Anda di halaman 1dari 40

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ALOKASI ANGGARAN DANA

DESA PADA MASA PANDEMI COVID-19 SESUAI PERATURAN


MENTERI KEUANGAN NO. 69 TAHUN 2021
TENTANG PENGGUNAAN DANA DESA

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum

YOGI FAUZAN HANIF


1610010053

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian umat manusia di seluruh dunia saat ini tertuju pada virus
Corona yang mewabah di banyak negara sejak ditemukannya kasus wabah
Corona di Tiongkok pada sekitar bulan akhir Desember 2019. Lembaga
World Health Organization (WHO), sebagai Badan Kesehatan Dunia,
menyatakan bahwa virus Corona atau Coronavirus Desease 2019 (Covid-19)
merupakan pandemi yang telah merenggut nyawa ribuan orang.1
Dampak sosial dan ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19
sangat berpengaruh bagi tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan
adanya pembatasan kegiatan ekonomi yang secara makro menurunkan
pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan
sehingga berpotensi meningkatkan jumlah masyarakat miskin. Pemerintah
telah merancang berbagai kebijakan baru dalam rangka menekan penyebaran
dan penanganan virus ini. Salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 69 Tahun 2021 Tentang perubahan atas peraturan
Menteri Keuangan Nomor 222/PKM.07/2020 Tentang Pengelolaan Dana
Desa.2
Pada masa pandemi Covid-19 ini perekonomian sedang ditekan dari
berbagai arah, tidak terkecuali terdampak juga terhadap perekonomian desa.
Dampak Covid-19 ini lebih dirasakan dampaknya oleh masyarakat di daerah
perkotaan. Namun, mengingat pekerja musiman memiliki mobilitas cukup
tinggi, dari desa ke kota lalu kembali ke desa, wabah Covid-19 juga bisa
merebak di desa. Dengan sumber daya ekonomi dan sosial yang dimilikinya,

1
Zaenal Abidin Bagir, ―Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern di Tengah Pandemi
2
Rudy S. Prawiradinata, Bantuan Langsung Tunai – Dana Desa (BLT-Dana Desa),
(Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas), 2020), hlm 1

2
terutama Anggaran Dana Desa, desa dapat berkontribusi dalam penanganan
Covid-19.3
Dana desa merupakan alokasi anggaran on budget yang dapat
digunakan langsung untuk mendukung upaya mengurangi dampak Covid-19
di tingkat rumah tangga dan desa. Beberapa keunggulan dana desa di
antaranya alokasi anggaran tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dapat dibuat menjadi program aksi cepat yang dapat segera dimulai
dapat melengkapi program lain untuk meminimalkan dampak sosial dan
ekonomi tidak memerlukan sistem baru sehingga aparat desa bisa langsung
bergerak karena sudah memahami sistem yang ada; dapat diarahkan untuk
membangun legitimasi dan kredibilitas pemerintah desa melalui penyelesaian
masalah secara lokal serta sudah tersedianya sistem pemantauan, evaluasi, dan
pertanggung jawaban yang dapat dioptimalkan untuk menjamin akuntabilitas.4
Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan di atas maka
penulis mengambil judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ALOKASI
ANGGARAN DANA DESA PADA MASA PANDEMI COVID-19 SESUAI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 69 TAHUN 2021 TENTANG
PENGELOLAAN DANA DESA”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan penggunaan dana desa pada masa pandemi covid-
19 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 69 Tahun 2021?
2. Apa hambatan dalam penggunaan Dana Desa pada masa covid-19?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menganalisis pengaturan penggunaan dana desa pada
masa pandemi covid-19 berdasarkan Peraturan Menteri Peuangan No. 69
Tahun 2021

3
Hanoatubun, S. (2020). DampakCovid – 19 terhadapPrekonomian Indonesia. EduPsyCouns: Journal
of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-153.
4
http://tnp2k.go.id/download/98837PBPengunaanBLTDFINAL.pdf

3
2. Mengetahui hambatan dalam penggunaan Alokasi Dana Desa pada masa
Covid-19.
D. Manfaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum,
khususnya dalam bidang pengetahuan tentang pengelolaan alokasi
dana desa dalam penanggulangan Covid-19
b. Memperkaya referensi dan literasi dalam dunia kepustakaan, terkusus
dalam asas hukum pidana.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan wawasan kepada
pembaca referensi yang berhubungan dengan peraturan kementrian
keuangan tentang alokasi dana desa dalam penanggulanga pandemi
Covid-19.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Berikut adalah tabel penelitian terdahulu.

No Nama Judul Rumusan Masalah Kesimpulan

1 Rusman Riyadi AKIBAT HUKUM 1. Apa dasar di 1. Dasar penerapan


TERJADINYA terapkannya undang-undang nomor
WABAH COVID- Undang-undang 2 tahun 2020 yang di
19 DENGAN DI Nomor 2 Tahun lakukan oleh
BERLAKUKANN 2020 dalam hal pemerintah adalah
YA PASAL 28 kebijakan sebagai berikut:
ANGKA 8 keuangan a. bahwa penyebaran
UNDANG- pengalokasian Corona Virus Disease
UNDANG anggaran dana desa 2019 (COVID-19)
NOMOR 2 ? yang dinyatakan oleh
TAHUN 2020 2. Bagaimana Organisasi Kesehatan
TERKAIT pembangunan desa Dunia (World Health
PENGALOKASIA akibat pengalihan Organization) sebagai
N ANGGARAN alokasi anggaran pandemi pada sebagian
DANA DESA dana desa yang di besar negara-negara di
sebabkan oleh seluruh dunia,
pandemi covid-19 termasuk di Indonesia,
menunjukkan
peningkatan dari waktu
ke waktu dan telah
menimbulkan korban
jiwa, serta kerugian
material yang semakin
besar, sehingga
berimplikasi pada

5
aspek sosial, ekonomi,
dan kesejahteraan
masyarakat.
b. bahwa implikasi
pandemi Corona Vints
Disease 2019
(COVID-19) telah
berdampak antara lain
terhadap perlambatan
pertumbuhan ekonomi
nasional, penurunan
penerimaan negara,
dan peningkatan
belanja negara dan
pembiayaan, sehingga
diperlukan berbagai
upaya Pemerintah
untuk melakukan
penyelamatan
kesehatan dan
perekonomian
nasional, dengan fokus
pada belanja untuk
kesehatan, jaring
pengaman sosial
(social safetg net),
serta pemulihan
perekonomian
termasuk untuk dunia
usaha dan masyarakat
yang terdampak.

6
c. bahwa impiikasi
pandemi Corona Vints
Disease 2019
(COVID-19) telah
berdampak pula
terhadap
memburuknya sistem
keuangan yang
ditunjukkan dengan
penurlrnan berbagai
aktivitas ekonomi
domestik, sehingga
perlu dimitigasi
bersama oleh
Pemerintah dan
Komite Stabilitas
Sistem Keuangan
(KSSK) untuk
melakukan tindakan
antisipasi (fonaard
looking) dalam rangka
menjaga stabilitas
sektor keuangan.
2. Akibat dari di
berlakukannya undang-
undang nomor2 tahun
2020 terhadap
pembangunan
desaadalah sebagai
berikut:
a. Pembangunan yang

7
telah di sahkan oleh
pemerintahan desa
dalam musyarah desa
akan mengalami
hambatan di karenakan
pengalihan alokasi
anggaran dana desa
terhadap penangana
covid-19
b. Pembangunan dan
pemberdayaan tidak
akan erjalan apabila
aggaran yang di
berikan oleh
pemerintah pusat di
tiadakan terhadap
pemerintahan desa.
c. Bagi desa yang tidak
memiliki Badan Usaha
Milik Desa
( BUMDES) akan
kesulitan dalam
melakukan sebuah
pembangunan.
d. Pembangunan yang
akan di laksanakan
oleh pemerintahan
desa tidak akan bisa
terlaksana karena
emang anggaran yang
di perlukan untuk

8
pembangunan tidak
ada.
2 Irvan Oktariansa ALOKASI 1. Implementasi 1. Alokasi APBDes yang
Pradana ANGGARAN alokasi Anggaran dilakukan Pemerintah
PENDAPATAN Pendapatan dan Desa yang ada di
DAN BELANJA Belanja Desa Kabupaten Lamongan
DESA (APBDES) (APBDes) pada sudah menerapkan
PADA MASA masa pandemi Permendes Nomor 7
PANDEMI Covid-19 di Tahun 2020 tentang
COVID-19 DI Kabupaten prioritas penggunaan
KABUPATEN Lamongan periode dana desa tahun 2020
LAMONGAN April - September dalam penanganan dan
PERIODE APRIL - 2020. penanggulangan
SEPTEMBER 2020 2. Implementasi Covid-19 di desa
PERSPEKTIF Permendes Nomor 7 melalui perubahan
PERMENDES Tahun 2020 Anggaran Pendapatan
NOMOR 7 terhadap alokasi dan Belanja Desa
TAHUN 2020 Anggaran (APBDes) yang
Pendapatan dan dimulai pada bulan
Belanja Desa April sampai
(APBDes) di September.
Kabupaten 2. Dari analisis yang
Lamongan pada dilakukan peneliti
masa pandemi antara praktik pada 6
Covid-19. desa yakni desa yang
paling banyak
terkofirmasi positif
Covid-19 antara lain
Desa Made, Paciran,
Tambakrigadung dan
desa yang paling

9
sedikit terkonfirmasi
Covid19 antara lain
Tanjung, Sumberaji
dan Kawistolegi
dengan Permendes
Nomor 7 Tahun 2020
tentang prioritas
penggunaan dana desa
tahun 2020.
Penanganan dan
Penanggulangan
Covid-19 semua desa
sudah sesuai dengan
peraturan dan
memenuhi protokol
kesehatan. Padat Karya
Tunai Desa kurang
sesuai dikarenakan
terdapat 2 desa yang
tidak melakukan
kegiatan PKTD
dikarenakan alokasi
dana PKTD dialihkan
ke Bantuan Langsung
Tunai (BLT) dan
Bantuan Langsung
Tunai Dana Desa
(BLT-DD) sudah
sesuai dengan
peraturan perundang-
udangan.

10
Dari tabel penelitian diatas, memiliki perbedaan dan pesamaan yang
ringkasan kedua penelitian tersebut secara umum sama-sama membahas
tentang penggunaan dana desa pada masa pandemi Covid-19. Adapun
perbedaannya dari kedua penelitian tersebut adalah pertama, pada ke dua
penelitian terdahulu membahas tentang akibat hukum dan pelaksanaan alokasi
dana desa. Sedangkan di penelitian penulis membahas tentang tinjauan yuridis
tentang pengunaan dana desa yang mengacu pada Peraturan Mentri Keuangan
Nomor 69 Tahun 2021.
B. LANDASAN TEORI
1. Teori Keadilan

Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia


adil adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah.
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah
suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu
belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa
ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan
ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan
sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan
dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban
umum dari masyarakat tersebut.5

Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil-hasil konkrit yang bisa


diberikannya kepada masyarakat. Ia melihat bahwa hasil yang diperoleh
itu hendaknya berupa pemuasan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Pound sendiri mengatakan,
5
Agus Santoso, 2014, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ctk. Kedua,
Kencana, Jakarta, hlm. 85.

11
bahwa ia sendiri senang melihat “semakin meluasnya pengakuan dan
pemuasan terhadap kebutuhan, tuntutan atau keinginan-keinginan manusia
melalui pengendalian sosial; semakin meluas dan efektifnya jaminan
terhadap kepentingan sosial; suatu usaha untuk menghapuskan
pemborosan yang terus-menerus dan semakin efektif dan menghindari
perbenturan antara manusia dalam menikmati sumber-sumber daya,
singkatnya social engineering semakin efektif”.6

Di Indonesia keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar


negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila
lima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan dalam hidup
bersama. Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat, bangsa, dan negara, serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.7

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang


harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan
tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya dan
seluruh wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula
nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara
sesama bangsa di dunia dan prinsip-prinsip ingin menciptakan ketertiban
hidup bersama dalam suatu pergaulan antarbangsa di dunia dengan
berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian
abadi, serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).8

2. Teori perlindungan hukum

6
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, Ctk. Kedelapan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 174.
7
Ibid, hlm. 86.
8
Ibid, hlm. 87.

12
Istilah perlindungan hukum dalam bahasa inggris dikenal dengan
legal protection, sedangkan dalam bahasa belanda dikenal dengan Rechts
bescherming. Secara etimologi perlindungan hukum terdiri dari dua suku
kata yakni Perlindungan dan hukum. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia perlindungan diartikan :
a. tempat berlindung,
b. hal (perbuatan dan sebagainya),
c. proses, cara, perbuatan melindungi.9

Menurut Philipus M Hadjon, perlindungan hukum adalah


perlindungan akan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak-hak
asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan
umum dari kewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah
yang akan dapat melindungi suatu hal lainnya. Berkaitan dengan
konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak
atas pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-
hak tersebut.10

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya


untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh
penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
ketertiban dan ketentraman, sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.11

9
Soeroso, 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta

10
Philipus M hadjon, Perlindungan Hukum Dalam Negara Hukum Pancasila (Surabaya: PT Bina ilmu,
1987), hlm 2.
11
Setiono, 2004, Rule Of Law (Supremasi Hukum), Surakarta, Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana
Univeristas Sebelas Maret.

13
C. Tinjauan Tentang Desa
1. Sejarah Desa
Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner
Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad van Indie pada masa
penjajahan kolonial Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal
Inggris yang berkuasa pada tahun 1811 di Indonesia. Terbentuknya desa
sebagai tempat tinggal kelompok terutama disebabkan karena naluri
alamiah untuk mempertahankan kelompok. Didalam kelompok tersebut
terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama
warga kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan/kekeluargaan, karena
tinggal dekat dan karena kesamaan kepentingan. Setiap desa memiliki
Sejarah berdirinya masing-masing. Setiap desa memiliki ciri khas
tersendiri yang membedakanya dengan yang lain. Ada beberapa desa yang
muncul karena daerah tersebut memiliki sumberdaya alam yang melimpah
dan ada juga yang lahir karena daerah tersebut memiliki sungai yang besar
yang bisa dijadikan sebagai lalu lintas perdagangan yang dapat
menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lainya. Berdirinya
suatu desa membutuhkan proses yang lama dan berkesinambungan.12
Desa telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk. Penjelasan Pasal 18 Undang Undang Dasar Indonesia tahun
1995 (sebelum perubahan) yang penjelasannya berbunyi Dalam teritorial
Negara Indonesia. Terdapat kurang lebih 250
“zelfbesturendelandschappen” dan ”volksgemeenschappen” seperti desa
di jawa dan bali, negeri minangkabau, dusun dan marga di palembang dan
sebagainya. Daerah-daerah ini mempunyai susunan asli dan oleh
karenanya dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah
yang bersifat istimewa tersebut dan segala peraturan negara mengenai
12
Kartohadikoesoemo, Soetardjo, 1984, Desa, Balai Pustaka, Jakarta

14
daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut. Pada
perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah berkembang
dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar
menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan Pemerintahan dan membangun
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
pemberian kewenangan otonomi daerah kepada Kabupaten/Kota
didasarkan atas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hal ini lebih ditegaskan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 yang menjelaskan bahwa desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Di era otonomi daerah terutama pasca reformasi, posisi desa
mengalami dinamika terutama dalam posisi dengan Pemerintah di level
atas. Pada konteks ini relasi desa mengarah pada Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Provinsi, maupun Pemerintah Pusat.13
2. Pengertian Dana Desa
Penjelasan resmi pasal 1, UU 1948/22 menyatakan bahwa desa
dimaksudkan daerah yang terdiri dari satu atau lebih dari satu (disumatera
negeri, marga, dan sebagainya) yang digabungkan hingga merupakan
suatu daerah yang mempunyai syarat-syarat cukup untuk berdiri menjadi
daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya
13
Huda,Ni’matul, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang

15
sendiri, sebab desa atau kota kecil itu adalah pemerintahan daerah-daerah
yang terbawah.
Sebenarnya desa juga adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu
ialah suatu wujud atau kenampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, kultural yang saling
berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan
daerah lain. Selain dari itu Menurut Bintarto ada beberapa unsur desa yang
lain :
a) Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang
merupakan lingkungan geografi setempat.
b) Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan,
persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
c) Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulandan ikatan ikatan
pergaulan warga desa. Jadi, menyangkut seluk-beluk kehidupan
masyarakat desa.
d) Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri
sendiri melainkan merupakan suatu kesatuan.14
Berikut ada beberapa pengertian desa yang diungkapkan para ahli :
1) Menurut R. Bintarto desa adalah perwujudan atau kesatuan
geografi, sosial, ekonomi, politik, serta kultural yang terdapat di
suatu daerah
2) dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain.

Koentjaraningrat, 1984, Masyarakat Desa di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


14

Universitas Indonesia, Jakarta

16
3) Menurut Sutardjo Kartohadikusumo bahwa desa ialah suatu
kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
4) Menurut R.H. Unang Soenardjo, desa adalah suatu kesatuan
masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam
suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir
dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun
karena sama- sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial
dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama;
memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.15
3. Karakteristik Desa
Wilayah pedesaan pada umumnya masih di asosiasikan sebagai daerah
yang berlokasi didaerah pedalaman, jauh dari lingkungan perkotaan dan
memiliki keterikatan yang kuat terhadap kehidupan tradisional. Dalam
masyarakat desa berlaku keteraturan kehidupan sosial yang mencakup
kegiatan-kegiatan ekonomi, keagamaan, politik, dan hukum yang sesuai
dengan lingkungan hidup setempat. Karakteristik wilayah kawasan
pedesaan masih lebih bersifat alamiah, belum banyak yang tersentuh oleh
teknologi modern dan perkembangan pembangunan. Selain sebagai lahan
pemukiman penduduk, sebagian wilayah desa terdiri atas lahan pertanian,
perkebunan atau tertutup oleh sebagian hutan alami, baik itu diwilayah
desa yang memiliki letak di wilayah pantai, dataran rendah maupun
dataran tinggi. Kehidupan masyarakat pedesaan dicirikan oleh kegiatan
yang pada umumnya bercorak agraris.
Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh lingkungan
alam. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan atau kondisi alam setempat
masih sangat kuat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk desa.
15
Ani, Op.Cit., halaman 179.

17
Secara khusus beberapa karakteristik sosial masyarakat desa menurut
Soejono Soekanto antara lain: Warga desa memliki hubungan kekerabatan
yang kuat karena umumnya berasal dari satu keturunan, Corak kehidupan
bersifat gemeinschaft yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat,
Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor agraris (pertanian,
perkebunan, peternakan, maupun perikanan), Cara bertani masih relatif
sederhana atau tradisional sehingga sebagian besar hasilnya masih di
peruntukkan bagi kebutuhan hidup sehari-hari, Sifat gotong royong masih
cukup tampak dalam kehidupan sehari-hari penduduk desa, golongan
tertua dikampung atau ketua adat masih memegang peranan penting dan
memiliki kharisma besar dimasyarakat sehingga dalam musyawarah atau
proses pengambilan keputusan orang-orang tersebut sering kali dimintai
saran atau petuah, Pada umumnya sebagian masyarakat masih memegang
norma-norma agama yang cukup kuat.
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu
pengetahuan serta teknologi tentu saja saat ini banyak desa yang telah
mengalami perubahan. Komunikasi dengan wilayah kota pun mulai
tampak terjalin dan penduduk desa makin menyadari bahwa komunikasi
dengan perkotaan itu sangat penting.16
4. Ciri-ciri Desa
Adapun ciri-ciri desa secara umum adalah :
a) Pembangunan di desa relatif lambat.
b) Hampir semua masyarakat desa hidup dari usaha pertanian dengan
skala usaha yang kecil. Walaupun sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani/agraris, namun sebenarnya mata
pencaharian masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh faktor alam
yang ada. Berdasarkan mata pencahariannya, desa dapat dibedakan

16
Ani Sri Rahayu, “Pengantar Pemerintahan Desa”, (Malang: Sinar Grafika, 2018) halaman 178.

18
menjadi : desa nelayan, desa agraris, desa perkebunan, desa
peternakan, desa industri dan sebagainya.17
c) Corak kehidupan didesa berdasarkan pada ikatan kekeluargaan yang
erat.
Masyarakat merupakan gemeinschafet yang memiliki unsur
gotong royong yang kuat. Faktor lingkungan geografis memberi
pengaruh juga terhadap gotong royong diantaranya :
a) Faktor Topografi setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan
suatu bentuk adaptasi kepada penduduk.
b) Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif
terhadap penduduk terutama petani.
c) Faktor bencana alam seperti letusan gunung , gempa , banjir ,dsbnya
d) Orientasi pembangunan di desa lebih diwarnai oleh adat, tradisi dan
kekeluargaan.
e) Perekonomian desa sangat dipengaruhi oleh musim, bencana hama,
penyakit, kekeringan dan juga lainnya.
f) Di pedesaan, adat dan tradisi masih terbentuk dan berkembang secara
turun-temurun.
g) Dan lain-lain18
5. Kewenangan Desa
Untuk menunjang kemandirian desa maka desa perlu diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Adapun menurut RUU Pemerintah, kewenangan desa meliputi :
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa dan
kewenangan lokal berskala desa yang diakui kabupaten/kota.

17
https://www.berdesa.com/ciri-ciri-desa-yang-perlu-dipahami/
18
https://roboguru.ruangguru.com/question/masyarakat-desa-memiliki-corak-kehidupan-yang-bersifat-
gemeinscaft-artinya-kehidupannya-berdasarkan-_QU-GDAHX7QB

19
b. Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/kota yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada desa
sebagai lembaga dan kepada kepala desa sebagai penyelenggara
pemerintah desa juga dibantu oleh BPD dan perangkat desa.
Adapun perangkat desa lainnya terdiri dari :
a. Sekretaris Desa
b. Pelaksana teknis Lapangan
c. Unsur kewilayahan
Badan Permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama, atau tokoh masyarakat lainnya.
Adapun wewenang BPD antara lain :
1) Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa
2) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa
dan peraturan kepala desa.
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
4) Membentuk panitia pemilihan kepala desa
5) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.19
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU
tentang APBN kepada DPR dan setelah melalui pembahasan, DPR
menetapkan Undang- Undang tentang APBN selambat-lambatnya 2
bulan sebelum tahun anggara dilaksanakan. Pelaksanaan APBN
dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Dilaksanakan sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat


perhatian. Namun setelah era otonomi daerah, penyusunan APBD
19
A.W Wijaya, 1996, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa menurut UU No. 5 Th 1979 (sebuah
tinjauan), RajaGrafindo Persada, Jakarta

20
lebih mengutamakan program dan kegiatan yang benar-benar
dibutuhkan oleh rakyat di daerah yang bersangkutan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dan mengembangkan potensi
lokal di daerahnya. APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu
suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil
kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai
untuk setiap sumber pendapatan.20

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)


Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan
desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran
desa dalam kurun waktu satu tahun. APBDes terdiri atas bagian
pendapatan Desa, belanja Desa dan pembiayaan. Rancangan APBDes
dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. penyusunan
APBDes berdasar pada RKPDesa, yaitu rencana pembangunan tahunan
yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes). APBDes yang
ditetapkan dengan Peraturan Desa atau Perdes, merupakan dokumen
rencana kegiatan dan anggaran yang memiliki kekuatan hukum. Adapun
Ketentuan Penyusunan APBDes :
a) APBDes disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan
Perdes.
b) APBDes disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai
1 Januari sampai 31 Desember tahun berikutnya.
c) Prioritas Belanja Desa disepakati dalam Musyawarah Desa dan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa berdasarkan pada
penilai kebutuhan masyarakat.
20
Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

21
d) Rancangan APBDes harus dibahas bersama dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
e) APBDes dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan
dengan Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun
yang sedang dijalani.21

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


disebutkan bahwa APBDes memuat tiga hal yakni Pendapatan Desa,
Belanja Desa dan Pembiayaan Desa.22

7. Pendapatan Desa
Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan
hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Ada tiga jenis pendapatan desa yakni pendapatan asli desa,
dana transfer dan pendapatan lain-lain:
a) Pendapatan Asli Desa
Meliputi hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi, gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Hasil usaha desa
dapat merujuk pada Badan Usaha Milik Desa dan tanah kas desa.
Sementara hasil aset antara lain tambatan perahu, pasar desa,
tempat pemandian umum, jaringan irigasi.
Ada baiknya, sebelum merancang RAPB Desa, pemerintah
desa bersama masyarakat mengidentifikasi aset dan potensi desa.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data tentang
potensi penerimaan desa yang diperoleh dari pengelolaan aset dan
potensi desa. Sehingga, dalam penyusunan APBDes bisa
didasarkan pada data yang disusun bersama masyarakat.
b) Dana Tranfer
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2018)
21

Astuti, T. P., & Yulianto. (2016). Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong
22

Berlakunya Undang-Undang No . 6 Tahun 2014, 1(6), 1–14.

22
1) Dana Desa bersumber dari belanja pusat dengan
mengefektifkan program berbasis desa secara merata dan
berkeadilan.
2) Bagi hasil pajak dan retribusi dari Daerah Kabupaten/Kota
(paling sedikit 10 persen dari pajak dan retribusi daerah).
3) Alokasi Dana Desa (paling sedikit 10 persen dari dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran
APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus).
4) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi.
5) Bantuan Keuangan dari APBD Kabupaten/Kota.
c) Pendapatan Lain-Lain

Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat


dan Pendapatan lain-lain yang sah

8. Belanja Desa
Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja Desa dipergunakan dalam
rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Klasifikasi
belanja desa terdiri atas kelompok:
a. Penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Pelaksanaan pembangunan desa.
c. Pembinaan kemasyarakatan desa.
d. Pemberdayaan masyarakat desa.
e. Belanja tak terduga

Kelompok belanja di atas dibagi dalam kegiatan sesuai dengan


kebutuhan desa yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintahan

23
Desa (RPKDesa). Di masing-masing kegiatan tersebut kemudian
diperinci berdasarkan jenis belanja, antara lain:

a. Belanja pegawai.
b. Belanja barang dan jasa.
c. Belanja modal.
9. Pembiayaan Desa
Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan desa terdiri atas kelompok:
a. Penerimaan pembiayaan: Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa
tahun sebelumnya), pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan desa yang dipisahkan.
b. Pengeluaran pembiayaan: pembentukan dana cadangan dan
penyertaan modal desa.

Pembentukan dana cadangan ditetapkan melalui peraturan desa.


Dalam penganggaran dana cadangan tidak boleh melebihi tahun akhir
masa jabatan Kepala Desa. Peraturan desa tentang dana cadangan
sekurang- kurangnya memuat:

a. Penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;


b. Program dan kegiatan yang akan didanai dari dana cadangan;
c. Besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan;
d. Sumber dana cadangan
e. Tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
10. Dana Desa

24
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 tentang
desa, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kewenangannya sesuai dengan kebutuhan. Hal itu berarti dana desa
akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut. Dana desa
merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang di transfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
Pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan dana desa
secara nasional dalam APBN setiap tahunnya yang bersumber dari
belanja pemerintah dengan mengefektifkan program yang berbasis
desa secara merata dan berkeadilan.
Dalam peraturan menteri juga telah diatur bahwa Dana Desa
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan
berskala lokal Desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Prioritas Penggunaan Dana Desa didasarkan pada
prinsip-prinsip: Keadilan, dengan mengutamakan hak atau
kepentingan seluruh warga desa tanpa membeda-bedakan; Kebutuhan
Prioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan Desa yang lebih
mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan
kepentingan sebagian besar masyarakat Desa; dan Tipologi Desa,
dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik
geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang
khas, serta perubahan atau perkembangan kemajuan desa.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib ,
transparan, akuntabel dan berkualitas , Pemerintah dan kabupaten/kota
diberi kewenangan untuk dapat memberikan sanksi berupa penundaan

25
penyaluran dana desa dalam hal laporan penggunaan dana desa yang
terlambat/tidak disampaikan. Disamping itu, pemerintah dan
kabupaten/kota juga dapat memberikan sanksi berupa pengurangan
dana desa apabila penggunaan dana tersebut tidak sesuai dengan
prioritas penggunaan dana desa , pedoman umum , pedoman teknis
kegiatan atau terjadi penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih
dari 2 (dua) bulan.
Alokasi anggaran untuk dana desa ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh perseratus).23
11. Dasar Hukum Dana Desa
a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang
desa.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa
bersumber dari APBN.
c. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa
d. Peraturan Menteri Desa Nomor 5 tahun 2015 tentang Penetapan
prioritas penggunaan Dana Desa tahun 2015.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 tahun 2016 tentang tata
cara pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan dan
Evaluasi Dana Desa.
f. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 114 tahun 2014
tentang pedoman pembangunan desa.24
12. Tujuan Dana Desa
Adapun tujuan dari dana desa itu sendiri yaitu :
a. Mempercepat pertumbuhan dan pembangunan Desa dalam rangka
mengatasi berbagai persoalan yang selama ini ada.

23
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
24
Buku Pintar Dana Desa. (2017). Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

26
b. Mengembangkan kualitas dan kesejahteraan masyarakatnya karena
Masyarakat desa yang berkualitas tentu menjadi input yang
bermanfaat baik bagi desa itu sendiri maupun bagi daerah lainnya.
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan dan pemerataan
pembangunan.
13. Pengelolaan Dana Desa
a. Dana Desa setiap Kabupaten/Kota di alokasikan berdasarkan
perkalian antara jumlah desa disetiap kabupaten/kota dan rata-rata
dana desa setiap provinsi.
b. Rata-rata Dana Desa setiap Provinsi dialokasikan berdasarkan
jumlah desa dalam Provinsi yang bersangkutan serta jumlah
penduduk Kabupaten/Kota, luas wilayah, angka kemiskinan, dan
tingkat kesulitan geografis Kabupaten/Kota.
c. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dihitung
dengan bobot : 30% untuk jumlah penduduk , 20% untuk luas
wilayah, dan 50% untuk angka kemiskinan.
d. Tata cara pembagian dan penetapan besaran Dana Desa setiap
Desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota yang
disampaikan kepada Menteri dengan tembusan Gubernur.
14. Penggunaan Dana Desa
a. Bidang Pembangunan Desa
Penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan
kualitas hidup, serta penanggulangan kemiskinan. Untuk itu,
penggunaan Dana Desa untuk pembangunan Desa diarahkan pada
program-program seperti:
1) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur
atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk
ketahanan pangan dan permukiman;

27
2) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kesehatan masyarakat;
3) Pembangunan, pengembangan dan pemelliharaan sarana dan
prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan;
4) Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi
pembangunan dan pemeliharanaan sarana produksi dan
distribusi;
5) Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana energi
terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup.
b. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa
Penggunaan Dana Desa dibidang pemberdayaan
masyarakat desa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas warga
dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta
perluasan skala ekonomi individu warga, kelompok masyarakat,
antara lain:
1) Peningkatan investatsi ekonomi desa melalui pengadaan,
pengembangan atau bantuan alat-alat produksi, permodalan,
dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan;
2) Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh
BUMDesa atau BUMDesa Bersama, maupun oleh kelompok
dan/atau lembaga ekonomi masyarakat desa lainnya;
3) Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan
ketahanan pangan Desa;
4) Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal
dan bantuan hukum masyarakat desa, termasuk pembentukan
kader pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan
kapasitas ruang belajar masyarakat di desa;
5) Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup
bersih dan sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan

28
Posyandu,Poskesdes, Polindes dan ketersediaan atau
keberfungsian
6) tenaga medis/swamedikasi di desa;
7) Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan Hutan/Pantai/Desa
dan Hutan/Pantai Kemasyarakatan;
8) Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi
terbarukan dan pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
9) Bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai
dengan Analisa kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam
musyawarah desa.
15. Pengawasan Desa
Pemerintah Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi atas
pengalokasian dan penggunaan dana desa. Pemantauan ini dilakukan
terhadap penerbitan peraturan bupati/walikota mengenai tatacara
pembagian dan penetapan besaran dana desa, penyaluran dana desa
dari RKUD (Rekening kas umum daerah) ke RKD (Rekening kas
daerah), laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan dana
desa dan sisa dana desa. Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap
penghitungan pembagian besaran dana desa setiap desa oleh
kabupaten/kota, dan juga realisasi penggunaan dana desa. Pengawasan
yang berasal dari desa dilakukan oleh BPD dan Masyarakat desa.Pihak
Kecamatan juga akan melakukan monitoring semua desa dalam
penggunaan dana desa.25

25
Momongan, Liandy. 2014. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyusunan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (Suatu Studi di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso). Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin Makasar.

29
DANA
DESA

PERENCANAA PELAKSANAAN EVALUASI TRANSPARANS


N I

PEMBANGUNA PEMBERDAYAA
N N
PRASARAN MASYARAKAT
A

Gambar 1.0 Kerangka Konseptual

16. Pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 dan Dampak Sosial Ekonomi di Masyarakat
Pandemi adalah wabah penyakit yang terjadi secara luas di seluruh
dunia. Dengan kata lain, penyakit ini sudah menjadi masalah bersama
bagi seluruh warga dunia. Contoh penyakit yang tergolong pandemi
adalah HIV/AIDS dan Covid-19. Kemudian yang terjadi saat ini
adalah pandemi Covid-19 yaitu sebuah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 Adanya pandemi ini membawa
banyak dampak terutama 17 dampak negatif, mulai dari segi
kesehatan, sosial, ekonomi dan lain-lain.26
Penelitian ini juga membahas tentang pandemi Covid-19 yang
membawa dampak sosial ekonomi bagi masyarakat. Salah satunya
menyebabkan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi di masyarakat

26
Adrian, Kevin. (2020). Memahami Epidemiologi dan istilah-istilahnya.
https://www.alodokter.com/memahami-epidemiologi-dan-istilahistilahnya. 28 November 2020.

30
menjadi berkurang bahkan tidak ada. Hal tersebut tentunya
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dari segi ekonomi dampak
yang terjadi yaitu meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia.27
Dampak ekonomi lain dari pandemi ini yaitu banyak orang
yang kehilangan profesi, banyak orang yang kehilangan mata
pencaharian, banyak pegawai kehilangan pekerjaannya, banyak
pedagang kecil atau pedagang kaki lima yang gulung tikar, banyak
rumah makan atau kafe yang tutup serta banyak toko yang kehilangan
pelanggan, menurunnya pendapatan industri pariwisata dan
perhotelan. Kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai
acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat
atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang
berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap
lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang
dimunculkan oleh individu -individu sebagai anggota suatu
masyarakat.28
Kemudian dampak sosial yang terjadi akibat adanya pandemi
Covid-19 tentunya hubungan antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain akan lebih canggung atau curiga akan
kebersihannya masing-masing, hilangnya rasa percaya terhadap orang
lain, mereka menjadi lebih khawatir dan takut apabila berhubungan
dengan orang 18 lain. Hal ini tentunya menjadikan batasan dalam
kehidupan bermasyarakat. Mereka akan mengurangi intensitas
kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak. Dengan demikian,
interaksi antar masyarakat menjadi berkurang. Mereka akan bersikap

27
Putri, Sherina Anjani, et.al. (2020). Pandemi Covid-19 Dalam Sudut Pandang Demografi Sosial:
Penyebaran, Tantangan, Dampak Sosial-Ekonomi Serta Potensi Solusi. Universitas Indonesia: Jakarta.
28
Kurnianto, Tri Bambang. (2017). Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Akibat Pengembangan
Lingkar Wilis di Kabupaten Tulung Agung. Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita-Oktober 2017.

31
independent dan lebih mementingkan diri sendiri, hal ini membuat
rasa simpati dan toleransi antar sesama masyarakat menjadi berkurang.

32
D. Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Peraturan Perundang –


Undangan :
Dampak sosial dan ekonomi yang
diakibatkan pandemi Covid-19 sangat Peraturan Menteri Keuangan

berpengaruh bagi tingkat kesejahteraan Nomor 69 Tahun 2021

masyarakat. Pemerintah telah merancang Tentang perubahan atas

berbagai kebijakan baru dalam rangka menekan peraturan Menteri Keuangan

penyebaran dan penanganan virus ini. Salah Nomor 222/PKM.07/2020

satunya dengan diterbitkannya Peraturan Tentang Pengelolaan Dana

Menteri Keuangan Nomor 69 Tahun 2021 Desa.

Tentang perubahan atas peraturan Menteri UU No. 6 Tahun 2014 tentang

Keuangan Nomor 222/PKM.07/2020 Tentang Desa

Pengelolaan Dana Desa. Peraturan Menteri Dalam


Negeri Republik Indonesia
Nomor 113 Tahun 2014
Rumusan Masalah : tentang Pedoman Pengelolaan
1. Bagaimana pengaturan penggunaan dana Keuangan Desa.
Landasan Teori :
desa pada masa pandemi covid-19
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Teori Keadilan
No. 69 Tahun 2021? Teori perlindungan hukum
2. Apa hambatan dalam penggunaan Dana Penelitian
Desa pada masa covid-19?

Hasil Penelitian :

Akan dianalisis dengan identifikasi dan klarifikasi fakta hukum dengan Narasumber
Akan dianalisis dengan Peraturan yang dibuat oleh Badan permusyawaratan Desa

33
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode yuridis


normatif. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang
menelaah terutama data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-
undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum
lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi
lainnya.29Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran terkait
kedudukan pemilik situs penyedia lagu yang dapat di unduh secara gratis
melalu media internet menurut Hukum yang berlaku di Indonesia.

B. Pendekatan Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode yuridis
normatif. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang
menelaah terutama data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-
undangan, putusan Pengadilan, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil
penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya.
C. Sumber Data
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil kepustakaan
dengan cara melakukan studi pustaka, yakni melakukan studi dokumen,
arsip dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat
teoritis, konsep-konsep, pandangan-pandangan dan asas-asas hukum yang
berkaitan dengan pokok penulisan serta ilmu pengetahuan hukum yang
terdiri dari :
29
Badriyah Khaleed,2014. Legislative Drafting Teori dan Praktik Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan.Yogyakarta: Medpress Digital, hlm.112

34
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
dan terdiri dari :
1. Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Peraturan Mentri
Keuangan Nomor 222 tahun 2020 Tentang Pengelolaan Dana
Desa.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan
memahami bahan hukum primer, dapat berupa rancangan peraturan
perundang-undangan, perundang-undangan yang tidak berlaku, hasil
karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan lain
sebagianya.30 Meleputi :
1. Pendapat para sarjana yang terdapat dalam berbagai kepustakaan
mengenai tata Kelola dana desa pada masa pandemi covid-19
2. Hasil penelitian mengenai pelaksanaan penggunaan dana desa.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi
penjelasan terhadap bahan hukum primer meliputi:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
2. Kamus Bahasa Indonesia
3. Kamus Istilah Hukum Kamus Hukum

Suteki dan Galang Taufan, 2018, Metode Penelitian Hukum (Filsafat, Teori, dan Praktik), Depok:
30

Rajawali Pres, Hal 214.

35
D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yang


mana antara lain didapatkan melalui Penelitian kepustakaan (Library
Research). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
yang antara lain bahan hukum primer, sekunder, dan tersier dengan
melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat, dan mengutip buku-
buku serta menggunakan data atau informasi dan keterangan-keterangan
melalui permohonan permintaan data pada instansi terkait yang
berlandaskan pada tujuan penelitian.

E. Metode Analasis Data

Bahan hukum (data) hasil pengolahan tersebut dianalisis dengan


menggunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu menguraikan data
secara bermutu dalam bentuk kalimat yang tersusun secara teratur, runtun,
logis, tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi
data dan pemahaman hasil analisis.31

F. Metode Penyajian Data

Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini disusun secara


sistematis dalam bentuk naratif. Penyajian teks naratif akan disajikan
dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, disusun dengan
pokok permasalahan yang diteliti, sehingga tercipta kesatuan yang utuh
dan dapat dipahami dengan mudah mengenai isi penelitian pengelolaan
dan pelaksanaa penggunaan dana desa pada masa Pandemi covid-19.

G. Jadwal Penelitian

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,)
31

Hlm. 127

36
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Pencarian Data
4 Analisis Data
5 Laporan Skripsi
6 Konsultasi Laporan
7 Ujian Skripsi

37
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
A.W Wijaya, 1996, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa menurut UU No. 5
Th 1979 (sebuah tinjauan), RajaGrafindo Persada, Jakarta
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti,)
Agus Santoso, 2014, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Ctk.
Kedua, Kencana, Jakarta.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2018)
Ani Sri Rahayu, “Pengantar Pemerintahan Desa”, (Malang: Sinar Grafika, 2018)
Astuti, T. P., & Yulianto. (2016). Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa
Menyongsong Berlakunya Undang-Undang No . 6 Tahun 2014, 1(6).
Badriyah Khaleed,2014. Legislative Drafting Teori dan Praktik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan.Yogyakarta: Medpress Digital
Buku Pintar Dana Desa. (2017). Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Huda,Ni’matul, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang
Kartohadikoesoemo, Soetardjo, 1984, Desa, Balai Pustaka, Jakarta
Philipus M hadjon, Perlindungan Hukum Dalam Negara Hukum Pancasila
(Surabaya: PT Bina ilmu, 1987)
Rudy S. Prawiradinata, Bantuan Langsung Tunai – Dana Desa (BLT-Dana Desa),
(Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian
PPN/Bappenas), 2020)
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, Ctk. Kedelapan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Soeroso, 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta
Suteki dan Galang Taufan, 2018, Metode Penelitian Hukum (Filsafat, Teori, dan
Praktik), Depok: Rajawali Pres.
Zaenal Abidin Bagir, ―Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern di Tengah
Pandemi

38
Jurnal :
Hanoatubun, S. (2020). DampakCovid – 19 terhadapPrekonomian Indonesia.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1).
Koentjaraningrat, 1984, Masyarakat Desa di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Kurnianto, Tri Bambang. (2017). Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Akibat
Pengembangan Lingkar Wilis di Kabupaten Tulung Agung. Jurnal Agribisnis
Fakultas Pertanian Unita-Oktober 2017.
Momongan, Liandy. 2014. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (Suatu Studi di Desa
Kamanga Kecamatan Tompaso). Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makasar.
Putri, Sherina Anjani, et.al. (2020). Pandemi Covid-19 Dalam Sudut Pandang
Demografi Sosial: Penyebaran, Tantangan, Dampak Sosial-Ekonomi Serta
Potensi Solusi. Universitas Indonesia: Jakarta.
Setiono, 2004, Rule Of Law (Supremasi Hukum), Surakarta, Magister Ilmu Hukum
Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret.

Undang-undang :
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

Website :
Adrian, Kevin. (2020). Memahami Epidemiologi dan istilah-istilahnya.
https://www.alodokter.com/memahami-epidemiologi-dan-istilahistilahnya. 28
November 2020.

39
https://roboguru.ruangguru.com/question/masyarakat-desa-memiliki-corak-
kehidupan-yang-bersifat-gemeinscaft-artinya-kehidupannya-berdasarkan-
_QU-GDAHX7QB
https://www.berdesa.com/ciri-ciri-desa-yang-perlu-dipahami/
http://tnp2k.go.id/download/98837PBPengunaanBLTDFINAL.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai