Anda di halaman 1dari 18

JUSTITIA JURNAL HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

PERLINDUNGAN PRIVASI DAN DATA PRIBADI


KONSUMEN DARING PADA ONLINE MARKETPLACE
SYSTEM
Masitoh Indriyani, Nilam Andaria Kusuma Sari, Satria Unggul W.P.
Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Airlangga, Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur 60286
Telp/Fax: (0623) 15023151, e-mail: masitoh@fh.unair.ac.id
Abstrak
Online marketplace system merupakan satu diantara bentuk perkembangan aktifitas e-
commerce. Online marketplace system menyediakan sarana aktifitas belanja secara daring
dimana memuat berbagai layanan untuk mempermudah konsumen daring (e-consumer).
Disisi lain, layanan yang mempermudah tersebut terdapat memberikan potensi ancaman
bagi konsumen daring terutama terkait dengan data pribadi dan privasi konsumen daring
tersebut. Penelitian ini membahas tentang perlindungan data pribadi dan privasi e-consumer
pada online marketplace system dengan menggunakan metode penelitian normatif (legal
research). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Statute Approach, Conceptual
Approach, Case Approach serta Comparative Approach. Hasil dari penelitian ini tampak
bahwa perkembangan e-commerce di Indonesia telah berjalan sedemikian pesat, setidaknya
Negara mendorong lahirnya start up baru yang dapat memanfaatkan pelbagai program,
salah satunya adaalah “1000 technopreuner” serta ada program-program lainnya. Namun,
hal tersebut tidak akan berjalan efektif tanpa adanya perlindungan hukum yang memadai,
khususnya terkait hak privasi dari konsumen. Di dalam regulasi nasional saat ini terdapat
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, PP Nomor 28 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik. Dengan dua regulasi hukum tersebut Kemenkominfo
dapat melakukan pendaftaran dan pendataan bagi pelaku usaha e-commerce melalui
serangkaian proses profiling dan report databased agar konsumen terhindar dari penipuan
yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab

Kata kunci: perlindungan hukum, data pribadi, privasi, e-commerce, online marketplace
system

A. Pendahuluan
internet untuk menjalankan aktivitas
Aktifitas belanja secara daring
daringnya. Lembaga survei yang bergerak
menjadi fenomena tersendiri di Indonesia.
dalam isu tren global infrastruktur internet,
Data dan laporan yang dihimpun oleh the
We are Social, dalam laporannya
Wall Street Journal maupun We are Social
menyatakan bahwa pada Januari 2015
menunjukkan peningkatan kegiatan daring
pengguna internet aktif di seluruh
yang sangat signifikan. Hal ini tak lepas
dunia adalah sebesar 3 Milyar pengguna
dari banyaknya pengguna aktif internet
yang memanfaatkan koneksi mobile

191
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

dengan prosentasi pertumbuhan sebesar Dengan teknologi yang dipakai


1
21%. tersebut, terdapat potensi permasalahan
Banyaknya angka pengguna pemanfaatan data pribadi para konsumen
internet di Indonesia menunjukkan potensi diantaranya pelacakan transaksi daring
pasar yang besar yang akan mempengaruhi dimana didalamnya terdapat preferensi
munculnya berbagai peluang bisnis baru. belanja, lokasi belanja, data komunikasi,
Disisi lain, ada beberapa hal yang perlu hingga alamat seorang konsumen.
diperhatikan dalam kegiatan belanja daring Teknologi yang bernama cookies,3 dari
adalah isu tentang perlindungan data perangkat tersebut mampu untuk merekam
pribadi dan para konsumen daring. Bahwa aktifitas pencarian kita dan hasilnya adalah
dalam aktifitas daring, data pribadi ad targeting yang sesuai dengan hasil
merupakan salah satu hal esensial terutama pencarian daring konsumen sebelumnya.
berkaitan dengan metode pembayaran, Praktik intervensi terhadap privasi dan
pemasaran dan penawaran. gangguan terhadap data pribadi tentunya
Perusahaan e-comnmerce dalam menjadi salah satu persoalan besar yang
menawarakan dan memasarkan barangnya mengemuka terutama dengan semakin
bergantung kepada teknologi apa yang meningkatnya pemanfaatan tekonologi
disebut sebagai ad-targeting. Ad-targeting informasi dan komunikasi seperti cookies
adalah kegiatan yang dilakukan oleh dalam ad-targeting.
kalangan industri dan bisnis untuk Situasi tersebut tentunya berakibat
memasarkan sebuah produk barang dan pada rentannya perlindungan hak atas
jasa dengan cara menarget potential privasi tiap-tiap konsumen daring.
consumer. Latar belakang dari ad- Diberbagai negara, isu yang terkait dengan
targeting sendiri adalah adanya teknologi privasi serta pengaturan mengenai privasi
yang memberikan kemudahan dan telah mulai berkembang sebagai bagian
keakurasian dalam promosi dan pemasaran
dengan biaya rendah.2
Berekspresi di Indonesia: Hukum, Dinamika,
Masalah dan Tantangannya, Jakarta: Elsam,
1
Simon Kemp, (2015), Digital, Social, Mobile in hlm.192.
3
2015, We Are Social, Cookies adalah sekumpulan file kecil yang
http://wearesocial.sg/blog/2015/01/digital-social- disimpan di dalam komputer seorang user. Cookies
mobile-2015/ [Akses 5 Juni 2017]. dirancang sedemikian rupa untuk menyimpan data
2
Masitoh Indriani, (2015), Praktek Surveillance spesiifik pada situs web tertentu sehingga dapat
dan Unlawful Interception sebagai Pelanggaran diakses balik oleh server website yang pernah
terhadap Hak atas Privasi dalam Kebebasan dikunjungi.
192
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

yang utuh dari perkembangan sosial internet.5 Sementara itu angka perilaku
masyarakatnya. belanja daring di Indonesia pada Januari
Bahkan, pengalaman di sejumlah 2015 menunjukkan bahwa para konsumen
negara demokratis menunjukan, hukum daring ini lebuh memanfaatkan jaringan
positif dan jurisprudensi mengenai privasi internet melalui Personal Compuer (PC)
telah muncul jauh sebelum privasi menjadi dan mobile internet dengan angka
bagian yang utuh dari rejim hukum hak pengguna internet dengan perangkat PC
asasi manusia internasional. adalah 18% dan perangkat mobile internet
Dalam perkembangan terbaru, sebesar 16%.6 Indonesia sendiri, pada
Dewan HAM PBB telah mengadopsi Maret 2016 mencatat angka pertumbuhan
Resolusi 68/167 tentang perindungan hak 16% terkait dengan aktivitas e-
atas privasi di era digital.4 Salah satu Commerce.7 Sedangkan prosentase
klausulnya menegaskan bahwa hak yang beberapa negara ASEAN misalnya
sama bagi setiap orang saat mereka offline Malaysia dengan angka pertumbuhan 37%,
juga harus dilindungi saat mereka online, Vietnam 24%, Pilipina 21%, dan Thailand
termasuk hak atas privasi. Di Indonesia 18%.8
sendiri, isu mengenai pentingnya Lebih lanjut, dalam laporannya The
perlindungan hak atas privasi mulai Wall Street Journal menyatakan bahwa
menguat seiring dengan makin berkembangnya aktifitas daring tersebut
meningkatnya jumlah pengguna telepon didukung oleh adanya akses terhadap
seluler dan internet dalam beberapa tahun infrastuktur jaringan internet.9 Sejumlah
terakhir. kasus yang mencuat, terutama yang
Berdasarkan laporan We are memiliki keterkaitan dengan kebocoran
Social, Indonesia mencatat Sedangkan di
5
Indonesia terdapat 72.7 juta pengguna Enrico Lukman, (2015), The latest numbers on
web, mobile, and social media in Indonesia
aktif, 72 juta pengguna aktif media sosial (INFOGRAPHIC,https://www.techinasia.com/indo
nesia-web-mobile-data-start-2015, [akses pada 3
dimana didalamnya terdapat 62 juta Maret 2017].
6
Ibid.
pengguna yang memanfaatkan mobile 7
Simon Kemp, Op.Cit.
8
Ibid.
9
Resty Woro Yuniar, (2015), What makes e-
Commerce Work in Indonesia, The Wall Street
4
Tim Privacy International dan ELSAM, (2015), Journal,http://blogs.wsj.com/indonesiarealtime/201
Privasi 101: Panduan Memahami Privasi, 5/03/03/what-makes-e-commerce-work-in-
Perlindungan Data dan Surveilans Komunikasi, indonesia/, [akses pada 3 Maret 2017].
Jakarta: Elsam, hlm.5.
193
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

data pribadi seseorang, yang berbuntut C. Pembahasan


pada aksi penipuan, kian menguatkan Definisi Online Marketplace System
wacana perihal urgensi penguatan Hukum ekonomi klasik telah

perlindungan hak atas privasi. Dalam fakta memberi tanda terkait bagaimana sistem

keseharian, tidak adanya mekanisme dan mekanisme perdagangan dijalankan,

perlindungan terhadap privasi, terutama dimana jika ada permintaan (Supply),

data pribadi, berimbas pada penawaran selalu ada penawaran (Demand), pun hal-

kepada konsumen, bermacam produk, nya terjadi didalam mekanisme e-

mulai dari properti, asuransi, fasilitas commerce hari ini, yang dibutuhkan oleh

pinjaman,sampai dengan kartu kredit. penjual dan penyedia jasa e-commerce

Disisi lain konsumen sama sekali tidak melihat peluang bahwa data privasi dari

pernah menyerahkan data pribadinya konsumen daring memberikan kemudahan

kepada produsen bersangkutan terkait untuk mengetahui dan menjual produk-

dengan preferensi suatu produk maupun produk sesuai yang diinginkan dengan

jasa. tepat dan tanpa susah payah, walau hal

Rumusan Masalah tersebut jelas-jelas telah melanggar hak

Dari uraian latar belakang tersebut, privasi dari konsumen daring itu sendiri.

rumusan masalah yang diangkat dalam Definisi online marketplace system

penelitian ini adalah: menurut Albert J. Marcella Jr. dan Carol

1. Pengaturan Privasi konsumen daring Stucki10 sebagai The collection and use of

dalam online marketplace system. personal information for marketing

2. Perlindungan Privasi dan Data Pribadi purposes. Dalam istilah tersebut, dapat

konsumen daring dalam online dilihat bahwa definisi terkait Online

marketplace system. Markeplace System sebagai cara-cara


mengkoleksi informasi pribadi secara

B. Metode Penelitian daring untuk tujuan bisnis. selain

Penelitian normatif (legal research) melanggar hak privasi konsumen juga

dengan pendekatan statute approach, bentuk pengabaian prinsip-prinsip

conceptual approach, case approach serta kepercayaan yang dibangun antara

comparative approach. 10
Albert J. Marcella Jr. dan Carol Stucki, (2003),
Privacy Handbook: guidelines, exposures, policy
implementation, and international issue, New
Jersey: John Wiley & Sons,Inc, hlm. 198.
194
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

konsumen dengan penyedia jasa e- merupakan konsumen daring, hal tersebut


commerce yang dilakukan oleh penyedia bertujuan untuk kepentingan komersial dan
platform online marketplace system. industri sehingga calon konsumen ad-
Selanjutnya, teknologi cookies targeted terhadap produk yang
yang digunakan bagi penyedia platform diminatinya.12
online marketplace system untuk Privacy Policy Dalam Online Marketplace
pengumpulan pelbagai macam preferensi System
Secara definisi, Anup K. Gosh
pencarian produk seseorang tersebut
menjabarkan Privacy Policy sebagai “... as
digunakan sebagai basis pengetahuan dan
a comprehensive description of a Web
minat dari calon pembeli dan pengetahuan
site's practices which is located in one
bagi penyedia platform online marketplace
place on the site and may be easily
system iklan-iklan mana yang cocok untuk
accessed. Every organization involved in
dipasarkan dengan presisten kepada calon
electronic commerce transactions has a
pembeli yang tepat, hal tersebut dapat
responsibility to adopt and implement a
diketahui melalui aksi-aksi yang dilakukan
policy for protecting the privacy of
calon pembeli seperti: pengulangan akses
individually identifiable information”.13
terhadap suatu situs; interaksi; kata kunci;
Privacy policy merupakan
konten produk yang dicari secara online;
deskripsi yang lengkap yang menyatakan
dsb. setidaknya hal tersebut yang
tentang tanggungjawab dan pelaksanaan
digambarkan oleh Rosemary Jane untuk
dari ketentuan tersebut dalam rangka
mendefinisikan online marketplace
melindungi hak privasi seorang individu
system.11
yang telah mengungkapkan data privasinya
Online marketplace system menurut
dalam kegiatan e-commerce. Privacy
pandangan G.B.F.Niblett juga
policy dalam setiap transaksi kegiatan e-
mengafirmasi pengertian yang sama,
commerce dapat diakses dengan mudah,
dimana dalam pengertiannya disebutkan
hal ini dikarenakan ketentuan tersebut
sebagai penggunaan akses media online
menjadi sangat penting dalam kegiatan e-
untuk memasuki hal-hal yang tidak
diinginkan dari hak privasi inidividu yang 12
G.B.F.Niblett, (1992), Digital Informatian and
Privacy Problem, Paris: OECD Publisher, hlm. 16-
17.
11 13
Rosemary Jay, (3rd edition), (2007), Data Anup K. Ghos, (2001), E-commece Security and
Protection: Law and Practices, Sweet & Maxwell, Privacy, Massachusetts: Kluwer Publishing, hlm.
London, hlm. 769-770. 71.
195
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

commerce sebagai code of conduct yang Kedepan, proyeksi perlindungan data


dihormati oleh para pihak. privasi melalui mekanisme privacy policy
pada online marketplace system terus
Pengaturan Privacy Policy Dalam Online
berbenah, karena ada dua regulasi hukum
Marketplace System Menurut Hukum
yang secara spesifik mengatur mengenai
Positif Indonesia
hak privasi, yaitu Rancangan Peraturan
Indonesia secara umum memiliki
Menteri tentang Perlindungan Data Pribadi
regulasi hukum yang mengatur mengenai
yang meupakan amanah dari PP Nomor 82
privacy policy dalam online marketplace
tahun 2012 serta Rancangan Undang-
system, yaitu terdapat dalam Undang-
Undang mengenai Perlindungan Data
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Pribadi, dua regulasi hukum tersebut
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
didorong oleh pemerintah untuk menjawab
Nomor 18 Tahun 2008 tentang ITE) dan
kebutuhan masyarakat terkait dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
perlindungan privasi konsumen. Tujuan
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
dari regulasi hukum tersebut mendorong
Transaksi Elektronik (PP Nomor 28 Tahun
agar klausul baku yang sering disuguhkan
2012 tentang PSTE). Salah satu lead
kepada calon konsumen pada aplikasi e-
sector Pemerintah Indonesia yang
commerce dapat secara adil dan terbuka
menangani e-commerce adalah
untuk disepakati kedua belah pihak.
Kementerian Komunikasi dan Informasi
Kondisi riil dalam kegiatan e-
(Kemenkominfo),14 dari dua regulasi
commerce menunjukkan bahwa konsumen
hukum tersebut Kemenkominfo memiliki
adalah pihak yang lemah dalam setiap
program pendaftaran dan pendataan bagi
transaksi tersebut, artinya aturan-aturan
pelaku usaha e-commerce melalui
teknis terkait code of conduct dari aktivitas
serangkaian proses profiling dan report
e-commerce tersebut diharapkan mampu
databased. Hal ini bertujuan agar
melindungi kepentingan konsumen melalui
konsumen terhindar dari penipuan yang
detail per-consent dari privacy policy yang
dilakukan oknum yang tidak bertanggung
berlaku dalam setiap kegiatan e-commerce
jawab.
agar disepakati kedua belah pihak,
sehingga penyedia platform online
14
Hasil field research di Bidang Hukum Sub marketplace system tidak dengan mudah
Direktorat E-Business, Kementerian Komunikasi
dan Informasi RI, pada tanggal 21 Agustus 2016. meng-collect data untuk profit oriented.
196
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Dalam konteks ini negara bersifat E-Commerce) mengatur mengenai


justice and fairness dalam menjadi “pihak hubungan para pihak dalam e-commerce
ditengah-tengah” dan menjadi pihak yang (Business to Business/ B2B) termasuk
mengkontrol privacy policy yang terkait dengan mekanisme hukum
dirumuskan disepakati oleh penyedia jasa manakah yang digunakan bagi para pihak
e-commerce/penjual dengan konsumen jika terjadi permasalahan hukum yang
terkait dengan data privasi yang dilakukan diterapkan termasuk yurisdiksi dan
secara daring. sehingga dalam konteks ini, peradilan mana yang berwenang mengadili
klausul baku privacy policy yang sangat dalam sengketa e-commerce.
banyak kekurangan tersebut dapat segera Pada Pasal 3 (1) EU Directive on
diperbaiki agar hak-hak konsumen tidak E-Commerce mengatur mengenai
terlanggar. intepretasi aturan ini dalam wilayah apa
Pengaturan privacy policy Dalam Online saja dapat diterapkan, yaitu: 16
Marketplace System di Beberapa Negara
a. Aturan-aturan dalam hukum privat
Di beberapa negara khususnya di
internasional yang relevan diterapkan
negara-negara anggota Uni Eropa dan
dalam setiap transaksi e-commerce.
Amerika Serikat yang telah established
b. Aturan mengenai hukum privat
kondisi e-commerce yang ada telah
internasional ini terkait dengan IPL
mengatur mengenai mekanisme privacy
Rules of the country establishment of
policy dalam online marketplace system
the information society service provider
telah dituangkan didalam pelbagai regulasi
(ISSP)17 yang relevan diterapkan dalam
hukum baik dalam aspek hukum
transaksi e-commerce.
internasional, tingkat regional (seperti EU
c. Aturan-aturan tersebut hanya berpusat
Directive) maupun dalam perundang-
pada substansi hukum, jadi hukum
undangan nasional.
privat internasional tidak dapat
Uni Eropa
diterapkan/dilarang jika telah diatur
Pengaturan secara umum mengenai
e-commerce di Uni Eropa dituangkan
dalam Europe Union Directive on
Eropa dalam The European Parliament and of the
15 Council.
Electronic Commerce (EU Directive on 16
Lilana Edward,( 2005), The New Legal
Framework From E-Commerce in Europe, Oregon:
15
EU Directive 2000/31/EC, ditandatangani pada 8 Hart Publishing, hlm. 4-5.
17
Juni 2000 oleh perwakilan negara-negara Uni Pasal 2 EU Directive on E-Commerce
197
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

dengan tegas dalam mekanisme hukum seperti pada EU Directive on the


nasional para pihak. protection of Consumers in Respect of
Terkait dengan regulasi hukum Distance Contract,19 dalam regulasi
internasional mengenai perlindungan hak hukum tersebut mengatur mengenai:
privasi dalam kegiatan e-commerce, The perlindungan konsumen dari ketentuan
Organization for Economic Cooperation kontrak yang tidak adil, penjualan serta
and Development (OECD) yang jaminan atas jangka waktu penjualan, hal
merupakan organisasi antar-pemerintah tersebut berkaitan dengan bagaimana
yang terdiri dari 29 Negara anggota yang harmonisasi dan pembaharuan hukum
berasal dari negara-negara Uni Eropa, antar negara anggota Uni eropa untuk
Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia, kontrak konsumen baik barang maupun
dan Selandia Baru telah membuat jasa.20
perjanjian multilateral terkait dengan Selain itu, pada tahun 1995 telah
perlindungan data privasi dalam kegiatan diadopsi European Union Data Protection
e-commerce pada konteks global Directive (EU Data Protection Directive),
marketplace. Dimana didalam yang memberikan ketentuan-ketentuan
rekomendasinya memberikan kewajiban mengenai perlindungan data privasi bagi
bagi negara-negara pihak untuk membuat masyarakat European Union (EU), selain
regulasi nasional dengan prinsip-prinsip hal tersebut berkaitan dengan dilarangnya
khusus mengenai proteksi atas privasi dan aliran bebas informasi antar-negara
kebebasan individu yang berkaitan dengan anggota EU, juga dikembangkan untuk
data privasi konsumen daring yang pelaksanaan bisnis dan e-commerce.
terekam dalam cookies agar tidak Lebih spesifik, terkait privacy
disalahgunakan, hal ini menjadi formulasi policy dalam online marketplace system di
hukum yang bersifat universal dan berlaku Uni Eropa diatur dalam Pasal 7EU
bagi negara-negara pihak.18 Directive on E-Commerce dan diatur lebih
Lalu, di tingkat Uni Eropa, terdapat spesifik dalam Pasal 5(3) The Privacy and
regulasi hukum ditingkat regional yang Electronic Communication Directive 2002
mengatur mengenai perlindungan data (PECD), didalam aturan tersebut
privasi dalam kegiatan e-commerce, 19
EU Directive 1997/7/EC
20
Pablo Cortez, (2011), Online Dispute Resolution
18
Albert J. Marcella Jr. dan Carol Stucki, Op.Cit, for Consumers in the European Union, New York:
hlm. 74. Routledge, hlm.13-14.
198
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

dijelaskan bahwa teknologi cookies dalam didalam ketentuan hukum nasional


online marketplace system telah memberi beberapa negara di Uni Eropa, tidak semua
dampak yang besar terhadap pelanggaran negara-negara Uni Eropa akan dibahas
atas data privasi konsumen daring yang didalam pembahasan ini, pembahasan
sedang melakukan transaksi e-commerce, dikhususkan kepada negara-negara yang
perlu ada upaya banning dari teknologi telah established dalam pembuatan
tersebut dalam segala kegiatan e- kebijakan privacy policy dalam online
commerce yang sifatnya wajib untuk marketplace system, negara-negara
ditaati. tersebut adalah: Prancis, Jerman, Britania
Seluruh kegiatan e-commerce Raya.22
termasuk perusahaan yang memproduksi Prancis
produk-produk yang akan dipasarkan Bagi Negara Prancis, telah
dalam e-commerce maupun perusahaan memiliki regulasi hukum yang telah lama
perbankan yang memproduksi kartu kredit diterapkan pada tahun 1978 berkaitan
bagi konsumen-konsumen yang berada di dengan data processing, data files, and
Uni Eropa diwajibkan membuat ketentuan individual liberties (relative it
yang jelas dan dita’ati para pihak melalui l'infonnatique, aux fichiers et aux libertes),
privacy policy yang sesuai dengan standar regulasi hukum tersebut kemudian terdapat
dari EU Directive tersebut. Didalam perubahan-perubahan yang menyesuaikan
privacy policy tersebut harus bersifat jujur ketentuan dalam EU Directive.
dan memuat informasi yang komprehensif, Pasal 1 dari Undang-Undang
baik tentang tujuan hingga proses dari tersebut menyatakan bahwa” Computers
pengolahan data daring tersebut, sehingga must be at the service of each citizen.
hak-hak privasi dari konsumen daring Their development must occur in the
tidak terlanggar dalam kegiatan e- framework of international co-operation.
commerce tersebut.21 It must cause no damage or loss to either
Selain berlaku di tingkat regional human identity, human rights, right of
EU, pelbagai regulasi yang berkaitan privacy, or to public and individual
dengan privacy policy dalam online liberties”. pada regulasi hukum tersebut
marketplace system juga diterapkan secara tersirat menyatakan bahwa

22
Gerald Spindler, (2002), E-Commerce In Europe
21
Ibid, h. 56-57. and USA, Berlin: Springer-Verlag, hlm.93-296.
199
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Pemerintah Negara Prancis menjamin hak privasinya pada online marketplace


penggunaan teknologi komputer system.
khususnya internet sesuai dengan
Jerman
mekanisme hukum internasional (baik Negara Jerman telah memiliki
yang berlaku di tingkat regional Uni Eropa regulasi hukum yang berkaitan dengan
maupun internasional) dan tanpa data privasi dalam transaksi e-commerce
melanggar HAM, hak privasi, dan yang merupakan penerapan langsung dari
kebebasan individu seseorang. Directive 97/7/EC dari Kesepakatan
Lembaga Negara yang memiliki parlemen-parlemen di Uni Eropa terkait
otoritas untuk mengkontrol agar hak dengan perlindungan konsumen yang
privasi dapat terpenuhi dengan berkaitan dengan kontrak, hal tersebut
dibentuknya “Commission Nationale de kemudian dituangkan dalam Distance
l'Infonnatique et des Libertes" selanjutnya Contract Act.
disingkat CNIL. Pada Pasal 19, Dalam regulasi hukum tersebut
pengaturan mengenai data privasi ini menjelaskan secara komprehensif
digunakan dalam sektor, yaitu: identitas mengenai kewajiban dan tanggung jawab
pemilik data, tujuan dari pemrosesan data, dari pelaku usaha, khususnya terakit
penerima data, pengelolaan data di proteksi kepada status perlindungan
wilayah-wilayah manakah yang konsumen yang ditempatkan sangat baik,
diperkenankan, alih pihak data, katagori yang juga mengedepankan prinsip
siapa-siapakah yang berhak mengakses favourable. Selain itu, juga berlaku
data privasi, dsb. integrasi standart privacy policy pada
Walaupun dapat dilihat masih online marketplace system yang
umum, namun regulasi hukum tersebut disesuaikan dengan Pasal 2 Distance
berlaku terhadap semua sektor, salah Contract Act, sehingga memastikan baik
satunya adalah sektor e-commerce, dan penyedia jasa e-commerce dan konsumen
segala perubahannya mengikuti ketentuan daring melakukan perikatan dengan baik
yang diterapkan di negara-negara Uni dan menjamin terpenuhinya perlindungan
Eropa sehingga tidak ada hambatan bagi data privasi.
Negara Prancis untuk melindungi
konsumen daring yang melakukan
transaksi e-commerce agar tidak terlanggar
200
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Britania Raya g. Dapat menerima konsekwensi


Sebagai gabungan dari negara- pengaturan diluar yurisdiksi hukum
negara Inggris daratan, Britania Raya yang yang ditentukan oleh Uni Eropa asalkan
terdiri dari Inggris, Wales, dan Irlandia tidak bertentangan dengan aturan-aturan
memiliki regulasi hukum yang berkaitan di Britania Raya mengenai
dengan data privasi, hal tersebut perlindungan data privasi
dituangkan dalam The Data Protection Act Amerika Serikat
1998, memuat ketentuan mengenai Sama halnya dengan Negara-
informasi pribadi didalam regulasi hukum negara di Uni Eropa, pengaturan mengenai
nasional yang diatur dibawah regulasi perlindungan data privasi di negara
English Law. Dapat diringkas, bahwa hak Amerika Serikat dibahas secara detail,
privasi dalam aspek e-commerce mengatur dimana pendekatan yang dipakai oleh
mengenai: pemerintah Amerika Serikat mencegah
a. Proses yang adil dan sesuai kaidah secara spesifik pelang dalam aran privasi
hukum (termasuk hal-hal yang dan data-data sensitf, hal ini berlaku baik
berkaitan dengan informasi sensitif di negara-negara bagian maupun negara
konsumen daring) federal.
b. Proses dan tujuan khusus pengelolaan Terkait dengan perlindungan data
data privasi privasi terhadap konsumen diatur dalam
c. Keadaan, relevansi, dan hal-hal yang Federal Trade Commision Act 2010 (FTC
tidak diperkenankan terkait dengan Act 2010) yang dilaporkan dalam
pengelolaan data privasi. ‘Protecting Consumer Privacy in a Era of
d. data dapat dikumpulkan sejauh dari Rapid Change; A Proposed Framework
kesesuaian tujuan apa data tersebut for Business and Policymaker.23
dikumpulkan/ bukan untuk tujuan Dalam FTC Act 2010 dapat dilihat
profit. terkait dengan kerangka kerja hubungan
e. Menghormati hak-hak setiap individu transaksi elektronik dari penyedia e-
yang berkaitan dengan informasi data commerce dan konsumen daring, yaitu:
pribadi dan preferensi pencarian
didalam kegiatan e-commerce.
f. Melindungi dari akses terhadap data
23
Andrew Sewin, et.al, (2012), Data protection and
pribadi yang tidak diperkenankan Privacy, London: Sweet & Maxwell, hlm. 633-634.
201
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

a. Menerapkan dan membangun prinsip perkembangan e-commerce dibandingkan


perlindungan data privasi dalam setiap dengan negara-negara lainnya Asia, dalam
praktik bisnis. pengembangan dari sistem perlindungan
b. Menyediakan ruang yang luas bagi data privasi pada e-commerce di Negara
konsumen untuk meghormati Jepang, sekitar tahun 2000 Pemerintah
perlindungan data privasi yang dipunya Federal Jepang membuat regulasi hukum
termasuk dalam rangka pemanfaatan mengenai data privasi yang sedikit banyak
kepentingan komersial dari data privasi mengadopsi ketentuan hukum yang
itu sendiri. berlaku di Amerika Serikat dan Uni Eropa.
c. Membuat praktik pemanfaatan data Pengembangan atas undang-
privasi lebih transparan agar tidak ada undang terkait perlindungan data privasi
para pihak yang terciderai hak-nya. didorong oleh Keidanren, yang merupakan
d. Mengambil langkah edukatif kepada representative body yang khusus mengatur
konsumen terkait praktik penggunaan masalah industri dan perdagangan,
data privasi untuk kepentingan sehingga pada tahun 2003 telah disahkan
komersial dengan pilihan-pilihan yang dan mulai berlaku established pada 2005.
ada. Data Protection Act di Jepang yang
e. Penegakkan hukum bagi pelanggar FTC didorong oleh Keidanren adalah dalam
Act 2010 tersebut, pemerintah Amerika rangka penyesuaian mekanisme
memiliki badan-badan untuk perdagangan internasional seperti yang
perlindungan konsumen, yaitu: (i) US terdapat di Uni Eropa maupun regulasi
Departement of Commerce, White hukum perdagangan Amerika Serikat, atau
House/ sub bagian Kepresidenan AS juga sesuai dengan ketentuan Safe
(National Strategy of Trusted Identities Harbour Agreement antara Uni Eropa
in Cyberspace Initiative) yang dengan Amerika Serikat. Upaya membuat
bekerjasama dengan kekuatan sipil rezim hukum perlindungan data privasi
lainnya untuk mendorong privasi, yang berlaku bagi perusahaan Jepang yang
keamanan, dan perlindungan data telah masuk dalam persaingan
sensitif dalam transaksi online. perdagangan di Uni Eropa, dengan dasar
Jepang kepentingan tersebut maka disetujui usulan
Negara Jepang merupakan negara
yang sangat prospektif terkait dengan
202
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

dari Keidanren terkait dengan Data d. Harus tersedia cara bagi pemilik data
24
Protection Act tersebut. pribadi untuk mengubah dan
Prinsip-prinsip yang Dibangun Dalam memperbaiki identitasnya.
Privacy Policy e. Setiap pihak yang telah melanggar
Simon Ginkhaef25 memberikan ketentuan privacy policy dengan
petunjuk terkait dengan prinsip-prinsip mengumpulkan, menyalahgunakan, dan
yang dibangun dalam privacy policy, menyebarluaskan data privasi harus
bahwa keberadaan privacy policy pada mengambil tindakan-tindakan
awal digunakannya e-commerce menjadi pemulihan, ganti rugi, dan menjaganya
petunjuk bagi penyedia online marketplace kembali di kemudian hari.
system untuk tidak melanggarnya karena Prinsip-prinsip tersebut menjadi
hal tersebut menjadi dasar bagi itikad yang pegangan baik bagi konsumen maupun
baik antar para pihak dalam melakukan penyedia e-commerce dan penyedia online
aktivitas e-commerce, yaitu: marketplace system untuk memenuhi
a. Diwajibkannya sistem pencatatan data ketentuan dalam setiap awal melakukan
yang sifatnya sangat rahasia. kegiatan e-commerce, harus dipakati
b. Bagi data privasi yang telah tercatat, privacy policy yang menjadi aturan dalam
harus ada upaya yang diberikan bagi hubungan ekonomi tersebut.
pemilik data untuk mengetahui Tujuan Pengaturan Privacy Policy
bagaimana data privasi tersebut Tujuan paling penting dari privacy
digunakan policy dalam kegiatan e-commerce adalah
c. Bagi pemilik data privasi, harus tersedia selain memberikan kepastian hukum
upaya yang diberikan untuk mencegah kepada konsumen terhadap informasi
dari penggunaan data privasi yang tidak pribadi yang telah di-input dan atau
sesuai/bertentangan dengan persetujuan preferensi yang dilakukan dalam kegiatan
yang disepakati dalam privacy policy transaksi elektronik tersebut tidak
tersebut. disalahgunakan dan dijaga kerahasiaannya,
karena hal tersebut selain berkaitan dengan
hak asasi manusia konsumen, juga

24
berkaitan dengan upaya dari penyedia jasa
Graham Graenlaf,( 2014), Asian Data Privacy
Law: Trade and Human Right Perspectives, e-commerce maupun penyedia online
Oxford: Oxford Publisher, hlm. 317-318.
25
Simon Ginkhaef, Op.Cit, hlm. 594. marketplace system untuk menghindari
203
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

pelanggaran atas rasa aman dan nyaman konsumen darig terlanggar hak-hak
serta dignity dari konsumen itu sendiri. privasinya.
Selain term and condition yang Pelanggaran Privacy Policy Pada Online
menjadi petunjuk bagi konsumen pada Marketplace System di Indonesia
awal melakukan kegiatan e-commerce, Terkait dengan pelanggaran hak
konsumen juga diharuskan mempelajari privasi yang dialami oleh konsumen pada
privacy policy dimana hal tersebut online marketplace system, dibutuhkan
bertujuan preventif perlindungan atas langkah preventif/ kehati-hatian dari
pelanggaran privasi konsumen yang konsumen untuk mencantumkan data-data
diakibatkan penggunaan teknologi cookies privasinya termasuk hobby dan
pada online marketplace system. Apabila kecenderungan, karena ketika hal tersebut
dirasa privacy policy dari konsumen telah ditabulasi oleh perusahaan, maka
rentan, maka disarankan konsumen e- yang terjadi hak privasi dari konsumen
commerce tidak menggunakan media sendiri yang terlanggar. Selama ini
tersebut. pengaduan masyarakat yang dilaporkan
Manfaat Pengaturan Privacy Policy pada direktorat e-business, Kemenkominfo
Manfaat yang dicapai dalam mayoritas berkaitan dengan ketidak
pengaturan privacy policy pada kegiatan e- sesuaian barang yang dipesan dengan
commerce apabila dijalankan dan ditaati barang yang diterima, untuk kasus terkait
dengan baik oleh kedua belah pihak, yaitu: hak privasi belum ada laporan pengaduan.
a) Meningkatkan rasa aman dan Laporan pada tahun 2013 oleh
kepercayaan antara konsumen daring United Nations Conference on Trade and
dan penyedia e-commerce. Development (UNCTAD) mencatat bahwa,
b) Terlindunginya hak privasi bagi sebanyak 2.100 kejadian yang telah
konsumen daring dalam kegiatan e- memakan banyak kerugian pada data
commerce yang dilakukan. privasi dengan taksiran 822 juta data
c) Terciptanya iklim persaingan usaha privasi telah terekam dalam kegiatan e-
yang sehat pada setiap aktivitas commerce dan telah dikumpulkann dalam
transaksi elektronik. online marketplace system. Hampir sekitar
d) Terdapat penyelesaian hukum yang 152 juta nama, identitas konsumen,
tepat sesuai yang disepakati pada enkripsi pasword, nomor kartu debit dan
privacy policy jika dikemudian hari kredit, serta informasi yang berkaitan
204
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

dengan apa yang konsumen harap untuk didapatkan dari 300 perusahaan tur dan
dibeli/permintaan konsumen telah travel yang ada di Afrika Timur, karena
direkam. Jika diprosentase, pelaku yang data privasi konsumen daring tersebut
berasal dari sektor bisnis sekitar 53% dari dicuri, maka bisa terjadi pembayaran
total pihak yang melakukan pelanggaran transaksi tanpa persetujuan dan hal
data privasi, dan jelas tujuannya untuk tersebut jelas selain pelanggaran hak
kepentingan bisnis, data privasi yang privasi juga dapat dikategorikan
sering di-collect adalah pasword akun, cybercrime, maka dari itu 3G Direct Pay
nama pengguna akun, dan percakapan di e- membuat fitur keamanan enkripsi “end-to-
mail.26 end” untuk menanggulangi peretasan atas
Salah satu kasus yang dipublikasi data privasi tersebut dan terus dimonitor
oleh UNCTAD terkait dengan pelanggaran secara berkala.27
data privasi dalam kegiatan e-commerce Sementara itu, tidak dapat
pada tahun 2015 di Afrika Timur. Dimana diungkap kasus secara eksplisit yang
terdapat penyedia e-commerce melakukan menangani aduan pelanggaran hak privasi
pengumpulan data privasi pada mesin bagi konsumen daring di Indonesia. Akan
pembayaran otomatis yaitu nomor dan tetapi, jika ditelusuri dapat dikatakan
identitas pengguna kartu kredit tanpa bahwa hampir sebagian besar situs-situs di
sepengetahuan pemilik data dengan Indonesia mengumpulkan data privasi
memanfaatkan peralatan Skimming dengan konsumen, bahkan ada beberapa situs jual-
tujuan mendatangkan konsumen daring beli online di Indonesia yang tidak
lebih banyak. mencantumkan ketentuan privacy policy
Begitu pula yang terjadi pada 3G dan mengungkapkan dengan gamblang
Direct Pay yang bergerak pada payment profiling calon pembeli dan memberikan
gateway e-commerce, penyedia jasa gambaran calon pembeli kepada penjual
pembayaran tersebut telah merekam lebih barang tanpa izin dari pembeli itu sendiri
ribuan data privasi pelanggan yang dan hanya memuat terkait tata cara
pembayaran saja, situs yang dimaksud
26
UNCTAD, (2015), Report no. adalah glodokshop.com, hal tersebut
TD/B/C.II/EM.5/2: Trade and Development Board;
Investment, Enterprise, and Development membuktikan bahwa posisi dari konsumen
Commission Expert Meeting on Cyberlaws and
Regulations for Enhancing E-Commerce, Geneva:
United Nations, hlm. 10-11.
27
Ibid, hlm. 11.
205
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

daring amatlah rentan terhadap konsumen daring yang diatur dalam


penyalahgunaan data pribadi untuk mekanisme hukum internasional.
28
kepentingan komersial. Mekanisme penyelesaian sengketa
Selain itu, terdapat beberapa situs terkait e-commerce (Online Dispute
lain yang mencantumkan perlindungan Resolution/ ODR) lebih spesifik mengenai
informasi pribadi baik yang diungkapakn pelanggaran atas data privasi merupakan
secara langsung maupun dimuat didalam perpaduan penyelesaian antara IT dan
ketentuan kebijakan privasi, kemanan penyelesaian diluar sengketa (alternative
belanja, ketentuan layanan, legal notice, dispute resolution), Pablo Cortez
hingga sampai kepada perlindungan menyatakan bahwa Mekanisme
hukumnya, situs-situs tersebut seperti: penyelesaian sengketa terkait e-commerce
geowebindonesia.com, lipposhop.com, (Online Dispute Resolution/ ODR) lebih
link.net, astaga.com. namun, ada juga situs spesifik mengenai pelanggaran atas data
yang menyatakan tidak dapat dituntut privasi merupakan perpaduan penyelesaian
secara hukum atas kelalaian yang antara IT dan penyelesaian diluar sengketa
diakibatkan baik secara langsung maupun (alternative dispute resolution), Pablo
tidak langsung dan menimbulkan kerugian, Cortez menyatakan bahwa Metode
kesalahan, penghapusan, interupsi, penyelesaian sengketa dapat terpenuhi
pelanggaran virus, penghilangan file atau dengan ketentuan-ketentuan IT atau dalam
email, dan kerugian kehilangan privasi konteks ini yang menjadi costumary dalam
didalam “pemberitahuannya”, hal tersebut penyelesaian sengketa e-commerce, hal ini
dilakukan oleh BolehMail.com.29 termasuk penunjuk netral, proses
penyusunan identitas, mendengarkan
D. Kesimpulan masukkan oral dari para pihak, diskusi
Dalam rangka melindungi hak hingga keputusan yang bersifat mengikat.
privasi agar tidak terlanggar oleh penyedia ODR berusaha mensinergikan antara
e-commerce maupun penyedia online penyelesaian diluar peradilan maupun
marketplace system, maka dimungkinkan pendekatan-pendekatan yang sesuai
adanya upaya hukum yang diakses oleh dengan kaidah IT, bahwa upaya hukum

28
Suradji, et.al, (2005), Penelitian Tentang
Perlindungan Hukum Data Digital, Jakarta: Badan
Pembina Hukum Depkumham RI, hlm. 107-108.
29
Ibid, hlm. 108-109
206
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

tersebut merupakan perkembangan yang tersedia mekanisme meminta ganti rugi


30
marak terjadi dewasa ini. keperdataan. Padahal pelanggaran data
Upaya hukum yang dapat ditempuh privasi ini luas sifatnya dan tidak terbatas
oleh konsumen daring terkait pelanggaran pada unsur keperdataan semata, maka
data privasi dapat dilihat dari dua proses, perlu ada regulasi hukum yang lebih
yaitu proses ajudikatif (litigasi dan spesifik dan memperluas upaya hukum
arbitrase) dan proses konsensus (mediasi yang dilakukan bagi konsumen yang
dan negosiasi), UNCTAD dalam E- terlanggar hak privasinya.
Commerce and Development Report 2003
memberikan gambaran mengenai unsur-
E. Daftar Pustaka
unsur dalam penyelesaian secara ajudikatif
Buku dan Jurnal
dan konsensus tersebut, yaitu:31 Abu Bakar Munir dan Siti Hajar Mohd.
Yasin, (2002), Privacy and Data
Protection, Selangor: Thomson,
Sweet and Maxell Asia.
Colin J. Bennet, (2008), The Privacy
Advocates: Resisting the Spread of
Surveillance, Cambridge: The MIT
Press.
Daniel J. Solove, (2004), The Digital
Person, Technology and Privay in
Gambar 1: UNCTAD, “E-Commerce and Development the Information Age, West Group
Report 2003 Chapter 7, Online Dispute Resolution: E- Publication, New York: New York
Commerce and Beyond”, hlm. 178
University Press.
Selain itu, terkait dengan hukum Edmond Makarim, (2013), Challenges to
National e-Authentication,
yang tersedia bagi korban pelanggaran hak International Seminar on
privasi sesuai regulasi hukum Negara Cyberlaw, Lembaga Kajian Hukum
dan Teknologi, Denpasar: Fakultas
Indonesia berdasarkan UU Nomor 18 Hukum Universitas Indonesia.
Tahun 2008 tentang ITE dan PP Nomor 28 Inge Graef, (2015), Market Definition and
Market Power in Data: The Case of
Tahun 2012 tentang PSTE dapat Online Platforms, World
melakukan gugatan kerugian secara Competition 38, No.4, Amsterdam:
Kluwer Law International.
perdata, artinya bahwa mekanisme hukum Jovan Kurbalija, (2014), (6th Edition), an
menuntut ganti rugi dari pengguna daring Introduction to Internet Governance,
Jenewa: Diplo Foundation
kepada penyedia e-commerce yang baru Masitoh Indriani, Praktek Surveillance dan
Unlawful Interception sebagai
30
Pablo Cortez, Op.Cit, hlm. 52-53 Pelanggaran terhadap Hak atas
31
Ibid
207
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Privasi, R. Herlambang Perdana Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008


Wiratraman et.al., (2015), tentang Keterbukaan Informasi
Kebebasan Berekspresi di Publik
Indonesia: Hukum, Dinamika,
Masalah dan Tantangannya, Jakarta: Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012
Elsam. tentang Penyelenggaran Sistem
Peter Mahmud Marzuki, (2008), Transaksi Elektronik
Penelitian Hukum, Jakarta:
Deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Kencana Prenada Media Group.
Manusia (Universal Declaration of
Shinta Dewi, (2009), Perlindungan Privasi
Human Rights, 1948)
Atas Informasi Pribadi Dalam E-
Commerce Menurut Hukum Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
Internasional, Widya Padjajaran: dan Politik (International Covenant
Bandung, on Civil and Political Rights, 1966)
Sudikno Mertokusumo, (2007), (Cet. Internet
Ke-5), Penemuan Hukum: Sebuah Simon Kemp, (2015), Digital, Social,
Pengantar, Yogyakarta: Liberty. Mobile in 2015, We Are Social, We
Tim Privacy International dan ELSAM, Are Social,
(2015), Privasi 101: Panduan http://wearesocial.sg/blog/2015/01/di
Memahami Privasi, Perlindungan gital-social-mobile-2015/ [Akses, 5
Data dan Surveilans Komunikasi, Juni 2017]
Jakarta: Elsam.
W. Kuan Hon, Christopher Milliard, Ian Enrico Lukman, (2015), The latest
Walden, (2011), The Problem of numbers on web, mobile, and social
‘Personal Data’ in Cloud media in Indonesia
Computing – What Information is (INFOGRAPHIC),https://www.techi
Regulated? (The Cloud of nasia.com/indonesia-web-mobile-
Unknowing, Part 1)”, International data-start-2015, [akses pada 3 Maret
Data Privacy Law (2011) 1 (4): 2017].
211-228, Queen Mary University
of London, School of Law, Legal Resty Woro Yuniar, (2015), What makes
Studies Research Paper e-Commerce Work in Indonesia, The
No.75/2011. Wall Street
Wahyudi Djafar dan Asep Komarudin, Journal,http://blogs.wsj.com/indones
(2014), Perlindungan Privasi di iarealtime/2015/03/03/what-makes-
Internet: Beberapa Penjelasan e-commerce-work-in-indonesia/,
Kunci, Seri Internet dan HAM, [akses pada 3 Maret 2017].
Jakarta: ELSAM.
Perundang-undangan dan Konvensi
Internasional
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik

208
Volume 1 No.2 Oktober 2017
ISSN Cetak: 2579-9983
E-ISSN: 2579-6380
Halaman 191-208

Anda mungkin juga menyukai