Anda di halaman 1dari 22

PEMUDA DESA DAN KARANG TARUNA: BERTANI KOLEKTIF DI

KULON PROGO

Hanny Widjaya
Peneliti Samadhya Yogyakarta
hannywidj@gmail.com

Ben White
Profesor Emeritus Sosiologi Perdesaan, Institute of Social Studies (ISS)
white@iss.nl

Aprilia Ambarwati, Charina Chazali


Peneliti AKATIGA-Pusat Analisis Sosial
apriliambarwati@gmail.com, charinachazali@gmail.com

Abstract
Karang Taruna (KT) is Indonesia’s only youth organisation with branches at local level
nation-wide. Opinions about KT’s character and potential differ widely: while some consider
it a potential vehicle of young people’s critical expression of their aspirations, others see it
as a tool of the state for depoliticisation of rural youth, and an important factor in their
contemporary alienation. In this article we present an illustrative case of a relatively
dynamic KT organisation at neighbourhood (dusun) level, in Kulon Progo District
(Yogyakarta), focusing on the following questions. How far is the heterogeneity among KT
members (by gender, age and class) reflected in its internal organisation and the interactions
among its members? Do the KT’s activities reflect the interests of particular sub-groups,
while marginalising those of others? Does the KT’s recent collective cultivation project have
any impact on young people’s apparent dislike of farming and farming futures? What
constraints does the KT face in expanding its economic activities? And finally, as the only
available youth organisation, does KT have any role as a channel for young people’s
aspirations and participation in village-level decisions?
Keywords: Karang Taruna (KT), Rural Youth, Young Farmer

124 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
Abstrak
Karang Taruna (KT) merupakan satu-satunya organisasi pemuda di Indonesia yang secara
nasional menyebar hingga ke tingkat lokal. Ada banyak ragam pendapat tentang sifat dan
potensi yang dimiliki KT. Sebagian melihatnya sebagai kendaraan yang sangat potensial
sebagai sarana untuk mengekspresikan aspirasi-aspirasi kritis kelompok muda; sebagian
yang lain melihatnya sebagai alat negara untuk mendepolitisasi pemuda perdesaan dan
sebagai faktor penting atas terjadinya alienasi kelompok muda saat ini. Dalam artikel ini
kami menyajikan satu kasus ilustratif berupa satu organisasi KT yang relatif dinamis dan
berada pada level dusun, di Kabupaten Kulon Progo (Yogyakarta). Artikel ini fokus pada
pertanyaan-pertanyaan berikut. Pertama, melihat dinamika intern KT: sejauh mana
keragaman/ diferensiasi antarpemuda di dalam KT (menurut gender, umur, dan kelas)
tercermin dalam organisasi internnya dan interaksi antaranggota KT? Apakah kegiatan KT
lebih menjawab/ mencerminkan minat dan kepentingan kelompok tertentu sehingga kelompok
lainnya relatif termarjinalkan? Kedua, melihat anggapan umum bahwa generasi muda
perdesaan tidak tertarik untuk bertani, atau untuk tinggal di desa, sejauh mana proyek
penyewaan sawah berhasil mendorong semangat pemuda/ pemudi untuk turun ke sawah,
dan mengubah sikap negatif mereka tentang prospek menjadi petani? Ketiga, setelah
keberhasilan proyek penyewaan sawah di tahun pertama, bagaimana masa depan bertani
kolektif di tahun-tahun selanjutnya? Kendala apa yang mereka hadapi? Keempat, sejauh
mana KT sebagai satu-satunya organisasi generasi muda desa memiliki (atau bisa memiliki)
tempat dalam proses pengambilan keputusan di tingkat desa (misalnya tentang penggunaan
Dana Desa)?
Kata Kunci: Karang Taruna, Pemuda Desa, Petani Muda

Pengantar nisasi dan Tata Kerja Karang Taruna. Sela-


Karena alasan sejarah, boleh dikatakan ma zaman pemerintahan Soeharto, kebera-
pemuda Indonesia tidak memiliki gerakan daan KT ditandai kooptasi, dengan bantuan
atau organisasi yang signifikan (lihat artikel yang relatif melimpah untuk menjalankan
pengantar jurnal ini). Di tingkat desa, satu- kegiatan pemuda di tingkat lokal secara top-
satunya organisasi pemuda yang ditemukan down. Subsidi mengalir dari pusat sampai ke
adalah Karang Taruna (KT). Setelah KT tingkat desa untuk mengaktifkan KT sebagai
pertama didirikan di Jakarta tahun 1969 di pendukung pemerintah, dalam rangka
bawah naungan Gubernur Ali Sadikin, depolitisasi pemuda sebagai bagian floating
berkembangnya KT menjadi lembaga for- mass (Erlina, 2011: 267-8, 272-3).
mal yang (seharusnya) berada di setiap desa/ Pada awal masa reformasi, KT
kelurahan di seluruh Indonesia adalah sebagaimana organisasi korporatis lainnya
produk rezim Soeharto, yang diatur pertama mengalami masa lesu, kemudian diaktifkan
kali oleh Keputusan Menteri Sosial Nomor kembali dalam Rakernas KT pertengahan
13/HUK/KEP/I/1981 tentang Susunan Orga- tahun 2005. Peraturan terakhir yang

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 125
menentukan azas/ tujuan, keanggotaan, anak (dalam beberapa kasus bahkan memi-
kepengurusan, pengorganisasian, tugas dan liki cucu), lelaki maupun perempuan, kaya
fungsi KT adalah Peraturan Menteri Sosial maupun miskin. Kedua aspek ini men-
Nomor 77/HUK/ 2010 tentang Pedoman dukung anggapan bahwa setiap KT akan
Dasar Karang Taruna. Menurut Permen kesulitan mencari fokus yang bisa melayani
tersebut, tugas pokok KT meliputi (antara kebutuhan dan kepentingan seluruh ang-
lain): gotanya.
 mencegah timbulnya masalah kese- Ada pula pengamat yang baranggapan
jahteraan sosial, khususnya generasi bahwa Karang Taruna, seperti halnya
muda lembaga korporatis lainnya, tidak mungkin
 menyelenggarakan kesejahteraan berfungsi merangsang kedewasaan politik
sosial meliputi rehabilitasi, perlin- dan kreativitas warganya, dan malah justru
dungan sosial, jaminan sosial, lebih mendukung depolitisasi atau bahkan
pemberdayaan sosial, dan diklat infantilisasi warga muda dengan mengarah-
setiap anggota masyarakat terutama kan mereka pada ―kegiatan-kegiatan yang
generasi muda bernuansa fun seperti olah raga, rekreasi, dan
 meningkatkan usaha ekonomi lain sebagainya [yang] tidak menyentuh
produktif ranah politik‖ (Sutoro & Krisdyatmiko,
2006: 317). Sementara itu, menurut Erlina,
Selanjutnya siapa yang menjadi anggota biarpun sekarang masing-masing KT diberi
KT ditetapkan dengan menganut sistem pertanggungjawaban untuk menetapkan pro-
―stelsel pasif‖ yang berarti: ―setiap anggota gram kerjanya, ―implementasi program dan
masyarakat yang berusia 13 tahun sampai kegiatan KT selama lebih dari satu dekade
dengan 45 tahun […] merupakan Warga ternyata setali tiga uang dengan cara dan
Karang Taruna‖ (ibid., Pasal 9 [1]). Hal ini pendekatan Orba‖ sehingga KT masih
mencerminkan kecenderungan perluasan bersifat ―organisasi pemanis dan pelengkap
konstruksi ―pemuda‖ oleh negara, sampai yang dipergunakan pemerintah desa‖
meliputi golongan usia yang sebenarnya su- (Erlina, 2011: 276 & 283). Pinurba dalam
dah lama menjadi ―dewasa‖ menurut kriteria artikelnya di jurnal ini berpendapat bahwa
obyektif (lihat artikel pengantar edisi JAS KT justru menjadi bentuk alienasi pemuda
ini). desa:
Kondisi ini tidak lepas dari posisi Karang
Melihat ketentuan ini, jelaslah bahwa
Taruna yang merupakan organisasi masya-
pertama, KT mempunyai tugas yang caku- rakat yang hierarkis hingga ke pemerintah
pannya sangat luas. Kedua, anggota KT me- pusat hingga saat ini. Alih-alih menjadi
bentuk pendidikan alternatif dalam menum-
rupakan sejumlah besar masyarakat desa buhkan identitas pemuda, Karang Taruna
(50% atau lebih) dan bersifat cukup justru menjadi semacam alat kekuasaan dan
heterogen, dari anak Sekolah Menengah tidak dapat lepas dari itu. Kehadiran
Karang Taruna justru menjadi bentuk
Pertama kelas 1 sampai bapak-bapak dan alienasi alternatif penguasa kepada pemuda
ibu-ibu yang sudah bekerja dan mempunyai selain melalui pendidikan formal (Pinurba,
dalam edisi jurnal ini).

126 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
Pendapat berbeda disampaikan oleh kepentingan kelompok muda di tingkat
Vandy dalam artikel di jurnal ini yang lokal. KT Buana Muda (BM) di dusun
setelah mengamati kegiatan pemuda desa di Kepuh, desa Kaliloro (sebelah utara
pinggir wilayah industri di Tuban ber- Kulonprogo, Yogyakarta)1 dianggap paling
kesimpulan bahwa: maju di antara 26 KT tingkat dusun di desa
Karang Taruna di wilayah industri tidak penelitian, antara lain karena mengambil
hanya berfungsi sebagai ruang komunikasi inisiatif untuk ikut lelang sawah Kas Desa
bagi pemuda tapi juga menjadi fasilitator
masyarakat untuk menyampaikan banyak
untuk disewa dan dikelola bersama. Ini juga
aspirasi baik kepada pemerintah maupun menarik untuk dilihat dalam konteks per-
industri. Lebarnya ruang sosial yang desaan masa kini di mana generasi muda
diberikan kepada pemuda ini sekaligus
menjadi pemicu hadirnya pertarungan sering dianggap ―tidak mau menjadi petani‖
antara kelompok muda dan kelompok tua dan ―tidak mau turun ke sawah membantu
dalam pengelolaan pembangunan desa. [...] orang tuanya‖.
[Karang Taruna] berhasil menjadi tempat
yang cukup efektif untuk melakukan pertu- Selain menguraikan kasus inisiatif
karan informasi, ide dan gagasan kaum penyewaan sawah tersebut, artikel ini
muda di sana. Kecenderungan umum bagi
mengangkat beberapa pertanyaan sebagai
pemuda yang berpartisipasi dalam kepe-
ngurusan Karang Taruna ialah aktif berikut. Pertama, melihat dinamika internal
mengkritisi kinerja aparat desa dan me- KT: sejauh mana keragaman/ diferensiasi
ngawal aktivitas industri di sana, meskipun
di antara mereka juga terdapat anggota
antarpemuda di dalam KT (menurut gender,
struktur pemerintahan desa maupun yang umur, dan kelas) tercermin dalam organisasi
bekerja sebagai buruh di industri yang internalnya dan interaksi antaranggota KT?
dikritisi kehadirannya.
Apakah kegiatan KT lebih menjawab/
mencerminkan minat dan kepentingan ke-
Pandangan terakhir ini mewakili ide
lompok tertentu sehingga kelompok lainnya
bahwa betapapun sifat korporatis dan top-
relatif termarjinalkan? Kedua, melihat
down-nya, KT dalam kasus-kasus tertentu anggapan umum bahwa generasi muda
dapat ―bersifat otonom, sosial, [dan] perdesaan tidak tertarik untuk bertani atau
terbuka‖ sesuai dengan diskursus Permensos
untuk tinggal di desa, sejauh mana proyek
77. Dalam hal ini, menarik untuk melihat
penyewaan sawah berhasil mendorong se-
lebih jauh kasus KT yang berhasil meng- mangat pemuda/ pemudi untuk turun ke sa-
gunakan otonominya untuk memperju- wah, dan mengubah sikap negatif pemuda/
angkan kepentingan pemuda/ pemudi desa,
pemudi tentang prospek menjadi petani? Ke-
termasuk untuk mengembangkan usaha
tiga, setelah keberhasilan proyek penyewaan
ekonomi produktif dan melobi kepentingan sawah di tahun pertama, bagaimana masa
pemuda/ pemudi desa di tingkat lokal. depan bertani kolektif di tahun-tahun selan-
Dalam artikel ini kami mendalami satu jutnya? Kendala apa yang mereka hadapi?
kasus KT pada tingkat paling lokal (dusun)
1
yang relatif dinamis, sebagai kasus ilustratif Desa Kaliloro (bukan nama sebenarnya) adalah
lokasi serangkaian penelitian oleh Ben White, Ann
tentang organisasi KT yang menggunakan Stoler dan berbagai peneliti lainnya sejak tahun
ruang otonominya untuk memperjuangkan 1972. Nama KT yang disoroti, dan semua nama orang
dalam artikel ini bukan nama mereka sebenarnya.

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 127
Keempat, sejauh mana KT sebagai satu- sekali tidak memiliki kegiatan apapun. Saat
satunya organisasi generasi muda desa me- ini sudah hampir tiga tahun BM kembali
miliki (atau bisa memiliki) tempat dalam aktif di masa kepengurusan Boniman yang
proses pengambilan keputusan di tingkat menjabat sebagai ketua lebih dari 10 tahun
desa (misalnya tentang penggunaan dana lalu. Boniman (laki-laki, 34 tahun) meru-
desa)? pakan petani pemaro dan mempunyai usaha
Lokasi penelitian adalah desa Kaliloro, pengolahan hasil bumi minyak kelapa skala
sebuah desa di pinggir sungai Progo, di rumah tangga. Di tahun 2015, dia menjadi
bagian utara Kabupaten Kulon Progo. anggota Badan Permusyawarahan Desa
Keempat penulis melakukan penelitian (BPD) kemudian diangkat pula menjadi
kualitatif di dusun Kepuh pada tahun 2017. ketua KT level desa di tahun 2016. Menurut
Wawancara dilakukan dengan anggota Boniman, menjadi ketua KT dusun sekaligus
Karang Taruna (tua dan muda, laki-laki dan desa merupakan satu tantangan tersendiri
perempuan, pengurus dan anggota biasa), mengingat kurang aktifnya KT di hampir
beberapa tokoh tingkat dusun, dan pamong seluruh dusun. Di sisi lain, tingginya angka
desa. Selain itu, kami dibantu pengurus KT pengangguran dan urbanisasi pemuda
mengadakan diskusi santai malam hari desa—yang menurut Boniman merupakan
tentang kegiatan KT dan visi ke depan, yang salah satu masalah utama perdesaan—mem-
dihadiri oleh sekitar 20 anggota KT. butuhkan solusi yang bersumber dari keak-
tifan dan kreativitas para pemuda. Secara
Di bagian depan kami telah memberi
sedikit informasi dasar tentang desa pene- formal seluruh anggota masyarakat yang
litian dan dusun yang dijadikan studi kasus. berusia 13 - 45 tahun dalam lingkungan desa
Di bagian selanjutnya akan dibahas secara merupakan warga KT. Sedangkan pengurus
KT adalah mereka yang berumur 17 - 45
berturut-turut tentang organisasi, kepengu-
tahun (Permensos 2013, Pasal 1, Pasal 13).
rusan dan kegiatan KT BM, proyek
Selain Boniman (Ketua), beberapa pengurus
penyewaan sawah Kas Desa, dan visi KT ke
aktif BM adalah laki-laki dan perempuan
depan. Bagian penutup mengangkat be-
yang berumur 20-30an, bahkan ada yang
berapa dilema yang dihadapi pemuda desa
berumur 41 tahun. Boniman tidak memper-
pada umumnya, dan KT khususnya, dalam
masalahkan ini, dan mengatakan ―kebera-
mendukung dan memperjuangkan kepen-
daan orang-orang tua di KT tetap dibu-
tingan dan permasalahan generasi muda
tuhkan… mereka didengar dan dihormati
desa.
oleh yang lebih muda.‖ Selain itu, terdapat
pandangan dari pengurus KT yang relatif
Organisasi Internal: Diferensiasi lebih tua bahwa mereka yang lebih muda
dan Dinamika belum mampu mengurus beberapa hal agar
Buana Muda (BM) merupakan Karang kegiatan benar-benar berjalan, seperti dilon-
Taruna level dusun. Perjalanan BM sebagai tarkan oleh salah satu pengurus yang
organisasi kepemudaan mengalami pasang bernama Ardi (laki-laki, 21 tahun). Baginya
surut, terdapat masa aktif dan masa sama anak-anak KT yang lebih muda darinya

128 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
kurang siap menjalani kewajiban dan mem- untuk KT, maka secara otomatis dia yang
butuhkan waktu lama untuk melakukan tin- terpilih, misalnya sekretaris, bendahara, dan
dak lanjut. Oleh karena itu pengurus BM koordinator lapangan. Jabatan koordinator
kebanyakan adalah mereka yang lebih tua lapangan biasanya dipilih untuk kegiatan-
dan dianggap lebih siap. kegiatan yang sifatnya temporer, misalnya
Pengurus aktif BM kebanyakan berasal dalam kegiatan hari jadi desa, perayaan
dari keluarga petani pemilik dan pemaro, kemerdekaan dan bertani kolektif.
buruh pabrik di kota, wiraswasta kecil, PNS, Anggota aktif KT saat ini ada 45 orang
dan militer. Sedangkan kegiatan utama/ yang sering ikut pertemuan bulanan,
pencaharian pengurus aktif di antaranya membayar iuran, mau membantu kegiatan
adalah petani pemaro, peternak ayam, sat- KT, mengumpulkan massa untuk
pam, dan mahasiswa. Dari delapan pengu- memeriahkan kegiatan, dan juga datang
rus aktif, terdapat dua orang perempuan memeriahkan acara-acara yang diseleng-
berumur 20 dan 21 tahun yang masih kuliah. garakan KT. Bandingkan jumlah tersebut
Pemilihan pengurus aktif bukanlah berda- dengan jumlah warga dusun yang memenuhi
sarkan proses pencalonan, voting atau mu- kriteria keanggotaan KT (berumur 13 – 45
syarawah resmi, tetapi melalui proses yang tahun) yang berjumlah 121, dengan kom-
lebih cair. Siapa dari mereka yang memiliki posisi sebagai berikut:
waktu dan bersedia mengurus kerja-kerja

Tabel 1 Komposisi Pemuda di Dusun Kepuh

Sumber: Hasil sementara survei rumah tangga Kaliloro, Desember 2016 - Januari 2017

Tingkat partisipasi ini bisa dianggap tisipasi warga yang betul-betul muda di KT
rendah (jauh di bawah 50%). Tetapi me- sebenarnya tidak serendah itu.
ngingat bahwa perempuan umur 30–45 Mayoritas dari 45 anggota aktif ini
boleh dikatakan tidak pernah terlibat dalam adalah laki-laki sebanyak 30 orang dan 15
kegiatan KT, dan sebagian laki-laki berumur perempuan. Banyak di antara mereka yang
30 tahun ke atas mengatakan terlalu sibuk duduk di SMP dan SMA/ SMK (jadi, dalam
untuk menjadi anggota aktif, tingkat par- golongan umur kurang-lebih 13 s.d. 18

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 129
tahun). Keaktifan seseorang bisa dilihat dari terbuka, tidak sepenuhnya tunduk pada
kerajinan mengikuti pertemuan rutin (bula- aturan pemerintah sebagaimana disebut di
nan) dan membayar iuran. Anak SMP atas.
membayar iuran sebesar Rp1.000, SMA Akan tetapi, bisa dikatakan hampir
membayar Rp2.000, dan usia di atasnya atau tidak ada kegiatan rekreasi harian yang
sudah bekerja sebesar minimal Rp2.000. dikhususkan untuk anggota perempuan, baik
Pertemuan rutin lebih banyak dipimpin usia remaja hingga dewasa-tua sebagaimana
oleh Ketua KT. Terdapat dua pengurus laki- dimiliki anggota laki-laki. Absennya keak-
laki lain yang aktif mengkoordinir setiap tifan anggota perempuan usia dewasa-tua
kegiatan KT, yaitu Sekretaris KT (21 tahun) mungkin juga disebabkan karena adanya
dan Koordinator Olahraga (25 tahun). Selain organisasi perempuan tingkat dusun seperti
mereka, ada seorang laki-laki (40 tahun) dasawisma dan PKK yang dianggap sudah
yang aktif terlibat sebagai anggota. Mes- cukup mewakili kepentingan para perem-
kipun laki-laki ini sudah tinggal di desa puan dusun. Namun, sebenarnya cakupan
tetangga, namun dia lahir di dusun Kepuh usia keanggotaan PKK tidak mengikut-
dan merasa memiliki hubungan erat dengan sertakan perempuan remaja sehingga pe-
pemuda/ pemudi di sana dibandingkan desa luang untuk menyampaikan aspirasi dan
tempat dia tinggal saat ini. Kolaborasi me- menyalurkan kreatifitas perempuan muda
reka berempat adalah kunci utama di hampir desa (seharusnya) masih bertumpu pada
semua kegiatan KT. Mereka merasa anggota organisasi KT.
lainnya banyak yang masih berusia sekolah Sebenarnya anggota KT perempuan
sehingga belum memiliki cukup pengalaman juga memiliki jadwal rutin berlatih voli,
dalam berkegiatan. yakni setiap Jumat sore dan Minggu pagi.
Keaktifan dan partisipasi laki-laki Terdapat 11 anggota perempuan yang rutin
dalam keseharian organisasi lebih tinggi di- berlatih namun bukan di lapangan dusun,
banding perempuan. Hal ini sangat terlihat melainkan di kecamatan lain. Namun, klub
misalnya dalam kegiatan voli untuk anggota voli ini tidak ada hubungannya dengan
laki-laki yang rutin dilakukan setiap hari kegiatan KT baik tingkat dusun maupun
mulai pukul 16.30 sore hingga menjelang desa. ―Klub ini terbuka untuk siapa saja,
magrib, kecuali ketika ada kegiatan men- laki-laki dan perempuan, mulai dari anak SD
dadak, misalnya acara pernikahan atau hingga usia lulusan SMA. Cakupan anggota
sripah (meninggal dunia). Kegiatan voli ini juga luas, bisa lintas desa dan kecamatan‖,
digunakan sebagai ajang rekreasi/ refreshing ujar Yana (18 tahun) salah satu anggota aktif
oleh anggota laki-laki atau sebagai latihan KT yang baru saja lulus SMK. Ia me-
rutin menghadapi pertandingan antardusun, ngatakan alasan mengapa anggota perem-
desa, maupun kecamatan. Adapun yang ikut puan enggan berlatih voli di lapangan kam-
serta dalam kegiatan ini adalah laki-laki pung bersama dengan laki-laki.
mulai dari anak usia 5 SD hingga 51 tahun. Sebenarnya kami ditawari juga untuk
Dari sini dapat dilihat bahwa sesungguhnya latihan voli khusus perempuan, tapi jamnya
terlalu mepet dengan jam pulang sekolah,
usia keanggotaan KT bersifat fleksibel dan 15.30 sampai 16.30, baru dilanjut anggota

130 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
laki-laki. Tapi, jam segitu kami semua bernama Tuminah (perempuan, 31 tahun)
masih capek karena baru pulang sekolah.
dan Wahudin (laki-laki, 30 tahun). Bahkan
Tuminah merasa bukan anggota KT karena
Alasan lain adalah karena perasaan
kegiatan KT lebih banyak mengutamakan
malu. ―Malu, karena kan semuanya laki-
dan diikuti laki-laki, seperti voli dan sepak
laki‖, ujar beberapa perempuan muda yang
bola. Tuminah juga memiliki kegiatan lain
kami wawancarai.
seperti mengurus anak, berjualan es, menjadi
Menurut anggota perempuan lain, Yana buruh tanam dan panen, dan mengelola
merupakan satu-satunya anggota perempuan sawah bersama suaminya. Sedangkan
yang berani menyuarakan pendapat di forum Wahudin merasa dirinya anggota KT namun
KT. Sedangkan anggota perempuan lain, tidak aktif karena waktunya lebih banyak
khususnya mereka yang masih SMP dan dipakai bekerja. Dia bersama istrinya meng-
SMA, relatif enggan menyampaikan pend- garap sawah yang diberikan ayahnya; men-
apatnya secara terbuka. ―Kita malu kalau jelang musim tanam bekerja sebagai buruh
ngomong di forum. Lagi pula (anggota- traktor; dan di saat senggang bertani beralih
anggota) yang lain sudah kasih pendapat, menjadi buruh bangunan.
kita sih nurut saja‖, terang Sinta (20 tahun).
Ketidakaktifan di organisasi akibat
Keengganan untuk urun pendapat bukan sibuk bekerja juga dialami oleh Pardi,
hanya terjadi pada anggota perempuan pemuda semi-petani usia 24 tahun. Dia
muda, tetapi juga pada anggota laki-laki usia berasal dari keluarga kurang mampu yang
remaja (SMP dan SMA). Yana menjelaskan tidak memiliki tanah (sawah). ―Bapak dan
kecenderungan ini terjadi lantaran cara pikir ibu hanya buruh maro, luasannya juga
para remaja yang menganggap bahwa sangat tidak seberapa… saya sejak dulu
pendapat anggota laki-laki yang lebih tua harus ikut cari uang. Selain untuk biaya
(dalam KT sekitar 20 tahun ke atas) sudah sekolah sendiri juga suka bantu biaya
benar adanya. ―Ya memang sepertinya kalau sekolah adik-adik.‖ Pardi sudah terbiasa
anak kecil harus nurut dengan yang lebih mencari uang sejak kelas dua SD mulai dari
tua.‖ berjualan es keliling hingga menjadi buruh
Meskipun dalam aturan tertulis ke- tani sampai ke desa tetangga. Dia meng-
anggotaan KT menganut sistem ‗stelsel gunakan semua upah untuk membayar uang
pasif‘, pada nyatanya tetap ada pilihan bagi sekolahnya dan kedua adiknya. Selama tiga
orang muda untuk ikut/ tidak ikut dalam KT. tahun belakangan, banyak pekerjaan yang
Para pengurus KT merasa telah aktif dilakukan oleh Pardi. Pardi telah tiga tahun
mendatangi orang–orang muda di desa untuk ini mencoba bertani sayuran dan cabai. Pardi
terlibat tetapi beberapa memutuskan tidak memilih menjual hasilnya langsung ke
ikut dengan alasan sibuk sekolah, bekerja warung-warung makan ketimbang menjual
baik siang dan malam, hingga malas ber- ke tengkulak. Alasannya sederhana, un-
kegiatan di luar rumah. tungnya lebih besar. Lalu, dia menjual
Salah satu yang merasa selama ini tidak kelapa kecil-kecilan, buruh katering jika ada
aktif di KT adalah pasangan suami istri yang panggilan, beternak kambing dan hasilnya

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 131
dibelikan sapi untuk digemukkan. Meme- acara. Komunikasi dalam grup whatsapp
lihara sapi mengharuskan Pardi meluangkan dinilai lebih cair karena sering juga berisikan
dua jam sehari untuk mencari pakan. kelakar, kiriman gambar, video, dan berita
Selain bekerja, saat ini Pardi adalah ringan.
mahasiswa tingkat akhir jurusan pendidikan
guru di salah satu universitas swasta di
Ragam Kegiatan Karang Taruna
ibukota kabupaten. Ini berarti keaktifannya
di organisasi terkendala oleh keharusannya
Buana Muda
mencari uang guna memenuhi segala ke- Kegiatan rutin KT BM adalah bermain/
butuhan, termasuk untuk biaya kuliah. latihan voli, turnamen olahraga, perayaan
Mungkin kasus serupa juga bisa kita jumpai lomba hari kemerdekaan, takbiran keliling,
pada warga lain yang mendahulukan men- dan mengumpulkan dana untuk orang sakit
cari uang ketimbang aktif di KT. Tentu saja dan menikah. Bermain voli sudah berjalan
pilihan ini dapat dimaklumi mengingat kon- sejak 20-25 tahun yang lalu. Ketika ada
sekuensi aktif di organisasi ialah ber- turnamen olahraga—baik voli ataupun sepak
kurangnya waktu kerja yang berarti ber- bola—perempuan tidak ikut serta.
kurangnya pendapatan. Perempuan mendapatkan tugas untuk
Selain berkomunikasi melalui per- mengurus konsumsi. Tapi, pada turnamen
temuan rutin, KT juga berkomunikasi me- voli tingkat kecamatan di 2016, sebagian
lalui Whatsapp, yang dibagi menjadi 3 grup: perempuan bertugas menjadi anak bola,
khusus anggota perempuan, khusus anggota sebagian lagi menjadi penjaga karcis parkir.
laki-laki yang duduk di SMA ke atas Sedangkan laki-laki bertukar tugas mena-
(disebut grup laki-laki dewasa), dan untuk ngani konsumsi.
semua anggota (perempuan/ laki-laki segala Acara lain seperti lomba hari jadi desa,
usia). Jafar (laki-laki, 26 tahun) yang ter- peringatan 17 Agustus, dan takbiran keliling
hitung aktif mengatakan bahwa memang ada diikuti baik laki-laki dan perempuan, tua dan
kebutuhan dan obrolan yang berbeda antara muda. Dampak kerap diikutsertakannya KT-
kelompok laki-laki dan perempuan sehingga KT dalam lomba desa bisa dilihat dari dua
penting untuk membuat kelompok komuni- sisi yang saling berlawanan. Jafar, misalnya,
kasi seperti di atas: ―kalau masalah yang mengatakan bahwa ajang lomba tersebut
‗berat-berat‘ biasanya dibahas di grup laki- bersifat positif karena mendorong pemuda
laki dewasa.‖ Adapun masalah ―berat‖ yang untuk aktif dalam kegiatan desa serta jadi
dimaksud adalah seputar persiapan turnamen ajang perkenalan bagi pemuda. Meskipun ia
olahraga yang kaitannya dengan dana. tidak memungkiri bahwa ada semacam
Sedangkan perempuan berkomunikasi di perasaan ―selalu ingin tampil lebih‖ dari KT
grup untuk membagi tugas dan obrolan- lain. Di sisi lain, kebiasaan pemerintah desa
obrolan ringan lainnya. Grup bersama (Pemdes) mengompetisikan KT-KT men-
(perempuan/ laki-laki segala usia) biasanya cerminkan sifat top-down dari kedudukan
digunakan pengurus KT untuk menyam- KT dalam struktur desa, sebagai warisan
paikan undangan dan koordinasi persiapan Orde Baru; organisasi yang ―otonom‖

132 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
seharusnya tidak boleh disuruh, dan bebas peringatan kemerdekaan yang paling
memilih mau berkompetisi atau tidak. Acara kompak dan meriah.
perlombaan tersebut memunculkan sema- Yuni (perempuan, 17 tahun) menga-
ngat kompetisi antar KT karena bagi mereka takan dia tidak banyak terlibat dalam
perlombaan tingkat desa merupakan ajang pengambilan keputusan dan pembahasan
bergengsi. Salah satu contoh adalah lomba rencana, melainkan banyak diam dan
bregodo2—baris-berbaris meniru pasukan bercerita dengan sebayanya tentang sekolah.
prajurit Keraton Yogyakarta—yang rutin Akan tetapi, dia mengakui aktivitas KT
diselenggarakan. Pada tahun 2017, KT BM adalah satu–satunya peluang yang ia miliki
menduduki juara ke-2 dan mendapat hadiah di dusun untuk bergaul, berkegiatan, dan
sebesar Rp700.000. mengobrol dengan teman–temannya. Dia
KT juga memiliki kegiatan berkesenian aktif di KT sejak 2015 namun saat ini
seperti bermain rebana pada saat hajatan. waktunya tersita untuk menyiapkan ujian
Anak muda laki-laki bermain musik dan SMK Pertanian. Setelah sekolah pagi,
anak muda perempuan menyanyikan hampir sebagian waktu sorenya dihabiskan
sholawatan. Meskipun tidak mendapatkan di warnet dan tempat jasa print karena harus
bayaran, mereka senang karena bisa mencari bahan tugas sekolah. Ditambah
menyalurkan hobi dan melestarikan kesenian dengan jadwal les tambahan menjelang
yang telah diwariskan oleh orang tua. Akan ujian. Sesampainya di rumah ia sudah
tetapi, tidak banyak perempuan yang merasa lelah dan istirahat.
bergabung dalam kelompok sholawatan. Kami menjumpai beberapa anggota
Alasannya adalah hajatan yang sampai larut perempuan yang jelas memiliki semangat
malam sehingga anak perempuan yang dan potensi dalam mengembangkan
terlibat sholawatan minimal duduk di SMA. organisasi, namun memilih enggan
Sementara itu, anggota KT laki-laki/ berpartisipasi. Misalnya Yuni, dengan latar
perempuan mendapatkan porsi yang sama belakang sekolahnya, memiliki ide untuk
pada saat lomba 17 Agustus. Bahkan ada mencoba membudidayakan durian montong
dua cabang perlombaan yang diperuntukkan sebagai kegiatan ekonomi KT. Namun
khusus untuk perempuan, yaitu tarik hingga kini ide tersebut bahkan belum
tambang dan menangkap belut. Dalam pernah disampaikan baik di forum formal
kegiatan ini KT menjadi panitia inti untuk maupun informal. Rina (perempuan, 19
semua cabang perlombaan yang diikuti tahun) lulusan SMK tata busana kerap
orang tua dan muda. Diakui oleh KT di dimintai tolong pengurus KT untuk menjahit
dusun lainnya, kegiatan peringatan 17 atribut-atribut yang digunakan saat takbir
Agustus di dusun Kepuh merupakan keliling. Potensi ini bisa ditularkan pada
remaja perempuan lainnya. Yana (18 tahun),
2
lulusan SMK ini memiliki kecakapan dalam
Bregodo adalah pasukan prajurit Kraton yang sering
mengiringi dan mengawal arak-arakan acara yang teknik komputer jaringan. Dia adalah siswa
digelar Kraton (Festival Bregodo: Ribuan Prajurit berprestasi di sekolahnya dan memiliki
Rakyat Menyerbu Malioboro, Kompasiana, 19
Januari 2014. Diakses 7/9/2017).
pengalaman menjadi ketua OSIS dan ter-

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 133
masuk aktif di KT. Yana juga menyukai dusun, termasuk mereka yang sedang di
olahraga seperti voli, futsal juga hockey. perantauan, dinas-dinas, hingga anggota
Begitu lulus, Yana pun mendapat tawaran dewan. Menurut Boniman itu adalah proses
beasiswa penuh di Sekolah Tinggi yang rumit, melelahkan, dan tidak menjamin
Kedirgantaraan Yogyakarta. akan selalu berhasil mendapatkan dana.
Besarnya potensi yang dimiliki para Uang kas selama ini digunakan untuk
anggota muda perempuan (dan juga laki-laki menyelenggarakan beragam kegiatan kam-
muda) seharusnya dilihat oleh ketua dan pung yang diikuti KT. Boniman juga me-
anggota lainnya sebagai peluang mema- rasa berkegiatan ekonomi (termasuk bertani
jukan organisasi. Tidak menutup kemung- kolektif) bisa mengurangi ketergantungan
kinan bahwa mereka memiliki ide-ide segar akan sumbangan. ―Lama-lama kami malu
untuk kemajuan organisasi. Minimnya rasa kalau harus selalu minta pada orang lain.
percaya diri pada hampir seluruh anggota Mereka juga kasihan toh kalau dimintai uang
muda—laki-laki dan perempuan—lebih terus‖, ujar Boniman.
karena kurangnya ruangnya ekspresi dan Selain itu, Boniman menyatakan alasan
kesempatan yang diberikan pada mereka. khusus mengapa harus bertani kolektif.
Berulang kali dia mengungkapkan kepriha-
tinannya mengenai tingginya urbanisasi dari
Kegiatan Bertani Kolektif tahun ke tahun yang bisa menyebabkan
Selain ragam kegiatan yang disebutkan di matinya pertanian di desa. Dengan bertani
atas, KT BM juga memiliki kegiatan kolektif, dia berharap bisa memperkenalkan
ekonomi yang dimulai tahun 2016. Ada tiga anggota KT yang lebih muda—yang keba-
kegiatan ekonomi yang dilakukan: menjual nyakan berasal dari keluarga petani kecil—
kalender bertema organisasi ke warga dusun, tentang apa dan bagaimana bertani.
menggaduhkan3 kambing, dan bertani Meskipun kebanyakan dari mereka berasal
kolektif. Sebagaimana akan dibahas lebih dari keluarga petani, namun sebagian besar
lanjut, kegiatan ekonomi mandiri juga mesti anggota KT mengaku belum pernah terlibat
ditempatkan dalam kerangka menjawab ke- membantu orangtuanya mengolah sawah.
butuhan warga dusun yang rata-rata me- Boniman dan anggota lain seusianya
ngalami kesulitan ekonomi. membandingkan anak-anak usia sekolah
Secara umum, baik ketua KT maupun sekarang dengan mereka sendiri di waktu
para anggota mengatakan tujuan menja- kecil yang terbiasa membantu orang tua di
lankan kegiatan ekonomi ialah untuk sawah. ―Kalau tidak punya pengalaman
mengisi kas secara mandiri tanpa meminta sama sekali, bagaimana nanti dia bisa
sumbangan ke pihak-pihak luar yang bia- bertani? Bertani itu tetap pilihan orang desa
sanya diajukan lewat proposal, misalnya kalau sudah tidak ada pekerjaan lain.‖ Kami
pemilik usaha di desa, perangkat desa, warga juga melihat para perantau seringkali
memilih pulang kampung di masa tua untuk
3
Menggaduhkan adalah menyerahkan usaha
pertanian (peternakan) kepada orang lain dengan
perjanjian bagi hasil.

134 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
kembali bertani.4 Begitu pula perantau yang demikian, merantau tetap menjadi pilihan
memiliki pekerjaan lain, biasanya memilih utama orang muda di desa begitu mereka
menjadi petani. Dari kalimat Boniman, kita lulus sekolah. Daya tarik kota memang
dapat menangkap kesan betapa pertanian begitu memikat apabila dibandingkan de-
sesungguhnya begitu diandalkan meskipun ngan keadaan desa, yang menurut keba-
mulanya ia ditinggalkan. nyakan informan tidak mengalami banyak
Menurut Boniman, pergi merantau tidak perubahan dari waktu ke waktu.
serta merta menjadikan masa depan warga Memang tidak semua perantau pulang
desa lebih baik. Dia mengisahkan dirinya dengan tangan kosong. Ada juga para
dan beberapa teman sekampungnya yang perantau, yang menurut banyak informan
akhirnya memilih kembali ke kampung. Hal telah menjadi orang sukses di perantauan.
ini dikarenakan betapa sulitnya mencari Kesuksesannya dilihat dari kemampuan
pekerjaan di kota. Beberapa informan me- mereka membeli rumah, mobil, bahkan
ngaku pernah merantau ke Jakarta hanya tanah. Biasanya mereka adalah orang muda
dalam waktu satu atau dua bulan saja dan dari keluarga mampu yang sempat me-
memutuskan untuk pulang kampung. ―Di ngenyam pendidikan hingga perguruan
Jakarta saya hanya menganggur. Tempat tinggi, sehingga punya kesempatan men-
kerja yang dijanjikan ternyata tidak ada. dapat pekerjaan yang layak pula.
Padahal saya sudah bayar hampir Cerita ini menunjukkan bahwa per-
Rp2.000.000. Di sana juga harus bayar sewa bedaan kelas sosial juga seringkali
kost dan makan‖, terang Tarno (laki – laki, menentukan tujuan serta nasib orang muda
34 tahun) yang pernah jadi korban calo di perantauan. Berangkat dari kenyataan ini
tenaga kerja di desanya. Tarno mengatakan menjadi masuk akal ketika Boniman me-
kisah penipuan/ calo tenaga kerja sudah me- ngatakan ―lebih baik mengusahakan hidup di
nimpa beberapa orang muda di desanya. desa, toh di perantauan juga hanya jadi bu-
Selain itu, perantau pulang kampung ruh, diupah kecil sedangkan biaya hidup
juga karena kontrak kerja yang tidak tinggi‖. Kenyataan di atas membuat
diperpanjang perusahaan dan kesulitan Boniman berpikir kembali tentang desanya:
mencari pekerjaan pengganti. Selama di apa-apa saja yang bisa dikerjakan di desa
perantauan, kebanyakan gaji yang didapat untuk mendapat hidup layak tanpa harus
habis untuk membayar kebutuhan hidup pergi ke kota. Ketika itulah Boniman
sehari-hari dan mengirim untuk keluarga di memiliki ide untuk menyewa sawah kas desa
kampung. Kebanyakan para perantau ketika oleh kelompok KT yang dia pimpin.
kembali ke desa tidak memiliki cukup Ketika Boniman menyampaikan ide ter-
tabungan (modal) untuk membeli sawah atau sebut dalam pertemuan rutin, ada beberapa
membuka usaha. Kebanyakan dari mereka anggota yang tidak sepenuhnya setuju, ter-
mampu menabung dalam bentuk hewan utama anak-anak yang masih usia sekolah,
ternak dalam jumlah relatif kecil. Meski laki-laki maupun perempuan. Mereka me-
4 nganggap pilihan turun ke sawah adalah
Laporan penelitian Becoming Young Farmer
(forthcoming) bersentuhan dengan panas matahari, lumpur,

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 135
kotor, gatal, dan capai. Itu adalah reaksi la sawah selama satu tahun (dua kali tanam
spontan karena sebagian besar keseharian padi), Sunartolah yang menjamin agar KT
mereka yang masih sekolah jarang sekali tetap bisa mengakses tanah kas desa untuk
bahkan tidak pernah ke sawah. Meski begitu, ditanami secara kolektif.
ide menyewa tanah kas desa kemudian Setelah mendapatkan persetujuan dari
disepakati. pihak desa, KT bisa menyewa sawah tanpa
Pemdes tidak langsung menyambut melalui mekanisme lelang seperti biasa. KT
baik keinginan KT mengakses tanah kas telah diberi sawah seluas kurang lebih 1.500
desa dengan alasan administrasi karena yang m2 tipe kelas B5 untuk dikelola selama dua
bisa ikut lelang tanah kas desa harus musim tanam/ tahun dengan membayar
memiliki Kartu Keluarga (KK). Jafar, harga standar sewa sawah luasan dan kate-
Boniman, dan Aris—orang-orang kunci gori serupa, yaitu Rp830.000. KT meng-
pengambil keputusan KT—lalu menghadap gunakan uang kas untuk membayar sewa,
Kepala Desa mencari solusi setelah sebe- meski dari mereka sendiri sempat ada
lumnya berkonsultasi dengan kepala dusun kekhawatiran apakah kegiatan bertani kolek-
Kepuh. Dalam pertemuan itu Boniman lebih tif dapat mengembalikan uang yang sudah
banyak bicara dan menyampaikan kegelisa- dikumpulkan selama ini. Dari hitung-
hannya melihat pengangguran pemuda desa hitungan sederhana dan juga tekad
dan semakin tingginya tingkat urbanisasi mengelola sawah dengan baik, akhirnya
(yang ternyata tidak dibarengi dengan mereka yakin bahwa bertani kolektif tidak
peningkatan kualitas hidup), serta akan mendatangkan kerugian bagi orga-
kekhawatiran tentang mandegnya regenerasi nisasi.
petani. Kepala desa menanggapi dengan baik Setelah berhasil mendapatkan tanah kas
dan memuji keaktifan KT Kepuh. Jafar desa, pengurus KT membahas kegiatan yang
mengatakan, ―meskipun tidak ada aturannya akan dan sudah dilakukan di setiap per-
(sewa tanah khas desa oleh pemuda) kami temuan bulanan. Maka ditunjuklah seorang
tetap mencoba. Dan, pasti kami akan koordinator lapangan (Korlap) bernama
tanggung jawab dengan lahan tersebut‖. Alfian (laki-laki, 31 tahun) yang bertang-
Rencana bertani kolektif KT juga gung jawab mengordinasikan pembagian
didukung oleh Sunarto (laki-laki, 38 tahun), tugas dan memastikan tiap-tiap proses
Sekretaris Desa baru Kaliloro yang ter- (mulai dari tanam sampai panen) berjalan
golong muda. Semangat Sunarto tampak dari dengan baik dan dilakukan secara kolektif.
caranya bergaul dan berkomunikasi dengan Alfian termasuk salah satu petani termuda di
warga muda KT, juga dari visinya ke depan dusun Kepuh yang sepenuhnya menyan-
soal keterlibatan anak muda dalam memaju- darkan hidupnya pada pertanian sejak 13
kan desa. Boniman juga telah jauh-jauh hari tahun yang lalu. Alfian tidak pernah migrasi
menceritakan niatnya menggalakkan per-
tanian untuk anak muda. Sunarto berjanji 5
Lahan tipe B atau kelas 2 merujuk pada jenis tanah
akan membantu KT merealisasikan niatnya perengan dan relatif berbatu. Jenis tanah semacam
ini agak menyulitkan lantaran tidak bisa ditraktor
tersebut. Terbukti, setelah berhasil mengelo- sehingga harus dikerjakan secara manual (dicangkul).

136 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
ke kota dan membantu mengelola sawah sawah. ―Waktu tanam kemarin seru sekali,
milik orang tuanya seluas 2.500 m2. laki-laki dan perempuan semuanya ikut
Tanggung jawab Korlap sebenarnya sa- turun (ke sawah)‖, ujar Yuni. Masing–
ngat cair. Sedari awal Alfian mengatakan ia masing membawa makanan dan minuman
bersedia mengelola sawah kolektif bilamana untuk dibagikan bersama. Menandur juga
pekerjaan di sawahnya sendiri sudah ram- dibantu oleh beberapa perempuan tua,
pung. Dalam praktiknya ia kerap membagi meskipun mereka tidak aktif di KT. Misal-
waktu mengurus sawah sendiri di waktu pagi nya, Ibunda Boniman banyak membantu
dan sawah KT di sore hari. Jika Alfian karena sudah paham betul tentang menandur
sedang sibuk, pengurus lainnya mengganti- dan memberikan arahan bagi anak muda
kan kerja-kerja sawah. Alfian juga sering yang ikut saat itu. Yuni menambahkan
mengajak anggota lainnya untuk ikut ke waktu nandur adalah ―…capek, panas tapi
sawah agar semua tahu bagaimana perkem- enak kalau dilakukan sama–sama. Kalau ada
bangan padi yang mereka tanam. yang salah, disuruh ulang sama ibunya Mas
Dua anggota lain yang berperan besar Boniman, tapi nandur gak susah karena
dalam mengawal proyek bertani kolektif ini dulu–dulu juga sudah pernah.‖ Tanam
adalah Boniman dan Legiman, yang me- selesai dalam satu hari. Bibit yang di-
mang bekerja sebagai petani. Bersama gunakan berasal dari pemberian warga kam-
Alfian, mereka bertiga menentukan urusan pung: Mekongga, IR 64, dan Ciherang.
Sebenarnya mereka telah melakukan pem-
teknis produksi: kapan tanah ditraktor dan
dicangkul, bibit apa yang digunakan dan bibitan secara mandiri tapi rusak dimakan
kapan waktu semai, tanam, memupuk, dan tikus. Untuk menghemat pengeluaran,
panen. pengurus KT minta bantuan dari petani lain
yang masih memiliki sisa bibit. ―Semua
Dalam proses mengolah lahan (men-
yang kami minta bantuannya dengan senang
cangkul), ada 11 laki-laki yang terlibat yang
hati memberi. Sepertinya mereka juga
diharuskan membawa cangkul masing-
senang dengan kegiatan bertani kolektif ini‖,
masing. Mencangkul berlangsung selama
kata Boniman. Untuk menyiangi rumput,
satu minggu, dimulai pukul 7 pagi hingga 12
mereka mengupah buruh perempuan dari
siang. Waktu yang dihabiskan cukup lama
kampung. Alasannya anggota muda belum
karena ini kali pertama bagi kebanyakan
paham cara menyiangi rumput, sedangkan
pemuda yang ikut. Mereka merasakan
semakin lama didiamkan rumput semakin
lelahnya mengurus persiapan tanam. Untuk
banyak.
membuat galengan ada 17 orang yang
terlibat dengan waktu kerja yang sama Ongkos yang dikeluarkan selama tanam
dengan mencangkul. berkisar Rp230.000 yang tediri dari
Rp100.000 untuk traktor dan Rp130.000
Menanam padi (tandur) merupakan
untuk pupuk. Untuk memupuk, anggota KT
tahapan yang paling banyak diikuti anggota,
yang memang petanilah yang melakukan-
baik laki-laki dan terutama perempuan. Se-
nya. Reva (perempuan, 21 tahun) yang
tidaknya ada 37 anggota yang turun ke
menjabat sebagai bendahara mengatakan

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 137
semua modal produksi berasal dari sisa kas Lahan seluas ±1.500 m2 itu meng-
KT dari takbir keliling. Reva juga sering hasilkan gabah basah 8.5 kuintal (5.7 ton/
mengunjungi lahan bersama dua atau tiga ha). Ini tidak kalah dengan hasil panen
teman perempuan lain. Mereka mengaku petani-petani lain di dusun tersebut. Ini
sangat senang begitu melihat tanaman berita gembira bagi anggota yang pertama
padinya mulai berkembang. ―Ternyata yang kali mengusahakan bertani padi. Pengurus
kami tanam tumbuh. Tadinya kami tidak juga puas, meskipun harga gabah saat itu
yakin, soalnya sebelumnya belum pernah sedang rendah, yaitu Rp3.300/ kg gabah
menanam padi‖, ujarnya. basah. Boniman yang mencarikan pengum-
Setelah menunggu kurang lebih 110 pul di Kepuh untuk membeli gabah mereka.
hari, padi siap dipanen. Panen pertama KT Total pendapatan yang mereka dapatkan
ada di musim tanam pertama, sehingga adalah Rp2.825.000.
disebut panen raya. Inilah waktu yang Sempat ada perdebatan tentang pem-
ditunggu-tunggu anggota, terutama mereka bagian uang panen ke seluruh anggota yang
yang baru kali pertama terjun langsung dikonversikan dari jumlah bawon yang ber-
bertani. Panen dimulai pukul 7 pagi. Ada hasil didapatkan. Akan tetapi, para anggota
sekitar 25 orang, laki-laki dan perempuan sendiri yang menolak karena tujuan awal
muda yang ikut dalam panen tersebut. Panen bertani kolektif bukan untuk pendapatan
diawali dengan upacara wiwiti, yakni se- pribadi. Akhirnya, uang masuk kas untuk
macam memberi sesajen kepada Dewi Sri membiayai kegiatan-kegiatan KT, dan juga
untuk mengucap syukur atas keberhasilan menjadi modal tanam musim depan.
panen. Boniman mengatakan wiwiti sengaja Keberhasilan bertani kolektif di musim
diadakan untuk memperkenalkan kembali pertama membuat KT tetap semangat kem-
kepada orang muda tentang salah satu bali menanam di musim kedua. Dengan
kearifan lokal yang sudah hampir hilang itu. proses kerja dan keterlibatan anggota yang
Para orang tua di dusun Kepuh, baik kurang lebih sama di musim kedua, hasil
yang tergabung di KT (anggota usia 40-45 panen yang mereka dapatkan kini lebih baik:
tahun) maupun orang tua dari anggota KT, panen menghasilkan 8.5 kuintal dengan
mendukung proyek bertani kolektif ini. harga jual Rp3.800 per kg dengan pembeli
Mereka cukup heran melihat anak-anaknya yang sama di musim pertama.
mau turun ke sawah bersama-sama. Padahal, Ada sedikit perbedaan antara panen
selama ini anak-anaknya cenderung tidak perdana dan kedua, yakni jumlah yang hadir
mau membantu orang tuanya ke sawah. lebih sedikit, kali ini ada 18 orang laki-laki
Boniman mengatakan, karena KT adalah dan perempuan, mulai dari usia 8 tahun
organisasi pemuda maka retorika seperti hingga di atas 40 tahun. Ini karena dilakukan
membangun kekompakan, kemandirian, dan pada hari sekolah/ kerja, berbeda dengan
―harus beda dengan KT dusun lain‖ cukup panen sebelumnya yang jatuh pada hari
berhasil menarik minat anak muda untuk Minggu. Menurut beberapa warga kampung,
bertani. panen di sawah KT memang lebih cepat dari
waktu yang seharusnya karena padi belum

138 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
betul-betul menguning. “Mestinya sekitar 10 KT. Pemdes yang sebagian besar merupakan
hari lagi baru dipanen,” ujar seorang warga. generasi tua meragukan kemampuan KT
Namun, ketua dan beberapa pengurus untuk bertani, mengingat selama ini anggota
mempertimbangkan fluktuasi harga padi. KT tidak banyak terlibat atau membantu
Minggu itu harga padi sedang tinggi dan pertanian yang dilakukan oleh orang tua
belum tentu bertahan di minggu depan. mereka. Masalah lain, bagaimana jika 25 KT
Keputusan memanen lebih awal dapat di dusun lainnya juga meminta kesempatan
menjelaskan bahwa harga jual merupakan yang sama mengelola tanah kas desa?
variabel yang sangat penting bagi petani dal- Mereka harus memikirkan keberpihakan ke-
am mengambil keputusan. Hal ini mesti pada KT atau warga desa—para petani
menjadi perhatian ketua KT beserta pe- kecil—yang selama ini menjadi peserta
ngurus dan anggota, agar bertani sungguh lelang.
bisa menjadi sumber penghidupan orang Boniman dan Jafar mengatakan bahwa
desa di masa depan. Hampir seluruh anggota berita KT BM yang mendapat jatah kas desa
KT yang kami wawancarai mengeluhkan telah tersebar ke dusun-dusun lain, setidak-
harga jual panen yang cenderung rendah. nya ada tiga KT dusun lain yang punya
Apalagi bagi petani pemaro (buruh peng- keinginan serupa namun tidak direspon
garap) yang jumlahnya mayoritas di Kepuh. Pemdes. Jafar bercerita,
Semua pengeluaran bertani ditanggung oleh Alasannya mungkin mereka masih dipan-
penggarap dengan segala resikonya: entah dang sekedar ikut-ikutan, padahal untuk
kegiatan lain mereka tidak seaktif KT di
gagal panen karena serangan hama ataupun Kepuh. Ketakutan dari (pemerintah) desa
harga jual yang jatuh. kalaupun tanah diberikan yang menggarap
bukan pemuda, tapi individu (banyak pakai
Menjadikan pertanian sebagai kegiatan
tenaga upahan). Selain itu memang yang
yang fun telah berhasil mendorong warga utama adalah ketersediaan tanah yang
muda dusun Kepuh untuk ikut terlibat dalam minim. Warga desa pasti protes kalau jatah
tanah untuk pemuda terlalu banyak.
beberapa kegiatan pertanian. Pertanyaan
selanjutnya, bagaimana dengan persoalan
Salah satu isu penting yang jarang di-
pertanian sebagai sumber penghidupan yang
bahas adalah, betapapun anak muda tertarik
menjanjikan secara ekonomi bagi orang
untuk bertani, mereka dihadapkan pada
muda desa?
masalah akses tanah yang makin menyempit
ataupun tidak ada sama sekali, yang
Masa Depan Bertani Kolektif sebagiannya disebabkan oleh akumulasi
Meskipun bertani kolektif mendapat respon kepemilikan lahan oleh kelompok bukan
positif dari semua pihak, ternyata ke- petani (White, 2016: 1). Sejak 1973 hingga
berlanjutannya bukan tanpa soal. Kekha- 2016, pola kepemilikan dan penguasaan
watiran terutama muncul dari Pemdes. lahan di desa ini tidak mengalami banyak
Meskipun KT menyewa dengan harga perubahan. Lebih dari sepertiga rumah
standar lelang tanah kas desa, Pemdes kha- tangga tidak memiliki sawah sama sekali; 40
watir mereka dianggap mengistimewakan persen lainnya memiliki sawah kurang dari

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 139
0,2 hektar; sementara 6 persen rumah tangga patan? Apakah kesempatan ditunggu atau
menguasai lebih dari separuh dari total diperjuangkan?
sawah yang ada (Abdullah & White, 2001). Kenyataan persoalan pengangguran,
Data ini menunjukkan bahwa persoalan tingginya urbanisasi yang tidak dibarengi
utama bukan terletak pada tersedia atau dengan peningkatan kualitas hidup, keingi-
tidaknya lahan pertanian, melainkan nan bertani kembali oleh pemuda desa,
timpangnya struktur penguasaan tanah sebenarnya sudah disadari Boniman. Kelu-
pertanian yang terjadi sejak dulu dan masih wesannya dalam bergaul, kekritisannya
berlangsung sekarang. Kondisi inilah yang melihat masalah sekaligus mencari solusi
menyebabkan terbatas atau hilangnya akses semestinya dijadikan modal untuk
pemuda desa yang ingin menggarap lahan merangkul kelompok muda di dusun-dusun
pertanian. Dalam konteks dinamika pemuda lain. Semakin banyak pemuda yang me-
desa yang tertarik bertani, minimnya lahan nyadari persoalan dan berani bersuara tentu
garapan menyebabkan persaingan antar akan memperkuat posisinya sebagai per-
pemuda dusun. Kesan ini muncul dari wakilan pemuda di BPD. Boniman me-
beberapa wawancara yang kami lakukan nyampaikan pentingnya keterlibatan pemuda
ketika Boniman dan beberapa anggota lain untuk berpartisipasi dalam salah satu per-
justru merasa khawatir dengan keinginan KT temuan antar KT. Pertemuan antar KT juga
lain untuk bertani kolektif. Diberikannya bisa dimanfaatkan sebagai forum menga-
akses tanah kepada KT lain berarti me- nalisis persoalan masalah khas pemuda
ngancam akses mereka terhadap tanah kas berikut mencari solusi atasnya. Semangat
desa. solidaritas dan kolektif mesti diperluas dari
Untuk mengangkat masalah sulitnya sesama anggota KT satu dusun ke sesama
akses tanah bagi pemuda ke rapat BPD, anggota KT lingkup desa.
menurut Boniman sama sekali bukan hal Dalam sebuah diskusi, beberapa
mudah. Meskipun dia perwakilan pemuda di anggota KT BM sempat membahas kemung-
BPD, hingga saat ini pemuda belum kinan mengakses sawah lebih luas yang bisa
memiliki peran signifikan dalam pengam- melibatkan lebih banyak pemuda dari dusun-
bilan keputusan tingkat desa, termasuk dusun lain. Plot-plot sawah tidak harus
dalam penggunaan anggaran dana desa. berada dalam satu kawasan, tetapi menyebar
Boniman mengutarakan dua alasan: sistem di beberapa titik. Kekhawatiran pihak desa
kekuasaan yang berjalan sekarang masih yakni jatah tanah kas desa yang semestinya
status quo dan kepercayaan generasi tua ke digarap para petani kecil akan berkurang
generasi muda masih sangat kurang. sekitar 3.5 ha ketika dibagikan ke-26 KT.
Menurutnya, untuk soal nomor dua yang Dengan mekanisme pengelolaan kolektif
perlu dilakukan adalah pembuktian dengan tentu jumlah luasan tidak perlu sebesar itu.
cara ―anak muda diberi kesempatan‖ (untuk Dengan luasan 1 ha saja, namun dikelola
membuktikan diri). Persoalannya, dengan dengan baik hingga pascapanen (mencari
sistem kekuasaan yang berlaku sekarang pasar dan menjual langsung ke konsumen),
sejauh mana pemuda akan diberi kesem- pendapatan dari pertanian akan meningkat.

140 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
Hal ini juga sekaligus bisa menjawab permulaan yang baik dalam rangka me-
persoalan harga panen yang selalu rendah numbuhkan kepercayaan masyarakat desa
karena hasilnya langsung dijual ke tengkulak terhadap kinerja orang muda. Agensi
dan mengikuti harga ―pasar‖. Dengan men- pemuda dalam mengaktualisasikan otono-
ciptakan pasar sendiri peluang hidup dari minya juga bisa dilihat dari cairnya
bertani akan lebih menjanjikan. keanggotaan, inisiatif menggalang dana, dan
pilihan mereka menyelenggarakan kegiatan
ekonomi bertani kolektif. Meskipun begitu,
Penutup
legitimasi sosial dan kultural dari perangkat
Tulisan ini telah menunjukkan tegangan desa memang sangat diperlukan KT dalam
yang terdapat dalam KT sebagai organisasi mendapatkan kepercayaan masyarakat yang
warisan Orde Baru. Di satu sisi ciri kor- lebih luas. Anggapan yang cenderung
poratis—kentalnya budaya patriarki dan meremehkan kemampuan anak muda dalam
gerontokrasi dan depolitisasi pemuda me- menganalisis masalah sekaligus mencari
lalui kegiatan-kegiatan olahraga dan lomba- solusinya memang masih terjadi dalam
lomba demi menjaga status quo – terlihat kultur masyarakat perdesaan.
jelas mewarnai keseharian organisasi. Dalam
Budaya patriarki dan gerontokrasi juga
hal ini kreativitas dan kemampuan berpikir
terlihat dalam dinamika interaksi antar ang-
kritis anak muda dipangkas sedemikian rupa
gota, yakni dominannya anggota laki-laki
dengan pengarahan mereka ke kegiatan-
dewasa-tua (20 tahun ke atas) atas anggota
kegiatan bernuansa fun seperti disebutkan di
perempuan (segala usia) dan laki-laki remaja
atas. Anak muda seolah-olah hanya ber-
(usia SMP dan SMA), baik dalam hal
tanggung jawab memeriahkan kampung dan
gagasan maupun pilihan kegiatan, nampak-
desanya manakala ada perayaan tertentu.
nya merupakan hasil reproduksi struktur
Masalah utama desa seperti pengang- kekuasaan yang secara umum berlaku di
guran dan makin tingginya urbanisasi tidak desa. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh
dicarikan jalan keluarnya secara serius. KT sendiri yang tersubordinasi oleh generasi
Tidak heran sampai hari ini desa masih tua dalam konteks relasi sosial di desa
dilihat sebagai sumber/ kantung tenaga kerja sebagaimana telah disampaikan Boniman
murah baik untuk sektor formal/ informal yang menjabat sebagai ketua KT desa
perkotaan. Warga desa, terutama mereka sekaligus perwakilan pemuda di BPD. Ia
yang muda, merasa tidak memiliki alternatif mengatakan dengan jelas minimnya peran
lain tentang bagaimana menghidupi dirinya pemuda dalam menentukan kebijakan pem-
secara layak selain menjadi buruh di kota. bangunan dan penggunaan anggaran desa
Cara pikir semacam ini berimplikasi pada akibat masih berlangsungnya sistem keku-
diabaikannya potensi dan kesempatan di asaan status quo.
desa yang sebenarnya bisa mereka
Dalam beberapa literatur dan penelitian
kembangkan.
tentang pemuda dijelaskan bahwa kesem-
Akan tetapi, di sisi lain, apa yang dila- patan yang diberikan pada anak muda akan
kukan KT Buana Muda merupakan menghasilkan ide-ide brilian karena se-

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 141
mangat eksplorasi dan kecenderungan berani nisasi baik masa kini maupun di waktu
ambil resiko yang ada pada diri mereka. mendatang.
Tentu saja segala upaya menumbuhkan Studi ini juga menemukan bahwa ruang
semangat kreatifitas dan percaya diri ang- partisipasi yang diberikan kepada kelompok
gota muda mesti mendapat dukungan dari muda tidak akan berarti banyak apabila
anggota yang lebih tua. Melihat gaya ke- hanya mengandalkan jalur-jalur formal pro-
pemimpinan ketua KT yang cukup terbuka sedural yang didominasi oleh corak berpikir
(open-minded) pada ide-ide baru, nampak- dan kepentingan generasi tua perdesaan.
nya mencari solusi atas persoalan ini bukan Dalam hal ini pemuda mesti memper-
hal yang terlampau sulit. Kultur baru seperti juangkan ruangnya sendiri dalam rangka
dialog yang egaliter, yang memberi ruang menemukan masalah sekaligus jalan keluar
pada aspirasi anggota yang lebih muda bisa yang khas pemuda. Peluang Boniman untuk
mulai dibangun secara perlahan. Semangat mengorganisir kelompok muda desa cukup
kompetisi dan dominasi antar anggota, besar mengingat kecakapan personal dan
terlebih antargenerasi, mesti dibuang jauh- kemampuan memimpin yang dimilikinya.
jauh karena hanya akan merusak semangat Salah satu syarat untuk merealisasikan hal
solidaritas dan soliditas yang menjadi modal ini adalah dengan cara meluaskan lingkup
utama organisasi. solidaritas dan semangat kolektivitas yang
Meskipun dari cerita-cerita di atas melampaui dusunnya sendiri.
terlihat bahwa KT BM cenderung didomi- Dari kasus ini nampaknya keputusan
nasi oleh laki-laki, sesungguhnya KT me- pengurus dan anggota KT BM menjadikan
miliki potensi mengakomodasi peran pe- KT sebagai wadah bereksperimentasi dalam
rempuan lebih banyak. Itu bisa dilihat dari membangun kemandirian ekonomi sudah
beberapa kegiatan, yakni kesenian rebana, tepat dan perlu terus dikembangkan. Namun,
kepanitiaan peringatan 17 Agustus, dan dalam beberapa kali wawancara, Boniman
keterangan Yuni di atas. Mendorong aspirasi dan anggota lain mengatakan bahwa tujuan
dan kreativitas anggota perempuan dan anak utama dari kegiatan ekonomi mandiri adalah
muda-remaja (baik laki-laki dan perempuan) agar KT memiliki dana mandiri (tidak
mestinya menjadi kebutuhan organisasi, dan melulu minta sumbangan melalui proposal)
mestinya dilakukan ketua dan anggota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
dewasa-tua lainnya. Hal ini dapat dilakukan kampung. Sedangkan menurut kami, visi
misalnya dengan cara menciptakan ruang- menjadikan KT sebagai wadah ekonomi
ruang pertemuan khusus dan eksplorasi mandiri mestinya juga merupakan jawaban
bakat dan minat anggota muda, khususnya atas kesulitan ekonomi yang dihadapi para
perempuan. Budaya pasif yang kental dan anggotanya. Selain itu eksperimen ekonomi
diterima begitu saja oleh para anggota mandiri juga bisa dijadikan wadah memupuk
perempuan dan remaja-muda usia SMP- solidaritas, soliditas, dan kolektivitas eko-
SMA akan menjadi kerugian bagi or- nomi pemuda desa di tengah era yang serba
ganisasi karena akan melewatkan potensi kompetitif, tanpa mengabaikan pentingnya
anggota yang bisa menjadi kekuatan orga- kemampuan manajemen dan cermat dalam

142 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
berhitung. Untuk tujuan ini nampaknya lain—sebagaimana dibahas sebelumnya—
prinsip kolektif sebagaimana telah diterap- bisa menjadi ajang ―berlatih menjadi petani
kan dalam kegiatan bertani juga mesti di masa depan‖, selain juga menjadi ajang
digunakan KT dalam kegiatan ekonomi pembuktian diri pada generasi tua terkait
lainnya. Pengalaman Pardi yang beberapa kemampuan bertani yang lebih kreatif dan
kali sukses bertani cabai dan sayuran dan inovatif.
dipasarkan secara mandiri bisa dijadikan Untuk menjawab persoalan rendahnya
sumbangan penting bagi organisasi KT yang harga panen, meluaskan perspektif bertani
sedang menjalankan kegiatan bertani ―bukan hanya di lahan‖ tapi juga mencakup
kolektif. manajemen pascapanen juga bisa menjadi
Lalu, sejauh mana pengalaman bertani solusi untuk meningkatkan harga jual.
kolektif sungguh dapat membangkitkan se- Dalam diskusi kami dengan beberapa
mangat dan minat anak muda untuk bertani anggota KT BM, baik laki-laki maupun
di masa depan, ternyata tidak cukup hanya perempuan; tua dan muda, ketertarikan
dengan menjadikan bertani sebagai kegiatan mereka untuk memasarkan hasil pertanian
yang menyenangkan. Banyak anggota KT berbasis online layak diujicoba dengan
yang mengaku masih enggan memilih menjalin kerjasama dengan pemuda di
profesi petani di masa mendatang karena perkotaan. Agar usaha ini kelak berumur
pengalamannya melihat kehidupan orangtua panjang yang perlu dilakukan di tahap
mereka (yang juga petani) cenderung tidak pertama adalah menjadikan ide ini milik
menguntungkan. Bagi mereka, menjadi seluruh anggota, baik tua-muda serta laki-
petani berarti hidup pas-pasan dan sulit laki dan perempuan. Hal ini bisa dilakukan
menjadi sejahtera. Ada dua persoalan yang dengan menyelenggarakan serangkaian dis-
kiranya menjadi kendala. Pertama, persoalan kusi internal, dan jika dianggap perlu
akses tanah; kedua, rendahnya harga jual mengundang kelompok muda perkotaan
panen. Kedua masalah ini yang membuat bertukar pikiran sekaligus mencari bentuk
pemuda berpikir ulang untuk menyandarkan kolaborasi yang cocok berbasis solidaritas
penghidupannya pada sektor pertanian. dan kebutuhan. Satu hal yang perlu
Untuk masalah tanah—yang merupakan digarisbawahi adalah bahan diskusi tidak
masalah laten perdesaan Jawa—cukup sulit hanya meliputi potensi dan analisis usaha
dicari jawaban instan. tetapi juga mesti membahas persoalan sosial
Salah satu kemungkinan ialah men- ekonomi petani perdesaan (misal: mengapa
dorong terbitnya peraturan desa (Perdes) perdesaan erat dengan predikat ‗miskin‘;
yang memberikan akses pemuda atas tanah dalam hal apa saja petani perdesaan
garapan6. Namun, yang perlu diingat adalah ‗dimiskinkan‘; dll). Semakin cermat warga
peraturan tersebut mesti diperjuangkan oleh desa memahami situasi dan persoalan
segenap kelompok pemuda desa. Meluaskan mereka, semakin baik pula solusi yang bisa
inisiatif bertani kolektif ke dusun-dusun mereka hasilkan.

6
Terakhir, persoalan regenerasi kepe-
AKATIGA, catatan lapangan dari penelitian
Becoming a Young Farmer, Juli 2017.
mimpinan dalam organisasi yang erat

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 143
dengan kultur patriarki dan gerontokrasi agar kelak anggota muda laki-laki dan
yang berlaku umum di perdesaan. perempuan memiliki kepercayaan diri me-
Regenerasi kepemimpinan sangat erat ngelola organisasi dan menjadi pemimpin
kaitannya dengan dinamika internal orga- KT tingkat dusun maupun desa.
nisasi. Sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya diferensiasi keanggotaan —usia,
Daftar Rujukan
kelas sosial dan gender—adalah kenyataan
yang tidak bisa dihindari karena aturan Abdullah, Irwan and Ben White. (2006).
pemerintah tentang organisasi KT Harvesting and house building:
mengharuskan demikian. Diferensiasi ini decline and persistence of reciprocal
ternyata menghasilkan pola dan bentuk hu- labour in a Javanese village, 1973-
bungan asimetris yaitu kelompok dewasa- 2000. Dalam J. Koning and F.
tua-laki-laki cenderung mendominasi kelom- Hüsken (red.), Ropewalking and
pok lainnya (perempuan dan anak-anak Safety Nets: Local Ways of
remaja) baik dalam hal gagasan maupun Managing Insecurities in Indonesia
(pp.55-78). Leiden and Boston:
pilihan kegiatan (berikut pembagian
Brill.
kerjanya). Akibat kentalnya dua kultur di
Erlina, Erlin. (2011). Karang Taruna pasca
atas yang juga telah terinternalisasi Orde Baru: di manakah geliat
sedemikian rupa oleh segenap anggota KT, partisipasi dan aspirasi kaum muda?
anggota muda akhirnya lebih memilih sikap Dalam M. Najib Azca, Subando
pasif dan cenderung ‗menggugu’ pada Agus Margono dan Lalu Wildan
anggota yang lebih tua. Akibatnya, pendapat (red.), Pemuda Pasca Orba: Potret
dan potensi anggota muda akan terlewat Kontemporer Pemuda Indonesia ,
begitu saja tanpa pernah didiskusikan (pp. 267-285). Yogyakarta: YouSure
apalagi diujicobakan. (Youth Studies Centre) Fisipol
UGM.
Betapapun ketua KT BM saat ini
Permensos. (2010). Peraturan Menteri
merupakan sosok yang kharismatik, kreatif,
Sosial Nomor 77/ HUK/2010
akomodatif, dan memiliki visi yang baik Tentang Pedoman Dasar Karang
tentang masa depan pemuda perdesaan, Taruna. Jakarta: Departemen Sosial.
regenerasi kepemimpinan dan pembaruan Permensos. (2013). Peraturan Menteri
kultur yang lebih egaliter merupakan syarat Sosial Republik Indonesia Nomor
mutlak apabila KT diharapkan menjadi or- 23/2013 tentang Pemberdayaan
ganisasi yang sungguh bermanfaat bagi ke- Karang Taruna. Jakarta: Departemen
berlangsungan hidup pemuda desa kini dan Sosial.
masa depan. Menciptakan ruang diskusi dan Pratiyudha, Pinurba Parama. (2016).
Pemuda Kritis, Pemuda Mem-
kegiatan rekreasi bagi kelompok usia remaja
bangun: Pendidikan pembebasan
laki-laki dan perempuan mungkin perlu
kepada pemuda sebagai upaya
ditempuh untuk membiasakan diri mereka
pembebasan desa. Jurnal Analisis
berpendapat dan berekspresi. Ketua dan Sosial, Vol 20 (1&2).
pengurus KT perlu memberikan dorongan

144 | Jurnal Analisis Sosial | Volume 20, No. 1 & 2 | Edisi Khusus 2016
Sutoro Eko dan Krisdyatmoko (eds.). White, Ben & C. Ugik Margiyatin. (2016).
(2006). Kaya Proyek, Miskin Teenage experiences of school, work
Kebijakan: Membongkar Kegagalan and life in a Javanese village. In K.
Pembangunan Desa. Yogyakarta: Robinson (ed.) Youth Identities and
IRE/TiFA. Social Transformations in Modern
Swara, Vandy Yoga. (2016) Pemuda desa Indonesia. Leiden: Brill.
dalam wilayah industri. Jurnal
Analisis Sosial, Vol 20 (1&2). Wardhana, Hendra. (2014). Festival
White, Ben. (2012). Changing Childhoods: Bregodo: Ribuan Prajurit Rakyat
Javanese village children in three Menyerbu Malioboro.
generations. Journal of Agrarian https://www.kompasiana.com/wardh
Change 12 (1), 81-97. anahendra/festival-bregodo-ribuan-
White, Ben. (2016). Generational Issues in prajurit-rakyat-menyerbu-
Smallholder Agriculture: Exploring malioboro_552b0688f17e612063d62
the social reproduction of agrarian 417. Diakses pada 7 September
communities. CIADS Seminar Series, 2017.
College of Humanities and Deve- AKATIGA. (Akan Terbit, 2018). Becoming
lopment Studies (COHD), China a Young Farmer, Research Report.
Agricultural University, Beijing, 27 Bandung: AKATIGA.
October 2016.

Pemuda Desa dan Karang Taruna: Bertani Kolektif di Kulon Progo – Hanny Widjaya, Ben White,
Aprilia Ambarwati dan Charina Chazali | 145

Anda mungkin juga menyukai