadi pikrotoksinin yang merupakan metabolit aktif
fan pikrotin (tidak aktif).
Mekanisme Kerja
Obat ini merupakan perangsang SSP yang kuat, merangsang semua bagian SSP
dan dapat menimbulkan kejangPikrotoksin mengadakan blokade terhadap sistem
penghambatan prasinaps.
Efek Samping
Pada dosis yang lebih besar, terjadi konvulsi tonik-klonik, flexi dulu baru extensi.
Disertai pula dengan kenaikan tensi salivasi stimulasi vasomotor dan emesis.
Stimulasi respirasi terjadi pada dosis yang mendekati dosis konvulsi.
Dosis
Pikrotoksin dapat menyebabkan toksik pada dosis 20 mg.
33
Interaksi Obat
Obat ini sudah ditinggalkan pemakaiannya secara medis. Namun secara
farmakologi obat ini sangat berguna dalam mendeterminasi mekanisme kerja
obat-obat sedatif-hipnotik dan antikonvulsan.
4.Pentilentetrazol
Indikasi
Sebagai analeptik pentilentetrazol tidak sekuat pikrotoksin. Dahulu
pentilentetrazol digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis epilepsi
yaitu sebagai EEG activator. Dengan dosis subkonvulsi yang disuntik lV terjadi
aktivasi lokus epilepsi.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja utama pentilentetrazol ialah penghambatan sistem GABA-ergik
dengan demikian akan meningkatkan eksitabilitas SSP; adanya efek perangsangan secara langsung masih belum dapat disingkirkan.
Efek Samping
Pasien dengan stimulus frekuensi tingi EEG disertai suntiakan IV pentilentetrazol
mengakibatkan suara serak, nyeri tenggorokan, batuk, dyspnea, paresthesia,
dan nyeri otot. Hanya suara serak terjadi secara signifikan lebih sering dengan
stimulasi tinggi dibandingkan dengan stimulasi rendah.
Pada kelompok-stimulasi tinggi, perubahan suara / suara serak, batuk, sakit
tenggorokan, nyeri spesifik, dyspnea, paresthesia, dispepsia, muntah, dan infeksi
yang meningkat secara signifikan dari baseline.
Dosis
Pentilentetrazol merupakan Kristal putih yang mudah larut dalam
air,diperdagangkan dalam bentuk tablet 100 mg, ampul 3 mL dan vial
berisilarutan 10%.
5. Doksapram dan Niketamid
Indikasi
Kedua obat ini secara selektif merangsang pusat pernapasan pada penderita
yang mengalami depresi pernapasan.
Mekanisme Kerja
Merangsang semua tingkat sumbu serebrospinal sehingga mudah timbul kejang
tonik klonik. Kedua obat ini bekerja dengan meningkatkan derajat perangsangan,
bukan dengan mengadakan blokade pada penghambat sentral.
Efek Samping
Pada dosis subkonvulsi, kedua obat ini dapat menimbulkan efek samping berupa
hipertensi, takikardi, aritmia, batuk, bersin, muntah, gatal, tremor, kaku otot,
berkeringat, kemerahan di wajah dan hiperpireksia, Untuk mengatasi
perangsangan SSP yang berlebihan atau terjadinya kejang, dapat
diberikandiazepam lV.
34
Kelemahannya karena:
Efek perangsangnya berlangsung singkat saja (5-10menit). Karena itu
pemberiannya harus berulang kali. Efek singkat disebabkan oleh adanya bolus
effect ke organ lain.
Batas keamanan obat ini sempit sehingga dosis untuk menimbulkan
perangsangan pusat napas tidak banyak berbeda dengan dosis yang
menimbulkan kejang.
Batas keamanan doksapram lebih luas dan efek sampingnya lebih sedikit
dibandingniketamid.
Dosis
Niketamid 1- 3 ml untuk perangsanan pernafasan. Doksapram 0,5- 1,5 mg / kgbb
secara iv.
Interaksi Obat
Antidepresan : penghambat MAO meningkatkan efek doksapram
Simpatomimetik : meningkatkan risiko hipertensi.
6.Metilfenidat
Indikasi
Bagian dari pengobatan komprehensif untuk attention-deficit hyperactivity
disorders(ADHD)
Mekanisme Kerja
Metilfenidat merupakan derivat piperidin. Berbeda dengan analeptik lainnya,
metilfenidat merupakan perangsang SSP ringan yang efeknya lebih menonjol
terhadap aktivitas mental dibandingkan terhadap aktivitas motorik. Namun pada
dosis besar, metilfenidat dapat menimbulkan perangsangan SSP secara umum
baik pada manusia maupun pada hewan. Sifat farmakologinya mirip amfetamin.
Metilfenidat dapat disalahgunakan seperti halnya amfetamin.
Efek Samping
Sakit perut, nausea, muntah, mulut kering, takikardi, palpitasi, aitmia, perubahan
tekanan darah, insomnia, gugup, anorexia, sakit kepala, mengantuk, pusing,
gangguan dalam pergerakan, atralgia, ruam kulit, pruritus, alopesia. Jarang
terjadi : arteritis cerebral, angina, hiperaktivitas, konvulsi, psikosis, tics termasuk
sindroma Tourette, Neuroleptic Malignant Syndrome, toleransi dan
ketergantungan, retardasi pertumbuhan, menurunkan berat badan, kelainan
darah termasuk leukopenia dan trombositopenia, keram otot, gangguan
penglihatan, eksfoliatif, dermatitis, eritema multiform.
Dosis
Anak-anak diatas 6 tahun, dosis awal 5 mg, 1-2 kali sehari, naikan dosis jika
perlu dengan interval tiap minggunya sebnyak 5-10 mg per hari hingga
35
maksimum 60 mg per hari dalam dosis terbagi. Hentikan pemakaian jika tidak
ada respon setelah 1 bulan, dan juga hentikan secara periodik untuk menilai
kondisi anak (Biasanya pada akhirnya dihentikan selama atau setelah pubertas),
untuk anak di bawah umur 6 tahun tidak direkomendasikan.
Dosis malam : Jika efek berkurang pada malam hari, pemberian 1 kali dosis pada
sesaat sebelum tidur dapat dilakukan.
Interaksi Obat
Adrenergik neuron blocker : metilfenidat memberikan efek antagonis terhadap
efek hipotensi
Antidepresan : risiko hipertensi krisis jika deksamfetamin, dopamin, dopeksamin,
efedrin, isomethepthan, metilfenidat, fenilefrin, fenilpropanolamin,
pseudoefedrin atau simpatomimetik diberikan bersama.;Moklobemid :
metilfenidat dapat menghambat metabolisme SSRI dan trisiklik
Antiepilepsi : metilfenidat meningkatkan kadar feitoin dalam plasma ;
metilfenidat dapat meningkatkan kadar primidon dalam plasma.
Antikoagulan : metilfenidat dapat meningkatkan efek anti koagulan kumarin
Barbiturat : metilfenidat dapat meningkatkan kadar fenobarbital dalam plasma.
Klonidin : dilaporkan efek samping serius karena penggunaan bersama
metilfenidat.
7.MODAFINIL
Indikasi
Obat ini berindikasi untuk mengobati rasa kantuk yang berlebihan antara
narkolepsi.
Mekanisme Kerja
Narkolepsi berhubungan dengan hilangnya sel hipokretin pada hipotalamus
lateral. Modafinil dapat meningkatkan aktivitas c-fos pada sel hipokretin dan
nucleus tuberomamilaris dan pada dosis yang lebih tinggi modafinil mempunyai
efek pada korteks striatum dan korteks kingulata. Obat ini meningkatkan kadar
glutamat dan menekan GABA di hipotalamus dan thalamus venteral yang dapat
meningkatkan kejagaan.
Efek Samping
Modafinil dapat ditoleransi oleh tubuh dengan baik. Efek samping yang sering
terjadi adalah sakit kepala dan mual. Pada dosis tinggi akan menimbulkan
takikardia dan hipertansi.
Interaksi Obat
Modafinil menginduksi sitokrom P450 3A4/5 sehingga obat ini dapat menurunkan
konsentrasi obat lain. Modafinil juga berpotensi berinteraksi dengan substrat
sitokrom P450 2C19 seperti diazepam, propanolol dan fenitoin.
8.MDMA (ECSTASY)
MDMA (N-metil-3,4-metilendiosi amfetamin atau 3,4metilendioksimetamfetamin) yang popular dengan nama ekstasi merupakan
senyawa feniletilamin yang memiliki efek stimulant terhadap SSP.
Mekanisme Kerja
36
37
38
+++ +
+
+
+
+++
+++ ++
39
D.
D.
D.
D.
D.
D.
40
41
Dosis Obat
Rivastigmin pada dosis 6-12 mg/hari menghasilkan perbaikan yang
bermakna secara statistik dan klinis. Pengaruh rivastigmin tergantung
dosis (Rosler et. al., 1999)
Efek-efek merugikan yang disebakan oleh donepezil, rivastigmin,
dan galantimin memiliki ciri yang sama, tetapi umumnya tidak
sesering dan separah efek takrin; antara lain mual, diare, muntah,
dan insomnia. Ketiga obat ini tidak menimbulkan hepatotoksisitas
yang membatasi penggunaan takrin.
Interaksi obat, obat ini menaikan efek cholinergic/transmission.
SKLEROSIS LATERAL AMIOTROFIK
Definisi ALS merupakan gangguan neuron motorik pada tanduk ventral
sumsum tulang belakang dan neuron korterks yang memberikan masukan
aferennya. Penyakit ini ditandai oleh kondisi yang lemah yang memburuk
dengan cepat, atrofi dan fasikulasi otot, spastisitas, disartria, disfagia, dan
gangguan pernapasan yang membahayakan. Fungsi sensori umumnya
tidak terpengaruh, demikian juga aktivitas kognitif, otonimik, dan
okulomotor.
Pengobatan ALS dengan Riluzol.
Riluzol (2-amino-6-[trifluorometoksi]benzotiazol; RILUTEK) adalah obat
dengan kerja yang kompleks pada sistem saraf (Bryson et al., 1996;
Wagner and Landis, 1997). Strukturnya adalah sebagai berikut:
Riluzol diabsorbsi secara oral dan ikatannya dengan protein sangat tinggi.
Zat ini mengalami metabolisme ekstensif dihati dengan 2 jalan, yaitu
hidroksilasi yang diperantai P450 dan glukuronidasi. Waktu paruhnya
sekitar 12 jam. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa riluzol memiliki
efek-efek prasinaptik maupun pascasinaptik.
Mekanisme kerja obat
Zat ini menghambat pelepasan glutamat, tetapi juga memblok
reseptor glutamat pascasinaptik tipe NMDA dan tipe kainat serta
menghambat saluran natrium tergantung-tegangan.
Dosis yang dianjurkan adalah 50mg setiap 12 jam, digunakan 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Efek samping
42
43
44
Huntington mengalami tanda-tanda dan gejala pada usia 30-an atau 40an.
2. Gejala
Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampur dengan
gerakan yang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan abnormal
tersebut hampir tidak diperhatikan. Tetapi lama-lama gerakan abnormal ini
semakin jelas. Pada akhirnya gerakan abnormal yang terjadi akan
mempengaruhi seluruh tubuh, sehingga hampir tidak mungkin penderita
melakukan gerakan makan, berpakaina, dan bahkan duduk diam.
Perubahan mental yang terjadi pada awalnya samar-samar. Penderita
secara bertahap menjadi mudah tersinggung dan mudah gembira, mereka
bisa kehilangan minat terhadap aktifitas sehari-harinya. Selanjutnya
penderita menjadi tidak bertanggung jawab dan sering kali bepergian
tanpa tujuan yang pasti. Perderita kehilangan kedali terhadap hasratnya
dan menjadi promiskuitas (melakukan hubungan seksual dengan siapa
saja).
Bertahun-tahun kemudian, penderita akan kehilangan ingatan dan
kehilangan kemampuannya untuk berpikir secara rasional. Penderita
mengalami depresi berat dan bisa melakukan usaha bunuh diri.
Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi mengalami gangguan, sehingga
penderita memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan fungsinya.
Kematian sering kali dipicu oleh pneumonia atau karena terjatuh, yang
biasanya terjadi 13-15 tahun setelah timbulnya gejala pertama.
3. Terapi farmakologi
a. Obat untuk mengobati gangguan gerak
Tertrabenazine (Xenazine) (agent-depelting dopamin)
1) Defenisi
Xenazine (Tetrabenazine) adalah sebuah obat yang
sebelumnya digunakan sebagai antipsikotik tetapi sekarang
digunakan dalam pengobatan gejala dari berbagai gangguan
hiperkinetik. Obat ini merupakan depletor monoamine dan
digunakan sebagai pengobatan simtomatik chorea terkait
dengan penyakit Huntington (Anonim, 2008).
45
46
47
5) Dosis obat
12,5 50 mg per oral, tiga kali sehari
6) Efek samping obat
Sebuah efek samping yang serius adalah risiko memburuknya
atau memicu depresi atau kondisi kejiwaan lainnya.
Efek samping lain yang mungkin termasuk mengantuk, mual
dan gelisah.
7) Interaksi obat
Dapat meningkatkan efek dopamin-depleting agents (reserpine)
dan dopamin blicking agents seperti neuroleptics.
4) Efek samping
Sedasi dan ketidakmampuan berkonsentrasi atau melaksanakan
tugas kompleks adalah efek yang kurang baik secara umum;
deprasi psikotik dapat terjadi, itu dapat mendorong ke arah
bunuh diri; harus dihentikan bila ada tanda-tanda depresi;
jangan diberikan pada pasien dengan riwayat depresi; efek lain
berupa suara sengau, kekakuan dan exacerbasi ulcer peptik;
orthostatic hypotensi dapat terjadi, tetapi umumnya tidak;
parkinsonisme dapat terjadi.
48
5) Dosis obat
Dewasa: 0.5 mg PO qd; menetap pada 1.0 mg PO qd
Anak: tidak ada rekomendasi
Obat antipsikotik
Haloperidol
1) Defenisi
Haloperidol adalah obat turunan butirofenon yang
merupakan obat antipsikotik tipikal yang paling banyak
digunakan meskipun tingginya tingkat EPS relatif terhadap
obat antipsikotik atipikal.
2) Penggunaan
Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania
penderita psikosis yang dalam hal tertentu tidak dapat
diberikan fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
penderita yang diobati haloperidol.
Biasanya digunakan untuk mengobati pergerakan irreguler
pada otot-otot- muka.
3) Farmakologi
Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi
butirofenon memperlihatkan banyak sifat farmakologi
fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip
fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik
yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik
depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan
butirofenon berbeda secara kuantitatif karena butirofenon
49
50
51
52
53
1) Farmakologi
Klordiazepoksid dan diazepam merupakan prototip devirat
benzodiazepin yang digunakan secara meluas sebagai antiansietas.
2) Mekanisme kerja benzodiazepin
Mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi inhibisi neuron
dengan GABA sebagai mediatornya. Klordiazepoksid tidak saja bekerja
sentral, tetapi juga perifer pada susunan saraf kolinergik, adrenergik,
dan triptaminergik. Setelah pemberian per oral, klordiazepoksid
mencapai kadar tertinggi dalam 8 jam dan tetap tinggi sampai 24
jam. Ekskresi benzodiazepin melalui ginjal lambat, setelah pemberian
satu dosis, obat ini masih ditemukan dalam urin selama beberapa
hari.
3) Efek samping dan kontraindikasi
Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul kantuk; tetapi pada takar
lajak benzodozepin menimbulkan depresi SSP. Efek samping akibat
depresi SSP berupa kantuk dan ataksia merupakan kelanjutan efek
farmakodinamik obat-obat ini. Efek antiansietas diazepam dapat
diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/ml;
pada kadar yang sama terjadi pula efek sedasi dan gangguan
psikomotor. Intoksikasi SSP yang menyeluruh dapat diharapkan terjadi
pada kadar diatas 900-1000 ng/ml. Kadar terapi klordiazepoksid
mendekati 750-1000 ng/ml.
4) Indikasi dan sediaan
Devirat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada
hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai antiansietas, devirat
benzodiazepin digunakan juga sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas
otot, dan induksi anatesi umum.
5) Dosis
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau
suntikan (dapat diulang 2-4 jam) dengan dosis 25-100 mg sehari
dalam 2 atau 4 kali pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg
sehari, pemberian secara suntik dapat diulang tiap 3-4 jam.
Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi.
Klordiazepoksid tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg. Diazepam
berbentuk tablet 2 dan 5 mg.
54
DAFTAR PUSTAKA
Syarif, Amir. dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI.
Goodman and Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BPOM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Sagung Seto
Kee, Joyce., Evelyn R.H. 1994 Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta :
Gramedia.
Katzung,Bertram.G, dkk.2013. Farmakologi Dasar & Klinis Edisi 12 Volume
1.Jakarta: EGC
Brunton,Laurence,dkk. 2010. Goodman & Gilman Manual Farmakologi dan
Terapi.Jakarta:EGC
Ganiswarna,Suliastia.G.2001. Farmakologi dan Terapi FKUI edisi 4. Jakarta: Gaya
Baru
E, David. P, Michael. Huntingtons Disease. Merck Manual Handbook.2007.
Mayo Clinic. Huntingtons Disease. 2011
Anonim. 2008. Mechanism Of Action
(MOA). http://www.xenazineusa.com/HCP/MOA). Diakses pada tanggal 13
Desember 2013.
Anonim. 2008. Tetrabenazine. http://www.drugbank.ca/drugs/DB04844. Diakses
pada tanggal 12 Desember 2013.
Anonim. 2013. http://www.ninds.nih.gov/disorders/chorea/chorea.htm. Diakses
pada tanggal 12 Desember 2013.
Avise, John C. 1998. The Genetics Gods. USA : Havard University Press.
Brazis, Paul W et al. 2001. Localization in clinical neurology Ed 5th. USA :
Lippincott william & wilkins.
FDA. 2008. Xenazine
55
(Tetrabenazine).http://www.lundbeck.com/upload/us/files/pdf/Products/XENAZINE
_PI_US_EN.pdf
Little, Karley Y, et al. 2008. The Vesicular Monoamine
Transporter.http://www.psychiatrictimes.com/articles/vesicular-monoaminetransporter. diakses pada tanggal 16 Desember 2013.
Gambar 1. Struktur Tetrabenazine. http://www.chemnet.com/cas/my/58-468/Tetrabenazine.html.
Gambar 2. Mekanisme VMAT-2 pada fungsi
normal. http://www.xenazineusa.com/HCP/MOA.
Gambar 3. Mekanisme Tetrabenazine. http://www.xenazineusa.com/HCP/MOA.
56