Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian anak jalanan

Anak jalanan adalah sebuah istilah yang mengacu pada anak-anak tunawisma yang tinggal di
wilayah jalanan. Lebih mendetail menurut UNICEF, anak jalanan yaitu berusia sekitar di bawah
18 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kosong yang tidak memadai, serta biasanya tidak ada
pengawasan.

Beberapa anak jalanan, khususnya di negara berkembang, merupakan anak yang ditelantarkan
oleh orang tuanya. Selain itu, beberapa anak jalanan juga berasal dari keluarga dengan orang tua
tunggal

B. Pengelompokan anak jalan


Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan
anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori
anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan.
Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga
yang ada di jalanan.

Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di
jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam
kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah
setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun
masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun
dengan jadwal yang tidak rutin.

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di
jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau
keluarganya.

Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal
dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang
bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Seorang anak yang mempunyai cita-cita yang tidak tercapai, karena ada sebuah faktor
perekonomian keluarga, sehingga mereka mencarai uang tambahan jajan dengan cara mengamen
di jalan dll.

C. Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab munculnya fenomena anak jalanan, yaitu:

1.Modernisasi, industrialisasi, migrasi, dan urbanisasi menyebabkan terjadinya perubahan


jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan sosial dan
perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.

2.Kekerasan dalam keluarga menjadi latar belakang penting penyebab anak keluar dari
rumah dan umumnya terjadi dalam keluarga yang mengalami tekanan ekonomi dan
jumlah anggota keluarga yang besar.

3.Terkait permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut membantu orang tua
dengan bekerja di jalanan.

4.Orang tua memperkerjakan anak sebagai sumber ekonomi keluarga pengganti peran
yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa.

Kehidupan rumah tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu faktor pendorong
penting. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnai dengan
ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri, absennya
orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya. Hal ini
kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau emosional terhadap anak.
Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari
meninggalkan rumah.

Faktor lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah
tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, semakin banyak keluarga
miskin yang semakin terpinggirkan. Situasi itu memaksa setiap anggota keluarga untuk
paling tidak bisa menghidupi diri sendiri. Dalam keadaan seperti ini, sangatlah mudah bagi
anak untuk terjerumus ke jalan.

Tidak adanya perlindungan orang dewasa ataupun perlindungan hukum terhadap anak-anak
ini, menjadikan anak-anak tersebut rentan terhadap kekerasan yang berasal dari sesama
anak-anak itu sendiri, atau dari orang-orang yang lebih dewasa yang menyalahgunakan
mereka , ataupun dari aparat. Bentuk kekerasan bermacam-macam mulai dari dikompas
(dimintai uang), dipukuli, diperkosa, ataupun dirazia dan dijebloskan ke penjara. Namun,
anak-anak itu sendiri juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan atau tindak kriminal seperti
mengompas teman-teman lain yang lebih lemah, pencurian kecil-kecilan, dan perdagangan
obat-obat terlarang.

Dampak  negatif yang ditmbulkan oleh anak jalanan ialah:

1.Membuat lingkungan menjadi kumuh

2.Menjadi masalah social

3.Masa depan anak jalanan semakin suram

4.Bertambahnya angka anak putus sekolah

5.Kriminalitas meningkat

D. Faktor Penyebab Anak Jalanan


Permasalahan tentang anak jalanan adalah masalah klasik yang tidak pernah selesai dibicarakan.
Pengertian Anak Jalanan sendiri adalah sekelompok anak yang masih berusia sekolah dan hidup
tanpa memiliki identitas atau tempat tinggal yang jelas. Mereka hidup secara berpindah dari satu
tempat ke tempat lain tanpa diketahui siapa keluarga mereka (nomaden).

Stigma yang melekat tentang anak jalanan ini adalah masalah sosial, kriminal, sex bebas. Hal ini
tidak sepenuhnya dapat disalahkan, karena memang sebagian besar anak jalanan merupakan
cerminan kemiskinan dan kegagalan proses sosialisasi tentang hidup yang sehat.

Demikian pula masalah kriminalitas. Banyak anak jalanan yang menjalani profesi ini sebagai
jalan pintas mendapatkan keinginan mereka. Seperti memeras, mencuri, atau merampok. Meski
tidak semua anak jalanan memiliki perilaku seperti ini, namun adanya kasus kriminal yang
melibatkan anak jalanan, menjadikan stigma bahwa anak jalanan identik dengan kriminalitas
sudah demikian terpatri.

Pergaulan bebas pun banyak dijadikan bagian pembicaraan saat mendiskusikan tentang anak
jalanan ini. Kehidupan bebas, tanpa sekat dan tak mengindahkan norma yang berlaku dalam
masyarakat, menjadikan anak jalanan tak berpikir panjang dalam berbuat sesuatu. Salah satunya
adalah seks bebas, yang hal ini mungkin sangat terjadi karena dalam kehidupan mereka
pergaulan lawan jenis sudah demikian dalam tanpa batas.
Penyebab Anak Jalanan

Banyak orang berpendapat, masalah tentang anak jalanan ini muncul akibat adanya kehamilan di
luar nikah atau anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya tanpa alasan yang jelas. Sehingga
akhirnya memilih jalanan untuk menghabiskan waktu. Pendapat ini tidak sepenuhnya tepat.

Karena sebagian anak jalanan, ada yang berasal dari keluarga utuh dan memiliki identitas yang
jelas. Namun beberapa faktor menjadikan mereka memilih meninggalkan kemapanan sebuah
keluarga dan menikmati kebebasan di jalanan. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah

 Adanya tekanan yang berlebihan dari orang tua yang menuntut anak untuk berbuat
sesuatu tanpa diberikan keuntungan. Seperti tuntutan untuk selalu meraih prestasi di
sekolah atau juga untuk melakukan sebuah tindakan di luar kemampuan anak.
 Rasa frustasi karena selalu dibandingkan dengan anak lain. Hal ini menjadikan seorang
anak tidak memiliki kepercayaan diri dan memilih untuk mencari komunitas yang mau
menerima segala kekurangan mereka.
 Kurangnya perhatian dari keluarga. Kondisi jalanan yang dipenuhi orang sebaya
menjadikan tempat untuk meraih perhatian yang tidak didapatkan dari rumah. Karena
pada dasarnya, usia anak adalah usia yang masih membutuhkan untuk diperhatikan
termasuk dalam hal kecil.
 Mencoba kehidupan baru. Usia anak banyak diwarnai dengan keinginan untuk selalu
mencoba hal yang bersifat baru. Termasuk mencoba untuk melepaskan semua tekanan
dan ikatan selama berada di lingkungan formal rumah. Mereka ingin menikmati
kebebasan mutlak dengan hidup di jalanan

Anak Jalanan di Ibukota

Persoalan anak jalanan tidak pernah ada habis-habisnya. Patah tumbuh hilang berganti, mati satu
tumbuh seribu. Pepatah-pepatah itu barangkali bisa menggambarkan betapa sulitnya mengurangi
anak jalanan di Jakarta. Data menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan yang berkeliaran di
ibukota mencapai 4.000 anak. Sumber lain  justru menunjukkan angka yang lebih fantastic.
Tahun 2009, angkanya mencapai 12.000 anak naik 50% dari tahun sebelumnya yang hanya
8.000 anak. Jumlah ini tergolong tinggi dibanding rata-rata jumlah keseluruhan anak jalanan di
12 kota besar yang mencapai lebih dari 100.000 anak.

Anak jalanan di Jakarta tersebar di berbagai lokasi strategis, namun lokasi yang paling mudah
kita jumpai anak-anak jalanan adalah disekitar lampu merah. Biasanya mereka mengamen,
mengemis, membersihkan kaca mobil, atau aktivitas lain yang bisa mendatangkan rupiah.
Konon, Anak-anak tersebut sebagian besar besaral dari luar DKI Jakarta.

Cerita tentang manisnya kehidupan Jakarta, mengundang para pendatang dari berbagai pelosok
Indonesia dan dari berbagai lapisan masyarakat. Tak ketinggalan juga pendatang anak-anak yang
hanya bermodalkan tekad semata. Mereka datang dengan berjuta harapan untuk mengadu nasib
di ibukota. Namun apalah daya Jakarta tidak seramah yang mereka kira. “Siapa suruh datang
Jakarta”, itulah penggalan bait lagu yang mungkin bisa menggambarkan betapa tidak
bersahabatnya Jakarta bagi para pendatang.

Disamping para pendatang, ada juga mereka yang menjadi anak jalanan karena ditelantarkan
oleh orang tuanya. Mereka berjuang sendiri untuk hidup di kota yang tak kenal belas kasihan ini.

Menghadapi gelombang anak jalanan yang begitu besar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sebenarnya telah melakukan berbagai upaya. Dari upaya penertiban, pembinaan, pemberian
pelatihan-pelatihan hingga penyediaan rumah singgah bagi mereka. Namun, sepertinya upaya-
upaya yang telah dilakukan tersebut belumlah cukup. Saat ini masih begitu mudahnya kita
temukan anak-anak jalanan di sekeliling kita.

Pemerintah nampaknya harus bekerja lebih keras lagi. Undang-undang dasar mengamanatkan
bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negera. Artinya sesungguhnya mereka
yang hidup terlantar (termasuk anak-anak yang hidup di jalanan) juga harus menjadi perhatian
negara. Namun, harus juga dipahami bahwa kemampuan negara saat ini mamanglah masih
terbatas.

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak jalanan antara lain :

(1)    Melakukan pembatasan terhadap arus urbanisasi (termasuk arus masuknya anak-anak) ke
Jakarta, dengan cara menggalakkan operasi yustisi, memperkuat koordinasi dengan daerah asal,
pemulangan anak jalanan ke daerah asal, dll.
(2)   Melakukan identifikasi terhadap akar permasalahan guna menyelesaikan masalah anak
jalanan tersebut dengan menyentuh pada sumber permasalahannya. Sebagai contoh : banyak
diantara anak jalanan yang menjadi tulang punggung keluarganya.  Jika ini yang terjadi, maka
pemerintah tidak bisa hanya melatih, membina atau mengembalikan si anak ke sekolah. Tapi,
lebih dari itu pemerintah harus melakukan pendekatan dan pemberdayaan ekonomi keluarganya;

(3)   Mengembalikan anak jalanan ke bangku sekolah. Ini tidak gampang. Harus ada perlakuan
khusus terhadap mereka. Masing-masing anak jalanan tentu memiliki permasalahan yang
spesifik. Maka pendekatan yang dilakukan untuk mengembalikan mereka ke sekolah juga harus
dilakukan dengan cara yang spesifik pula;

(4)   Memberikan perlindungan kepada anak jalanan tanpa terkecuali. Undang-undang nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga mengamanatkan bahwa perlindungan anak perlu
dilakukan dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

(5)   Menciptakan program-program yang responsif terhadap perkembangan anak, termasuk anak
jalanan;

(6)   Melakukan penegakan hukum terhadap siapa saja yang memanfaatkan keberadaan anak-
anak jalanan di ibukota;

(7)   Membangun kesadaran bersama bahwa masalah anak jalanan sesunggungnya merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai