Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Sejarah Pemikiran Imam Al-Maghrizi, Nasiruddin Thusi,


Syah Waliullah dan Muhammad Iqbal

Dosen Pengampu: Dr. Miftahul Huda, S.Ag., M.A.

Disusun Oleh:

Muhammad aqsa fernandi (2001046033)


Alyandita Zahra Asy-Syifa (2001046028)
Istiqomah nur hazizah (2001046036)
Nahdya Tri Shafira (2001046010)
Atika Fadhilah (2001046052)
Dian Lestari (2001046061)

KELAS B

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki
dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan- bahan materi
makalah ini dari beberapa sumber. Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan
berbagai macam bahan tentang Sejarah Pemikiran Imam Al maghrizi, nasiruddin thusi, syah
waliullah dan muhammad iqbal.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon
maaf yang sebesar besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

Samarinda,11 November 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

C. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Imam Al-maghrizi

1. Biografi Al-maghrizi ........................................................................................... 3

2. Karya- karya Al-maghrizi .................................................................................. 4

3. Pemikiran Ekonomi Al maghrizi ........................................................................ 5

a. Sejarah dan fungsi uang.................................................................................5

b. Implikasi penciptaan mata uang buruk..........................................................7

c. Konsep daya beli............................................................................................7

d. Teori inflasi....................................................................................................7

B. Imam Nasiruddin Thusi

1. Biografi Nasiruddin thusi.....................................................................................8

2. Karya-Karya nasiruddin .....................................................................................10

3. Pemikiran Ekonomi Nasiruddin thusi thusi.......................................................13

iii
C. Imam syah waliullah

1. Biografi Syah waliullah......................................................................................15

2. Karya-Karya Syah waliullah...............................................................................16

3. Pemikiran Ekonomi Syah waliullah....................................................................18

D. Muhammad Iqbal

1. Biografi muhammad Iqbal .................................................................................19

2. Pemikiran Muhammad Iqbal ..............................................................................20


BAB III PENUTUP

Kesimpulan..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...….24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah ekonomi islam bersumber dari al-quran dan sunnah. Al-quran sebagai firman allah
swt diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW.dan sunnah sebagai pengamalandan penjelasan
praktis yang mengandung sejumlah ajaran dan prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku untuk
berbagai kondisi. Pemikiran adalah produk dari ide atau pikiran manusia, sedangkan ajaran al-
quran dan kenabian merupakan wujud penjelasan ilahi. oleh karna itu, interpretasi manusia,
kesimpulan dan penerapan mereka dalam berbagai perubahan zaman , ruang, dan kondisi
membentuk tubuh pemikiran ekonomi dari orang-orang islam. Para cendikiawan muslim
menerima ajaran-ajaran ekonomi al-quran dan sunnah sebagai dasar dan titik awal. Kemudian,
mereka menggunakan argumentasi tertentu dan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang bersal
dari sumber-sumber islam untuk memcahkan masalah yang muncul dalam kondisi yang
berubah secara historis dan ekonomi. Mereka tidak pernah ragu ragu untuk mengambil manfaat
dari pengalaman negara-negara lain. Lebih kurang proses ini terus berlanjut sepanjang sejarah
islam.

Untuk itu, pada penyusunan makalah ini penuliskan akan menjabarkan terkait pemikiran
ekonomi dari tokoh-tokoh besar yaitu al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah,
Muhammad Iqbal, sehingga dapat diketahui bagaimana pemikiran dari mereka . mengenai
materi pembahasan disini penulis akan menjabarkan mengenai biografi al-maghrizi,
Nasiruddin thusi, syah Waliullah, Muhammad Iqbal, pemikiran al-maghrizi, Nasiruddin thusi,
syah Waliullah, Muhammad Iqbal serta karya karya al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah
Waliullah, Muhammad Iqbal

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah, Muhammad Iqbal
semasa hidupnya ?

2. Bagaimana pemikiran al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah,


Muhammad Iqbal terhadap perekonomian?
3. Apa saja karya-karya al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah, Muhammad
Iqbal ?

C. Tujuan
1. Mengetahui kisah dan perjalanan hidup al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah
Waliullah, Muhammad Iqbal
2. Mengetahui pemikiran al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah,
Muhammad Iqbal terhadap perekonomian.
3. Mengetahui karya-karya al-maghrizi, Nasiruddin thusi, syah Waliullah Muhammad
Iqbal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. IMAM AL MAGHRIZI
1. BIOGRAFI AL MAGHRIZI
Al Maqrizi memiliki nama lengkap yaitu Taqiyuddin Abu Abbas bin Ali bin Abdul
Qodir Al Husaini. Pada tahun 766 H (1364-1365) beliau dilahirkan di desa Barjuwan-
Kairo. Beliau dikenal Al Maqrizi karena keluarganya berasal dari desa yang terletak di
kota Ba’labak yang disebut desa Maqarizah.
Pendidikan masa kecil sampai remaja Al Maqrizi ditanggung oleh kakeknya dari
pihak bu yang bernama Hanafi bnu Sa’igh, beliau menganut Madzhab Hanafi.
Ditanggungnya pendidikan beliau oleh kakeknya, karena kondisi perekonomian ayah
beliau yang lemah. Bermula dari kakeknya yang menganut Madzhab Hanafi
menyebabkan Al Maqrizi tumbuh dan menganut Madzhab tersebut. Pada tahun 786 H
(1384 M) beliau berpindah ke Madzhab Syafi’i, hal ni pun terjadi setelah kakeknya wafat.
Bahkan, pemikirannya berkembang cenderung menganut Madzhab Zhahiri.(Karim, 2016)
Sebutan Al Maqrizi berasal dari Maqarizah yang merupakan tempat terpencil dari kota.
Aktivitas-aktivitas lmiah yang sering kali beliau lakukan semasa kecilnya adalah rihlah
lmiah seperti mendalami fiqih, hadits, dan sejarah para ulama besar yang hidup pada
zamannya. Salah satu ulama terkenal yang sangat mempengaruhi pemikirannya Ibnu
Khaldun, beliau adalah ulama besar juga seorang penggagas lmu sosial dan ekonomi.
Proses perjalanan keilmuan Al Maqrizi kepada bnu Khaldun dimulai pada saat
bnu Khaldun menetap di Kairo dan menjabat sebagai hakim agung (qadhi al qudah)
Madzhab Maliki pada masa pemerintahan Sultan Barquq (784-801). Pada masa
pemerintahan Dinasti Mamluk yang bertepatan pada tahun 788 H (1386 M), beliau
memulai perannya sebagai pegawai di Diwan Al nsya semacam sekretaris negara dan saat
tu beliau berusia 22 tahun. (Janwari, 2016) Selanjutnya, a diangkat menjadi mam masjid
Jami’ Al Hakim, khatib di masjid Jami’ ‘Amr dan Madrasah Sultan Hasan, menjadi guru
hadits di Madrasah Al Muayyadah, dan diangkat menjadi wakil qadi di kantor hakim
agung madzhab Syafi’i. Pada tahun 791 H (1389 M), beliau diangkat oleh Sultan Barquq
menjadi muhtasib di Kairo. Jabatan di emban selama dua tahun dan pada masa ini juga,
beliau mulai banyak bersentuhan dengan berbagai permasalahan perdagangan, pasar, dan
mudharabah. Sehingga perhatian beliau terfokus pada harga-harga yang berlaku, kaidah-
kaidah timbangan, dan asal-usul uang.

3
Kata Mudharabah merupakan istilah yang dipakai oleh penduduk rak, sedangkan
penduduk Hijaz menyebutnya dengan stilah qiradh atau muqaradhah. Sedangkan definisi
mudharabah dan qiradh memiliki makna yang sama. Secara harfiah asal kata mudharabah
yaitu ad darbu (berjalan atau bepergian). (Suhendi, 2016) 145Pada saat bekerja di rumah
sakit An Nuri kota Damaskus, Al Maqrizi diangkat menjadi pelaksana administrasi wakaf
di Qalansiyah pada tahun 811 H (1408 M). Pada tahun yang sama juga, beliau menjadi
seorang tenaga pengajar (guru) di Madrasah Asyrafiyyah dan Madrasah qbaliyyah.
Selanjutnya, Al Maqrizi mendapatkan tawaran dari Sultan Al Malik An Nashir Faraj bin
Barquq (1399-1412 M) untuk menjabat wakil pemerintah Dinasti Mamluk, namun
tawaran tersebut ditolak olehnya.
Kemudian, Al Maqrizi kembali ke Kairo setelah sekitar 10 tahun tinggal di
Damaskus. Pada saat tu juga, beliau mengundurkan diri sebagai pegawai pemerintah dan
menghabiskan waktunya demi lmu. Pada tahun 834 H (1430 M), beliau dengan
keluarganya melaksanakan badah haji dan menetap di Mekah selama beberapa waktu
untuk memperdalam ilmu, mengajarkan hadits, dan menulis sejarah. Lima tahun
kemudian, Al Maqrizi pulang ke kampung kelahirannya yaitu desa, Barjuwan, Kairo. Di
tempat kelahirannya, beliau aktif mengajar dan menulis, terutama menulis tentang sejarah
slam, sampai terkenal sebagai sejarawan besar pada abad ke-9 Hijriyah. Pada tanggal 27
Ramadhan 845 H yang bertepatan dengan tanggal 9 Februari 1442 M, beliau meninggal
dunia di Kairo.
Al Maqrizi lebih dikenal sebagai Al Maqrizi atau Makrizi yang merupakan
seorang sejarawan Mesir. Meskipun al maghrizi adalah seorang sejarawan Mamluk dan
dirinya seorang Muslim Sunni, tetapi dalam konteks ini dia luar biasa tajam di Dinasti
smaili Fatimiyah dan perannya dalam sejarah Mesir.

4
2. KARYA KARYA AL-MAGHRIZI
Banyak karya yang telah Al Maqrizi ciptakan, karena selama hidupnya, beliau
produktif menulis berbagai lmu, terutama sejarah slam. Karya-karya yang telah beliau
ciptakan berupa buku kecil maupun buku besar yang berjumlah lebih dari seratus buku.
Buku-buku kecil yang telah beliau tulis memiliki urgensi yang khas serta menguraikan
berbagai macam lmu yang tidak terbatas pada tulisan sejarah.
Di antara buku-buku yang telah Al Maqrizi ciptakan yaitu pertama, buku yang
membahas beberapa peristiwa sejarah slam umum; kedua, buku yang berisi ringkasan
sejarah beberapa penjuru dunia slam yang belum dibahas oleh para sejarawan lainnya;
ketiga, buku yang menguraikan biografi singkat para raja; keempat, buku yang
mempelajari beberapa aspek lmu murni atau sejarah beberapa aspek sosial dan ekonomi
di dunia Islam pada umumnya dan di Mesir pada khususnya.

3. SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI IMAM AL MAGHRIZI


Al-maghrizi ada pada fase kedua dalam sejarah pemikiran ekonomi islam, sebuah
fase yang mulai terlihat tanda tanda melambatnya berbagai kegiatan intelektual yang
inovatif dalam dunia islam.. al-maghrizi merupakan pemikir ekonomi islam yang
melakukan studi khusu tentang uang dan inflasi.

KONSEP UANG
Sebagai seorang sejarahwan, Al-Maqrizi mengemukakan beberapa pemikiran tentang
uang melalui penelaahan sejarah mata uang yang digunakan oleh umat
manusia.Pemikirannya ini meliputi sejarah dan fungsi uang, implikasi penciptaan mata
uang buruk, dan daya beli uang.
a) Sejarah dan Fungsi Uang Bagi Al-Maqrizi,
mata uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia
karena, dengan menggunakan uang manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup serta
memperlancar aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, untuk membuktikan validitas
premise-nya terhadap permasalahan ini, ia mengungkapkan sejarah penggunaan mata
uang oleh umat manusia, sejak masa dahulu kala hingga hidupnya berada di bawah
pemerintahan dinasti Mamluk. Menurut Al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun
setelah kedatangan Islam, mata uang digunakan oleh umat manusia untuk menentukan
berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja. Untuk mencapai tujuan ini, mata uang
yang dipakai hanya terdiri dari emas dan perak. Dalam sejarah perkembangannya, Al-

5
Maqrizi menguraikan bahwa bangsa Arab Jahiliyah menggunakan dinar emas dan
dirham perak sebagai mata uang mereka yang masing-masing diadopsi dari Romawi
dan Persia serta mempunyai bobot dua kali lipat di masa Islam. Setelah Islam datang,
Rasulullah saw menetapkan berbagai praktik muamalah yang menggunakan kedua
mata uang tersebut, bahkan mengaitkannya dengan zakat harta. Penggunaan kedua
mata uang ini terus berlanjut tanpa perubahan sedikit pun hingga tahun 18 H ketika
khalifah Umar bin Khattab menambahkan lafazlafaz Islam pada kedua mata uang
tersebut. Perubahan yang sangat signifikan terhadap mata uang ini terjadi pada tahun
76 H. Setelah berhasil menciptakan stabilitas politik dan keamanan, khalifah Abdul
Malik ibn Marwan melakukan reformasi moneter dengan mencetak dinar dan dirham
Islam. Penggunaan kedua mata uang ini terus berlanjut, tanpa perubahan yang berarti,
hingga pemerintahan Al-Mu’tashim, khalifah terakhir dinasti Abbasiyah. Dalam
pandangan Al-Maqrizi, kekacauan mulai terlihat ketika pengaruh kaum Mamluk
semakin kuat dikalangan istana, termasuk terhadap kebijakan pencetakan mata uang
dirham campuran. Pencetakan fulus, mata uang yang terbuat dari lembaga, dimulai
pada masa pemerintahan Dinasti Ayyubiyah, Sultan Muhammad Al-Kamilibn Al-Adil
Al-Ayyubi, yang dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak
signifikan denganrasio 48 fulus untuk setiap dirham-nya. Pasca pemerintahan Sultan
Al-Kamil, pencetakan mata uang tersebut terus berlanjut hingga pejabat di tingkat
provinsi terpengaruh laba yang besar dari aktivitas ini.Kebijakan sepihak mulai
diterapkan dengan meningkatkan volume pencetakan fulus dan menetapkan rasio 24
fulus per dirham. Akibatnya, rakyatmenderita kerugian besar karena barang-barang
yang dahulu berharga ½ dirham sekarang menjadi 1 dirham. Keadaan ini semakin
memburuk ketika aktivitas pencetakan fulus meluas pada masa pemerintahan Sultan
Al-Adil Kitbugha dan Sultan Al-Zahir Barquq yang mengakibatkan penurunan nilai
mata uang dan kelangkaan barang-barang Berbagai fakta sejarah tersebut, menurut Al-
Maqrizi, mengindikasikan bahwa mata uang yang dapat diterima sebagai standar nilai,
baik menurut hukum, logika, maupun tradisi, hanya yang terdiri dari emas dan
perak.Oleh karena itu, mata uang yang menggunakan bahan selain kedua logam ini
tidak layak disebut dengan mata uang. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa keberadaan
fulus tetap diperlukan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan
dan untuk berbagai biaya kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Dengan kata lain,
penggunaan fulus hanya diizinkan dalam berbagai transaksi yang berskala kecil.
Sementara itu, walaupun menekankan urgensi penggunaan kembali mata uang yang

6
terdiri dari emas dan perak, Al-Maqrizi menyadari bahwa uang bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi kenaikan harga-harga. Menurutnya penggunaan mata uang
emas dan perak tidak serta merta menghilangkan inflasi dalam perekonomian karena
inflasi juga dapat terjadi akibat faktor alam dan tindakan sewenang-wenang dari
penguasa.
b) Implikasi Penciptaan Mata Uang Buruk
Al-Maqrizi menyatakan bahwa pencitaan mata uang dengan kualitas yang burukakan
melenyapkan mata uang yang berkualitas baik. Hal ini jelas terlihat ketika ia
menguraikan situasi moneter pada tahun 569 H. Pada masapemerintahan Sultan
Shahaluddin Al-Ayyubi ini, mata uang yang dicetak mempunyai kualitas yang sangat
rendah dibandingkan dengan mata uang yang telah ada diperedaran. Dalam
menghadapi kenyatan tersebut, masyarakat akan lebih memilih untuk menyimpan mata
uang yang berkualitas baik dan meleburnya menjadi perhiasan serta melepaskan mata
uang yang berkualitas buruk ke dalam peredaran. Akibatnya, mata uang lama keluar
dari peredaran. Menurut Al-Maqrizi, hal tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh
pergantian penguasa dan dinasti yang masing-masing menerapkan kebijakan yang
berbeda dalam pencetakan bentuk serta nilai dinar dan dirham. Sebagai contoh, jenis
dirham yang telah ada dirubah hanya untuk merefleksikan penguasa pada saat itu.
Dalam kasus lain terdapat beberapa perubahan tambahan pada komposisi logam yang
membentuk dinar dan dirham. Konsekuensinya,terjadi ketidakseimbangan dalam
kehidupan ekonomi ketika persediaan logam bahan mata uang tidak mencukupi untuk
memproduksi sejumlah unit mata uang. Begitu pula halnya ketika harga emas atau
perak mengalami penurunan.
c) Konsep Daya Beli Uang
Menurut Al-Maqrizi, pencetakan mata uang harus disertai dengan perhatian yang lebih
besar dari pemerintah untuk menggunakan uang tersebut dalam bisnis selanjutnya.
Pengabaian terhadap hal ini, sehingga terjadi peningkatan yang tidak seimbang dalam
pencetakan uang dengan aktivitas produksi dapat menyebabkan daya beli rill uang
mengalami penurunan.
d) Teori Inflasi
Dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah terjadi di Mesir,
Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi merupakan sebuah fenomena alam
yang menimpa kehidupan seluruh masyarakat diseluruh dunia sejak masa dahulu
hingga sekarang.Menurutnya, Inflasi terjadi karena harga-harga secara umum

7
mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan barang
dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat membutuhkannya, harus
mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.

B. IMAM NASIRUDDIN TUSI


1. BIOGRAFI NASIRUDDIN TUSI
Nashiruddin Al-Thusi dikenal sebagai “Ilmuwan serba bisa“ (Multi talented).
Julukan (laqob) itu rasanya amat pantas disandangnya karena sumbangannya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan modern sungguh tak ternilai besarnya. Selama
hidupnya, ilmuwan Muslim dari Persia itu mendedikasikan diri untuk mengembangkan
berbagai ilmu, seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga
ilmu agama islam. Sarjana Muslim yang kemansyhurannya setara dengan teolog dan
filsuf besar sejarah gereja seperti Thomas Aquinas, memiliki nama lengkap Abu Ja’far
Muhammad bin Muhammad bin Al-Hasan Nasiruddin Ath-Thusi. Ia lahir pada tanggal 18
Februari tahun 1201 M / 597 H, di kota Thus yang terletak di dekat Mashed, disebelah
timur lautan Iran. Sebagai seorang Ilmuan yang amat kondang pada zamannya,
Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain, Muhaqqiq, Ath-Thusi, Khuwaja Thusi,
dan Khuwaja Nasir. Nasiruddin lahir pada awal abad ke 13 M, ketika itu dunia islam telah
mengalami masa-masa sulit.
Pada saat itu, kekuatan militer Mongol yang begitu kuat menginvensi wilayah
kekuasaan Islam yang amat luas. Kota-kota Islam dihancurkan dan penduduknya dibantai
habis tentara Mongol dengan sangat kejam. Hal itu dipertegas J.J.O’Connor dan
E.F.Robertson, bahwa pada masa itu, dunia diliputi kecemasan. Hilang rasa aman dan
ketenangan itu membuat banyak ilmuwan sulit untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Nasiruddin pun tak dapat mengelak dari konflik yang melanda
negerinya. Sejak kecil, Nasiruddin digembleng ilmu oleh ayahnya yang berprofesi
sebagai ahli hukum di sekolah Imam Kedua Belas. Selain digembleng ilmu agama di
sekolah itu, Ath-Thusi mempelajari Fiqih, Ushul, Hikmah dan Kalam, terutama
Isyarat-nya Ibnu Sina, dari Mahdar Fariduddin Damad,dan Matematika dari
Muhammad Hasib, di Nishapur. Dia kemudian pergi ke Baghdad di sana, dia
mempelajari ilmu pengobatan dan Filsafat dari Qutbuddin,dan juga Matematika dari
Kamaluddin bin Yunus dan Fiqih serta Ushul dari Salim bin Bardan. Pada tahun 1220
M, invasi militer Mongol telah mencapai Thus dan kota kelahiran Nasiruddin pun
dihancurkan.

8
Ketika situasi keamanan tak menentu, penguasa Islamiyah ‘Abdurahim
mengajak sang ilmuwan untuk bergabung. Tawaran itu tidak disia-siakannya,
Nasiruddin pun bergabung menjadi salah seorang pejabat istana Islamiyah. Selama
mengabdi di istana itu, Nasiruddin mengisi waktunya untuk menulis beragam karyanya
yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya pertamanya
adalah kitab Akhlaq-I Nasiri yang ditulisnya pada tahun 1232 M.Pasukan Mangol yang
dipimpin Hulagu Khan –cucu Chinggis Khan pada tahun 1251 M akhirnya menguasai
Istana Alamut dan meluluhlantakkannya. Nyawa Nasiruddin selamat karena Hulagu
ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu pengetahuan. Hulagu yang dikenal bengis
dan kejam, tapi Nasiruddin diperlakukan dengan penuh hormat. Dia pun diangkat
Hulagu menjadi panesehat dibidang Ilmu Pengetahuan. Meskipun telah m,enjadi
panesehat pasukan Mangol, Nasiruddin tidak mampu menghentikan ulah dan
kebiadapan Hulagu Khan yang membumi hanguskan kota metropolis intelektual dunia
yaitu kota Baghdad, pada tahun 1258 M. terlebih disaat itu, dinasti Abbasiyah berada
dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta’sim yang lemah. Terbukti pada militer Abbasiyah
tak mampu membendung gempuran pasukan Mongol.
Nashiruddin Al Thusi juga dikenal sebagai seorang astrolog handal serta
menguasai matematika. Walaupun keahliannya ini menjadikannya tidak bebas dan
dipaksa bekerja hampir dua puluh tahun sebagai astrolog di sebuah benteng Alamut
dibawah kekuasaan dinasti Nizari-Islamiliyah. Menurut Antony Black, At Thusi tidak
pernah menjadi pengikut Islamiliyah, kendati ide-ide Ismailiyah muncul dalam karyanya,
yang kelihatannya telah diedit sebagian dikemudian hari. Bisa jadi at-Thusi juga menulis
sebuah ringkasan tentang ajaran-ajaran Nizari Islamiliyah yang berjudul ‘Rawdhah
alTaslim’ atau Tashawurat. Dalam pemikiran agama, al-Tusi mengadopsi ajaran-ajaran
neo-Platonik Ibn Sina dan Suhrawardi, yang keduanya ia sebut, demi alasan-alasan
taktis, “orang bijak” (hukuma) bukan sebagai Filsuf. Akan tetapi, berbeda dari Ibn Sina,
ia berpendapat bahwa eksistensi Tuhan tidak bisa dibuktikan, akan tetapi sebagaimana
doktrin Syiah, manusia membutuhkan pengajaran yang otortatif, sekaligus filsafat. Ini
menunjukkan kecenderungan teologi mistisnya.
Dalam pemikiran politik, al Tusi cenderung menyintesiskan ide-ide Arsatoteles
dan tradisi Iran. Ia menggabungkan filsafat dengangenre Nasehat kepada Raja,
sehingga ia tetap memelihara hubungan antara Syiah dan filsafat. Buku etika-nya
disajikan sebagai sebuah karya filsafat praktis. Karya ini membahas persoalan individu,
keluarga, dan komunitas kota, provinsi, desa atau kerajaan. Pembahasan bagian I

9
menggunakan etika Miskawaih, bagian II menggunakan ide Bryson dan Ibn Sina, dan
bagian III menggunakan pemikiran Al Farabi. Nasiruddin Al Tusi bermaksud
menyatukan filsafat dan fikih berdasarkan pemikiran bahwa perbuatan baik mungkin
saja didasarkan atas fitrah atau adat. Fitrah memberikan manusia prinsip-prinsip baku yang
dikenal sebagai pengetahuan batin dan kebijaksanaan. Sedangkan adat merujuk pada
kebiasaan komunitas, atau diajarkan oleh seorang nabi atau imam, yaitu hukum
Tuhan, dan ini merupakan pokok bahasan fikih. Keduanya dibagi lagi menjadi
norma-norma untuk 1). Individu, 2). Keluarga, dan 3). Penduduk desa atau kota.
Menurutnya filsafat mempunyai kebenaran-kebenaran yang tetap sedangkan fikih
ataupun hukum Tuhan mungkin berubah karena revolusi atau keadaan, perbedaan
zaman dan bangsa serta terjadinya peralihan dinasti.Beliau menafsirkan Negara atau
dinasti seperti dawlah menurut pandangan Ismailiyah, hal ini terlihat dari
pandangannya tentang perubahan pada hukum Tuhan oleh nabi-nabi, penasiran fuquha
dan juga para imam. Sehingga at-Tusi menganggap syariat sebagai suatu tatanan
hukum yang tidak mutlak dan final, sebagaimana diyakini kalangan Sunni.

2. KARYA-KARYA NASIRUDIN AT-THUSI


Benar kalau dikatakan bahwa Ath-Thusi adalah seorang ulama yang menguasai
berbagai bidang Ilmu, bukan hanya seorang filsuf semata. Hal itu terlihat dariberbagai
disiplin keilmuan yang ditulisnya dalam bentuk buku atau kitab.Meskipun Ath-
Thusipandai dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan namun ia bukan seorang
ilmuwan / filsuf yang kreatif sebagaimana filsuf yang ada ditimur yang memuat
sebelumnya. Ia bukan termaksuk ahli fikir yang kreatif yang memberikan gagasan -
gagasan murni yang cemerlang. Hal ini tampak pada kedudukan ia sebagai pengajur
gerakan kebangktan kembali dan dalam karya-karyanya kebanyakan bersifat eklektis
yakni bersifat memilih dari berbagai sumber. Tetapi meskipun demikian, ia tetap
memiliki cirri khas tersendiri dalam menyajikan bahan tulisannya. Kepandaiannya
yang beragam sungguh mengagumkan. Minatnya yang banyak dan berjenis-jenis
mencakup filsafat, matematika, astronomi, fisika, ilmu pengobatan, mineralogy,
music, sejarah , kesusastraan dan dogmatik. Adapun karya-karya Nasiruddin Ath-
Thusi sebagi berikut:

10
1. Karya dibidang logika diantaranya:
a. Asas Al-Iqtibas
b. At-Tajrid fi Al-Mantiq
c. Syarh-I Mantiq Al-Isyarat
d. Ta’dil Al-Mi’yar
2. Di bidang metafisika meliputi :
a. Risalah dar Ithbat-I Wajib,
b. Itsar-I Jauhar Al-Mufariq,
c. Risalah dar Wujud-I Jauhar-I Mujarrad,
d. Risalah dar Itsbat-I ‘Aqi-I Fa’al,
e. Risalah Darurat-I Marg,
f. Risalah Sudur Kharat Az Wahdat,
g. Risalah ‘Ilal wa Ma’lulat Fushul,
h. Tashawwurat,
i. Talkis Al-Muhassal dan
j. Hall-I Musykilat Al-Asyraf.
3. Di bidang etika meliputi :
a. Akhlak-I Nashiri,
b. Ausaf Al-Asyarf.
4. Sementara di bidang dogmatik adalah :
a. Tajrid Al’Aqa’id,
b. Qawa’id Al-‘Aqa’id,
c. Risalah-I I’tiqodat.
5. Di samping itu, beberapa karyanya dalam bidang astronomi terangkum pada :
a. Al-Mutawassithat Bain Al-Handasa wal Hai’a,: buku suntingan dari sejumlah
karya Yunani, Ikhananian Table ( penyempurnaan Planetary Tables )
b. Kitab At-Tazkira fi al-Ilmal-hai’a; buku ini terdiri dari atas empat bab (I) pengantar
geometrik dan sinematika dengan diskusi-diskusi tentang saat berhenti, gerak-
gerik sederhan, dan kompleks. (II) pengertian-pengertian astronomikal secara
umum, perubahan sekular pembiasan ekliptik. Sebagian bab ini diterjemahkan
oleh Carr De Vaux penuh dengan kritikyang tajam atas Almagest karya
Ptolemy. Kritikan ini merupakan pembuka jalan bagi Copernicus, terutama
pembiasan-pembiasan pada bulan dan gerakan dalam ruangan planet-planet.
(III) bumi dan pengaruh benda-benda angkasa atasnya, termaksuk di dalamnya

11
tentang laut, angin, pasang surut, serta bagaimana hal ini terjadi.(IV) besar dan
jarak antar planet.
c. Zubdat Al-Hai’a 9 yang terbaik dari astronomi),
d. Al-Tahsil fil An-Nujum,
e. Tahzir Al-Majisti,
f. Mukhtasar fial-ilm At-Tanjim wa Ma’rifat At-Taqwin ( ringkasan astrologi
dan penanggalan),
g. Kitab Al-Bari fi Ulum At-Taqwim wa Harakat Al-Afak wa Ahkam An-
Nujum ( buku terunggul tentang Almanak, gerak bintang-bintang dan astrologi
kehakiman ).
6. Di bidang arritmatika, geometri, dan trogonometri adalah :
a. Al-Mukhtasar bi Jami Al-Hisab bi At-Takht wa At-Turab ( ikhtisar dari
seluruh perhitungan dengan tabel dan bumi ),
b. Al-Jabr wa Al-Muqabala ( risalah tetang Al-Jabar )
c. Al-Ushul Al-Maudua ( risalah mengenai Euclidas Postulate ),
d. Qawa’id Al-Handasa ( kaidah-kaidah geometri ),
e. Tahrir al-Ushul,
f. Kitab Shakl Al-Qatta ( risalah tentang Trilateral ), sebuah karya dengan
keaslian
g. luar biasa, yang ditulis sepanjang abad pertengahan. Buku tersebut sangat
berpengaruh di Timur dan di Barat sehingga menjadi rujukan utama dalam
penelitian trigonometri.
7. Di bidang optic, ia tuangkan keilmuannya tersebut dalam:
a. Tahrir Kitab Al-Manazir,
b. Mabahis Finikas Ash-Shu’ar wa in Itaafiha ( penelitian tentang refleksi dan
defleksi sinar-sinar).
8. Di bidang seni ( syair ) meskipuntidak sekeliber Omar Khayam atau pun
Jalaluddin Rumi, ia juga mampu menghasilkan karya yang diabadikan dalam
buku yang berjudul Kitab fi Ilm Al-Mau-Siqi dan Kanz At-Tuhaf.
9. Karya di bidang medical adalah kitab Al-Bab Bahiyah fi At-Tarakib As-
Sultaniyah; buku ini bercerita tentang cara diet, peraturan-peraturan kesehatan dan
hubungan seksual.

12
3. SEJARAH PEMIKIRAN NASIRUDDIN TUSI
Nashiruddin Al-Thusi dalam hal pemikiran tidak memunculkan pemikir
yang baru secara ter sendiri dan sepenuhnya beda dari pemikiran filsafat yang telah
dimunculkan oleh para filosof sebelumnya. Akan tetapi ia menambahkan dengan
pemikiran-pemikirannya. Adapun pemikiran filsafat yang ia munculkan adalah sebgai
berikut.
1. Tentang Metafisika
Filosof sebelumnya juga membahas masalah metafisika.Tetapi Al-Thusi
menambahkan menurut Al Thusi metafisika terbagi menjadi dua yaitu:
a. Ilmu Ketuhanan (‘ilm-I Ilahi)
Menurut Al Thusi Ilmu Ketuhanan (‘ilm-I Ilahi) Ini Mencakup persoalan
pengetahuan tentang Tuhan, akal dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan.Dan
hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut seperti kenabian (nubuwwah),
kepemimpinan spiritual (imamah), dan hari pembalasan (qiyamat).
b. filsafat pertama (falsafah-I ula)
Menurut Al Thusi ini meliputi alam semesta, termasuk dalam hal ini pengetahuan
tentang ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan kemungkinan, esensi
dan eksistensi, kekekalan dan ketidak kekelan.
2. Tentang Tuhan
Al Thusi berpendapat bahwa Tuhan tidak perlu dibuktikan, karena mengenai tuhan
sangat jelas sekali dan tidak mungkin untukdiingkari. Menurut Al Thusi eksistensi
tuhan harus di terima bukan di buktikan, kerena mustahil bagi manusia yang terbatas
menbuktikan Tuhan dalam keseluruhannya begitu pula mustahil bagi manusia
membuktikan eksistensi Tuhan.
3. Tentang Jiwa
Menurut Al Thusi jiwa merupakan subtansi sederhana dan immateri yang
dapat merasa sendiri. Ia mengontrol tubuh melalui otot-otot tubuh dan alat-alat
perasa tetapi ia sendiri tidak dapat dirasakan lewat alat-alat tubuh. Jiwa menurut
Al Thusi terbagi menjadi empat yaitu jiwa vegetative, hewani, manusiawi dan
imajinatif. Jiwa imajinatif menepati posisi tengah antara jiwa hewani dan manusiawi.
Jiwa manusiawi ditandai denganadanya akal (naql) yang menerima dari akal pertama.

13
4. Tentang nubuwah dan imamah
Menurut Al Thusi manusia memiliki kebebasan berkehandak dan berbuat dan
di akhirat nanti akan dibangitkan dan dibei ganjaran atas perbuatannya apa bila baik
akan mendapat pahala dan sebaliknya. Untuk itu perlu adanya aturan suci dari
Tuhan untuk mengatur kehidupan manusia dan membimbing mereka kejalan
kebaikan, oleh karena Tuhan berada diluar jangkauan manusia maka Tuhan mengutus
para nabi untuk menuntun para manusia. Setelah nabi wafat maka aturan suci akan
disampaikan oleh pemimpin spiritual.
5. Tentang Akhlak Pemikiran
Al thusi terlihat banyak terpengaruh dari Tahdzib al Akhlaq karya Ibnu
Maskawaih, tetapi dalam bukunya Akhlaq-I Nasiri Al Thusi menambahkan
pembahasan tentang
persoalan rumah tangga dan politik. Pembicaraan tentang akhlak tidak terlepas
dari baik dan buruk, kebaikan oleh Al Thusi diibaratkan seperti gandum yang
ditanam dan disiram hingga tumbuh dengan baik dan kemudian menghasilkan
buahsehingga dapat dipanen. Sedangkan keburukan, ibarat buih yang muncul
diatas permukaan air sebagai gerakan dari air. Dalam kehidupan manusia,
keburukan terjadi adalah kerena penyalah gunaan manusia akan karunia Tuhan
berupa kebebasan berkehendak dan berbuat yang dikaruniakan-Nya kepada manusia.
Jadi, keburukan itu bukanlah berasal atau bersumber dari Tuha,tetapi dari oleh manusia
itu sendiri.
Al Thusi memasukan urusan rumah tangga kedalam pembahasan
akhlak. Ia mendefinisikan rumah tangga sebagai hubungan istimewa antara suami
dan istri, orang tua dan anak, tuan dan hamba, dan kekayaan dan pemiliknya.
Tujuan ilmu rumah tangga adalah untuk mengembangkan system disiplin yang
mendorong terciptanya kesejahtraan fisik, mental, dan social seluruh anggota rumah
tangga itu, dengan ayah sebagai pemegang kendalinya. Sedangkan istri yang baik
adalah yang memiliki kecerdasan, integritas, kemurnian, kesederhanaan, dan
kelembutan hati. Bekenaan dengan disiplin anak-anak, Al Thusi mengikuti
pendapat Ibnu Maskawaih, yait disiplin anak-anak adalah dimulai dengan
penanaman akhlak yang baik yang dilakukan melalui pujian, hadiah, dan celaan yang
halus. Al Thusi juga memasukan urusan politik kedalam pembicaraan akhlak.
Diantaranya pembicaraan Al Thusi yang penting adalah pendapatnya mengenai
suatu Negara dan etika berperang. Suatu Negara , menurutnya harus didukung

14
oleh empat kelompok, yaitu ilmuan, prajurit, petani dan pedagang. Menurut Al
Thusi, seorang raja harus memiliki latar belakang, seperti berikut : 1) keluarga
terhormat, 2) mempunyai cita-cita tinggi, 3) adil dalam menilai, 4) teguh
pendirian, 5) tegar dalam menghadapi kesulitan, 6) lapang dada dan 7) sahabat-
sahabat yang berbudi baik.

C. IMAM SYAH WALIULLAH


1. BIOGRAFI SYAH WALIULLAH
Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din
al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi.
Ia dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat,
sebuah kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki
“Shah Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai
studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia
tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.
Bapanya, Shah Abdul Rahim, adalah seorang sufi dan teolog reputasi besar. Dia adalah
ahli pengasas dan guru daripada Madrasah-i-Rahimiyah di Delhi. Shah Abdul Rahim
dikaitkan dengan penyelesaian yang terkenal teks hukum Islam, Fatawa-i-Alamgiri. Dari
sisi genealogisnya (nasab), al-Dihlawi hidup dalam keluarga yang mempunyai silsilah
keturunan dengan atribut sosial yang tinggi di masyarakatnya. Kakeknya (Syaikh Wajih
al-Din) merupakan perwira tinggi dalam tentara kaisar Jahangir dan pembantu Awrangzeb
(1658-1707 M) dalam perang perebutan tahta.
Masa tinggalnya di Hijaz banyak mempengaruhi pembentukan pemikiran al-Dihlawi dan
kehidupan selanjutnya. Di tempat itu, ia belajar hadis, fikih, ajaran sufi pada sejumlah guru
yang istimewa di sana, seperti Syekh Abu Thahir al-Kurdi al-Madani, Syekh Wafd Allah
al-Makki al-Maliki, dan Syekh Taj al-Din al-Qala’i al-Hanafi.
Shah Waliallah menerima gelar akademik dan pendidikan rohani daripada ayahnya.
Dia hafal Al-Quran dan memperoleh pengetahuan tentang Tafsir, Hadis,
spiritualisme, mistisisme, metafizik, logik, dan Ilm-ul-Kalam ketika masih di zaman
kanak-kanaknya. Setelah menguasai mata pelajaran ini, dia mengalihkan perhatian pada
Shahih Bukhari dan Fiqih Islam. Beliau juga belajar ilmu perubatan dan Thibb. Setelah
memperoleh pengetahuan ini, ia mengajar di Madrasah ayahnya selama 12 tahun. Dia
berangkat ke Saudi pada tahun 1730 untuk pendidikan tinggi. Selama tinggal di Saudi, ia
dipengaruhi oleh Syeikh Abu Tahir bin Ibrahim, seorang sarjana terkenal pada waktu itu.

15
Beliau belajar di Madinah selama 14 tahun, di mana ia memperoleh gelar Sanad dalam
Hadis. Hal ini diyakini bahwa sementara Shah Waliallah berada di Saudi, ia diberkati
dengan visi Nabi (SAW). Dia juga merupakan keturunan Ulama besar India Mujaddid Alfi
Sani Syeikh Ahmad Sirhindi dan diberitakan bahwa ia akan berpengaruh dalam
menetapkan pembaharuan Muslim di India.
Pada saat ia kembali ke Delhi pada bulan Julai 1732, penurunan kekayaan Mughal
telah bermula. Sosial, politik, ekonomi dan kondisi keagamaan umat Islam sangat miskin.
Shah Waliallah percaya bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam adalah
kerana ketidaktahuan mereka tentang Islam dan Al-Quran. Oleh karena itu, dilatih secara
pribadi sejumlah pelajar yang diamanahkan dengan tugas penyebaran Islam. Dalam rangka
untuk menyebarkan ajaran Islam dan membuat Al-Quran lebih mudah diakses oleh orang-
orang, ia menterjemah Quran ke Parsi, yang utama dan Bahasa umum daripada orang-
orang pada waktu itu. Dia juga berusaha mengurangkan berbagai perbedaan dari banyak
kumpulan sektarian yang berlaku saat itu.
Shah Waliallah juga membuat upaya untuk mengangkat politik umat Islam di India.
Dia menulis surat kepada Ahmad Shah Abdali untuk membantu warga Muslim di India
dalam menghancurkan Marhattas, yang terus-menerus ancaman bagi Empayar Mughal
runtuh. Pada 1761, Ahmad Shah Abdali, sebagai tanggapan terhadap Shah Waliallah
telefon, diakibatkan kekalahan di Marhattas di Panipat. Shah Waliallah bertanggungjawab
atas kebangkitan di masyarakat keinginan untuk kembali semangat moral dan
mempertahankan kemurniannya. Dia dikebumikan di 1762. Putra dan pengikut-cakap
meneruskan kerja dan misi mulia.

2. KARYA SYAH WALIULLAH


Shah Waliallah adalah seorang penulis yang produktif dan menulis secara
menyeluruh di Fiqh dan Hadis. Dia akhirnya menulis 51 buku; 23 di Arab dan 28 dalam
Bahasa Parsi. Di antara yang terkenal adalah karya Hujjat-Ullah-il-Balighah dan Izalat-ul-
Khifa. Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al Balighah fi Asrar Asy Syar’iyah (The
conclusive argument from God) berisi tentang rahasia syari’at dan filsafat hukum
Islam. Dalam kitab ini dibahas secara terinci faktor-faktor yang membantu pertumbuhan
keadaan masyarakat. Kitab yang lainnya yaitu :
1. Al Fath al Munir fi Gharib Al Qur’an tentang tafsir Al Qur’an,
2. Az Zahrawain tafsir QS Al Baqarah dan Ali Imran,
3. Al Mushaffa syarah dari kitab Al Muwaththa karya Imam Malik,

16
4. Al Maswa merupakan syarah kitab Al Muwaththa karya Imam Malik,
5. An Nawadhir min Ahadits Sayyid al Awa’il wa al Awakhir tentang hadits,
6. Tarajum al Bukhary tentang hadits,
7. Syarh Tarajum Ba’d Abwab al Bukhary tentang hadits,
8. Al Arbain Hadtsan tentang hadits,
9. Ta’wil al Ahadits tafsir tentang kisah para nabi,
10. Al Budur al Baziqah dalam ilmu kalam,
11. Aqd al Jayyid fi Ahkam al Ijtihad wa at Taqlid tentang persoalan ijtihad dan taqlid,
12. Al Insyaf fi bayan Asbab al Ikhtilaf bain al Fuqaha wa al Mujtahidin tentang
munculnya perbedaan pendapat ahli fiqih,
13. Ad -Durr as Samin fi Mubasyarah an Nabi al - Amin tentang keutamaan Nabi
Muhammad Saw,
14. Al Maktubat, tentang kehidupan Rasulullah yang merupakan kumpulan risalah
yang ditulis ayahnya Abd Rahim Ad Dihlawi,
15. Al Khair al Kasir tentang akhlaq.
16. Al Irsyad ila Muhimmat ‘Ilm al afsad, dalam bidang filsafat.
17. As Sirr al Maktum fi Asbab Tadwin al ‘Ulum, tentang filsafat.
18. Al Fauz Al Kabir Fi Ushul Tafsir Al Lamahat, tentang fiqih masih dalam bentuk
manuskrip.
19. Izalat Al Khafa ‘An Khilafat Al Khulafa Al anshaf Fi Bayan Asha Al Ikhtilaf Baina
Al Fuqaha Wa al Mujtahiddin Al Maktub al Madani , tentang hakekat tauhid,
20. Husn al Aqidah, tentang aqidah / tauhid,
21. Atyab an Nuqam fi Madh Sayyid al Arab wa al Ajam. Al -Muqadimah as saniyah
fi Intisar al Firqah as Sunniyah, dalam pemikiran fiqih dan kalam.
22. Qaul Al Jamil Fi Bayan Sawa Al sabil Fi Suluk Al Qadariyah, Al Jitsiyah Wa
Naqsyabandiyah. ‘Iqd al jayid Fi ahkam Al Ijtihad Wa al Taqlid. Al Intibah
Fisalasil Auliya Allah Tasawwuf ki Haqiqat Au Uska Falsafa Tarikh. Syifa al
Qulub (Terapi hati), Al Tafhimat al Ilahiyah (Uraian-uraian Ilahiyah), dalam
bidang filsafat dan teologi (ilmu kalam), dan
23. Diwan as Syi’r Arabi, tentang sastra.

17
3. SEJARAH PEMIKIRAN SYAH WALIULLAH
Pemikiran ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal
berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-
aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat. Menurutnya, manusia
secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus melakukan kerja sama antara satu
orang dengan orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah, musyarakah), kerja sama
pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam melarang kegiatan-kegiatan yang merusak
semangat kerja sama ini, misalnya perjudian dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan
pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian yang tinggi, dan
beresiko tinggi.
Ia menganggap kesejahteraan ekonomi sangat diperlukan untuk kehidupan yang
baik. Dalam konteks ini, ia membahas kebutuhan manusia, kepemilikan, sarana produksi,
kebutuhan untuk bekerjasama dalam proses produksi dan berbagai bentuk distribusi dan
konsumsi. Ia juga menelusuri evolusi masyarakat dari panggung primitif sederhana dengan
budaya yang begitu kompleks di masanya. Ia juga menekankan bagaimana pemborosan
dan kemewahan yang diumbar akan menyebabkan peradaban menjadi merosot. Dalam
diskusinya tentang sumber daya produktif, ia menyoroti fakta bahwa hukum Islam telah
menyatakan beberapa sumber daya alam yang menjadi milik sosial. Ia mengutuk praktek
monopoli dan pengambilan keuntungan secara berlebihan dari lahan perekonomian. Ia
menjadikan kejujuran dan keadilan dalam bertransaksi sebagai prasyarat untuk mencapai
kemakmuran dan kemajuan.
Shah Waliallah membahas perlunya pembagian dan spesialisasi kerja, kelemahan
dari sistem barter, dan keuntungan dari penggunaaan uang sebagai alat tukar dalam konteks
evolusi masyarakat dari primitif ke negara maju. Menurutnya, kerjasama telah membentuk
satu-satunya dasar hubungan ekonomi yang manusiawi dan Islami. Transaksi yang
melibatkan bunga memiliki pengaruh yang merusak. Praktek bunga menciptakan
kecenderungan untuk menyembah uang. Hal ini menyebabkan masyarakat berlomba-
lomba dalam memperoleh kemewahan dan kekayaan. Poin paling penting dari filsafat
ekonominya adalah bahwa sosial ekonomi memiliki pengaruh yang mendalam terhadap
moralitas sosial. Oleh karena itu, kejujuran moral diperlukan untuk membentuk tatanan
ekonomi.[6]
Untuk pengelolaan negara, maka diperlukan adanya suatu pemerintah yang mampu
menyediakan sarana pertanahan, membuat hukum dan menegakkannya, menjamin
keadilan, serta menyediakan berbagai sarana publik seperti jalan dan jembatan. Untuk

18
berbagai keperluan ini negara dapat memungut pajak dari rakyatnya. Pajak merupakan
salah satu sumber pembiayaan kegiatan negara yang penting, namun harus memerhatikan
pemanfaatannya dan kemampuan masyarakart untuk membayarnya.
Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di Kekaisaran India,
Waliallah mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan
ekonomi. Dua faktor tersebut, yaitu: pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai
pengeluaran yang tidak produktif; kedua, pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi
terlalu berat sehingga menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian
dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi
yang efisien.

D. IMAM MUHAMMAD IQBAL


1. BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL
Muhammad Iqbal dikenal juga sebagai Allama Iqbal, adalah seorang penyair,
politisi, dan filsuf besar abad ke-20. Selain itu ia juga seorang ahli hukum, politikus,
reformis sosial, dan sarjana Islam yang besar. Kontribusi Muhammad Iqbal kepada dunia
Muslim sebagai salah satu pemikir terbesar Islam tetap tak tertandingi. Dalam tulisannya,
ia berbicara dan mendesak orang, khususnya kaum muda, untuk berdiri dan berani
menghadapi tantangan hidup. Tema sentral dan sumber utama pesannya adalah Al-Qur'an.
Allama Iqbal lahir pada 9 November 1877 di Sialkot, Punjab, British India. Ia
dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra
yang ditulis baik dalam bahasa Urdu maupun Persia. Iqbal dikagumi sebagai penyair klasik
menonjol oleh sarjana-sarjana sastra dari Pakistan, India, maupun secara internasional.
Meskipun Iqbal dikenal sebagai penyair yang menonjol, ia juga dianggap sebagai "pemikir
filosofis Muslim di masa modern".
Ketika mempelajari hukum dan filsafat di Inggris, Iqbal menjadi anggota "All India
Muslim League" cabang London. Kemudian dalam salah satu ceramahnya yang paling
terkenal, Iqbal mendorong pembentukan negara Muslim di Barat Daya India. Ceramah ini
diutarakan pada ceramah kepresidenannya di Liga pada sesi Desember 1930. Saat itu ia
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Quid-i-Azam Mohammad Ali Jinnah.

19
2. PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD IQBAL
Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada konsep-konsep umum yang
mendasar. Ia menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme,
kemudian ia menampilkan suatu pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang
sebenarnya telah dibuka oleh Islam.
Muhammad Iqbal sangat memperhatikan aspek social masyarakat, ia menyatakan
bahwa keadilan social masyarakat adalah tugas besar yang harus diemban suatu negara.
Zakat dianggap mempunyai posisi yang strategis untuk mewujudkan keadilan social
disamping zakat juga merupakan kewajiban dalam Islam. Meskipun didunia luas ia lebih
dikenal sebagai filosof, sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Iqbal sebenarnya
juga memiliki pemikiran-pemikiran ekonomi yang brilian. Pemikirannya memang tidak
berkisar hal-hal teknis dalam ekonomi, tetapi lebih kepada konsep konsep umum yang
mendasar.
Dalam karyanya Puisi dari Timur ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap
Kapitalisme Barat dan reaksi ekstrim dari Komunisme. Semangat Kapitalisme, yaitu
memupuk kapital atau materi sebagai nilai dasar sistem ini, bertentangan dengan semangat
Islam. Demikian pula semangat Komunisme yang banyak melakukan paksaan kepada
masyarakat juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Pada zaman itu, umat Islam identik
dengan kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan mayoritas orang yang memeluk agama Islam
hidup dalam tingkat ekonomi yang rendah. Menurut Iqbal, itu terjadi dikarenakan etos
kerja dari umat Islam yang semakin melemah
Muslim tradisional yang hidup pada zaman itu bersikap konservatif atas kemajuan
yang terjadi. Mereka berpikiran picik dan gemar bertaklid pada ulama yang pandangan
keagamaannya mandeg total. Karena golongan ini sangat benci kepada Inggris, maka
segala hal yang berasal dari barat mereka tolak. Mereka tumbuh menjadi golongan yang
picik dan tertutup. Mereka tidak mau mempelajari ilmu pengetahuan modern sebab berasal
dari barat dan tidak juga mau belajar bahasa Inggris untuk meningkatkan pengetahuannya.
Iqbal pun memandang golongan ini sebagai kelompok sosial yang telah kehilangan khudi
atau dirinya yang sejati. Di tangan mereka agama jatuh menjadi sehimpunan upacara dan
bentuk peribadatan formal yang tidak membawa transformasi dan perubahan yang
bermakna kepada penganutnya.
Oleh sebab itu, dalam hal ilmu pengetahuan maupun perekonomian, umat Islam
cenderung stagnan tanpa ada ghirah untuk mencapai kemajuan. Keadilan sosial merupakan
aspek yang mendapat perhatian besar dari Iqbal, dan ia menyatakan bahwa Negara

20
memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini. Zakat, yang hukumnya
wajib dalam Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat
yang adil. Jika Islam ingin maju seperti zaman kemajuan pada masa Abbasiyah, umat Islam
harus kerja sungguh-sungguh, tampilkan bukti, tunjukkan prestasi bukan lamunan. Kerja
sungguh-sungguh akan mengangkat derajat bangsa menuju kemenangan. Iqbal ingin
membangkitkan etos kerja Islam.
Etos kerja Islam pada hakikatnya merupakan bagian dari konsep Islam tentang
manusia yang menyejarah dalam jatuh bangunnya kebudayaan tersebut. Karena itu, etos
kerja Islam adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam berbagai lapangan
kehidupan manusia yang amat luas dan kompleks. Peradaban-peradaban lampau dikenal
karena meninggalkan karyanya bagi generasi belakangan. Iqbal tidak berpendapat bahwa
Baratlah yang harus dijadikan contoh sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme Barat
tak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat dipengaruhi oleh materialisme
dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah
ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme merusak nilai-nilai yang lebih tinggi

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Al Maqrizi memiliki nama lengkap yaitu Taqiyuddin Abu Abbas bin Ali bin Abdul Qodir
Al Husaini. Pada tahun 766 H (1364-1365) beliau dilahirkan di desa Barjuwan-Kairo. Uang dan
inflasi merupakan studi khusus yang dilakukan oleh Al Maqrizi sebagai pemikir ekonomi islam.
Al Maqrizi memfokuskan perhatiannya terhadap dua aspek yang di masa pemerintahan Rasulullah
SAW., dan Khulafa Rasyidin tidak membahas masalah ini tampaknya dilatar belakangi oleh
semakin banyaknya nilai-nilai islam, terutama pada kedua aspek tersebut, yang dilaksanakan oleh
para kepala pemerintahan Bani Umayyah dan selanjutnya Di tengah terjadinya kelaparan dan
kekeringan, Al Maqrizi telah melakukan studi khusus tentang uang dan kenaikan harga yang
terjadi secara berkala.
Nashiruddin Al-Thusi dikenal sebagai “Ilmuwan serba bisa“ (Multi talented). Julukan
(laqob) itu rasanya amat pantas disandangnya karena sumbangannya bagi perkembangan
ilmu pengetahuan modern sungguh tak ternilai besarnya. Selama hidupnya, ilmuwan Muslim
dari Persia itu mendedikasikan diri untuk mengembangkan berbagai ilmu, seperti astronomi,
biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama islam. Nashiruddin Al-Thusi
dalam hal pemikiran tidak memunculkan pemikir yang baru secara tersendiri dan
sepenuhnya beda dari pemikiran filsafat yang telah dimunculkan oleh para filosof
sebelumnya. Akan tetapi ia menambahkan dengan pemikiran-pemikirannya.
Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-
Syahid bin Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia
dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah
kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Syah Waliullah”
yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Pemikiran ekonomi Syah Waliallah
dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia
banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan
pembangunan masyarakat.

22
Muhammad Iqbal dikenal juga sebagai Allama Iqbal, adalah seorang penyair, politisi, dan
filsuf besar abad ke-20. Selain itu ia juga seorang ahli hukum, politikus, reformis sosial, dan
sarjana Islam yang besar. Kontribusi Muhammad Iqbal kepada dunia Muslim sebagai salah satu
pemikir terbesar Islam tetap tak tertandingi. Pemikirannya tentang ekonomi Islam terfokus pada
konsep-konsep umum yang mendasar. Ia menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan
komunisme, kemudian ia menampilkan suatu pemikiran yang mengambil “jalan tengah” yang
sebenarnya telah dibuka oleh Islam.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ad/article/view/1601
https://id.scribd.com/document/441091719/SEJARAH-PEMIKIRAN-EKONOMI-Al-
MAQRIZI-DAN-NASIRUDDIN-THUSI
https://wawasansejarah.com/sejarah-pemikiran-syah-waliyullah/
https://www.kompasiana.com/awdimi/5de1e08d097f367cf368fd52/sejarah-pemikiran-
ekonomi-m-iqbal

24

Anda mungkin juga menyukai