Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD. Embung Fatimah Batam
Di susun Oleh :
Umi Hani
05310149
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas “laporan Kasus” ini tepat
waktu dan sebaik-baiknya dalam rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior
di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD.Embung Fatimah Batam dengan judul “Kejang
Deman”.
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
pengetahuan pada umumnya dan ilmu kedokteran pada khususnya. Akhirnya hanya
kepada Allah SWT jugalah segalanya dikembalikan. Semoga amal kebaikan kita
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi .............................................................................................................
Epidemiologi ……….......................................................................................
Klasifikasi …...................................................................................................
Patofisiologi ………………………………………………………………………..
Diagnosis ……...............................................................................................
Penatalaksanaan …..................................................................................................
Prognosis ……..……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Kejang demam adalah Kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan – 5 tahun, yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal >38º C ) dan bukan disebabkan oleh infeksi SSP
ataupenyebab lain.
Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu tubuh (suhu rektal
Kejang Demam adalah Kejang pada anak usia > 1 bulan berhubungan dengan adanya demam.
Tidak disebabkan infeksi SSP, Tidak terdapat kejang pada masa neonatus sebelumnya, tidak
ada kejang tanpa provokasi sebelumnya,tidak ada penyebab lain kejang (gangguan elektrolit
dll)
kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam
tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang
pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai dengan
Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan
kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat.
Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam
triggered of by fever).2
(Millichap, 1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang
berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. 1
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan- 5 tahun. 80 % merupakan
50 %, dan bila kejang demam seder -hana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam
Baumer JH. Evidence based Guideline for post-seizure management in childrenpresenting acutely to secondary
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya
suhu meningkat (Wegman, 1939; Prichard dan McGreal, 1958). Faktor hereditas juga
mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap
bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak
sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai
sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum, dan kejang
demam kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1
kali kejang dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar.
Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut
jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam
Menurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI 2005. Kejang
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau
klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8Stafstrom CE. The incidence and
prevalence of febrile seizures. Dalam : Baram TZ,Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press
2002;p.1-20
2. Kejang demam kompleks
Penjelasan:
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari
Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosi in Febrile seizure. Pediatr 1978;61:720-7 Berg AT, Shinnar S. Complex
febrile seizure. Epilepsia 1996;37:126-33
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Annegers JF, Hauser W, Shirts SB, Kurland LT. Factors prognostic of unprovoked seizuresafter febrile
convulsions. NEJM 1987;316:493-8
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Shinnar S. Febrile seizures In : Swaiman KS, AshwalS,eds. Pediatric Neurology principles and practice. St
Lois : Mosby 1999,p.676-82.
Keadaan neurology (fs saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal
EEG (electro encephalography – rekaman otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah
normal.
Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut diatas digolongkan sebagai kejang
1. KD sederhana
Ciri-ciri KD sederhana:
EEG normal
KD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy yang
KD sederhana
KD kompleks
perkembangan
Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
KD yang tidak sesuai dengan criteria tersebut diatas digolongkan sebagai KD jenis kompleks
Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI – RSCM Jakarta, menggunakan criteria
Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
KD yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan sebagai epilepsi yang diprovokasi
oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko pertama yang penting pada kejang demam adalah demam. Selain itu juga
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan
terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam pengawasan khusus, dan kadar natrium
rendah.
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam
adalah :
4. Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80
Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the circumstancessurrounding the
initial febrile seizure, NEJM 1992;327:1122-7 Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in
a population based cohort. Epilepsy Res 1990;66:1009-14Knudsen FU. Recurrence risk after first febrile seizure
and effect short term diazepam prophylaxis Arch Dis Child 1996;17:33-8
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi
adalah :
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang demam.
Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure. Pediatr 1978;61:720-7 Annegers JF,
dkk. Factor prognotic of unprovoked seizures after febrile convulsions. NEJM1987;316:493-8
Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk mendapat
kejang demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu saudara pernah pula
231 penderita KD Dari mereka ini 60 penderita merupakan anak tunggal waktu
diperiksa. Sedang 221 penderita lainnya - yang mempunyai satu atau lebih saudara kandung -
79 penderita (36%) mempunyai satu atau lebih saudara kandung yang pemah mengalami
kejang yang disertai demam. Jumlah seluruh saudara kandung dari 221 penderita ini ialah 812
orang, dan 119 (14,7%) di antaranya pernah mengalami kejang yang disertai demam.2
ETIOLOGI
Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa
Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak
Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam.
Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak sedang demam.
Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili
(campak).1
didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. Ada penderita yang mengalami
kelainan pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan otrtis media
Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD daripada infeksi
lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman Shigella mengaiami KD
dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya di mana angka kejadian KD hanya
sekitar 1%,Lahat dkk, 1984 mengemukakan bahwa tingginya angka kejadian KD pada
shigellosis dan salmonellosis mungkin berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang
PATOFISIOLOGI1,5
rentan kejang (agespecificity of the brain’s sensitivity to fever). Percobaan otak tikus in vitro,
Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis
hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme.
Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan
permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu
yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai
ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih 4.
Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak
efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea,
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron.
MANIFESTASI KLINIK
Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan
biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 0C atau lebih (rectal). Umumnya kejang
berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi
seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.2,3,4,5
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang
berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat
pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas,
dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat
pasca kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali
Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau
unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh sementara pasca serangan
kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama
DIAGNOSIS
dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA
Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis
lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan
suhu badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada radang selaput
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
atau mencari penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level
III, rekomendasi D).
Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate diagnostic evaluation. Arch Dis
Child 1981;135:431-3 AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizures. Pediatr 1996;97:769-95
Pungsi lumbal
meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil sering
manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures. Pediatr 1996;97:769-
95 Baumer JH. Evidence based guideline for post-seizure management in childrenpresenting acutely
to secondary care. Arch Dis Child 2004; 89:278-280.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures. Pediatr 1996;97:769-
95Millichap JG. Management of febrile seizures : current concepts and recommendations for Phenobarbital
and electroencephalogram. Clin Electroencephalogr 1991;22:5-10
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Pencitraan
Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutindan atas indikasi, seperti:
2.Parese nervus VI
3.Papiledema
PENATALAKSANAAN
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang
adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5
mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis
maksimal 20mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rectal adalah 0,5 - 0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam).
Knudsen FU. Rectal administration of diazepamin solution in the acute treatment of convulsionIn infants
and children. Arch Dis Child 1979;54:855-7.Dieckman J. Rectal diazepam for prehospital status epilepticus. An
Emerg Med 1994;23:216-24Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex febrile seizures.Dalam:
Baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego : Academic Press 2002;p.1-20
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan
dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari, yaitu12 jam setelah dosis awal. Bila
dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak.1999 Fukuyama Y, dkk. Practical guidelines for physician in the
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level I,rekomendasi E).
Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kg/kalidiberikan 4 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.
Asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan,
Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrileseizures. Arch
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengandiazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,50C (level I,rekomendasi E).Dosis tersebut cukup tinggi
dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39 % kasus.
Rosman NP dkk. A controlled trial of diazepam administered during febrile illneses to prevent Recurrence of
Pros and cos. Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl.135):1-24.Uhari M, dkk. Effect of acetaminophen and low
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.
Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex febrile seizures.Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds,
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan. kejang
Penjelasan:*
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakanindikasi
ringanbukan merupakan indikasi* Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak
mempunyaifokus organik
Jenis obat antikonvulsan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
Mamelle C, dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion ² a randomized therapeutic assay :Sodium valproate,
penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terusmenerus diberikan dalam jangka
pendek, dan pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D). Pemakaian fenobarbital setiap
hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %).Obat pilihan
saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidensnya
kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari dalam 2- 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4 mg/kg
40 AAP. Practice parameter: Longterm treatment of the child with simple febrile seizures Pediatr
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secarabertahap selama 1-
2 bulan.
Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome.
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saatkejang sebagian besar
orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara
yang diantaranya :
diingat efek samping obat
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di
sesuatu kedalam muluT
Vaksinasi
Sejauh in tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah demam
karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 - 9 kasus per 100.000 anak
memberikan diazepam oral ataurektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.
Beberapa dokter anak merekomendasikan asetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 harikemudian.
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of febrile seizures. Brain Dev
KEJANG
KEJANG
(5 menit)
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam iv
KEJANG
KEJANG
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena (20 menit)dicampur dengan cairan
PROGNOSIS
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang
berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat
pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan pria
33%.
Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,
(1954) mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9% yang menjadi
epilepsi dan dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang
menjadi epilepsi.2
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
dari faktor:2
Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari akan
mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau
tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja
("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada penelitian yang dilakukan oleh The
National Collaboratlve Perinatal Project di Amerika Serikat , dalam hal mana 1.706 anak
pasca kejang demam diikuti perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak didapatkan
kematiansebagai akibat kejang demam. Anak dengan kejang demam ini lalu
mendapat kejang demam. Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara kandungnya
(kontrol). Anak yang .sebelum terjadinya kejang demam sudah abnormal atau dicurigai
menunjukkan gejala yang abnormal, rnempunyai skor yang lebih rendah daripada saudara
Pada penelitian Ellenberg dan Nelson mendapatkan tidak ada perbedaan IQ waktu
diperiksa pada usia 7 tahun antara anak dengan KD dan kembarannya yang tanpa kejang
demam.4
DAFTAR PUSTAKA
3. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak.
4. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak :
5. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric Emergency
Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
8. Kejang,Demam,Guideline http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1089.asp?
FNM=10899.
http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion