Disusun Oleh:
KELAS B
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sistem keuangan dan ekonomi syariah
yang berjudul “Akuntansi, audit dan perpajakan lembaga keuangan syariah".
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Dr.
Miftahul Huda, S.Ag., M.A pada mata kuliah Sistem Keuangan dan Ekonomi Islam. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Akuntansi, audit dan
perpajakan lembaga keuangan syariah” bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Miftahul Huda, S.Ag., M.A
selaku dosen mata kuliah Sistem Keuangan dan Ekonomi Islam yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang membacanya.
Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena, itu
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4
A. Latar brlakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. AKUNTANSI SYARIAH.............................................................................................6
1. Definisi auditing................................................................................................................12
2. Sejarah Audit Syariah.......................................................................................................13
3. Macam-macam audit syariah...........................................................................................14
4. Sebab-sebab pentingnya audit syariah............................................................................16
5. Tujuan dan manfaat audit syariah...................................................................................16
6. Bukti audit Syariah...........................................................................................................17
7. Program Atau Prosedur Audit Syariah...........................................................................18
C. PERPAJAKAN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM.....................................................19
Kesimpul.................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar brlakang
Seperti halnya zakat yang merupakan rukun Islam, umat Islam sejak
abad pertama hijriyah sebenarnya telah mengenal bahasa pajak dengan sebutan
kharraj (pajak hasil bumi atau bangunan). Sedangkan pajak dengan pengertian
umum disebut dharibah yangdalam bahasa Inggrisnya di kenal dengan Tax.
Dalam Islam Pajak terdiri dari Kharraj, Usyur atau lebih dikenl dengan pajak
perdagangan/bea cukai dan jizyah yaitu pajak yang dikenakan terhadap non
muslim yang hidup di dalam nungan Negara/pemerintah Islam. Dengan
demikian apabila ada pendapat yang menyatakan bahwa pajak tidak ada dalam
Islam maka pandangan tersebut memiliki landasan yang lemah.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi Syariah ?
2. Apa yang dimaksud dengan audit ?
3. Apa yang dimaksud dengan perpajakan Lembaga keuangan islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi Syariah
2. Mengetahui yang dimaksud dengan audit
3. Mengetahui yang dimaksud dengan perpajakan Lembaga keuangan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKUNTANSI SYARIAH
1. Sejarah Singkat Lahirnya Akuntansi Syariah
Pada dasarnya, akuntansi merupakan ilmu yang mencoba mengubah
bukti dan data menjadi informasi. Hal ini dilakukan dengan cara pengukuran
atas berbagai transaksi dan dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos
keuangan, seperti aktiva, utang, modal, pendapatan dan beban. Dalam konsep
syariah Islam, akuntansi bisa digambarkan sebagai kumpulan dasar-dasar
hukum yang permanen, disimpulkan dari nilai-nilai syariah Islam dan
digunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan.Akuntansi syariah pun
memiliki kesamaan penyusunan dengan akuntansi konvensional, terutama
dalam teknik dan operasionalnya. Pemakaian buku besar, sistem pencatatan
dan proses penyusunan dalam akuntansi syariah sama dengan akuntansi
konvensional. Tetapi, pembahasan substansi dari isi laporannya akan berbeda
karena perbedaan filosofi antara kedua jenis akuntansi tersebut.
Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tentu tidak terlepas dari
perkembangan agama Islam. Kewajiban mencatat transaksi non tunai
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 282, mendorong seluruh
umat Islam untuk mencatat dan membangun tradisi mencatat di kalangan
umat muslim yang menjadi salah satu faktor pendorong kerjasama ketika
zamannya. Hal itu sekaligus bukti bahwa ilmu akuntansi sudah lama
dipraktekkan menggunakan nilai-nilai ajaran Islam, seperti istilah jurnal yang
dahulu dikenal sebagai jaridah, yakni buku catatan keuangan yang digunakan
selama masa khalifah Islam. Ada pula istilah double entry yang ditulis oleh
Luca Pacioli. Artinya, Islam lebih dulu mengenal sistem akuntansi karena Al-
Qur’an telah turun pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih dulu dari Luca
Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494. Pada abad ke-7,
Rasulullah SAW mulai mendirikan Baitul Maal yang fungsinya sebagai
penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan pajak pertanian dari
muslim. Selain itu, Baitul Maal ini juga berfungsi ketika adanya perluasan
wilayah atau jizia sebagai pajak perlindungan dari non muslim dan adanya
kharaj sebagai pajak pertanian dari non muslim.
Hak adalah segala sesuatu tang harus diperoleh setiap orang yang sudah
ada sejak lahir, bahkan sebelum kahir. hak juga merupakan sesuatu hal
yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu sesuai ketentuan atau undang-undang, kekuasaan yang benar atau
menuntut sesuatu, derajat maupun martabat.
Dalam hal ini, informasi keuangan yang dilaporkan terkait dengan posisi
keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
sabgat berguna bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan.
c. Prinsip kebenaran
Akuntansi syariah juga memiliki prinsip kebenaran yang berkesinambungan
dengan prinsip keadilan. Adanya prinsip kebenaran ini akan menciptakan
keadilan dalam mengankui, mengukur dan melaporkan setiap transaksi
ekonomi. Karena, pengakuan, pengukuran dan pelaporan transaksi
keuangan akan berjalqn baik bila memiliki rasa kebenaran.
B. AUDIT
1. Definisi auditing
1. Auditor internal
Auditor internal lebih rinci melakukan pemeriksaan daripada auditor
eksternal. Auditor internal tidak memeberikan opini terkait laporan
keuangan yang wajar sebab perannya tidak independen dalam perusahaaan.
Laporan auditor internal mencakup pemeriksaan terkait perekomendasian
perbaikan, kelemahan pengendalian internal, penyimpangan, serta
kecurangan. Audit internal dibedakan menjadi:
a) Tata lembaga keuangan Islam dan Komite audit. Tugasnya yakni
memiliki tanggung jawab akan beberapa fungsi seperti, praktik audit dan
akuntansi, rekening tahunan dan sementara, kepatuhan syariah,
penggunaan rekening investasi terbatas dan sistem pengendalian
internal.
b) Dewan pengawas syariah memegang tanggung jawab dalam
merumuskan kebijakan sesuai akan syariat, pengeluaran fatwa, serta
mendukung syariah terhadap jasa serta produk pada lembaga keuangan
syariah. Peranan dasarnya yakni untuk stamping dan persetujuan
otoritas. Dewan syariah memiliki fungsi utama yakni sebagai pemberi
saran serta penasehat direksi bursa penyelenggara pasar komoditas
syariah terkait aspek syariah penyelanggaraan pasar komoditas syariah.
c) Tanggung jawab auditor internal yakni menjalankan audit internal serta
guna memastikan seluruh kontrak dan transaksi dilaksanakan serta
memastikan bahwa lembaga keuangan patuh akan syariat. Petugas
syariah juga dimiliki oleh lembaga-lembaga keuangan islam di mana
melakukan kerjasama dengana auditor internal atau bahkan petugas
syariah ini anggota dari auditor inernal.
2. Auditor eksternal
Tanggung jawab dari auditor eksternal yakni guna menyampaikan
pendapatnya apakah kontrak serta transaksi dalam syariah, pedoman,
peraturan, serta kebijakan. Di mana audtor eksternal serta internal juga
memiliki tanggung jawab untk menguji seberapa patuhnya lembaga
keuangan syariah. Sisi lainnya masih berlangsungnya perdebatan terkait
siapakah yang harus melaksanakan audit syariah. Sebuah penelitian dari
Kasim menghasilkan, mayoritas responden lebih menyukai praktik
syariah audit dari mereka yang memenuhi persyaratan syariat saja.
Sisanya menginginkan audit syariah dipegang auditor internal atau
anggota komite syariah atau department syariah. Price water house
coopersip oleh yacoob dan donglah memaparkan, sebagai mana diikuti
fungsi audit syariah wajib dijalankan auditor internal dengan syariat
terkait keterampilan serta pengetahuan yang mumpuni. Tujuan
utamanya ialah guna memastikan kepatuhan syariah serta keefektifan
system pengendalian internal. Internal auditor dapat juga turut serta
keahlian lembaga keuangan petugas syariah dalam mengaudit, dengan
ketentuan tidak terganggunya objektivitas audit. Lembaga keuangan
islam dalam melaksanakan audit syariah bisa juga menunjuk pihak
eksternal.
pihak luar, observasi oleh auditor, dan transaksi data elektronik. Audit syariah
akan mengembangkan program audit yang sistematis dan komprehensif
(Harahap, 2007).
Mukhairik,Rbbi Bani Nadhir, yang telah masuk Islam. Ia memberikan tujuh kebunnya
kepada Rasulullah Saw. Dan oleh Rasulullah Saw. Dijadikan sebagai tanah
sedekah.Waqaf ini kemudian diikuti oleh kaum muslimin pada umumnya
selama berabad-abad,
5) Zakat
sumber penerimaan utama negara pada masa awal Islam adalah zakat. Zakat
yang dikumpulkan berbentuk uang tunai (dirham dan dinar), hasil pertanian
dan binatang ternak. Zakat yang pertama diwajibkan adalah zakat fitrah yang
diwajibkan pada tahun kedua hijriah. Zakat fitrah tersebut diwajibkan setiap
bulan Ramadhan. Jumlah yang harus dikeluarkan satu sha‟ dan dibayar
sebelum shalat hari raya Idul fitri. Pada masa periode sebelumnya (periode
makkah) dan pada awal hijrah, pendapatan umat Islam masih sangat dikit
sekali. Sehingga pada saat ini pembayaran zakat hanya bersifat imbauan.
Menurut salah satu riwayat zakat fitrah mulai diwajibkan pada tahun
kesembilan hijriah, dan pada tahun kelima hijriah. Adapula yang berpendapat
bahwa zakat fitrah telah diwajibkan pada masa periode makkah.Meskipun
demikian, sebelum diwajibkan zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan
khusus atau ketentuan hukum. Pengaturan tentang pengeluaran zakat muncul
pada tahun kesembilan hijriah ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah negara
berekspansi dengan cepat dan berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan
yang disusun meliputi sistem pengumpulan zakat, barang-barangyang dikenai
zakat, batas-batas zakat, dan tingkat prosentase zakat untuk barang yang
berbeda-beda.Pada masa permulaan islam zakat ditarik dari seluruh pendapatan
utama yaitu perdagangan, kerajinan, pertanian, perkebunan dan peternakan.
6) Jizyah
Penerimaan negara lain yang berasal dari sektor jizyah yang dibayarkan oleh
kaum non-Muslim khususnya ahli kitab untuk jaminan perlindunga jiwa,
properti, ibadah dan bebas dari kewajiban militer. Pada masa Rasulullah Saw,
besarnya jizyah satu dinar pertahun untuk oraang dewasa yang mampu
membayarnya. Sementara perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orang
tua, orang gila dan orang yang menderita sakit dibebaskan dari kewajiban ini.
Pembayaran tersebut tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat juga beruap
barang atau jasa. Sistem ini berlangsung hingga masa khalifah Harun al-Rasyid
(170- 193 H).
7) Kharaj
Pada tahun ketujuh hijriah, kaum muslimin berhasil menaklukan khaibar.
Penduduk rasulullah khaibar diharuskan mnyerahkan setengah dari hasil
pertanian mereka kepada Rasulullah Saw, yang digunakan untuk kepentingan
umum. Hal ini berlangsung terus selama kepemimpinan Rasulullah dan Abu
Bakar. Pajak inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kharaj atau pajak
tanah. Kharaj merujuk kepada pendapatan yang diperoleh dari biaya sewa atas
tanah pertanian dan hutan milik umat. Jika tanah yang diolah dan kebun buah-
buahan yang dimiliki kaum non-Muslim jatuh ketangan umat Islam akibat
kalah dalam pertempuran, aset tersebut menjadi bagian kekayaan publik umat
Islam Karena itu, siapaun yang ingin mengolah tanah tersebut harus membayar
sewa. Pendapatan dari sewa inilah yang termasuk dalam ruang lingkup kharaj.
Jika konfrontasi antara kaum Muslim dengan orang kafir berakhir damai, maka
mereka membuat perjanjian damai untuk menentukan apakah lahan yang
diolah tetap menjadi milik orang kafir ataukah diserahkan kepada kepada kaum
muslim. Dalam kasus ini untuk mempertahankan hak miliknya, orang-orang
kafir biasanya membayar kharaj yang memiliki karakteristik pajak dan bukan
sewa karena tanah tersebut masih menjadi miliknya. Jika tanah tersebut
menjadi milik kaum Muslim pajak tanah yang ditarik dipandang sebagai
ongkos sewa atas tanah tersebut.
8) Usyur
Kesimpul
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-kelebihan-sistem-akuntansi-syariah/
https://www.kompasiana.com/embun11/5a1ecce8d0bef50e8176fd32/isu-dan-tantangan-audit-di-
lembaga-keuangan-islam-mathew-kevin-bosil-melissa-della-joy-sabah-malaysia?
page=1&page_images=1
http://repository.uinbanten.ac.id/1452/3/BAB%20II%20skripsi%20Kholid%202017.pdf