Anda di halaman 1dari 10

Laporan Individual Plant Survey

Potensi Bahaya Pekerja Bagian Proses Pembentukan Keramik

UPTD Plered, Purwakarta

Oleh :

Dr. Edwin Halim

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

2021
A. Profil UPTD Keramik Plered

Sentra pengembangan home industri keramik Plered ini beralamat di Jl. Raya Anjun, Kecamatan
Plered, Purwakarta. UPTD ini mengumpulkan hasil kerajinan dari sentra produksi warga-warga
setempat, untuk kemudian dibantu dalam pemasaran dan pemberdayaan proses produksi. Sentra
produksi warga sekitar memproduksi maupun melakukan finishing (penghalusan dan
pengecatan) produk dengan mempekerjakan warga sekitar. Informasi umum mengenai
perusahaan lebih lanjut antara lain;

 Tahun Berdiri : 1972


 Jumlah Usaha : + 286 pengrajin
 Bidang Kegiatan : Pembuatan dan Finishing produk keramik
 Produk : Pot, Guci, Hiasan, dan Tembikar penyimpanan
 Output Produksi : Sesuai pesanan, + 500-3000 per minggu
 Jam Kerja : Sesuai pesanan; Senin-Minggu, jam 08.00-16.00
 Waktu Istirahat : 1-1½ jam di siang hari

Adapun fasilitas yang disediakan bagi pekerja, antara lain lapangan pakir, kamar mandi, serta
masjid. Metode kompensasi pekerja dilakukan dengan metode pembayaran per jumlah produk.

1
B. Alur Produksi UPTD Keramik Plered

2
C. Identifikasi Faktor Risiko di Bagian Proses Pembuatan Keramik (Meja Putar)

Hazard Identification Saran Pengendalian Risiko


NO Process Jenis Penjabaran Akut/
Risiko Hazard Kronik Substitusi Engineering Administrative PPE
Hazard Hazard
Nyeri punggung
Punggung bawah, herniasi
modifikasi
Pembuatan membungkuk nukleus pulposus,
1 Ergonomi K   station/posisi kerja
Keramik kedepan >5 jam sindrom
yang dapat diterima menyisipkan
per hari piriformis,
pekerja (menggali gerakan
skoliosis, kifosis
celah di tanah agar peregangan
gangguan
Sikut bertumpu terdapat ruang punggung, menggunakan
      muskuloskeletal, K  
pada paha untuk sedikit lengan, tangan, brace punggung
neuropati perifer
menekuk kaki jari-jari, dan kaki bagi pekerja
Satu kaki dalam gangguan
pekerja atau yang wajib
      posisi ekstensi >5 muskuloskeletal, K  
menyediakan meja dilakukan pekerja
jam per hari neuropati perifer
pendek untuk per 1-2 jam kerja
Satu kaki
gangguan sedikit meninggikan
digunakan untuk
      muskuloskeletal, K   area kerja)
alat pemutar
kelainan gait
tanah liat
mengganti
penyediaan
minyak
Kontak minyak sarana mencuci
dermatitis kontak tanah
    Kimia tanah dengan A/K   tangan setiap  
iritan dengan
kulit tangan pergantian
minyak
shift/sholat
sayur
Kontak tanah liat pemberian obat
infeksi cacing
    Biologi dengan kulit A/K     cacing per 6  
tambang
tangan bulan
koordinasi RT/RW
Asap bakaran setempat untuk
    Fisika sampah disekitar bronkitis K     membakar  
lokasi sampah diluar
jam kerja pegawai
Pencahayaan kelelahan mata, penambahan/ menyalakan
      gelap kesalahan A/K   penggantian lampu sebagian lampu  
(68-79 lux) produksi workshop meskipun siang

3
hari
Permukaan lantai tersandung/baran
lantai workshop
      workshop tidak g produksi A      
diratakan
rata terjatuh
merancang
kontrak kerja
pembayaran
Job security & berdasarkan
    Psikososial dilakukan per guci K      
stability pembagian hasil
yang dibuat
per job order
perusahaan

4
Pada alur produksi ini, potensi bahaya ergonomi memiliki risiko yang besar terhadap
terjadinya penyakit. Posisi kerja stasioner jangka panjang dengan posisi tubuh yang
janggal sangat berisiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal. Posisi pergelangan
tangan yang tidak ergonomis dan gerakan repetitif merupakan risiko terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome (CTS). Selain pergelangan tangan, pekerja juga duduk dalam posisi
membungkuk kedepan selama hampir seluruh jam kerja (lama posisi kerja di bagian
proses pembentukan keramik ini + 8-10 jam / hari, meskipun pihak pengrajin tidak
menetapkan jam kerja secara definitif).

Berdasarkan anamnesa dengan beberapa pekerja, bagian tubuh yang paling banyak
mengalami keluhan setelah shift adalah punggung bawah, seluruh kaki kanan dan kiri,
serta kedua bahu dan lengan serta pergelangan. Menurut pekerja, posisi membungkuk
kedepan dengan kedua kaki terjulur lurus kedepan merupakan penyebab utama keluhan
mereka (nyeri/pegal pada punggung bawah dan kesemutan/mati rasa pada sekujur kaki),
namun setelah mencoba beberapa perubahan posisi serta meja putar yang disediakan
UPTD, mereka merasa bahwa posisi kerja yang baru tidak optimal untuk membentuk
keramik. Melalui observasi, pekerja kerajinan plered memiliki postur berjalan (gait) yang
abnormal, yang diperkirakan terjadi karena gerakan repetitif satu kaki dalam memutar
meja saat membuat keramik.

5
Selain itu, terjadi risiko terjadinya reaksi dermatitis kontak iritan dari minyak tanah yang
digunakan sebagai pelumas saat pembentukan keramik (tidak terlihat di foto). Pekerja
juga mengatakan bahwa mereka dibayar berdasarkan jumlah keramik yang mereka
produksi setiap harinya, tanpa adanya jaminan kesehatan (pada kasus tertentu, pengajuan
reimburse dapat diajukan secara internal, namun tidak ada perjanjian tertulis terkait
jaminan kesehatan).

D. Usaha yang Telah Dilakukan di Bagian Proses Pembuatan Keramik


Pihak UPTD hanya merupakan fasilitator dan pemberdaya, sehingga tanggung jawab K3
dan kesehatan pekerja diserahkan pada pihak masing-masing pengrajin independen.
UPTD akan memberikan bimbingan dan pengajaran bila pengrajin menanyakan perihal
K3. Adapun fasilitas K3 dan kesehatan pekerja yang disediakan pengrajin yang
dikunjungi penulis adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pencahayaan ditempat kerja berupa pemasangan lampu ditempat kerja.
2. Pemberian istirahat selama 1- 1½ jam.
3. Sistem jam kerja yang fleksibel; pengrajin tidak diharuskan mengisi sejumlah jam
kerja tertentu; bayaran diberikan berdasarkan jumlah produk yang dibuat.

E. Rekomendasi
Dari penerapan kebijakan – kebijakan tersebut di area produksi keramik, masih terdapat
banyak ruang untuk perbaikan di bidang K3, yang berpotensi memberi dampak positif bagi
kesehatan dan keselamatan para pekerja. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan,
diantaranya :
Bagi Perusahaan
1. Modifikasi station kerja; menggali parit disekitar meja putar untuk kaki pekerja dapat
menapak sehingga posisi tidak menjulur.
2. Modifikasi meja putar; meja diputar dengan menginjak pedal dengan kaki dan bukan
secara manual.
3. Mengganti minyak tanah dengan minyak sayur.

6
4. Mengajarkan metode peregangan otot dan olahraga penguatan otot punggung dan perut,
untuk menambah stamina kerja dalam posisi duduk. (core muscle stretching &
strenghtening)
5. Penyediaan air minum ditempat kerja.
6. Penyuluhan dan pelatihan ergonomi/faal kerja serta metode peregangan dan penguatan
otot.

Bagi Pekerja

1. Berusaha membiasakan cara kerja bila terdapat perubahan/modifikasi alat dan posisi
kerja.
2. Mulai membiasakan diri melakukan peregangan dan olahraga penguatan otot punggung
secara rutin.

F. Lampiran

Gambar 1 Metode peregangan dan penguatan otot untuk mencegah nyeri punggung
7
8
Gambar 2 Contoh peregangan otot punggung
DAFTAR PUSTAKA

1. Introduction to Ergonomics [Internet]. 1st ed. Oregon: Geigle Safety Group Inc.; 2020
[cited 13 April 2021]. Available from:
https://www.oshatrain.org/courses/studyguides/711studyguide.pdf
2. Salvendy G. Handbook of human factors and ergonomics. Hoboken, NJ: Wiley; 2012.
3. Pengertian Lingkungan Kerja. [ Cited on November 25, 2015]. Available from
http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-jenis-manfaat-lingkungan-kerja.html
4. Kepmenkes No. 261 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
5. ILO Encyclopaedia - Contents [Internet]. Ilocis.org. 2021 [cited 13 April 2021].
Available from: http://www.ilocis.org/en/contilo.html

Anda mungkin juga menyukai