7223 15520 1 SM
7223 15520 1 SM
SEMARANG
Program Studi Teknik Lingkungan FT-UNDIP, Jl. Prof H. Sudarto SH Tembalang Semarang
Email: ganjarsamudro@undip.ac.id
ABSTRAK
Air limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi industri maupun domestik
(rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Perencanaan ini bertujuan untuk mengelola air
limbah khususnya grey water dalam mengatasi permasalahan sanitasi. Dalam perencanaan ini
rencana induk atau masterplan dikaji berdasarkan lima aspek yaitu aspek kelembagaan, teknis,
sosial-ekonomi, pembiayaan, dan lingkungan. Pada masterplan ini direncanakan akan dibangun dua
buah IPAL yang berlokasi pada kawasan Jatisari dan Mijen serta penyaluran air limbah yang
dilakukan secara gravitasi. Berdasarkan skala prioritas, dengan kriteria yang menyangkut aspek
kepadatan penduduk, kondisi eksisting, dan kondisi sosial-ekonomi, maka prioritas utama
penanganan adalah kawasan Jatisari, baru kemudian kawasan Mijen.
Kata kunci : masterplan, air limbah, grey water, Bukit Semarang Baru
1
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
lima aspek tersebut, ditemukan beberapa penyusunan desain masterplan, dan melalui
alternatif penyaluran dan alternatif pengolahan. desain masterplan tersebut maka dapat
Kemudian ditinjau, untuk menentukan alternatif dihitung rencana anggaran untuk biaya
terpilih yang sesuai untuk diterapkan di operasional dan maintenance.
Kawasan BSB. Setelah itu, dilakukan
2
Priska SP., Ganjar S. dan Wiharyanto O.
Masterplan Air Limbah Kawasan BSB Kota
Semarang
Sehingga tidak terlalu jauh dilakukan pembuangan air limbah, memiliki kondisi yang
penyaluran menuju ke sungai. tidak terlalu baik, terutama untuk kawasan
Yang terakhir yakni analisa tata guna Jatisari. Karena sifatnya yang terbuka, banyak
lahan, dimana kawasan BSB terkhusus sekali sampah yang masuk ke dalam saluran
kawasan BSB Mijen masih dalam tahap sehingga menyumbat aliran. Hal tersebut
pengembanngan. Sehingga dirasa perlu dan mengakibatkan timbul bau yang tidak sedap
akan sangat berguna untuk dibangun IPAL. dan membuat masyarakat kurang nyaman.
2. Aspek Non-Fisik Kemudian lokasi pemilihan IPAL di pilih
Di dalam aspek non-fisik ini, masih berdasarkan beberapa kriteria, antara lain
terdapat beberapa aspek pendukung seperti dekat dengan badan air penerima, berada
aspek sosial-ekonomi. Pada aspek ini, tingkat pada kawasan bebas banjir atau longsor, serta
kesejahteraan penduduk berada dalam posisi memiliki kondisi topografi yang lebih rendah
yang cukup baik, walaupun kawasan BSB dibanding pemukiman.
memiliki kepadatan penduduk yang cukup Aspek lingkungan berkaitan dengan
tinggi. Pada tingkat pendidikan dominansi lingkungan masyarakat BSB. Karena
penduduk mengenyam pendidikan terakhir pembangunan hingga perawatan semuanya
antara SMA hingga sarjana. Sedangkan mata berkaitan dengan masyarakat. Kemudian
pencaharian untuk kawasan Jatisari lebih untuk aspek pembiayaan, dimana berkaitan
didominasi oleh PNS dan kawasan Mijen dengan biaya retribusi yang dibebankan
didominasi oleh pegawai swasta. Akibat kepada masyarakat untuk menunjang biaya
perbedaan mata pencaharian tersebut, perawatan dan pembangunan. Sedangkan
berbeda pula tingkat pendapatannya, dimana untuk aspek kelembagaan, berkaitan dengan
pada kawasan Jatisari memiliki tingkat lembaga yang bertanggung jawab terhadap
pendapatan antara 2.000.000-4.000.000 per sistem pengelolaan air limbah yang akan
bulan, sedangkan pada kawasan Mijen lebih direncanakan. Kawasan BSB sebenarnya telah
dari 4.000.000 per bulan. Perbedaan memiliki lembaga pengelolaa, hanya saja tidak
pendapatan ternyata mempengaruhi berjalan dengan optimal karena fokus kerja
pemakaian air bersih setiap bulan. Dari hasil hanya pada sistem pengelolaan sampah.
kuesioner yang telah disebar, didapat 24 m3
dan 20 m3 per bulan untuk kawasan Skematik Masterplan
permukiman Mijen dan Jatisari. Untuk Terdapat beberapa skematik masterplan,
kawasan Niaga sekitar 5 m3 per bulan dan tentang penyaluran air limah serta lokasi IPAL.
kawasan industri sekitar 20 m3 setiap Ketiga alternatif tersebut dianalisa
bulannya. menggunakan analisa SWOT untuk
Pada aspek teknis, dilakukan analisa menentukan alternatif yang paling sesuai.
sarana penyaluran, dimana saluran drainase
yang juga berfungsi sebagai saluran
3
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X
Maka terpilihnya alternatif ketiga sebagai Alternatif ini melayani 4 blok kawasan
sistem penyaluran air limbah dan Mijen dengan debit 15,578 L/detik dan
pengolahannya, karena lebih efektif dan hemat kawasan Jatisari dengan debit 24, 627 L/detik.
biaya. Dimana pada alternatif ini direncanakan
dibangun dua buah IPAL yang berlokasi di Karakteristik Air Limbah
kawasan Mijen dan Jatisari, sedangkan untuk Dari hasil penelitian yang dilakukan di
penyalurannya dilakukan secara gravitasi dan laboratorium, didapatkan karakteristik limbah
tidak diperlukan pompa, karena telah sesuai sebagai berikut:
dengan kondisi topografi yang ada.
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Air Limbah dengan Baku Mutu Limbah Domestik
Pada ketiga pengolahan biologis tersebut, dilayani 100%, dan mulai dibangun 50%
penyusun merekomendasikan pengolahan pembangunan IPAL dan penyaluran air limbah
biologis dengan anaerobic filter. Walaupun kawasan Mijen. Sedangkan pada program
membutuhkan lahan yang luas dan konsumsi jangka panjang, seluruh kawasan Mijen telah
energi yang cukup tinggi, namun dalam terlayani 100%, selain itu, sistem retribusi
pemeliharaan dan pengoperasian mudah. Dari sudah mulai berjalan dan lembaga yang
segi biaya pun cukup rendah. bertanggungjawab juga telah beroperasi
dengan optimal.
Kebijakan Masterplan
Kebijakan masterplan memiliki tiga Rencana Anggaran Biaya Operasional
tahapan program, yakni jangka pendek (2012- dan Pemeliharaan
2015), jangka menengah (2015-2020), dan Untuk menunjang terselenggaranya
jangka panjang (2020-2025). Berdasarkan operasi dan pemeliharaan sistem, diperlukan
skala prioritas yang ditentukan dari beberapa biaya yang besarnya dipertimbangkan
faktor yaitu kepadatan penduduk, keadaan berdasarkan kemampuan masyarakat pemakai
sosial-ekonomi, dan kondisi eksisiting makan sistem sanitasi perpipaan. Dalam aspek
penangan lebih dahulu diutamakan pada keuangan diperhitungkan perkiraan besarnya
kawasan Jatisari. biaya operasional dan pemeliharaan dari
Pada program jangka pendek dilakukan sistem penyaluran dan pengolahan air limbah
pembangunan IPAL 100% dan pelayanan Kawasan Bukit Semarang Baru.
penduduk sebesar 80%. Pada jangka
menengah, seluruh kawasan Jatisari telah
4
Priska SP., Ganjar S. dan Wiharyanto O.
Masterplan Air Limbah Kawasan BSB Kota
Semarang
Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya Pembangunan dan OM Pengelolaan Air Limbah Kawasan BSB
No. Uraian Pekerjaan Satuan Biaya Pembangunan OM
Berdasarkan tabel diatas, diperlukan biaya Badan Pusat Statisik. 2010. Kecamatan Mijen
operasional dan pemeliharaan IPAL sebesar Dalam Angka. Kota Semarang
Rp 290.458.678,63 per tahun atau sebesar Rp Depkimpraswil. 2003. Pedoman Pengelolaan
24.204.889, 88 per bulan. Besarnya penarikan Air Limbah Perkotaan. Departemen
retribusi untuk sambungan rumah dapat Permukiman dan Prasarana Wilayah
dilakukan dengan kesepakatan secara Direktorat Jenderal Tata Perkotaan
musyawarah masyarakat pemakai berdasar dan Tata Perdesaan. Jakarta
kemampuan dan keputusan pihak developer. Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Harga
Namun, apabila penarikan retribusi dibagi rata Satuan Pekerjaan Bahan Dan Upah
untuk setiap 3185 KK untuk pelayanan Pekerjaan Konstruksi Propinsi Jawa
seluruh kawasan BSB, maka setiap KK harus Tengah Kota Semarang. Pusat
membayar Rp 10.000,00 untuk setiap Informasi Pengembangan Permukiman
bulannya. dan Bangunan Gedung. Jawa Tengah.
Eriksson, Eva, Karina Auffarth, Mogens Henze,
KESIMPULAN DAN SARAN Anna Leddin. 2001. Characteristic of
Grey Wastewater. Urban Water 4, 85-
Kondisi eksisiting pengelolaan air limbah di 104 dalam Dini Widianti Jurnal Studi
kawasan BSB : air limbah yang berasal dari Karakteristik Grey Water untuk Melihat
pemukiman dan industri masih dibuang melalui Potensi Pemanfaatan Grey Water di
saluran drainase menuju ke sungai. Belum Kota Bandung
terdapatnya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Hardjosuprapto, Moh. Masduki (MODUTO).
Limbah) untuk mengolah air limbah sebelum 2000. Penyaluran Air Buangan (PAB)
dibuang menuju ke danau. Danau yang Volume II. ITB. Bandung
berfungsi sebagai penampung air hujan tidak Hindarko. 2003. Mengolah Air Limbah Supaya
berjalan dengan optimal. Selain itu belum Tidak Mencemari Orang Lain. PT.
terdapatanya lembaga yang secara serius Esha. Jakarta
bertanggung jawab dalam pengelolaan air Juwitasari, Dian Eka. 2006. Laporan Tugas
limbah. Akhir : Desain Sistem Penyaluran Air
Alternatif masterplan yang sesuai untuk Buangan Domestik dan Bangunan
diterapkan di Kawasan BSB adalah alternatif Pengolahannya Kawasan Kekancan
ketiga, yaitu direncanakan dua bangunan IPAL Mukti Pedurungan. Teknik Lingkungan
yang berlokasi di kawasan Mijen dan Jatisari UNDIP. Semarang
dengan penyaluran yang dilakukan secara Metcalf & Eddy. 1981. Wastewater
gravitasi. Berdasarkan skala prioritas, dengan Engineering: Collection and Pumping
kriteria yang menyangkut aspek kepadatan of Wastewater. McGraw Hill. New
penduduk, kondisi eksisiting dan sosial- York.
ekonomi maka prioritas utama penanganan Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater
adalah daerah Jatisari. Engineering: Treatment and Reuse.
Saran yang direkomendasikan adalah McGraw Hill. New York.
perlu segera ditindak lanjuti dengan Pemerintah Republik Indonesia. 2001.
perencanaan rinci (DED) sesuai dengan skala Peraturan Pemerintah Nomor 82
prioritas di Kawasan BSB sebelum dilakukan Tahun 2001 tentang Pengelolaan
kegiatan fisik. Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Pemerintah RI :
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
Babbit, Harold E. 1969. Sewerage of Pemerintah Republik Indonesia. 2012.
Wastewater. John Willey & Sons, Inc. : Peraturan Pemerintah Republik
New York Indonesia No.5 Tahun 2012
Perubahan Atas Peraturan Daerah
5
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 10 No.1 Maret 2013, ISSN 1907-187X