Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sasmitha Kasim

NIM : 841419043

Kelas/semester : A/5

Mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

Anatomi fisiologi sistem integumen

Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :

1. Lapisan epidermis/ kutikel : Lapisan kulit yang paling luar, Terdiri atas beberapa lapis sel-
sel gepeng yang mati, Tidak berinti, Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat
tanduk dan Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin.
2. Lapisan dermis/ koriumkutis vera : Berisi 3 jenis jaringan yaitu kolagen dan serat elastis,
Otot, Saraf , Mendapat suplai darah dan saraf, Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal daripada epidermis , Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri, terdiri
atas dua bagian yaitu Pars Papilare dan Pars Retikulare
3. Lapisan subkutis/ hypodermis Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan
Kelenjar pada kulit Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak.
Kelenjar keringat terbagi atas :
• Kelenjar Ekrin adalah kelenjar kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara
di permukaan kulit.
• Kelenjar apokrin adalah kelenjar yang terletak lebih dalam dan mengandung sekresi lebih
kental
Kelenjar sebaseus/kelenjar minyak Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan
dan kaki yang berfungsi untuk menjaga kelembaban dan kekenyalan kulit, meremajakan kulit dan
menjaga agar tidak mudah keriput.
Fungsi kulit :
• Fungsi proteksi : Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi terutama yang bersifat iritan; lisol,
karbol, asam dan alkali kuat, gangguan yang bersifat panas; radiasi, sengatan UV,
gangguan infeksi luar; kuman/bakteri, jamur
• Fungsi absorbsi : Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap
• Fungsi ekskresi : Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh; NaCl, urea, as urat dan ammonia
• Fungsi persepsi : rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis,
dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis, Badan taktil meissnerr
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, Terhadap tekanan diperankan oleh
badan vater paccini di epidermis.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


1. Definisi
Muskuloskeletal terdiri dari 2 kata yaitu; Muskulo yang artinya Otot, dan Skeletal yang
artinya Tulang. Jadi, Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh, sedangkan
Skeletal atau Osteo adalah tulang kerangka tubuh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem
muskuloskeletal yaitu suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk
hidup. Dan jumlah tulang manusia ± 206 buah tulang.
2. Rangka Tubuh Manusia
a. Skeleton Aksial adalah Sekelompok tulang yg menyusun poros tubuh dan memberikan
dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher dan badan. Macam-macam
Skeleton aksial yaitu: tulang tengkorak bagian kepala, tulang tengkorak bagian wajah,
tulang dada, dan tulang rusuk.
b. Skeleton Apendikular, merupakan tambahan tulang dari skeleton aksial, yang terdiri dari:
tulang anggota gerak atas dan bawah, gelang bahu, gelang panggul, bagian akhir dari ruas-
ruas tulang belakang.
3. Jenis-jenis Tulang
Os. Frontale, os. Parietal, Os. Occipitale, Os. Temprale, Os. Nasale, Os. Maxillare, Os.
Mandibulae, Os. Zigomatikum, Vertebra Servikal, Vertebra Lumbalis, Vertebra Thoracalis,
Vertebra Sakralis, Vertebra Koksihialis, Os. Sternum, Os. Costa, Os. Scapula, Os. Klafikula,
Os. Humerus, Os Ulna, Os. Radius, Os. Karpalia, Os. Metakarpalia, Os. Phalanges, Os. Ileum,
Os. Femur, Os. Patella, Os. Tibia, Os. Fibula, Os. Tarsalia, Os. Metatarsalia, Ossa Phalanges.
A. Kelainan Sistem Muskuloskeletal (FRAKTUR)
1. Definisi
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh trauma.
2. Etiologi
a. Trauma langsung : benturan, pukulan, jaringan lunak mengalami kerusakan
b. Trauma tidak langsung : jatuh bertumpu dengan tangan (penekanan), jaringan lunak utuh
3. Patofisiologi
Umumnya fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan
membengkok, memutar, dan tarikan.
4. Klasifikasi Fraktur
a. Klasifikasi Etiologis
a) Fraktur Traumatik : Akibat trauma tiba-tiba
b) Fraktur Patologis : Terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya kelainan patologi
pada tulang
c) Fraktur Stress : Akibat trauma yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
b. Klasifikasi Klinis
a) Fraktur Tertutup : Tidak berhubungan dengan dunia luar
b) Fraktur Terbuka : Berhubungan dengan dunia luar melalui luka
c) Fraktur Dengan Komplikasi : Disertai komplikasi seperti infeksi
c. Klasifikasi Radiologis
a) Berdasarkan Lokalisasi : Diafiseal, Metafiseal, Intra-artikuler, dan Fraktur dengan
Dislokasi
b) rdasarkan Konfigurasi : Fraktur transversal, oblik, spiral, Z, komunitif, baji, avulsi,
depresi, impaksi, pecah, segmental dan epifisis
c) Berdasarkan Ekstensi : Fraktur total, tidak total, torus, garis rambut dan greenstick
5. Penegakkan Diagnosis Fraktur dengan dilakukannya metode:
a. Anamnesis
a) Riwayat trauma
b) Riwayat penyakit lain seperti tumor, infeksi, kelainan kongenital, dll
b. Pemeriksaan Fisik
Yang harus diperhatikan :
a) Syok, anemia, perdarahan
b) Kerusakan pada organ lain
c) Faktor predisposisi
c. Pemeriksaan Lokal
a) Inspeksi

Perhatikan :
1) Keadaan umum (KU)
2) Ekspresi wajah
3) Bandingkan dengan bagian yang sehat
4) Perhatikan posisi anggota gerak
5) Adanya luka
6) Deformitas
7) Keadaan vaskularisasi
8) Keadaan mental
b) Palpasi
Perhatikan :
1) Lakukan dengan hati-hati
2) Nyeri tekan
3) Krepitasi
4) Pulsasi arteri dan pengisian kapiler
5) Lakukan pengukuran panjang tungkai
c) Pergerakan,periksa pergerakan aktif dan pergerakan pasif
d. Manifestasi Klinik
a) Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma dan edema
b) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di
atas dan dibawah twmpat fraktur
d) Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur
e. Pemeriksaan Radiologis
a) Foto Polos
b) Pemeriksaan radiologis lainnya seperti Tomografi, CT-Scan, MRI, Radioisotop
scanning
f. Penanganan Fraktur
a) Disesuaikan dengan letak terjadinya fraktur
b) Reduksi
c) Mempertahankan reduksi
d) raksi terus menerus, pembebatan dengan gips, fiksasi internal, dan fiksasi eksternal

Anda mungkin juga menyukai