Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM KEUANGAN DAN EKONOMI ISLAM


PRINSIP DAN PRAKTIK TERBAIK MANAJEMEN RESIKO

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. MIFTAHUL HUDA, S. Ag., M. A.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2:

1. AHMAD KHAIDAR JUPRI (2001046023)


2. ALYANDITA ZAHRA ASY-SYIFA (2001046028)
3. SRI YANI (2001046034)
4. ROSA AMALIAH (2001046040)
5. INDRA FIRDAUS (2001046045)
6. MOHAMMAD HAMDI (2001046050)
7. ISNAINI FANDILLAH (2001046067)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 1443/1444 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

PRINSIP DAN PRAKTIK TERBAIK MANAJEMEN RESIKO yang dibimbing oleh

bapak Dr. Miftahul Huda, S. Ag., M. A.

Makalah yang kami susun membahas mengenai praktik terbaik manajemen

resiko dalam sistem keuangan dan ekonomi islam. Tak lupa pula, kami berterima

kasih kepada pihak-pihak yang telah meberikan sumbangsih dalam menyelasikan

tugas makalah yang telah diberikan oleh Bapak dosen Dr. Miftahul Huda, S. Ag., M.

A. Hingga tersusun makalah yang sampai pada pembaca pada saat ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun tentunya masih banyak

kekurangan. Dengan itu, kritik dan saran akan kami tampung berkaitan dengan isi

maupun penyususnan makalah ini agar di masa depan kami bisa menyusun makalah

yang baik dan benar.

Samarinda, 29 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Pengertian Manajemen Risiko ........................................................................... 3
B. Manfaat Manajemen Risiko .............................................................................. 5
C. Tujuan Manajemen Risiko ................................................................................. 6
D. Prinsip Manajemen Risiko ................................................................................. 6
E. Manajemen Risiko dalam Islam ......................................................................... 8
F. Mengelola Risiko ............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam seuatu perusahaan atau organisasi perlu adanya sistem yang mengatur
aktivitas perusahaan, hal ini dimaksudkan agar suatu perusahaan bisa berjalan
dengan baik dan terarah. Tentu sudah menjadi suatu hal yang lumrah
bahwassannya tujuan utama berdirinya suatu perusahaan atau organisasi adalah
mencapai tujuan yang dimpikan sedari awal perusahaan itu berdiri, maka dari itu,
keberadaan sistem yang bisa memudahkan dan mempercepat diraihnya tujuan
yang dimpikan perusahaan atau organisasi sangat diperlukan.
Prinsip manajemen sudah menjadi hal yang biasa dan wajib di terapakan
dalam kegiatan berorganisasi atau perusahaan, adapun mengapa perlunya
manajemen dalam kegiatan perusahaan adalah untuk mengatur setiap individu
yang merupakan usnur vital dalam perusahaan dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. Adapun manjemen secara umum adalah proses yang dialkukan
perusahaan mengenai bagaimana mengelola dan mengawasi sehingga minim
terjadinya hal-hal yang dapat mengahambat perusahaan dalam mencapai tujuan.
Manajemen resiko adalah prinsip yang digunakan dalam suatu perusahaan
atau organisasi yang bertujuan meminimalkan bahkan mencegah terjadinya resiko
yang bisa diterima perusahaan. Dalam manajemen resiko perlu adanya kegiatan
identifikassi, perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap
kemungkinan yang tidak baik dalam usaha. Bisa dibilang manajemen resiko
merupakan metode yang digunakan perusahaan untuk mencegah perusahaan
mengalami masalah, misalnya kolaps, kerugian yang besar, gulung tikar, diajauhi
klien, dan semcamnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. . Apa definisi dari menejemen risiko?
2. Apa saja manfaat dari menejemen risiko ?
3. Apa tujuan dari menejemen risiko?
4. Bagaimana prinsipnya menejemen risiko ?
5. Bagaimana gambaran menejemen risiko dalam kisah Nabi Yusuf?
6. Bagaimana cara mengelola menejemen resiko yang baik?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi dari menejemen risiko
2. Mengetahui manfaat dari menejemen risiko
3. Mengetahui tujuan dari menejemen risiko
4. Memahami prinsip dari menejemen risiko
5. Memahami gambaran menejemen risiko dalam kisah Nabi Yusuf
6. Memahami cara mengelola menejemen risiko yang baik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Risiko


a. Pengertian Manajemen
Secara etimologis kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur.”
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Adapun manjemen secara terminologi menurut Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.
Menurut Luther Gulick memberikan definisi manajemen sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerja sama ini lebih baik bermanfaat bagi manusia
b. Pengertian Risiko
Ditinjau dari sisi bahsa kata risiko berasal dari bahasa Inggris yaitu risk
yang berarti kemungkinan rugi. Dalam bahasa Arab istilah risiko dikenal juga
dengan nama al khathru atau al khasarah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata risiko berarti sesuatu yang kurang menyenangkan sebagai
akibat dariperbuatan (tindakan).

3
Pengertian lebih luas bisa di lihat dari pendapat pakar di antaranya
1. Ade Arthesa dan Edia Handiman dalam bukunya Bank dan Lembaga
Keuangan Bank, adalah potensi terjadinya peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian pada perbankan.
2. Ferry N. Idroes di dalam bukunya Manajemen Risiko Perbankan,
risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian
yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Muhammad Ma’sum Billah, risiko diartikan sebagai
peristiwa yangterjadi di luar dugaan, di mana kerugian tersebut
ditanggung oleh pihak asuransi.
3. Abbas Salim di dalam bukunya Asuransi dan Manajemen Risiko
mengatakan bahwa risiko adalah ketidakpastiaan atau uncertainty yang
mungkin melahirkan kerugian. Unsur ketidaktentuan ini bisa
mendatangkan kerugian dalam asuransi.
c. Pengertian Manejemen Risiko
Manajemen risiko dapat di fahami sebagai segala sesuatu risiko yang
terjadi di dalam masayarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain-
lain) baik itu di lihat dari sisi perseorangan dalam komunitas masyarakat
maupun suatu perusahaan. Dalam praktiknya, manajemen risiko dapat
berhubungan erat dengan fungsi, fungsi perusahaan (fungsi keuangan, fungsi
akuntansi, fungsi pemasaran, fungsi produksi, personalia dan fungsi teknik
dan pemeliharaan), oleh karena fungsi-fungsi tersebut mengandung banyak
risiko dalam pengelolaan perusahaan.
Manajemen risiko jugadapat didefinisikan sebagai suatu metode logis dan
sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan
solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada
setiap aktifitas atau proses.

4
B. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat manajemen risiko yang dapat melindungi peusahaan atau organisasi
dari sesuatu yang tidak diinginkan. Sebagai berikut:
a. Menjamin pencapaian tujuan
Manajemen dalam sebuah perusahaan menggunakan segala cara yang baik
untuk mencapai tujuan perusahaannya. Dalam usaha untuk mencapai tujuan
tersebut, banyak hal bisa terjadi. Ada hal-hal yang bisa diantisipasi
sebelumnya, dan ada kemungkinan masa depan yang penuh ketidakpastian.
Ketidakpastian itulah yang menimbulkan risiko.
Perusahaan yang memiliki manajemen risiko yang baik akan lebih mudah
jalannya untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
memiliki manajemen risiko yang baik.
b. Meminimalkan kemungkinan kolaps
Semua perusahaan memiliki kemungkinan bangkrut atau gulung tikar.
Risiko bangkrut bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Tidak ada yang bisa
menjamin bahwa sebuah perusahaan tidak akan bangkrut.
Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko (risk management)
dengan baik akan sanggup menangani berbagai kemungkinan yang merugikan
yang akan terjadi pada perusahaannya. Hal ini bisa meminimalkan
kemungkinan kerugian dan eksistensi perusahaan bisa dipertahankan.
c. Meningkatkan keuntungan
Dengan penanganan risk management yang baik, segala kemungkinan
kerugian yang bisa menimpa perusahaan bisa dibuat seminimal mungkin
sehingga biaya menjadi lebih kecil dan keuntungan yang masuk ke
perusahaan bisa lebih bertambah. Hal ini harus menjadi salah satu indikator
suksesnya pelaksanaan manajemen risiko dalam suatu perusahaan.

5
d. Memberikan keamanan pekerjaan
Manajer harus memiliki kemampuan memahami, menganalisa, dan
menangani risiko. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik dapat
membantu menyelamatkan perusahaan.
C. Tujuan Manajemen Risiko
Tujuan dari manajemen resiko ialah untuk menjamin bahwa suatu perusahaan
atau organisasi dapat memahami, mengukur, serta memonitor berbagai macam
risiko yang terjadi dan juga memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
dapat mengendalikan berbagai macam risiko yang ada. Agar pelaksanaan bisa
berjalan dengan lancar maka perlu adanya dukungan dalam menyusun kebijakan
dan pedoman manajemen risiko sesuai dengan kondisi perusahaan.
Secara khusus, tujuan dari manajemen risiko ialah:
a. Menyediakan informasi mengenai risiko kepada pihak regulator.
b. Meminimalkan kerugian dari berbagai risiko yang uncontrolled.
c. Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang
berkesinambungan.
d. Biaya manajemen risiko (risk management) yang efisien dan efektif.
e. Memberikan rasa aman.
f. Agar pendapatan perusahaan stabil dan mampu memberikan kepuasan bagi
pemilik dan pihak lain.
D. Prinsip Manajemen Risiko
a. Perumusan tujuan
Kejelasan visi dan misi perusahaan menjadi pedoman untuk menentukan
langkah-langkah rasional dan strategi yang harus ditempuh, salah satunya
yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan risiko perusahaan
melalui langkah-langkah antisipasi risiko secara umum yang bertujuan untuk
menghindari segala bentuk pemborosan.

6
b. Kesatuan arah
Dalam menjalankan suatu kegiatan dalam perusahaan, maka harus
mempunyai tujuan yang sama dengan yang diarahkan oleh pimpinan. Dalam
buku prinsip-prinsip manajemen dikatakan, seorang karyawan yang bekerja di
salah satu bagian hanya menerima instruksi mengenai kegiatan tertentu dari
seorang kepala bagian yang menjadi atasannya.
c. Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang
Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang dalam sebuah perusahaan
perlu dilakukan sehingga setiap unit mengetahui secara jelas wewenang dan
tanggung jawab yang diembannya. Tujuan dari pendelegasian wewenang
adalah untuk mencapai hasil akhir yang maksimal sesuai yang diinginkan
dengan mendelegasikan sebagian tugasnya pada bawahan.
d. Koordinasi
Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen atau proses
pengintegrasian, sinkronisasi, serta penyederhanaan pelaksanaan tugas yang
terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Adanya koordinasi diharapkan tidak terjadi pekerjaan yang tumpang
tindih. Tanpa koordinasi, maka sulit didapatkan tujuan perusahaan yang
efektif dan efisien.
e. Pengawasan
Dengan adanya prinsip pengawasan, maka dapat diketahui tentang hasil
yang telah dicapai. Pengawasan dapat berfungsi untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pengawasan harus dilakukan guna menghindari penyalahgunaan wewenang.

7
E. Manajemen Risiko dalam Islam
Ajaran Islam terdiri dua kaidah ada kaidah ibadah dan ada kaidah muamalah,
dalam hal ibadah jangan kerjakan kecuali ada perintah. Sementara dalam hal
muamalah kaidah dasarnya adalah halal dan diperbolehkan, kecuali jika ada dalil
yang melarang.
Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji dari
kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah mimpi
sang raja termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf:43 sebagai berikut:
Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): ’Sesungguhnya
aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan
oleh tujuh ekor sapi sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum)
yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.’Hai orang-orang yang
terkemuka: ’Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu
dapat mena’birkan mimpi.’(QS. Yusuf: 43).
Sedangkan kisah Yusuf mentakwilkan mimpi sang raja dijelaskan dalam al-
Qur’an Surat Yusuf:46-49 sebagai berikut:
(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai
orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor
sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina
yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya
yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya.Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun
(lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu
biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.Kemudian sesudah itu
akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.Kemudian setelah itu akan datang tahun yang
padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka
memeras anggur." (QS. Yusuf: 46-49)

8
Dari kisah yang di gambarkan dalam alqur’an tersebut, bisa fahami bahwa
pada tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan
suatu risiko yang menimpa negeri Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi
sang raja yang kemudian ditakwilkan oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah
melakukan pengukuran dan pengendalian atas risiko yang akan terjadi pada tujuh
tahun kedua tersebut. Hal ini dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada
rakyat seluruh negeri untuk menyimpan sebagian hasil panennya pada panenan
tujuh tahun pertama demi menghadapi paceklik pada tujuh tahun berikutnya.
Dengan demikian maka terhindarlah bahaya kelaparan yang mengancam negeri
Yusuf tersebut. Sungguh suatu pengelolaan risiko yang sempurna. Proses
manajemen risiko diterapkan Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi
dan pengukuran, dan pengelolaan risiko.
Pada dasarnya Allah SWT mengingatkan manusia atau suatu masyarakat,
dimana ada kalanya dalam situasi tertentu mempunyai aset dan modal yang kuat,
namun suatu saat akan mengalami kesulitan. Hanya saja bagaimana mengatasinya
dalam menghadapi kesulitan maka kita harus menyiapkan untuk perhitungan dan
pandangan yang luas.
Secara filsafati, demi melihat kisah Yusuf atas negerinya itu maka sejatinya
manusia itu akan selalu menginginkan suatu kepastian, bukan suatu
kemungkinan. Manusia akan selalu menginginkan kestabilan, bukan fluktuatif.
Dan hanya ada satu dzat yang maha pasti dan maha stabil, yaitu Allah SWT.
Ketika manusia berusaha untuk memperoleh kepastian sejatinya dia sedang
menuju Allah SWT. Ketika manusia berusaha untuk menjaga kestabilan,
sesungguhnya dia sedang menuju Allah SWT. Hanya Allah SWT yang stabil,
tetap, abadi dan pasti, mutlak. Oleh karena itu, ketika manusia berusaha
memenuhi segala hal dalam manajemen risiko, mengatur semua hal yang terkait
dengan risiko, sejatinya manusia itu sedang memenuhi panggilan Allah SWT
Pada ayat lain yang berkenaan dengan penempatkan investasi serta
manajemen risiko dalam pertimbangan yang penting, ialah surat Lukman:34

9
Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari
Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Lukman: 34)
Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 34 secara tegas Allah SWT menyatakan
bahwa, tiada seorangpun di alam semesta ini yang dapat mengetahui dengan pasti
apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, sehingga
dengan ajaran tersebut seluruh manusia diperintahkan untuk melakukan investasi
sebagai bekal dunia dan akhirat. Serta diwajibkan berusaha agar kejadian yang
tidak diharapkan, tidak berdampak pada kehancuran fatal terhadapnya
(memitigasi risiko).
Dalam Hadits juga dikisahkan, salah seorang sahabat Rasulullah Saw.yang
meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan
lain-lain, lalu ditinggalkan. Beliau s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu
ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah Saw.
tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda, "Ikatlah dulu lalu
bertawakkallah." Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih dahulu adalah salah dan
keliru menurut pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan
oleh agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berupaya dan
berusaha serta bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di
muka rumah, setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah
dikunci itu masih juga hilang misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan
agama orang itu sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya
jangan sampai hilang. Makna tawakal ini yang diartikan sebagai manajemen
risiko.

10
Islam memberi ajaran untuk mengatur posisi risiko dengan sebaik-baiknya,
sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan untuk melakukan aktivitas
dengan perhitungan yang sangat matang dalam menghadapi risiko.
Dalam usahanya mencari nafkah, seorang muslim dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian terhadap apa yang terjadi. Kita boleh saja merencanakan suatu
kegiatan usaha atau investasi, namun kita tidak bisa memastikan apa yang akan
kita dapatkan dari hasil investasi tersebut, apakah untung atau rugi. Hal ini
merupakan sunnatullah atau ketentuan Allah seperti yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw.
F. Mengelola Risiko
Ada beberapa cara dalam mengelola risiko diantaranya
a. Menghindari risiko. Salah satu cara dalam mengendalikan suatu risiko
murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan dari exposure
terhadap risiko dengan langkah menolak memiliki, menerima atau
melaksanakan kegiatan walaupun hanya untuk sementara dan menyerahkan
kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan
begitu diketahui mengandung risiko.
b. Mengendalikan kerugian. Langkah yang dilakukan untuk mengendalikan
kerugian dengan berusaha menguraikan dan merendahkan kans (chance)
untuk terjadinya kerugian. Program pengurangan kerugian bertujuan untuk
mengurangi keparahan potensial dari kerugian.
c. Pemisahan, agar risiko dapat dikurangi dilakukan dengan pemisahan
yaitu:menyebabkan harta yang menghadapi risiko yang sama, menggantikan
penerapan dalam suatu lokasi. Misalnya, perusahaan taksi menempatkan
taksinya tidak hanya satu tempat, tetapi di beberapa tmpat. Dengan
demikian tujuan pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kemungkinan
kerugian untuk satu peristiwa yang sama.Dengan betambahnya independent
exposure unit, maka probabilitas kerugian dapat diperkecil. Jadi,

11
memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugianyang
mungkin akan dialami.
d. Kombinasi atau pooling adalah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang
akan dialami lebih dapat diramalkan sehingga risiko adalah dengan
pengembangan internal. Misalnya, perusahaan angkutan memperbanyak
jumlah truknya, satu perusahaan merger dengan perusahaan lain: perusahaan
asuransi mengkombinasikan risiko murni dengan jalan menanggung risiko
sejumlah besar orang atau perusahaan.
e. Memindahkan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara: pertama, harta milik
atau kegiatan yang menghadapi risiko dipindahkan kepada pihak lain, baik
dinyatakan dengan tegas maupun dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Contohnya perusahaan yang menjual gedungnya, maka dengan sendirinya
telah memindahkan risiko yang berhubungan kepemilikan gedung tersebut
kepada pemilik yang baru. Kedua, memindahkan risiko, contohnya pada
kasus penyewaan rumah, di mana pemilik rumah mengalihkan kepada
penyewa berkenaan dengan tanggung jawab kerusakan gedung karena
kealpaan penyewa. Ketiga, suatu risk financing transfer dapat menciptakan
suatu loss exposure untuk transferee. Pembatalan perjanjian oleh transferee,
dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer. Dengan
pembatalan tersebut, transferee tidak bertanggung jawab secara hukum
untuk kerugian yang semula telah disetujui untuk dibayar. Dan apabila
berhutang yaitu sesuatu yang wajib dibayar sesuai dengan perjanjian waktu
yang telah disepakati. Dan setiap orang yang berhutang harus segera
menepati janji untuk membayar hutang untuk diminta pertanggung jawaban,
dan tidak membebankan hutangnya tersebut kepada orang lain. Dalam fiqih
muamalah yaitu pemindahan hutang (hiwalah)

12
f. Menanggung risiko sendiri pada dasarnya adalah melakukan asuransi
sendiri. Hal ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa kemungkinan
risiko tersebut terjadi adalah sangat kecil kalaupun terjadi maka kerugian
finansial yang diderita tidak berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan.
Alasan lain untuk menanggung risiko sendiri adalah untuk menghimpun
dana atau tidak tersedianya cukup dana untuk membayar premi asuransi.
Contohnya adalah jika terjadi kerugian atau bencana yang akan
mengakibatkan beban berat bagi keuangan perusahaan. Perusahaan yang
memiliki untuk mengelola risiko itu, akan membentuk dana cadangan
(funding) guna menghadapi kerugian yang harus dihadapi di masa yang
akan datang.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia di berikan fitrah untuk berusaha yang sering di sebut dengan ikhtiar.
Salah satu ikhtiar adalah bagaimana mengeliminir resiko yang secara fitrah
beriring dengan masalah yang di hadapi manusia. Mengengola resiko dengan
fitrah dan bagian dri ibadah salah satu mngelola resiko alam kehidupan sehari hari
adalah dengan asuransi syariah. Prinsip taawun merupakan solusi yang bijak
dalam mengelola resiko bagi kehidpan seorang muslim.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, R. (2018). PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PERBANKAN


SYARIAH (Studi Kasus Pada Bank Muamalat & Bank Syariah Mandiri Cabang
Kota Ternate). Jurnal Mitra Manajemen, 2(6), 597–609.
https://doi.org/10.52160/ejmm.v2i6.162

Suparmin, A. (2019). Manajemen Resiko Dalam Perspektif Islam. El-Arbah: Jurnal


Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 2(02), 27–47.
https://doi.org/10.34005/elarbah.v2i02.551

https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-risiko/. Diakses pada 11 November


2021

15

Anda mungkin juga menyukai