Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Perbedaan Artikel Ilmiah dan Non Ilmiah

Mata kuliah : Penulisan Ilmiah

Nama Kelompok:
Faujiah Awalliyah 113119005
Airin Nopiyanti 113119015
Distya Revananda 113119018
Melsa Dwiriyani 113119028
Fahmi Mardiyana Rohman 113119034

Kelas 3A-Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2021
1. Artikel Ilmiah
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Bersifat faktual dan objektif.
 Tidak bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.
 Disusun secara sistematis
 Mengandalkan analisis dan hipotesis.
 Gaya bahasanya cenderung formal dan lugas.
 Ditulis dengan metode penulisan ilmiah.

2. Artikel Non Ilmiah


Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Bersifat fiktif dan subjektif.
 Bersifat imajinatif
 Disusun demi kepentingan seni dan kepuasan batin penulisnya.
 Tidak memuat hipotesis.
 Bersifat persuasif.
 Gaya bahasanya konotatif dan popular.
 Ditulis berdasarkan metode jenis karangan non ilmiah yang berlaku.
 Tidak berdasarkan bukti

3. Perbedaan Artikel Ilmiah dan Non Ilmiah di jurnal tersebut


a. Artikel Ilmiah
 Bersifat faktual dan objektif
Dalam jurnal tersebut disusun sesuai fakta dan objektif, yaitu peneliti turun langsung ke
lapangan dengan cara wawancara langsung kepada para responden, observasi dan
dokumentasi.
 Disusun secara sistematis
Aturan penulisan karya tulis ilmiah dalam jurnal tersebut sudah tersusun secara sistematis
karena terdapat judul, nama dan instansi penulis, abstrak, pendahuluan, metode,
pembahasan, simpulan dan daftar pustaka.
 Mengandalkan analisis dan hipotesis.
Terlihat dari analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dan
hipotesis terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan.
b. Artikel Non Ilmiah
 Fakta yang disimpulkan subyektif
Dalam artikel tersebut karya tidak ilmiah bukan berdasarkan penelitian tetapi dari
pengetahuan si penulis.
 Gaya Bahasa konotatif dan popular
Gaya Bahasa yang digunakan pada artikel tersebut pembahasan nya untuk khalayak
umum, artinya dengan Bahasa popular, Bahasa yang santai.
 Tidak memuat hipotesis
Dalam artikel tersebut tidak memuat unsur hipotesis penelitian, alasannya karena karya
tersebut tidak berdasarkan pada bukti.
 Bersifat persuasive
Dalam artikel tersebut dapat mempengaruhi pikiran si pembaca.
 Tanpa dukungan bukti
Dalam artikel tersebut tidak terdapat dukungan data fakta atau bukti, hanya terdapat
sumber dari artikel lain dan penulis yang menuliskan pengetahuannya.

4. Kutipan Langsung dan Tidak langsung dalam Jurnal Ilmiah


a. Kutipan Langsung :
 Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005).
 Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, salah satunya anak usia
sekolah. Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi
masyarakat (Calderón, 2002; Choi et al., 2008).
 Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu
maupun populasi. Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan
potensi genetik yang dimilikinya (Bryan et al., 2004).
 Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan
pada umur 10-12 tahun, dimana pertambahan berat badan per tahunnya sampai 2,5kg.
Aktivitas pada anak usia sekolah semakin tinggi dan memperkuat kemampuan
motoriknya (Taras, 2005).
 Berdasarkan laporan kasus gizi buruk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2006, terdapat 15.582 anak di Jawa Tengah mengalami kasus gizi buruk. 5.964 sembuh,
48 meninggal dunia dan 9.570 lainnya masih dalam kondisi memprihatinkan.
 Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan gizi
dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan
kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga (Supariasa, et al., 2002;
Mukherjee et al., 2008).
 Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), tingkat pendidikan formal merupakan faktor
yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan
yang diperoleh.
 Menurut Supariasa, et al (2002), tingkat konsumsi energi itu berpengaruh secara langsung
pada status gizi. Energi itu diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak.

b. Kutipan Tidak Langsung :

 Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005).
 Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan,
bayi dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai usia lanjut
(Heath et al., 2005).
 Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas
pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, salah satunya anak usia sekolah. Anak
sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat (Calderón,
2002; Choi et al., 2008).
 Hal ini menjadi penting karena anak sekolah merupakan generasi penerus tumpuan
bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya, anak sekolah sedang
mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang
kehidupannya di masa mendatang, guna mendukung keadaan tersebut di atas anak sekolah
memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status gizi yang
baik (Depkes RI, 2005; Joshi, 2011).
 Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu
maupun populasi. Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan
potensi genetik yang dimilikinya (Bryan et al., 2004).
 Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses
percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana pertambahan berat badan per tahunnya
sampai 2,5kg. Aktivitas pada anak usia sekolah semakin tinggi dan memperkuat
kemampuan motoriknya (Taras, 2005).
 Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut
umur (BB/U) baku WHO-NCHS. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga
yang berpenghasilan rendah (Supariasa, et al., 2002).
 Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan gizi
dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan
kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga(Supariasa, et al., 2002; Mukherjee
et al., 2008).
 Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan
yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak (Lazzeri et
al., 2006; Rina, 2008).
 Secara patologis mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu
makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, peningkatan
kehilangan cairan atau zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan
yang terus-menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat di
dalam tubuh (Supariasa, et al., 2002).
 Protein berfungsi sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, mengatur tekanan air,
untuk mengontrol pendarahan (terutama di fibrinogen), sebagai transportasi yang penting
untuk zat-zat gizi terutama sebagai antibodi dari berbagai penyakit, memelihara tubuh dan
untuk mengatur aliran darah dalam membantu pekerjaan jantung (Bryan, 2004;
Mukherjee, 2008).

Sumber Jurnal Ilmiah :


https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2807
Sumber Artikel Non Ilmiah :
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/masalah-gizi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai