Anda di halaman 1dari 5

1.

Permasalahan ekonomi makro :


1) Pertumbuhan ekonomi tertanggu
Dampak dari permasalahan ekonomi makro yang merasakan dampak adalah
kalangan bisnis, pengusaha dan produksi. Misalnya pabrik besar dan
perusahaan maupun usaha bisnis lainnya. Tidak dapat dipungkiri, jika
perusahaan mengalami kesulitan sampai terjadi kebangkrutan, dampak paling
luas pun akan merambah ke pertumbuhan ekonomi. 
2) Tajamnya angka pengangguran kemiskinan
Permasalahan ekonomi makro yang tidak dapat dihindari, semakin banyak
pengangguran. Akibat perusahaan yang tidak mampu bersaing dan bertahan,
akhirnya bangkrut. Mau tidak mau harus melakukan PHK karyawan demi bisa
berdiri. Harusnya bisa merekrut karyawan baru, justru menambah angka
pengangguran. 
3) Terjadinya krisis nilai tukar uang terhadap utang luar negeri
Seperti yang kamu tahu bahwa Indonesia memiliki permasalahan ekonomi
makro. Salah satunya bentuk utang ke luar negeri. Nah, ketika terjadi
permasalahan ekonomi makro, maka bisa menimbulkan krisis nilai tukar,
dimana devisa negara akan mendapatkan dampak terburuk. 
4) Terjadi inflasi
Terjadinya inflasi tinggi akan berpengaruh pada tingginya utang luar negeri
yang mempengaruhi dunia perbankan di Indonesia. Bentuk kesulitan yang
paling terasa masalah likuiditas. Akibatnya terjadi kemacetan di sektor usaha
akibat terlalu besar beban utang negara. 
5) Kekalahan daya saing
Dampak yang akan berpengaruh akan mengalami kekalahan daya saing. Tentu
saja konteks daya saing dalam hal ini adalah daya saing melawan perusahaan
besar yang memiliki power besar. Sehingga pasaran secara nasional pun
menjadi lesu dan terkesan lamban. 

2. - Pengertian PDB nominal adalah produk domestik bruto yang nilai barang dan
jasanya diukur berdasarkan harga pada saat ini. 
- pengertian PDB riil adalah produk domestik bruto yang nilai barang dan jasanya
diukur berdasarkan tahun tertentu sebagai tahun tahun dasar.
- Deflator PDB  adalah ukuran yang mengukuran harga output secara relatif
terhadap harga barang dan jasa (output) tersebut pada tahun dasarnya. Nilai PDB
dengan harga nominal akan dibagikan dengan PDB riil untuk mendapatkan nilai
deflator PDB (GDP Deflator).
3. a). PDB Nominal setiap tahun
Tahun 2010 ($1 X 100) + ($2 X 50) = $200
Tahun 2011 ($2 X 150) + ($3 X 100) = $600
Tahun 2012 ($3 X 200) + ($4 X 150) = $1.200
memperlihatkan perhitungan PDB nominal pada ketiga tahun tersebut. jumlah
pembelanjaan meningkat dari $200 pada 2010 menjadi $600 pada 2011 kemudian
menjadi$1.200 pada 2012. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan
jumlah anggur dan gandum. Selain itu, juga disebabkan oleh kenaikan harga anggur
dan gandum
b). PDB Riil setiap tahun
Tahun 2010 ($1 X 100) + ($2 X 50) = $200
Tahun 2011 ($1 X 150) + ($2 X 100) = $350
Tahun 2012 ($1 X 200) + ($2 X 150) = $500
Setelah melihat bahwa PDB riil naik dari $200 pada 2010 menjadi $350 pada 2011,
kemudian menjadi $500 pada 2012, kita mengetahui bahwa kenaikan ini disebabkan
oleh kenaikan jumlah yang diproduksi, karena harga ditetapkan di tingkat harga pada
tahun basis atau tahun awal.
c). PDB Deflator
Tahun 2010 ($200 ÷ $200) X 100 = $100
Tahun 2011 ($600 ÷ $350) X 100 = $171
Tahun 2012 ($1.200 ÷ $500) X 100 = $240
Deflator PDB di hitung di bagian bawah Tabel. Pada 2010, PDB nominal adalah
sebesar $200 dan PDB riil sebesar $200 sehingga deflator PDB pada tahun basis
selalu sebesar 100. pada 2011, PDB nominalnya sebesar $600 dan PDB riil nya
sebesar $350 sehingga deflator PDB-nya adalah 171. karena deflator PDB mengalami
kenaikan pada 2008 dari 100 menjadi 171, kita dapat mengatakan bahwa tingkat
harga naik sebesar 71 persen.
Deflator PDB merupakan satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk
memonitor tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. kita mengkaji ukuran lain-
indeks harga konsumen-pada bab selanjutnya, selain mengkaji perbedaan antara
kedua ukuran tersebut.

4. faktor yang menentukan produktivitas suatu perekonomian :


1) Faktor Teknis
Faktor Teknis adalah faktor yang meliputi penentuan lokasi, tata letak dan ukuran
pabrik atau mesin produksi yang tepat, penggunaan mesin dan peralatan yang
benar, teknis penelitian dan pengembangan serta penerapan komputerisasi dan
otomatisasi pada produksi yang bersangkutan. Jika perusahaan menggunakan
teknologi terbaru dengan tepat, maka produktivitas akan semakin tinggi.
2) Faktor Produksi
Faktor Produksi adalah faktor yang meliputi perencanaan, pengkordinasian dan
pengendalian produksi, penggunaan bahan baku yang berkualitas baik serta
penyederhanaan dan standarisasi proses produksi. Jika semua faktor produksi
dapat berjalan dengan baik maka akan meningkatkan produktivitas.
3) Faktor Organisasi
Faktor Organisasi adalah faktor berkaitan dengan jenis organisasi yang digunakan,
pendefinisian dengan jelas otoritas dan tanggung jawab setiap individu dan
departemen serta pembagian kerja dan spesialitas terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
4) Faktor Personil
Faktor Personil merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi
Produktivitas sebuah organisasi. Individu atau tenaga kerja yang tepat harus
ditempatkan di posisi yang tepat pula. Tenaga kerja yang lulus seleksi harus diberi
pelatihan dan pengembangan yang tepat serta memberikan kondisi dan lingkungan
kerja yang baik. Individu yang telah menjadi karyawan ini harus termotivasi
dengan baik, baik secara finansial maupun motivasi non-finansial. Keamanan
pekerjaan, kesempatan memberikan saran atau pendapat dan kesempatan untuk
dipromosi juga secara langsung mempengaruhi produktivitas kerja suatu
organisasi.
5) Faktor Finansial (Keuangan)
Keuangan merupakan darah dari sebuah bisnis, oleh karena itu harus terdapat
perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik terhadap keuangan atau modal
kerja. Penggunaan modal atau pemborosan keuangan harus dihindari. Manajemen
harus memperhitungkan dengan baik pengembalian atas modal yang mereka
investasikan. Keuangan yang yang dikelola dengan baik akan meningkatkan
produktivitas suatu perusahaan atau organisasi
.
5. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghitung inflasi, yaitu :

a) Menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index. Cara ini
mengukur harga rata-rata dari barang yang dibeli oleh konsumen.
b) Deflator PDB yaitu dengan cara menghitung besarnya perubahan harga dari semua
barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa.
c) Indeks harga produsen yaitu indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan produksi.
d) Indeks harga komoditas yaitu indeks yang mengukur harga dari barang-barang
tertentu.
e) Indeks biaya hidup adalah index yang mengukur biaya hidup masyarakat atau
disebut juga cost living index.

6. Neraca perdagangan dibagi menjadi tiga jenis yaitu :


a. Neraca perdagangan surplus Adalah suatu kondisi dimana ketika nilai transaksi
ekspor jauh lebih besar dari nilai impor.
b. Neraca perdagangan defisit Adalah kebalikan dari neraca perdagangan surplus.
Kondisi neraca pembayaran dikatakan defisit jika nilai transaksi impornya jauh
lebih besar dibanding nilai ekspornya.
c. Neraca perdagangan seimbang Adalah kondisi dimana ketika nilai transaksi
ekspor dan impornya seimbang. Artinya negara tidak mengalami untung atau
rugi. Kondisi neraca perdagangan yang seimbang, cukup sulit dipertahankan oleh
negara tertentu.

7. Suatu negara dikatakan mempunyai neraca perdagangan yang positif apabila negara


tersebut lebih banyak melakukan ekspor daripada impor.
8. Dalam pandangan islam, perdagangan internasional diperbolehkan karena tidak ada dalil yang
mengharamkan aktivitas perdagangan ini. konsep perdagangan internasional baik aktifitasnya
maupun komoditas barang yang diperdagangkan harus berdasarkan ketentuan Allah dan
Rasul-Nya. Bahkan laba dan keuntungan pun harus diperoleh dengan cara-cara yang tidak
melanggar ketentuan syari‟ah. Perdagangan Internasional diperbolehkan bagi setiap negara
untuk memenuhi kebutuhannya dan setiap negara harus memerhatikan kaidah-kaidah dalam
melakukan perdagangan.
Dan menurut saya pemerintah harus mengarahkan dan mengawasi dalam bidang perdagangan
internasional agar bisa mengurangi terjadinya praktik perdagangan yang menyimpang dan baik
dari pihak produsen maupun pihak konsumen dapat bekerja sama dalam menegakkan praktik
perdagangan yang baik.

9. - Posisi neraca pembayaran Indonesia pada kuartal III 2020

Bank Indonesia (BI) mencatat, surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada


kuartal III-2020 sebesar US$ 2,1 miliar. Jumlah surplus inilebih rendah dari surplus
pada kuartal II-2020 yang sebesar US$ 9,2 miliar. "Surplus NPI yang berlanjut
tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan
finansial,"
Bila dirinci, neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2020 mencetak surplus
sebesar US$ 1,0 miliar atau setara 0,4% dari PDB. Biasanya, neraca transaksi
berjalan mencetak defisit. Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi
oleh peningkatan defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara
yang masih rendah dan peningkatan defisit jasa lainnya, seperti jasa telekomunikasi,
komputer, dan informasi, serta peningkatan impor jasa untuk kebutuhan penunjang
aktivitas daring masyarakat. 

- Posisi neraca pembayaran Indonesia pada kuartal III 2021

Sedangkan Bank Indonesia (BI) mencatat, surplus NPI pada kuartal III-2021
sebesar US$ 10,7 miliar, setelah mengalami defisit sebesar US$ 0,4 miliar pada
kuartal II-2021. Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang
mencatat surplus, berbalik dari kuartal sebelumnya yang defisit, serta surplus
transaksi modal dan finansial yang makin meningkat. Kinerja positif ini didorong
oleh surplus neraca barang yang jumbo, didukung peningkatan permintaan negara
mitra dagang utama dan kenaikan harga komoditas yang menyundut kinerja
ekspor barang. Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2021
mengalami peningkatan keuntungan. Surplus transaksi modal dan finansial
tercatat US$ 6,1 miliar atau setara 2,0% PDB, lebih tinggi dari capaian pada
kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 1,6 miliar atau 0,6% PDB. 

Surplus ini didorong oleh masih masuknya aliran masuk investasi langsung
sebesar US$ 3,3 miliar. Pun, investasi lainnya mencatat surplus setelah mengalami
defisit pada kuartal sebelumnya.

10. Jika dilihat dari data dibawah utang luar negeri Indonesia per Desember 2019 secara
total meningkat dari US$375,4 miliar menjadi US$404,8 miliar. Sisa 13,31 persen
utang pemerintah merupakan pinjaman dari negara-negara kreditur seperti Jepang,
Jerman, Perancis, dan negara lainnya. Jepang memberikan utang kepada Indonesia
sebanyak 12,8 USD. Secara umum, utang luar negeri Indonesia meningkat sebesar 7,7
persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan proporsi utang luar negeri terhadap
PDB meningkat dari 29,8 persen di tahun 2018 menjadi 35,6 persen di tahun 2019.
Dari keseluruhan total utang pemerintah Indonesia, sebesar 19,06 persen dialokasikan
ke sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial; 16,6 persen untuk sektor konstruksi; 16,1
persen untuk sektor pendidikan; 15,4 persen untuk sektor adminitrasi, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib; serta sebesar 13,2 persen untuk sektor jasa keuangan dan
asuransi.

Anda mungkin juga menyukai