Latar Belakang
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang mengalami lesi.
Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia berupa nyeri radikuler sepanjang
perjalanan saraf iskiadikus (Award, Moskovich, 2006)
Definisi
Epidemiologi
HNP merupakan salah satu penyebab nyeri punggung bawah yang penting
dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Insiden herniasi diskus
adalah sekitar 5 hingga 20 kasus per 1000 orang dewasa per tahun dan paling
sering terjadi pada orang- orang di dekade ketiga hingga kelima.
Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP paling sering
mengenai usia 30-50 tahun. Insiden HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5%
orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung
dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% dan insiden
tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri
punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan
menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan
medis, dan 25% diantaranya memerlukan rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut
(Jordan, Konstantinou, O’Dowd, 2009).
Etiologi
a. Predisposisi Genetik
Banyak sekali gen yang terlibat dalam kasus HNP, diperkirakan bahwa
genetik menyumbang sekitar 75%. Gen yang telah ditemukan secara signifikan
meningkatkan risiko HNP termasuk encoding structural protein, matriks
metalloproteinase, faktor apoptosis, faktor pertumbuhan dan polimorfisme
nucleotide tunggal dalam gen reseptor vitamin D yang menyebabkan
ketidakseimbangan sitokin inflamasi.
b. Dehidrasi
Dehidrasi diketahui terlibat dalam patogenesis penyakit degeneratif diskus.
Meskipun polimorfisme genetik spesifik tidak berhubungab dengan HNP, namun
aquaporin dikatakan telah terlibat. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa
aquaporin-I (AQPI) berkorelasi dengan intensitas sinyal magnetic resonance
imaging (MRI) T2 sebelum operasi. Hal ini menunjukkan bahwa AQPI mungkin
memiliki peran dalam dehidrasi ini, yang diketahui berkontribusi terhadap proses
degeneratif. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan lebih
rinci mengenai peranan aquaporin dalam patogenesis HNP.
Dalam kasus ini, herniasi terjadi akibat dari beban yang berlebihan pada
tulang belakang. Sebuah penelitian terbaru mengenai diskus intervertebralis
menemukan bahwa beban statis yang berlebihan, dibandingkan dengan beban
fisiologis dan kelebihan beban dinamis, diskus tersebut berisiko mengalami
herniasi posterior.
d. Inflamasi
Peranan inflamasi pada patogenesis HNP telah terbukti dengan baik.
Diskus intervertebralis merupakan daerah immunoprivileged. Akibatnya, isi
diskus intervertebralis, khususnya NP, adalah imunoreaktif jika ditemukan diluar
batas fisiologis normal.
Patofisiologi
Perubahan-perubahan pada annulus fibrosus dan nukleus pulposus mulai
terjadi menjelang usia 30 tahun. Serat-serat fibroblastik pada beberapa tempat
terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen.
Beberapa hal yang terjadi sebagai kelanjutan proses tersebut antara lain:
Hernia Nukleus Pulposus dapat dibagi menjadi beberapa keadaan tergantung dari
gradasinya yaitu:
Manifestasi Klinis
Sementara itu, karena peregangan yang sangat kuat, anulus fibrosus bisa
ruptur atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan
radiks saraf menimbulkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri radikuler yaitu
skiatika. Skiatika disebut juga sebagai iskialgia, adalah nyeri pinggang, yang
menjalar ke bawah pada aspek posterior tungkai bawah. Skiatika juga dapat
diartikan sebagai nyeri pada distribusi saraf iskiadikus. Skiatika sering disertai
dengan rasa tebal (numbness) dan rasa kesemutan (tingling) (Leksana, 2013).
Diagnosis
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perhatian khusus harus diberikan pada kelemahan
motoric, reflex dan gangguan sensorik sesuai distribusi miotom dan dermatomal.
Pemeriksa juga harus memperhatikan tanda-tanda disfungsi medulla spinalis.
Prosedur pemeriksaan ini sama dengan straight leg raise test, pasien berbaring
terlentang, dan pemeriksa mengelevasi tungkai yang asimptomatik. Tes ini positif
jika maneuver menyebabkan nyeri khas dan parastesia pada pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut. Tes ini
memiliki spesifisitas lebih dari 90%.
4. Tanda kernig
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut. Secara umum kita dapat melakukan ekstensi
ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif.
6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal
ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2- L3-
L4.
c. Pemeriksaan Penunjang
Lebih dari 85% pasien dengan gejala yang berhubungan dengan herniasi
diskus akut akan mengalami perbaikan dalam 8 sampai 12 minggu tanpa
pengobatan yang spesifik. Namun pasien yang memiliki pemeriksaan neurologis
yang abnormal atau refrakter terhadap pengobatan konservatif akan memerlukan
evaluasi dan perawatan yang lebih lanjut.
1. X-Ray
Pemeriksaan X-ray merupakan pemeriksaan penunjang lini pertama yang
digunakan pada nyeri punggung belakang, serta paling mudah diakses dan
dilakukan pada sebagian besar klinik dan pelayanan rawat jalan. Teknik
pencitraan ini dapat digunakan untuk menilai ketidakstabilan struktural. Jika hasil
rontgen menunjukkan fraktur akut maka perlu diteliti lebih lanjut dengan
menggunakan CT-Scan dan MRI. Untuk dokter layanan primer, radiografi harus
dilakukan hanya setelah 6-12 minggu tanpa adanya gangguan neurologis. Selain
proyeksi anteroposterior (AP) dan lateral, fleksi dan ekstensi dilakukan untuk
mengevaluasi ketidakstabilan gejala pasien.
2. CT-Scan
CT-Scan lebih disukai untuk memvisualisasikan struktur tulang di tulang
belakang. Hal ini dapat juga menunjukkan herniasi diskus yang terkalsifikasi.
Namun jika dibandingkan dengan X-ray, CT-Scan kurang dapat diakses pada
pelayanan rawat jalan. Namun jika dibandingkan dengan MRI, CT-scan lebih
mudah diakses.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan gold standard untuk
memvisualisasikan diskus yang mengalami herniasi dengan ketepatan diagnostic
97% dan reliabilitas inter-observer yang tinggi. Temuan MRI akan membantu ahli
bedah dan penyedia lainnya untuk merencanakan pengobatan prosedur jika
diindikasikan. Mengingat penggunaan sumber daya yang signifikan yang terlibat
dalam metode pengujian ini, itu tidak diindikasikan untuk semua pasien dengan
HNP. Indikasi relatif untuk MRI pada periode awal HNP (<6 minggu) termasuk
defisit neurologis motorik dan CES.
Amin, R.M., Andrade N.S., Neuman B.J. 2017. Lumbar Disc Herniation. Curr
Rev Musculoskelet Med; 10: 507-516.
Award, J., Moskovich, R. 2006. Lumbar Disc Herniation. Clinical Ortopedic and
Related Research; 183-197.
Dulebohn, S., Massa, R.N., Mesfin, F. Disc Herniation. 2019. Available From
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441822 [Accessed 24 Agustus 2019]
Herkowitz, H.N., Garfin, S.R., Eismont, F.J., Bell, G.R., Balderston, R.A. 2011.
Rothman-Simeone The Spine 6th ed. USA: Elsevier
Ikhsanawati, A., Tiksnadi,B., Soenggono, A., Hidajat, N.N., 2015. Herniated
Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung
Indonesia. Althea Medical Journal. 2015;2(2)
Jordan, J., Konstantinou, K., O’Dowd, J. 2009. Herniated Lumbar Disc. Clinical
Evidence. 2009; 03:1118.
Leksana. 2013. Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan pada Janda lanjut usia
yang tinggal dengan keponakan dengan usia yang sama. Medulla, II (2).
North American Spine Society. 2012Clinical Guidelines for Diagnosis and
Treatment of Lumbar Disc Herniation with Radiculopathy.
Ramachandran, M., Basic Orthopaedic Science 2nd ed. 2017. USA: CRC Press