Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH EKONOMI MONETER ISLAM

Teori Dan Konsep Dasar Keuangan Islam


Dosen: Samsul, S.A.B., MA.

Di Susun Oleh

Kelompok 2

 Andini Putri (90500119018)


 Nurhasisa (9050011033)
 Muh. Fakhrul Aqiel (90500119030)

Jurusan Perbankan Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2021

1
Kata pengantar

Segalah puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Makalah yang berjudul “Teori Dan Konsep Keuangan Islam”.

kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teori Dan Konsep Keuangan Islam. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik,saran,dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat.

Semogah makalah kami dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari andademi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Samata, 22 September 2021

Penulis
Daftar isi

Sampul makalah ...........................................................................................................................i

Kata pengantar ...........................................................................................................................ii

Daftar isi ...........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan........................................................................................................................4

A. Latar belakang.......................................................................................................4
B. Tujuan pembahasan ..............................................................................................5

Bab II Pembahasan........................................................................................................................6

A. Ruang lingkup keuangan islam....................................................................................6

B. Filosofi keuangan islam...............................................................................................9

C. Prinsip maqashid syariah keuangan islam ...................................................................11

D. Hokum dan moral islam dalam keuangan islam .........................................................16

E. Implikasi hokum dan moral islam dalam aktivitas ekonomi dan keuangan
19.

F. Implementasi system keuangan islam...........................................................................20

G. Infrastruktur system keuangan islam............................................................................22

Bab III Penutup ...........................................................................................................................24

A. Kesimpulan.......................................................................................................................24
B. Saran ...........................................................................................................................24

Daftar pustaka ...........................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan keuangan
Islam kian hari semakin signifikan. Hal ini ditandai dengan banyak indikator. Mulai dari tumbuh
dan berkembangnya industri perbankan dan keuangan Islam, diakuinya ekonomi Islam sebagai
mazhab ekonomi, menjamurnya perguruan tinggi Islam maupun non Islam dalam mengkaji dan
memperdalam ekonomi dan keuangan Islam, penerapan sistem ekonomi dan kuangan Islam
dalam sistem moneter dan fiskal suatu negara, berlakunya syariat Islam dalam berekonomi dan
terakhir tumbuhnya halal industri dan masih banyak lagi indikator yang menandai tumbuh dan
berkembangnya ekonomi dan keuangan Islam.

Ekonomi dan keuangan Islam dirasa lebih berkeadilan dan mampu menjadi solusi untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Hanya saja, Dunia masih tersipu malu
untuk mengakui hal tersebut. Untuk lebih mengenal ekonomi dan keuangan Islam, pada makalah
ini akan dijelaskan konsep dasar ekonomi dan keuangan Islam. Pembahasan mengenai konsep
dasar ekonomi dan keuangan Islam, mutlak diperlukan sebelum melangkah lebih jauh dalam
mengkaji ekonomi dan keuangan Islam. Hal ini guna menggambarkan keunggulan-keunggulan
yang dimiliki sistem ekonomi dan keuangan Islam dibanding sistem ekonomi dan keuangan
lainnya. Pembahasan dalam makalah ini meliputi fondasi ekonomi Islam, tujuan penciptaan
manusia, falah tujuan hidup di dunia dan pilar-pilar ekonomi dan keuangan Islam.

Berbicara mengenai konsep dasar ekonomi dan keuangan Islam, maka idealnya adalah
berbicara mengenai fondasi dari ekonomi dan keuangan Islam. Hal ini untuk mendapatkan
gambaran secara utuh dari mana sumber ekonomi dan keuangan Islam berasal dan supaya dapat
memaknai secara mendalam akan karakteristik ekonomi dan keuangan Islam. Ketidaktahuan
akan sumber ini akan menyebabkan adanya anggapan bahwa ekonomi dan keuangan Islam
merupakan sebuah sistem ekonomi dan keuangan konvensional yang diislamkan atau adanya
anggapan bahwa sistem ekonomi dan keuangan Islam memiliki kesamaan dengan sistem
ekonomi keuangan lainnya.1

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ruang lingkup keuangan islam?

2. Bagaimana filosofi keuangan islam?

3. Bagaimana prinsip maqashid syariah keuangan islam?

4. Bagaimana hokum dan moral islam dalam keuangan islam?

5. Bagaimana implikasi hokum dan moral islam dalam aktivitas ekonomi dan keuangan?

6. Bagaimana implementasi system keuangan islam?

7. Bagaimana infrastruktur system keuangan islam?

C. Tujuan

Untuk memecahkan dan mencari tau serta menjelaskan poin-poin yang terdapat dalam
rumusan masalah

BAB II

1
https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/prinsip-sistem-keuangan-syariah
5
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Islami

Ruang lingkup keuangan terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Financial service

Ini merupakan bidang keuangan yang berhubungan dengan pembuatan desain dan
konsultasi produk finansial, baik kepada individu, bisnis maupun pemerintah. Bidang ini
berkaitan dengan jasa keuangan yang meliputi, Loan officers, Pialang dan juga Konsultan
keuangan.

2. Managerial finance

Managerial finance yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tugas-tugas manajer


keuangan di perusahaan aktif dalam mengelola keuangannya. Aktivitas tersebut meliputi
penyusunan budge, peramalan keuangan, manajemen kas, administrasi kredit, mencari dana dan
investasi.

Kedua bidang dalam manajemen keuangan ini dalam praktiknya selalu berjalan searah
(berbanding lurus), saling mendukung, berkaitan dan ketergantungan satu dengan lainnya.
Artinya. keduanya selalu dibutuhkan dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Dalam hal keuangan, di Indonesia sendiri sudah banyak lembaga yang menaungi
keuangan Islami. Hal semacam ini dilakukan untuk menjauhkan nasabah dari beberapa hal
terkait riba. Dengan begitu, harta akan lebih aman dan halal.

Adapun beberapa lembaga terkait, misalnya:

a) Lembaga Keuangan Bank Syariah

Manajemen keuangan Islami salah satunya melalui bank syariah. Keuangan bank
merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang lengkap dan operasional dibina atau
diawasi oleh bank indonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan
prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh MUI. Lembaganya terdiri dari :
o Bank Umum Syariah. Kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
o Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan
pedesaan. Sehingga, perekonomian lebih merata dan terjangkau luas.

b) Lembaga Keuangan Non Bank

Jika didefinisikan, merupakan lembaga keuangan yang lebih banyak jenisnya daripada
bank. Pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan manajemen keuangan Islami dan
dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia. Macam-macamnya antara lain sebagai berikut:

 Pasar Modal

Pasar modal memiliki pengertian sebagai tempat transaksi antara orang yang mencari
dana dengan semua penanam saham. Di sini, produk yang dijual belikan meliputi bursa efek
layaknya saham dan obligasi jangka panjang.Pasar modal meliputi underwriter, broken, dealer,
guarantor, trustee, custdian serta jasa penunjang. Dalam pelaksanaanya di Indonesia, akan
diawasi dalam lingkup operasionalnya ole Bapepam LK serta dibarengi pemenuhan dasar syariah
bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 Pasar Uang

Pasar uang sama halnya dengan pasar modal, yaitu pasar tempat memperoleh dana dan
investasi. Perbedaanya hanya terletak pada jangka waktu berlaku serta pemanfaatannya saja
ketika digunakan untuk bisnis. Di sini, proses transaksi akan lebih sering menggunakan media
elektronika atau digital. Sehingga, customer bisa mengaksesnya dimanapun serta tidak perlu
kerepotan untuk datang langsung sendiri ke sana.

Pasar uang melayani banyak pihak, baik pemerintah, bank, perusahaan asuransi dan
lembaga lainnya. Bentuk syariahnya juga telah hadir melalui kebijakan Operasi Moneter Syariah
dengan instrumen-instrumen tertentu. Instrumen tersebut antara lain Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar bank Syariah (PUAS). Terdapat juga, sertifikat Investasi
Mudharabah Antarbank (IMA) yang secara operasional di bawah pengawasan Bank Indonesia
sedangkan prinsip syariahnya diatur MUI.

7
 Perusahaan Asuransi

Asuransi syariah atau dalam Islam disebut dengan ta’min, takaful dan tadhamun,
merupakan sebuah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk saling melindungi pihak-pihak
tertentu melalui investasi berbentuk aset. Asuransi syariah di sini tidak mengandung penipuan,
perjudian, penganiayaan, suap serta barang maksiat dan haram lainya. Perusahaan-perusahaan
jenis ini sekarang telah bersaing dengan bentuk konvensional.

 Dana Pensiun

Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana tua dari
perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Pengumpulanya melalui iuran dan
potongan dari gaji karyawan saat mereka masih aktif bekerja. Setelah dana tersebut terkumpul,
maka oleh perusahaan akan diinvestasikan lagi pada beberapa bidang dengan keuntungan jelas.
Ini dilakukan supaya dapat benar-benar berkembang serta menjamin hari tua bagi karyawannya.
Perusahaan yang mengelola dana pensiun dapat dilakukan oleh bank atau lainnya. Di Indonesia,
hal tersebut baru hadir dalam bentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan diselenggarakan
oleh beberapa DPLK bank serta asuransi syariah.

 Perusahaan Modal Venture Syariah UU

Perusahaan modal venture merupakan sebuah sebuah sistem pembiayaan dengan jenis
usaha mengandung resiko sangat tinggi. Hal ini relatif dan masih jarang keberadaanya untuk
diterapkan di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini memberikan biaya atau
dana pada sesorang tanpa melibatkan jaminan yang notabene pasti tidak seperti sistem lembaga
lain. Selain itu, juga menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

 Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan merupakan sebuah perusahaan yang tidak termasuk bank maupun
non-bank. Ia secara khusus didirikan untuk mengelola dan membawahi bidang usaha pada
sektor-sektor berikut ini:

 Lembaga Sewa Guna Usaha (Leasing).

 Perusahaan Anjak Piutang (Factoring).


 Perusahaan Kartu Plastik.

 Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance).

 Perusahaan Pegadaian Lembaga Keuangan Syariah Mikro yang meliputi Lembaga


Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ), Lembaga Pengelola Wakaf, 2

B. Filosofi Sistem Ekonomi dan Keuangan Syariah

Ekonomi syariah dibangun di atas empat karakteristik, yaitu:

1) Dialektikanilai-nilai spritualisme dan materialism;


2) Kebebasan berekonomi;
3) Dualisme kepemilikan;
4) Menjaga kemaslahatan individu dan masyarakat.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa konsep dasar ekonomi dan keuangan islam adalah
terdapat pada Bangunan ekonomi Islami itu didasarkan atas lima nilai universal, yakni:

o Tauhid (keimanan),
o ’Adl (keadilan).
o Nubuwwah (kenabian),
o Khalifah (pemerintah),
o Ma’ad (hasil).

Kelima ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposi-proposisi dan teori-teori
ekonomi Islami. Dalam operasionalnya, lembaga keuangan syariah yang menerapkan keuangan
Islam berada menerapkanprinsip-prinsip keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan
riil sesuai kontribusi dan resiko masing-masingpihak. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah
investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar
sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperolehkeuntungan. Transparansi, lembaga
keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan

2
https://www.kompasiana.com/amp/handikasurbakti/5e9413a7097f36075f06e282/filosofi-
9
agar nasabah investor dapat mengetahui kondisidananya. Universal, yang artinya tidak
membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam
sebagai rahmatan lilalamin.3

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan keuangan
Islam kian hari semakin signifikan. Hal ini ditandai dengan banyak indikator. Mulai dari tumbuh
dan berkembangnya industri perbankan dan keuangan Islam, diakuinya ekonomi Islam sebagai
mazhab ekonomi, menjamurnya perguruan tinggi Islam maupun non Islam dalam mengkaji dan
memperdalam ekonomi dan keuangan Islam, penerapan sistem ekonomi dan kuangan Islam
dalam sistem moneter dan fiskal suatu negara, berlakunya syariat Islam dalam berekonomi dan
terakhir tumbuhnya halal industri dan masih banyak lagi indikator yang menandai tumbuh dan
berkembangnya ekonomi dan keuangan Islam.4

Menurut JM. Muslimin (2017) ada tiga asas filosofi ekonomi dan keuangan Syariah,
yaitu: Semua yang ada di alam semesta, langit, bumi serta sumber-sumber alam lainnya, bahkan
harta kekayaan yang dikuasai oleh manusia adalah milik Allah, karena Dialah yang
menciptakannya. Manusia sebagai khalifah berhak mengurus dan memanfaatkan alam semesta
itu untuk kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan lingkungannya.

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah dengan alat perlengkapan yang sempurna,
agar ia mampu melaksanakan tugas, hak dan kewajibannya di bumi. Semua mahluk lain terutama
flora dan fauna diciptakan Allah untuk manusia,agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup manusia dan kehidupannya.

Beriman kepada hari kiamat dan hari pengadilan. Keyakinan pada hari kiamat.
merupakan asas penting dalam sistem ekonomi Islam, karena dengan keyakinan itu, tingkah laku
ekonomi manusia akan dapat terkendali, sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya termasuk
tindakan ekonominya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Pertanggungjawaban
itu tidak hanya mengenai tingkah laku ekonominya saja, tetapi juga mengenai harta kekayaan
yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia.

3
Jamaludin Jamaludin, Vol 12 No 1 (2020): Januari-Juni 2020,
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/mua/issue/view/375 , Konsep Dasar Ekonomi Menurut Syariat Islam,
diakses pada tanggal 2 Oktober 2021
4
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/konsep-dasar-ekonomi-dan-keuangan-islam-oleh-
khoiruddin-hasibuan-lc-m-a-2-7
Filosofi ekonomi dan keuangan Syariah memiliki pandangan yang holistik, terutama
posisi dan peran manusia sebagai hamba (abdullah) dan juga pengganti/
pengelola (khalifatullah) di alam semesta. Oleh karenanya, ekonomi Syariah sangat
memperhatikan stabilitas dan kelangsungan ekosistem di alam semesta.

Selain itu, salah satu konsekuensi sebagai hamba dan pengelola tersebut adalah
pertanggungjawaban kepada Allah Swt, sehingga segala daya upaya yang dilakukan dengan baik
dan penuh tanggungjawab. Di era ini, hal ini disebut dengan pembangunan berkelanjutan
atau sustainable development.5

Aktivitas suatu perusahaan sangat ditunjang oleh modal atau dana yang dimiliki oleh para
pendirinya. Dana tersebut digunakan untuk membelanjai aktivitas-aktivitasnya. Dalam hubungan
ini, maka perusahaan akan menghadapi penentuan metode yang tepat untuk menggunakan dana
secara optimal. Dana perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari pendiri,
pasar uang, maupun pasar modal. Dalam kaitannya dengan manajemen keuangan, teori
umumnya selalu berbicara mengenai, cara perusahaan mendapatkan dana dari pasar modal.
Kegiatan dalam manajemen keuangan mencakup kegiatan perencanaan keuangan, analisis
keuanga dan pengendalian keuangan. Orang melaksanakankegiatan manajemen keuangan
disebut sebagai manajer keuangan. Seorang manajer keuangan dituntut untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengenai securities and invesment analysis (analisis bisnis,
investasi dan surat-surat berharga).

Manajemen keuangan syariah bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi


keuangan dengan bingkai syariah Islam yang berkaitan dengan masalah keuangan perusahaan.
Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu;
(1) fungsi pemasaran, (2) fungsi keuangan; (3) fungsi produksi; (4) fungsi personalia. Keempat
fungsi tersebut merupakan fungsi pokok suatu perusahaan. Fungsi-fungsi manajemen bisa
dipecah kedalam beberapa hal; perencanaan (planning); pengorganisasian (organizing); staffing;
pelaksanaan; dan pengendalian. Dengan demikian, manajemen keuangan syariah dapat diartikan

5
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/konsep-dasar-ekonomi-dan-keuangan-islam-oleh-
khoiruddin-hasibuan-lc-m-a-2-7
11
sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-
fungsi keuangan yang dituntun oleh prinsip-prinsip syariah.6

 Nilai-Nilai Ekonomi dan Keuangan Syariah

Sebagaimana filosofinya, nilai-nilai ekonomi dan keuangan Syariah juga mengandung


keselarasan peran dan fungsi manusia. Sebagaimana yang dirumuskan oleh Majelis Ulama
Indonesia dan Bank Indonesia (2018), ada empat nilai-nilai ekonomi dan keuangan Syariah,
yaitu:

1. Kepemilikan

Segala sesuatu adalah absolut milik Allah, manusia hanya dipercaya untuk
mengelolanya.

2. Berusaha dengan Berkeadilan

Mencegah penumpukan harta untuk melakukan perniagaan atau investasi


dan dorongan untuk menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial dan
publik.

3. Pertumbuhan yang Seimbang

Pengelolaan harta dengan tetap memerhatikan keseimbangan spiritual dan


kelestarian alam.

4. Bekerjasama dalam Kebaikan

Tolong menolong, bahkan dalam kompetisi sekalipun, harus dilakukan untuk


dan dalam kebaikan.

 Nilai-Nilai Dasar Ekonomi dan Keuangan Syariah

Selaras dengan filosofi dan nilai-nilai, prinsip dasar ekonomi dan keuangan Syariah
terdiri dari enam aspek (MUI dan Bank Indonesia, 2018), yaitu:

6
Asy-Syar'iyyah, Vol. 2, No.1, Juni 2017, KONSEP DASAR DALAM SISTEM KEUANGAN SYARIAH, diakses pada tanggal
1 Oktober 2021
1. Pengendalian harta individu agar mengalir menuju investasi.

2. Distribusi pendapatan untuk menjamin inklusifitas seluruh masyarakat.

3. Optimalisasi investasi (jual beli) dan berbagi resiko.

4. Transaksi keuntungan terkait erat sektor riil, melarang spekulasi tidak produktif.

5. Partisipasi sosial untuk kepentingan publik.

6. Transaksi muamalah berdasarkan kerjasama berkeadilan, transparan, tidak


membahayakan keselamatan, tidak zalim dan tidak mengandung zat haram.

Dari prinsip tersebut dapat dimengerti bahwa Islam menyelaraskan kegiatan ekonomi
dengan nilai-nilai akidah dan etika serta Kegiatan perekonomian dibangun tidak hanya dengan
nilai-nilai materialisme, namun juga spiritualitas, sehingga bernilai ibadah.7

C. Prinsip maqashid dalam keuangan Syara'

Secara konseptual, sebagai sebuah sistem, ekonomi Islam merupakan bagian dari tata
kehidupan yang lengkap berdasarkan empat bagian nyata dari pengetahuan yaitu; yang
diwahyukan (al-Qur’an), tauladan Nabi (sunah), deduksi analogik (qiyas), dan penafsiran
masyarakat berdasrakan kesepakatan para ulama (Ijma’). Sehingga, dalam penerapannya,
ekonomi Islam tidak bisa terlepas dari keempat hal di atas. Dalam aplikasinya, praktik ekonomi
Islam terimplementasi dalam lembaga keuangan dan perbankan berbasis syari’ah yang tidak
menjadikan bunga sebagai salah satu aset transaksi, lembaga pengelolaan zakat, dan praktik
bisnis Islami. Pun diadakannya kajian ekonomi Islam, baik formal maupun nonformal untuk
menghindari simbolisasi syariah semata karena pelaku di dalamnya tidak memahami landasan,
filosofi dan aturan yang berlaku.

Pengembangan ekonomi Islam di bidang akademik dapat kita lihat dengan dibukanya
program studi khusus di beberapa perguruan tinggi berkenaan dengan ekonomi Islam. Upaya ini
tentunya bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan

7
https://www.kompasiana.com/amp/handikasurbakti/5e9413a7097f36075f06e282/filosofi-
13
sistem ekonomi Islam di masa mendatang baik secara konseptual maupun penerapannya di dunia
kerja.8

Maqasid al-syariah mempunyai peran penting untuk merumuskan dan menafsirkan sesuatu
yang mashlahah bagi umat manusia tanpa meninggalkan inti dari ajaran Islam, karena maqasid
syariah hendak menghubungkan antara kehendak Allah dengan aspirasi atau keinginan manusia.

Tujuan utama dari ekonomi islam adalah maqashid al-syariahitu sendiri, yaitu tercapainya
kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui tatanan kehidupan yang baik dan terhormat.
Itulah kesejahteraan hakiki yang untuk sampai padanya harus ada perlindungan terhadap
keimanan, ilmu, kehidupan, keturuan, dan harta. Maqashid syariah bila diartikan secara bahasa
adalah tujuan syariah.

Tujuan utama dari maqashid syariah adalah merealisasikan kemanfaatan untuk umat
manusia (mashâlih al-'ibâd) baik urusan dunia maupun urusan akhirat mereka. Maqashid syariah
adalah jantung dalam ilmu ushul fiqh, karena itu maqashid syariah menduduki posisi yang sangat
urgen dalam merumuskan ekonomi syariah, menciptakan produk-produk perbankan dan
keruangan syariah. Tujuan-tujuan syariah tersebut adalah untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia dan di akhirat.

Setiap aktivitas pasti didalamnya mengandung tujuan. Begitupun sebuah syariah. Maqashid
syariah bila diartikan secara bahasa adalah tujuan syariah. Tujuan utama dari maqashid syariah
adalah merealisasikan kemanfaatan untuk umat manusia (mashâlih al-’ibâd) baik urusan dunia
maupun urusan akhirat mereka.

Tujuan ini disepakati para ulama karena pada dasarnya tidak ada satupun ketentuan dalam
syarî’ah yang tidak bertujuan untuk melindungi mashlahah. Terlebih syariah sangat mendorong
untuk terciptanya maslahah dalam dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat.
Sehingga substansi dari maqashid syariah sendiri adalah maslahah.Salah satu ulama yaitu Imam
Asy-Syatibi merumuskan maqashid syariah ke dalam 5 hal inti.

Apa saja 5 hal tersebut?

8
Lely Shofa Imama, Vol. II, No. 2, Desember 2008, Ekonomi Islam: Rasional dan Relevan, diakses pada tanggal 2
Oktober 2021
1) Hifdzun ad-diin (Menjaga Agama)

2) Hifdzun an-nafs (Menjaga Jiwa)

3) Hifdzun Aql (Menjaga Akal)

4) Hifdzun Nasl (Menjaga Keturunan)

5) Hifdzun Maal (Menjaga Harta)

 Menjaga Agama

Dalam konteks ini, agama tidak pernah melakukan pemaksaan kehendak. Syari’ah Islam
menjaga kebebasan berkeyakinan dan beribadah, tidak boleh ada tekanan dalam beragama
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 256 yang artinya, “Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat”

Menjaga agama dalam maqashid syariah juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk
menjaga amalan ibadah seperti shalat, zikir dan sebagainya serta bersikap melawan ketika agama
Islam dihina dan dipermalukan.

 Menjaga Jiwa

Pernah mendengar sosok Irfan Bahri? Ia adalah sosok santri yang berasal dari Bekasi. Ia
viral karena videonya ketika melawan para begal. Sikap yang diambil oleh Irfan Bahri ketika
melawan begal adalah sikap yang tepat terutama dalam poin maqashid syariah yaitu menjaga
jiwa. Tindakan yang diambil Irfan mencerminkan perwujudan dari menjaga jiwa.

Hal tersebut mengacu pada hadist Nabi SAW yaitu, “Siapa yang terbunuh karena
membela hartanya, maka dia syahid.” Selain itu, menjaga jiwa juga erat kaitannya untuk
menjamin atas hak hidup manusia seluruhnya tanpa terkecuali. Hal ini tercantum dalam QS. Al-
Maidah ayat 32 yang artinya,

” barangsiapa yang membunuh seorang manusia,bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh

15
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya“

 Menjaga Akal

Akal adalah sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Inilah salah
satu yang menyebabkan manusia menjadi makhluk dengan penciptaan terbaik dibandingkan
yang lainnya. Akal akan membantu manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk.

Penghargaan Islam terhadap peran akal terdapat pada orang yang berilmu, yang
mempergunakan akal-nya untuk memikirkan ayat-ayat Allah. Sebagaimana firman Allah, SWT
dalam QS. Ali-Imran ayat 190-191 yang artinya,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190), (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka)

 Menjaga Keturunan

Salah satu poin penting dalam sebuah pernikahan adalah lahirnya generasi penerus yang
diharapkan dapat berkontribusi lebih baik. Keturunan menjadi penting, salah satu yang
menvelakai penjagaan keturunan adalah dengan melakukan zina.

Dalam Qur’an, Allah berfirman secara tegas mengenai zina yaitu pada QS. An-Nur ayat 2
yang artinya,

“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan
janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
(hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.”

 Menjaga Harta
Pembahasan perkara harta lebih ke arah interaksi dalam muamalah. Menjaga harta adalah
dengan memastikan bahwa harta yang kamu miliki tidak bersumber dari yang haram. Serta
memastikan bahwa harta tersebut didapatkan dengan jalan yang diridhai Allah bukan dengan
cara bathil sebagaimana difirmankan Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 188 yang artinya, “Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.” Lebih kurang selain menjaga jiwa, Irfan Bahri juga melakukan pembelaan
dalam rangka menjaga harta dari sumber-sumber yang tidak diridhai alias diharamkan dalam
Islam.

 Hikmah Maqashid Syariah

Hikmah dari adanya maqashid syariah membuat lebih paham tentang tujuan-tujuan dari
sistem syariah. Kelima komponen yang telah dijelaskan sebetulnya memberikan gambaran
kehidupan secara keseluruhan. Komponen tersebut lengkap dan maqashid syariah menjadi
panduan untuk mengarahkan rangkaian kehidupan ke arah yang lebih maslahah.

Kaidah di atas merupakan kaidah umum yang mencakup seluruh satuan-satuan aktivitas
ekonomi, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dari al-Quran dan hadis Nabi.
Prinsip-prinsip dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Tauhid Ayat-ayat al-Quran yang terkait dengan prinsip tauhid dalam
menjalankan kegiatan ekonomi antara lain adalah surat al-Ikhlash yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad); Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q. S. Al-Ikhlas (112): 1-4)

b. Prinsip Amanah Amanah merupakan lawan kata dari khianat. Amanah berasal dari
bahasa Arab, amuna, ya’munu, amanah, artinya dipercaya, jujur, lurus, setia. Dari akar
kata yang sama terbetuk kata amina, ya’manu, amnan, artinya aman, sentosa.

17
c. c. Prinsip Kebolehan Kaidah dalam persoalan ibadah mahz}ah sangat berbeda dengan
kaidah muamalah (ibadah ‘Ammah). Dalam persoalan ibadah mahdzah berlaku larangan
melakukan sesuatu jika tidak ada landasannya dalam al-Quran atau hadis. Sebab suat
ibadah harus dilakukan berdasarkan tuntunan al-Quran atau hadis. Kaidah dalam
persoalan ibadah adalah: “al-Ashlu fi al-Ibadah al-Tawaqquf wa al-Ittiba’,” (Prinsip dasar
dalam ibadah adalah menunggu dalil dan mengikutinya).

d. Prinsip Kerelaan Prinsip kerelaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
Ekonomi Islam. al-Quran sendiri ketika berbicara tentang jual beli menyebutkan
kerelaan sebagai syarat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Firman Allah swt. dalam
surah anNisa’ ayat 29 yang artinya; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu secara batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku atas dasar suka sama-suka di antara kamu.” (Q. S. An-Nisa’ (4): 29

e. Prinsip Mashlahat Secara sederhana, mashlahat bisa diartikan dengan mengambil


manfaat dan menolak kemadaratan14 atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
keselamatan, faedah atau guna.

f. Prinsip Keadilan Di antara pesan-pesan al-Quran (sebagai sumber hukum Islam) adalah
penegakan keadilan. Kata adil berasal dari kata Arab ‘Adl yang secara harfiyah bermakna
sama. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatutnya.21 Dengan demikian,
seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak berat sebelah dalam menilai sesuatu,
tidak berpihak kepada salah satu, kecuali keberpihakannya kepada siapa saja yang benar
sehingga ia tidak akan berlaku sewenag-wenang. 9

D . Prinsip hukum dan moral Islam dalam aktivitas ekonomi dan keuangan Islam

Ketidakpercayaan terhadap sistem ekonomi (konvensional) yang telah mapan terbangun


berujung pada lahirnya gagasan dan pemikiran baru yang secara serius oleh para ekonom
muslim, seperti M. Umar Chapra, Khursid Ahmad, Muhammad Najetullah Shiddiqi, dan yang

9
https://qazwa.id/blog/maqashid-syariah
lainnya. Keseriusan tersebut terlihat dari konsistensinya dalam memperjuangkan untuk bisa
keluar dari kondisi tersebut dengan mengajukan gagasan-gagasan ekonomi alternatif yang
berbasis ajaran Islam. Dalam hal ini, ajaran Islam menjadi kerangka dasarnya, yang selanjutnya
direalisasikan dalam institusi ekonomi praktis, yakni sistem ekonomi Islam atau sistem ekonomi
syariah. Hadirnya institusi ekonomi berbasis syariah menjadi angin segar sekaligus memberikan
harapan baru sebagai sebuah bangunan sistem ekonomi yang mampu bertahan terhadap krisis
ekonomi (Didin, 2003).10 Sistem keuangan syariah merupakan bagian dari upaya memelihara
harta agar harta yang dimiliki seseorang diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan
syariah. Dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 29, Allah SWT berfirman yang artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu
dan janganlah membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Harta yang dimiliki oleh setiap orang merupakan titipan dari Allah SWT yang akan
dimintai setiap pertanggungjawabannya. Adanya aturan ketentuan syariah bertujuan agar
tercapai kemaslahatan bagi setiap orang. Akan tetapi. Allah SWT memberikan kebebasan
kepada setiap hamba-Nya untuk menentukan pilihannya dan harus menerima konsekuensi dari
setiap pilihannya tersebut.

Praktik sistem keuangan syariah telah dilakukan sejak kejayaan Islam. Akan tetapi,
dikarenakan semakin melemahnya sistem kekhalifahan maka praktik sistem keuangan syariah
tersebut digantikan oleh sistem perbankan barat. Sistem tersebut mendapat kritikan dari para
ahli fiqh bahwa sistem tersebut menyalahi aturan syariah mengenai riba dan berujung pada
keruntuhan kekhalifan Islam. Pada tahun 1970-an, konsep sistem keuangan syariah dimulai
dengan pengembangan konsep ekonomi Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, prinsip
sistem keuangan Islam adalah sebagai berikut:

 Larangan Riba

Riba didefinisikan sebagai “kelebihan” atas sesuatu akibat penjualan atau


pinjaman. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan, dan hak

10
Yuliyani, Iqtishadia, Vol 8, No. 1, Maret 2015,KONSEP DAN PERAN STRATEGIS EKONOMI
SYARIAH TERHADAP ISU KEMISKINAN, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021.
19
atas barang. Sistem riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman dengan
membebani penetapan keuntungan yang diperoleh pemberi pinjaman di awal perjanjian.
Padahal “untung” dapat diketahui setelah berlalunya waktu bukan hasil penetapan di
muka.

 Pembagian Risiko

Risiko merupakan konsekuensi dari adanya larangan riba dalam suatu sistem kerja
sama antara pihak yang terlibat. Risiko yang timbul dari aktivitas keuangan tidak hanya
ditanggung oleh penerima modal tetapi juga pemberi modal. Pihak yang terlibat tersebut
harus saling berbagi risiko sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

 Uang sebagai Modal Potensial

Dalam Islam, uang tidak diperbolehkan apabila dianggap sebagai komoditas yaitu
uang dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan barang yang dijadikan sebagai
objek transaksi untuk memperoleh keuntungan. Sistem keuangan Islam memandang uang
boleh dianggap sebagai modal yaitu uang bersifat produktif, dapat menghasilkan barang
atau jasa bersamaan dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh keuntungan.

 Larangan Spekulatif

Hal ini selaras dengan larangan transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian
yang sangat tinggi, misalnya seperti judi.

 Kontrak/Perjanjian

Dengan adanya perjanjian yang disepakati di awal oleh pihka-pihak yang terlibat
dapat mengurangi risiko atas informasi yang asimetri atau timbulnya moral hazard.

 Aktivitas Usaha harus Sesuai Syariah

Usaha yang dilakukan merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah,


seperti tidak melakukan jual-beli minuman keras atau mendirikan usaha peternakan babi.
Oleh karena itu, prinsip sistem keuangan syariah berdasarkan prinsip sebagai berikut :

a) Rela sama rela (antaraddim minkum).


b) Tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun).

c) Hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi al dhaman).

d) Untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

Darang instrumen-instrumen keuangan syariah terkait dengan kegiatan investasi maupun


jual-beli sesuai dengan ketentuan syariah. Hal ini membantu pelaku ekonomi dalam memahami
berbagai produk keuangan syariah dan ketentuan-ketentuan syariah dari setiap produk keuangan
tersebut. 11

E. Implikasi hokum dan moral islam dalam aktivitas ekonomi dan keuangan

Prinsip hukum Islam, yang berdasarkan pada sejumlah surah dalam al-qur’an,
menyatakan bahwa perbuatan memperkaya diri dengan cara yang tidak benar, atau menerima
keuntungan tanpa memberikan nilai imbalan, secara etika dilarang. Menurut Schacht riba
hanyalah sebuah kasus khusus dari perbuatan memperkaya diri secara tidak benar atau menurut
al qur’an memakan (yaitu mengambil untuk kepentingan diri sendiri) milik orang lain dengan
alasan yang tidak dibenarkan dan dilarang. Riba secara formal didefenisikan sebagai suatu
keuntungan moneter tanpa ada nilai imbalan yang ditetapkan untuk salah satu dari dua pihak
yang mengatakan kontrak dalam pertukaran dua nilai moneter.12

Secara lebih sederhana dan konkret, lahirnya paradigma manajemen keuangan Islam
tidak terlepas dari faktor berkembangnya wacana ekonomi Islam modern yang sejak tiga dekade
terakhir ini semakin marak. Nama-nama seperti M. Nejatullah Siddiqi, Umer Capra, M. Mannan,
Ahmad Khan adalah nama yang tidak asing lagi dalam wacana ekonomi Islam.

Jauh sebelum mereka, nama-nama seperti Abu Yusuf (731-798), Yahya Ibnu Adam (m.
818), El-Hariri (1054-1122), Tusi (1210-1274), Ibnu Taimiyah (1262-1328), Ibnu Khaldun
(1332-1406), Shah Waliullah (1702-1763), Abu dzar Ghifari (m. 654), Ibnu Hazm (m. 1064), al-
Ghazali (1059-1111), Farabi (m.950), dan lain-lain juga telah memberikan kontribusi yang besar

11
Dendy Herdianto- maqashid syariah, November 24, konsep-dan-terminologi-lembaga-keuangan-syariah
12
Rahmat Ilyas, Vol. 2, No.1, Juni 2017, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021
21
bagi berkembangnya wacana ekonomi Islam. Wacana ini semakin kongkret ketika sebagian dari
sistemnya, yaitu yaitu sistem perbankan syariah dipraktekkan.

Lahirnya manajemen keuangan Islam sangat terkait dengan kondisi objektif yang
melingkupi umat Islam secara khusus dan masyarakat dunia secara umum. Di antara kondisi
tersebut ialahnorma agama. Semenjak pertama kali datang agama Islam telah memberikan
persuasi normatif bagi pemeluknya agar melakukan pencatatan atas segala transaksi dengan
benar dan adil.13

Reinterpretasi Hukum Islam Ungkapan Islam Sholih Likulli makan wazaman ( relevan
dengan situasi dan kondisi / tempat dan waktu ) bukan sekedar lipstik atau kamuplase belaka
begitu saja, tetapi memang betul-betul rasional dan riil karena Islam yang merupakan agama
samawi tidak lepas dari dogmatisasi Ilahi, yang lebih konkret dimanisfestasikan dengan atuaran-
aturan formal yaitu Alquran yang berisi semua pointer-pointer kehidupan secara universal yang
memang membutuhkan multitafsir baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Menurut
Islam, sumber wewenang yang tertinggi hanyalah Allah semata.

Dalam cita hukum Islam semua orang kecuali Allah, termasuk Rasulullah dan para
penguasa yang memerintah, adalah tunduk pada hukum Allah yang berasal dari wahyu samawi.
Hukum Islam lepas dari keragaman "sumber"-Nya, berasal dari Allah dan bertujuan untuk
menemukan dan merumuskan kehendak-Nya. Kehendak Allah bukanlah suatu sistem yang statis
dan telah ditentukan untuk berlaku selamanya tanpa mengalami perubahan, ia lebih merupakan
sesuatu yang meliputi seluruh lapangan kehidupan manusia, dan terungkap secara progresif.

Pada prinsipnya Allah menurunkan hukum itu guna mnenciptakan kemaslahatan hidup
bagi umat manusia Karena Islam memberikan tuntunan dalam semua lapangan kehidupan, maka
fiqih yakni hukum Islam sebagaimana berkembang dari sejak awal, meliputi, dengan perhatian
khusus, segi moral, relegius, sosial, ekonomi dan politik dalam kehidupan manusia. Itu sebabnya
mengapa seorang manusia yang bertindak menurut hukum Islam, dalam segala macam situasi
dan kegiatan, dianggap memenuhi kehendak Allah, jadi hukum Islam adalah perwujudan dari
kehendak Allah.

13
M Luqman Hakim, Volume 1 Nomor 2 Maret – Agustus 2018, KONSEP DAN APLIKASI MANAJEMEN KEUANGAN
ISLAM, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021
Al-quran tidak mesti ditafsirkan secara tekstual saja, tetapi justru Al-quran harus lebih
ditafsirkan secara kontekstual supaya lebih mengena terhadap realitas masyarakat, sehingga
Islam Sholihul Makan Wazaman dapat termanisfestasikan.0TP7F 6 P0T PSecara jelas hari ini
hukum Islam harus lebih ditekankan pada substansinya agar lebih berorientasi terhadap problem
masyarakat. Berlaku bagi semua sumber hukum Islam yang empat ( diakui jumhur Ulama ) yaitu
: Al-quran, al-Hadits, Ijma, Qiyas. Relevan dengan firman Allah yang termaktub dalam sabda
Langitnya surat Annisa’ ayat 59:

"Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah (Al-quran ), taatlah kepada Rosul (Al-
hadits ), serta Ulil Amri ( ijma ), dan apabila kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rosulnya (Qiyas)."

F. Implementasi system keuangan islam

Tantangan utama pengembangan sistem keuangan risk-sharing adalah ketidakseimbangan


keuangan secara fiskal, moneter, dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Fenomena ini
sering dialami negara-negara Islam sehingga sulit mengimplementasikan sistem keuangan Islam.
Padahal kebutuhan utama sistem keuangan Islam atau risk-sharing terletak pada kebijakan
struktural atas sistem fiskal dan moneter. Sistem fiskal memegang peran penting dalam institusi
negara Islam karena berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk mengatur sistem pajak
(pendapatan negara) dan belanja pemerintah (government expenditure).

Sistem keuangan Islam bertujuan untuk memberikan jasa keuangan yang halal kepada
komunitas muslim, di samping itu juga diharapkan mampu memberikan kontribusi yang layak
bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam. Target utamanya adalah kesejahteraan ekonomi,
perluasan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi
dan distribusi pendapatan, kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi serta
investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu memberikan jaminan keuntungan
(bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat (M. Umer Chapra, 2000).

Sistem keuangan Islam diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai
kesejahteraan masyarakat. Penghapusan prinsip bunga dalam sistem keuangan Islam memiliki

23
dampak makro yang cukup signifikan, karena bukan hanya prinsip investasi langsung saja yang
harus bebas dari bunga, namun prinsip investasi tak langsung juga harus bebas dari bunga.
Perbankan sebagai lembaga keuangan utama dalam sistem keuangan dewasa ini tidak hanya
berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary), namun juga sebagai
industri penyedia jasa keuangan (financial industry) dan instrumen kebijakan moneter yang
utama (Heri Sudarsono, 2003).14

Kebijakan fiskal akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengantisipasi distorsi


pertumbuhannya. Salah satu solusi Islam dalam kebijakan fiskal adalah membedakan antara
pendapatan reguler dan pendapatan aksidental. Pendapatan reguler diperoleh dari zakat,
sementara pendapatan aksidental dari pajak. Selain pendapatan negara, Islam juga mengatur
pembelanjaan pemerintah dengan menerapkan prinsip efektif-efisien demi kemaslahatan umum
dan asas manfaat yang maksimal.

Dengan demikian, titik keseimbangan sistem fiskal terdapat pada pilihan berbagai
instrumen kebijakan pajak dan zakat serta pola pembelanjaan negara. Adapun sistem moneter
Islam menerapkan variabel cadangan uang bukan suku bunga. Bank sentral
mengimplementasikan kebijakan moneter dengan tujuan menghasilkan pertumbuhan sirkulasi
uang untuk mencukupi pembiayaan pertumbuhan ekonomi potensial dalam output periode
menengah panjang, stabilitas harga, dan tujuan sosial ekonomi lainnya. Dalam perspektif pelaku
usaha, karena tidak ada aset berbasis bunga maka ia dihadapkan pada pilihan berinvestasi dengan
profit-sharing dengan risiko tertentu atau mendiamkan uangnya menjadi tidak produktif. Jika
pilihan kedua maka nilai uangnya akan dikurangi zakat. Di samping itu akan tersedia berbagai
peluang bisnis dengan tingkat risiko berbeda. Investor akan memilih peluang investasi sesuai
perkiraan laju keuntungan yang diharapkan. Titik keseimbangan sistem moneter terletak pada
eliminasi bunga (zerointerest) sehingga tingkat keuntungan berdasarkan kegiatan investasi dan
pembiayaan sektor riil yang dilakukan perbankan. Dengan demikian, sistem moneter
Islammengaitkan sektor finansial dan sektor riil di mana investasi dan produktivitas sektor riil
berpengaruh pada return sektorfinansial.

14
Muh. Arafah, M.E, Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and Business Vol. 1 No. 1, Juni 2019, SISTEM
KEUANGAN ISLAM: SEBUAH TELAAH TEORITIS, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021
Perkembangan keuangan syariah dunia hari ini telah bertumbuh pesat. Hal itu terlihat dari
total aset keuangan syariah di dunia sebesar 137 miliar dollar AS pada 1996 dan telah mencapai
1,8 triliun dolar AS pada 2013 atau sekitar 13 kali lipat dalam kurun waktu 17 tahun. "Di
beberapa negara besar, pangsa pasar keuangan syariahnya telah mencapai di atas 20 persen. Di
Indonesia, total aset keuangan syariah mencapai sekitar Rp 524 triliun serta pangsa pasar
syariahnya masih di bawah 10 persen. Ini merupakan kesempatan bagi kita.

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) saat ini telah ada dan berkembang dengan cukup
pesat. Telah banyak varian dari LKS diseluruh Indonesia dan termasuk pula adalah Bank
Syariah. LKS merupakan lembaga keuangan yang beroperasional dan berjalan dengan prinsip
syariah Islam.

Prinsip syariah Islam ini berbeda dari perbankan atau lembaga keuangan konvensional.
LKS sebagai lembaga keuangan dengan prinsip syariah awalnya hadir sebagai pilihan sekaligus
solusi untuk muslim yang ingin terhindar dari praktek bank atau lembaga keuangan konvensional
yang menggunakan system ribawi namun akhirnya juga dapat menjadi pilihan bagi selain umat
muslim.

Penyelenggaraan LKS berarti wajib bertanggung jawab secara syariah untuk menjaga
tidak hanya agar praktek dalam LKS itu bebas riba saja tapi juga harus bebas dari unsur unsure
maysir/ judi dan Ghoror/spekulasi/judi. Islam memerintahkan untuk menjauhi hal hal tersebut
karena hal tersebut dianggap sebagai berbuat zhalim atau kerusakan Penyelenggara LKS dituntut
memiliki tidak hanya visi bisnis an sich yang bertujuan mengeruk laba yang setinggi tingginya
dengan mengesampingkan syariah namun juga harus memiliki visi syariah. Proses agar LKS
tentap berada dalam prinsip prinsip syariah ketika beroperasional menjadi tanggung jawab
bersama antara lain pengelola LKS dan institusi negara yang ditunjuk untuk melakukan proses
dan prosedur agar LKS tetap dalam koridor yang seharusnya dan tidak melakukan hilah/trik
hanya sekedar kamuflase berkedok syariah dalam parktek dan operasionalnya.15

G. Infrastruktur sistem keuangan Islam

Untuk memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap ekonomi, sistem keuangan
Islam perlu memiliki porsi yang lebih signifikan terhadap total asset keuangan, yakni setidaknya
15
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
25
20 persen. Oleh karena itu, pemerintah, bank sentral, dan agen-agen ekonomi yang peduli pada
sistem keuangan Islam perlu bekerja lebih keras. Terkait dengan itu, setidaknya ada lima langkah
dalam mempercepat perkembangan sistem keuangan syariah, baik secara nasional maupun
internasional.

Pertama, perlunya memperkuat sistem pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan


Islam. Tingkat pertumbuhan keuangan Islam sangatlah beragam di berbagai negara. Tingkat
perkembangan ini memiliki korelasi yang positif terhadap tingkat pengaturan dan pengawasan.
Sistem keuangan yang kurang baik di berbagai negara terkadang disebabkan tidak layaknya
peraturan dan pengawasan yang ada, sehingga diperlukan kolaborasi dalam mengisi kesenjangan
pengaturan yang ada.

Kedua, perlunya koordinasi dan kerjasama internasional. Berdasarkan kodratnya, sistem


keuangan Islam lebih tahan dan lebih stabil dari guncangan keuangan. Namun demikian, pada
kenyataannya, harus disadari bahwa operasional dari sistem keuangan Islam tidaklah terisolasi
dari sistem keuangan konvensional. Dalam situasi demikian, diperlukan kerja sama dan
koordinasi internasional. Saat ini, sudah terdapat beberapa lembaga internasional, seperti
internasional Financial Services Board (IFSB) di Malaysia, International Islamic Financial
Markets (IIFM), dan Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) di Bahrain. Peran dari institusi-institusi tersebut sebaiknya diperkuat dan ditingkatkan.

Ketiga, perlunya kolaborasi di tingkat pengawasan sistem keuangan Islam lintas negara.
Saat ini, telah terlihat banyak lembaga keuangan Islam yang beroperasi secara global, namun
memiliki kekurangan kolaborasi di dalam pengawasan lintas negara. Hampir seluruh kolaborasi
pada sistem keuangan Islam fokus terhadap standar regulasi dan manajemen likuiditas.

Keempat, perlunya model bisnis sistem keuangan Islam khususnya di perbankan syariah,
dengan memberikan penekanan pada bisnis di sektor rill ketimbang pasar keuangan. Selain lebih
mempromosikan pertumbuhan yang berkesinambungan. Model seperti ini lebih mampu menahan
tekanan krisis keuangan. Perkembangan keuangan ekonomi Islam di Indonesia sampai saat ini
masih sejalan dengan model bisnis. Hal ini disebabkan adanya perkembangan produk sistem
keuangan Islam yang didorong oleh pasar dalam memenuhi permintaan di sektor riil. Namun
demikian, strategi ini bukan berarti melupakan upaya perkembangan produk-produk keuangan
Islam di Indonesia yang terhitung masih agak tertinggal.

Kelima, perlunya penetapan acuan rate of return berdasarkan prinsip Islam yang
sesungguhnya. Prinsip berbagi keuntungan dan kerugian merupakan semangat terciptanya sistem
keuangan Islam. Namun demikian, sampat saat ini, lembaga keuangan Islam sepertinya
cenderung mengacu pada rate of return sistem perbankan konvensional, yakni suku bunga.
Perilaku seperti ini membawa risiko bagi reputasi lembaga keuangan Islam itu sendiri16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah, serta
dari penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai bentuknya,
struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak berubah selama empat belas
abad. Tujuan utama sistem keuangan Islam adalah: menghapus bunga dari semua transaksi
keuangan dan menjalankan aktifitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, distribusi kekayaan
yang adil dan merata, kemajuan pembangunan ekonomi. Sebagai bagian instrumen pengembang
aktivitas di bidang ekonomi, beragam tantangan dihadapi sistem keuangan Islam, seperti pada
16
Jurnal Implementasi Prinsip Islam dalam Aktivitas Ekonomi: Alternatif Mewujudkan Keseimbangan Hidup Mursal
dan Suhad, Februari 2015
27
aspek teoritis, operasional dan implementasi, Sistem risk-sharing telah lama hilang dari khazanah
sistem keuangan modern. Salah satu penyebabnya adalah sistem perbankan modern melakukan
intermediasi untuk menyediakan uang bagi pelaku usaha dengan tingkat bunga sesuai kontrak.

Tantangan utama pengembangan sistem keuangan risk-sharing adalah ketidakseimbangan


keuangan secara fiskal, moneter, dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sehingga Untuk
memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap ekonomi, sistem keuangan Islam perlu
memiliki porsi yang lebih signifikan terhadap total asset keuangan, yakni setidaknya 20 persen.
Oleh karena itu, pemerintah, bank sentral, dan agen-agen ekonomi yang peduli pada sistem
keuangan Islam perlu bekerja lebih keras.

B. Saran

Singkatnya pemaparan materi ini, yang tentu tidak menutup kita hanya untuk
mengetahuinya dari tulisan yang sangat singkat ini. Banyak hal lain yang juga sangat penting
untuk mengupayakan perjuangan kita bisa berbangga atas perjuangan perjuangan kita yang
melewati onak duri dan jalan yang berliku namun berakhir dengan kejayaan. Semoga Allah
memberikan balasan yang terbaik kepada para pelaku ekonomi dan para ahli ekonomi, serta
pejabat dan pemerintah yang berperan penting juga dalam kegiatan. Dan pada akhirnya mohon
maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dari ini. Wallahu A’lam bish Shawab.
Daftar pustaka

A. Kumedi Ja'far Jurnal, Peranan Hukum Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Di Indonesia

Asy-Syar’iyyah, Vol. 2, No.1, Juni 2017, KONSEP DASAR DALAM SISTEM KEUANGAN
SYARIAH, diakses pada tanggal 1 Oktober 2021

Dendy Herdianto- maqashid syariah, November 24, konsep-dan-terminologi-lembaga-


keuangan-syariah

https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/prinsip-sistem-keuangan-syariah

https://www.kompasiana.com/amp/handikasurbakti/5e9413a7097f36075f06e282/filosofi-

https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/konsep-dasar-ekonomi-dan-
keuangan-islam-oleh-khoiruddin-hasibuan-lc-m-a-2-7

https://qazwa.id/blog/maqashid-syariah

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/mua/issue/view/375

29
Jamaludin Jamaludin, Vol 12 No 1 (2020): Januari-Juni 2020, Konsep Dasar Ekonomi Menurut
Syariat Islam, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021

Lely Shofa Imama, Vol. II, No. 2, Desember 2008, Ekonomi Islam: Rasional dan Relevan,
diakses pada tanggal 2 Oktober 2021

Muh. Arafah, M.E, Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and Business Vol. 1 No. 1, Juni
2019, SISTEM KEUANGAN ISLAM: SEBUAH TELAAH TEORITIS, diakses pada tanggal 2
Oktober 2021

M Luqman Hakim, Volume 1 Nomor 2 Maret – Agustus 2018, KONSEP DAN APLIKASI
MANAJEMEN KEUANGAN ISLAM, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Jurnal Implementasi Prinsip Islam dalam Aktivitas Ekonomi: Alternatif Mewujudkan
Keseimbangan Hidup Mursal dan Suhad, Februari 2015

Rahmat Ilyas, Vol. 2, No.1, Juni 2017, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021

Samsul, S., Hamid, N. M., & Nasution, H. G. (2019). Sistem Pengendalian Inflasi dalam Sistem
Ekonomi Islam. Al-Azhar Journal of Islamic Economics, 1(1), 16-28.

Yuliyani, Iqtishadia, Vol 8, No. 1, Maret 2015,KONSEP DAN PERAN STRATEGIS


EKONOMI SYARIAH TERHADAP ISU KEMISKINAN, diakses pada tanggal 2 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai