Anda di halaman 1dari 20

 

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN DENGAN


NONUNI
NONUNI ON  FEMUR
 FEMUR DI INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas pada Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Bedah

oleh

Alfun Hidayatulloh, S.Kep.


NIM 122311101047

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016 
 

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan


 Nonunion Femur
 Nonunion Femur di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi Jember telah
disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 27 Desember 2016
Tempat : Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi

Jember, 30 Desember 2016


Mahasiswa

Alfun Hidayatulloh, S.Kep.


 NIM 122311101047
122311101047

Pembimbing Klinik Penanggung Jawab Mata Kuliah


Instalasi Bedah Sentral (IBS) Stase Keperawatan Bedah
RSD dr. Soebandi Jember PSIK Universitas Jember

H. Mustakim, S.Kep., Ns., MMKes.  Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB


M.Kep.,Sp.Kep.MB
 NIP 19750225 199703 1 003  NIP 19810319
19810319 201404 1 00
001
1
 

LAPORAN PENDAHULUAN NONU


NONUNI
NI ON  FEMUR
 FEMUR

I.  KONSEP TEORI

A.  PENGERTIAN NONUNION  


 Delayed union terjadi bila penyembuhan fraktur lebih dari 6 bulan, nonunion
diartikan sebagai gagal tersambungnya tulang yang fraktur, sedangkan malunion
adalah penyambungan yang tidak normal pada fraktur (Rasjad, 2007).  Nonunion
merupakan komplikasi kronis dari fraktur. Nonunion
fraktur.  Nonunion adalah
 adalah kondisi dimana tulang
yang mengalami fraktur belum sepenuhnya sembuh dalam 9 bulan sejak cedera dan
yang belum menunjukkan tanda-tanda penyembuhan lebih dari 3 bulan berturut-
turut pada x-rays serial (Punett&Pramod, 2016).  Nonunion merupakan kegagalan
fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil

setelah 6-9bulan. Nonunion
6-9bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada
sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau  pseudoarthrosis
 pseudoarthrosis (Mutaqqin,
 (Mutaqqin, 2008).
 Nonunion adalah kondisi dimana tulang yang patah gagal untuk sembuh (AAOS.
2016).
 Nonunion femur
 Nonunion femur adalah kondisi dimana tulang femur yang mengalami fraktur
 belum sepenuhnya sembuh dalam 9 bulan sejak cedera dan yang belum
menunjukkan tanda-tanda penyembuhan lebih dari 3 bulan berturut-turut pada x-
rays serial yang disebabkan kegagalan fraktur femur untuk berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9bulan.

Klasifikasi Fraktur Nonunion


 

Fraktur non union dibagi menjadi hipertrofi dan atrofi


at rofi (Punett&Pramod, 2016).
1.  Fraktur non union hipertrofi memiliki suplai darah yang baik bagi kedua

fragmen, menunjukkan berbagai derajat pembentukan kalus, dan dapat diobati

dengan meningkatkan stabilitas mekanis pada lokasi fraktur dengan fiksasi


internal ataupun eksternal atau dengan stimulasi elektris. Fraktur non union
hipertrofi dibagi menjadi : 
a)  Fraktur non union ‘ Elephant Foot’  yang
  yang sangat hipertrofik dan kaya akan
kalus. Disebabkan oleh fiksasi dan imobilisasi inadekuat atau penumpuan
 berat badan yang terlalu dini pada fraktur yang sudah direduksi dengan
fragmen yang masih vital
 b)  Frakt
Fraktur
ur non union “ Horse Hoof ” yang agak hipertrofik dan sedikit akan
kalus. Disebabkan oleh fiksasi yang kurang stabil dengan plate
dengan  plate dan
dan screw
 screw..

Ujung fragmen menunjukkan adanya kalus yang insufisien untuk


 penyambungan tulang seutuhnya dan kemungkinan
kemungkinan ada sedikit sklerosis
c)  Fraktur non union oligotrofik yang tidak hipertrofik, tetapi vaskularisasinya
 baik dan tidak terbentuk kalus. Biasanya
Bias anya disebabkan oleh pergeseran besar
dari fragmen frakturnya, distraksi antar fragmen atau fiksasi internal tanpa
aposisi akurat antar fragmennya
2)  Fraktur non union atrofi atau avaskular adalah fraktur non union dengan
nekrosis tulang, tanpa adanya pembentukan kalus, seringkali terdapat
kesenjangan antar fragmen fraktur dan membutuhkan eksisis tulang-tulang

yang sudah tidak vital serta implantasi stimulus biologis (contohnya bone graft )
dan pemasangan perangkat mekanis yang sifatnya menstabilkan. Fraktur non
union atrofi dibagi menjadi:
a)  Fraktur non union ‘Torsion
‘Torsion Wedge’   dengan adanya fragmen intermediat
yang menyebabkan penurunan atau penghentian suplai darah. Fragmen
intermediat telah sembuh dan menempel pada fragmen utama tetapi sisi
satunya tidak. Biasanya tampak pada fraktur tibia yang dilakukan
 pemasangan plate
 pemasangan plate dan
dan screw
 screw..
 b)  Fraktur non union kominutiva dengan adanya satu atau lebih fragmen

intermediat yang nekrotik. Pemeriksaan radiografi menunjukan tidak


 

adanya pembentukan kalus. Biasanya disebabkan oleh patahnya plate


patahnya  plate yang
 yang
digunakan untuk stabilisasi fraktur pada masa akut.
c)  Fraktur non union defek dengan hilangnya fragmen diafisis tulang. Ujung

fragmen masih vital tetapi penyembuhan tulang tidak memungkinkan.


Seiring perjalanan waktu, ujung fragmen menjadi atrofi. Biasanya terjadi
setelah fraktur terbuka, sekuestrektomi pada osteomyelitis dan reseksi
tumor.
d)  Fraktur non union atrofik adalah hasil akhir ketika fragmen intermediet
hilang dan jaringan parut kekurangan sel osteogenik potensial. Ujung
fragmen mengalami osteoporosis dan atrofi.
Anatomi Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam

tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum


membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari
kolumna femoris terdapat laju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor.
Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut
kondilus lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya
tulang tempurung lutut (patella)yang disebut fosa kondilus (Prince, 2005).
 

Jaringan Lunak Sekitar Femur


a.  Otot Kompartemen
Otot paha dipisahkan menjadi 3 kompartemen oleh facia produnda, yaitu

kompartemen anterior, medial dan posterior. Otot yang ada pada masing-
masing kompartemen dapat dilihat dalam tabel.
Anterior Medial Posterior
Quadriceps Pactineus Adduktor Semimembranosus
femoris Sartoneus longus Semitendinosus
Rektus femoris Iliopsoas Assuktor brevis Bisep femoris
Vastus lateralis Psoas Adduktor Muskulus
Vastus medialis Iliacus magnus sartorius
Vastus intermdius Gracilis
Obturator
eksternus
Pada permukaan anterior dipangkal paha terdapat suatu hiatus saphenous yang

merupakan tempat masuknya vena saphenamagna (vena supericialis) ke dalam


fascia lata. Otot pada bagian anterior berfungsi untuk fleksi hip joint. Otot
medial berfungsi untuk mengadduksi ekstremitas inferior. Otot bagian posterior
dikenal sebagai hamstring, fungsi otot tersebut adalah untuk menggantung
tungkai (memfleksikan tungkai)
 

 b.  Pembuluh darah


1)  Arteri Femoralis
Terletak di ruang lateral vagina femoralis. Bercabang menjadi arteri

circumflexa ilium superficialis, arteri epigastrica superficialis,


arteripudenda externa superficialis, arteri pudenda externa profunda, arteri
 profunda femoris, arteri genicularis descendens.
2)  Vena Femoralis
Terletak di ruang medial vagina femoralis. Bercabang menjadi vena
Circumflexa ilium superficialis, vena Epigastrica superficialis, Vena
Pudendae externae yg bermuara ke vena Saphena magna

 
c. Syaraf
1)  Saraf femoral  –   saraf ini merupakan bagian dari pleksus lumbalis. Saraf
femoralis memberikan sensasi ke anterior (depan) paha. Otot ini
menginervasi di paha anterior yang memungkinkan lutut untuk
memperpanjang.
2)  Saraf lateral femoral – 
femoral –  saraf
 saraf ini merupakan bagian dari jaringan saraf lumbal
 pleksus. Saraf lateral femoralis memberikan sensasi ke sisi anterior dan
lateral paha.
 

3)  Saraf saphena: saraf ini merupakan cabang dari saraf femoral dan berjalan
menyusuri bagian medial kaki ke bagian medial kaki dan innervates kulit
di sisi medial pergelangan kaki dan kaki.

d.  Tendon
1)  Tendon psoas mayor
2)  Quadrisep tendon berada di atara femur dan tibia
3)  Bisep femoris tendon avulsion

Fraktur Femur
Fraktur femur adalah suatu patahan kontinuitas struktur tulang femur
dikarenakan trauma langsung, trauma tidak langsung, faktor tekanan atau
at au kelelahan
dan faktor patologik. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian) dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada
 

daerah ini dapat menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Kemampuan tiap
tulang untung bertahan dari trauma tergantung dari beberapa faktor, termasuk di
dalamnya kekuatan tulang atau densitasnya, arah trauma, tipe traumanya dan

kemampuan otot serta ligamen sekitar tulang untuk mengabsorbsi kekuatan trauma.
Tipe trauma yang berbeda, menghasilkan pola fraktur yang berbeda (Mansjoer,
2007). 

Penggolongan fraktur femur dapat dibagi menjadi beberapa kategori,


meliputi: 
a.  Fraktur Collum Femur
Fraktur Collum Femur  dapat
 dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
seseorang terjatuh dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung
terbentur pada benda keras seperti jalan. Pada trauma tidak langsung, fraktur
kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai
 bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita tua yang tulangnya sudah
mengalami osteoporosis (Mansjoer, 2007). 
2007).  
 b.  Fraktur  SubTrochanter
 SubTrochanter Femur
Fraktur SubTrochanter Femur merupakan fraktur dimana garis patahnya
 berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi
tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi
klasifikas i Fielding &
Magliato, yaitu : 

1)  tipe 1, garis fraktur satu level dengan trochanter minor  
2)  tipe 2, garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor  
3)  tipe 3, garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor  
 

10

c.  Fraktur Batang Femur  


Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita


menjadi shock 
menjadi shock . Salah satu klasifikasi fraktur batang femur berdasarkan adanya
lukayang berhubungan dengan daerah yang patah, meliputi: 
meliputi:  
1)  Tertutup
2)  Terbuka
Ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang
 patahdengan lingkungan
l ingkungan luar tubuh. Fraktur batang femut terbuka dibagi
dalam tiga derajat, yaitu:
a)  Derajat I

Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
 b)  Derajat II
Luka lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.
c)  Derajat III
Luka lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan
jari ngan lunak banyak yang
rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
d.  Fraktur Femur Suprakondiler
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke

 posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot  –  otot
  otot
gastrocnemius. Fraktur supracondiler pada umumnya disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus
atau varus dan disertai gaya rotasi.
e.  Fraktur Femur Interkondiler
Fraktur ini relatif jarang dan biasanya
biasan ya terjadi sebagai akibat jatuh dengan lutut
dalam keadaaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang
 berbentuk baji , melesak ke dalam sendi lutut dan mengganjal di antara kedua
kondilus dan salah satu atau keduanya retak. Pada bagian proksimal

kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga didapati fraktur dengan


 

11

garis fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y. Secara klinis, sendi lutut
 bengkak akibat hemartrosis dan biasanya disertai goresan atau memar pada
 bagian depan lutut yang menunjukkan adanya trauma. Pada fraktur jenis ini

 juga dapat mengakibatkan fraktur pada patella.


f.  Fraktur Kondiler Femur
Mekanisme traumanya bisa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi
disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

B.  ETIOLOGI NONUNION


Fraktur non union dapat disebabkan oleh gangguan vaskularisasi atau
kurangnya stabilitas antar fragmen. Noncompliance
fragmen.  Noncompliance,, neuropati, konsumsi alkohol,
merokok adalah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya non union

(Mansjoer, 2007). Nonunions terjadi ketika tulang tidak memiliki stabilitas yang
memadai, aliran darah, atau keduanya. Nonunion juga terjadi akibat dari high-
energy injury seperti
injury seperti dari kecelakaan mobil, karena luka parah sering mengganggu
suplai darah ke tulang yang patah (AAOS, 2016).
1.  Faktor risiko
Beberapa faktor meningkatkan risiko nonunion (AAOS, 2016).
a)  Penggunaan tembakau atau nikotin dalam bentuk apapun (merokok,
mengunyah tembakau, dan penggunaan permen karet nikotin atau patch)
menghambat penyembuhan tulang dan meningkatkan kemungkinan

nonunion.
 b)  Usia yang lebih tua
c)  Anemia berat
d)  Diabetes
e)  Tingkat vitamin D rendah
f)  Hypthyroidism
g)   Nutrisi buruk
h)  Obat termasuk obat anti-inflamasi seperti aspirin, ibuprofen, dan
 prednison. Dokter dan pasien harus selalu mendiskusikan
mendiskusikan risiko dan

manfaat menggunakan obat ini selama penyembuhan patah tulang


 

12

i)  Infeksi
 j)  Fraktur yang kompleks
2.  Suplai darah

 Nonunions terjadi jika tulang yang cedera memiliki suplai darah yang terbatas
(AAOS, 2016).
a)  Beberapa tulang, seperti tulang kaki, memiliki stabilitas yang melekat dan
suplai darah yang sangat baik. Mereka dapat diharapkan untuk
menyembuhkan dengan pengobatan minimal.
 b)  Beberapa tulang, seperti tulang paha atas (kepala femoral dan leher) dan
tulang pergelangan tangan kecil (skafoid), memiliki suplai darah yang
terbatas. Pasokan darah dapat hancur ketika tulang ini patah.
c)  Beberapa tulang, seperti tulang kering (tibia), memiliki suplai darah yang

moderat, bagaimanapun, cedera dapat mengganggu itu. Misalnya, cedera


energi tinggi dapat merusak kulit dan otot lebih tulang dan menghancurkan
suplai darah eksternal. Selain itu, cedera dapat menghancurkan suplai darah
internal yang ditemukan di sumsum di tengah tulang.
Fraktur non union sering ditemukan pada (Asami-asean, 2016):
a)  Fraktur terbuka
 b)  Fraktur yang terinfeksi
c)  Fraktur segmental dengan gangguan suplai darah terutama pada fragmen
 bagian tengah

d)  Fraktur kominutiva karena trauma berat


e)  Fraktur dengan fiksasi yang kurang baik
f)  Fraktur dengan imobilisasi dalam rentang waktu inadekuat
g)  Fraktur dengan reduksi terbuka yang kurang baik
h)  Fraktur yang tertarik menjauh (distraksi) oleh traksi atau karena plate
karena  plate dan
 dan
 screw  
 screw
i)  Fraktur pada tulang yang teriritasi
 

13

Tahapan Bone Healing

Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur karena kecelakaan,


kecel akaan, akan
mengalami proses penyembuhan. Fraktur tulang dapat mengalami proses
 penyembuhan dalam 5 tahap yaitu (Muttaqin, 2008):
1.  Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami
robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi

ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunannya yang


terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati,
yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada
sis-sisi fraktur segera setelah trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat
fraktur terjadi sampai 2-3 minggu.
2.  Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
 penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada

daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi aktivitas seluler dalam


 

14

kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
 penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel-sel mesenkimal yang
 berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan

fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi
 penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat
dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan
hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur
akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
 pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan
suatu daerah radioluscen. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2-3 setelah
terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4-8.
3.  Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
 perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium pembentuk suatu tulang
yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis
r adiolgis
kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
 pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4.  Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah

menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi
struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap. Pada fase
3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4-8 dan berakhir pada minggu ke 8-12 setelah
terjadinya fraktur.
5.  Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian
yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis.
Pada fase remodeling ini perlahan-lahan terjadi resorpsi
res orpsi secara osteoklastik dan
tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan

menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
 

15

system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8-12 dan
 berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur (Muttaqin, 2008): 


1.  Faktor Sistemik
1)  Umur
2)  Level aktivitas
3)  Status nutrisi
4)  Faktor hormonal
a)  Hormon pertumbuhan (Growth
(Growth Hormone)
Hormone)
 b)  Kortikosteroid (Osteonekrosis mikrovaskular)
c)  Lain-lain (Tiroid, esterogen, androgen, kalsitonin, paratiroid,

 prostaglandin)
5)  Penyakit (Diabetes, anemia, neuropati)
6)  Defisiensi vitamin A, C, D, K
7)  Obat-obatan (NSAID, antikoagulan, faktor XII, calcium-channel blocker ,
sitotoksin, difosfonat, fenitoin, sodium florida, tetrasiklin)
8)   Nikotin atau alkohol
9)  Hiperoksia
10) Faktor pertumbuhan sistemik
11) Temperatur lingkungan

12) Trauma sistem saraf pusat


2.  Faktor Lokalis
1)  Faktor tidak tergantung cedera, pengobatan atau komplikasi
a)  Tipe tulang
 b) Tulang abnormal
1.   Nekrosis karena radiasi
2.  Infeksi
3.  Tumor dan kondisi patologis lainnya
c)  Denervasi

2)  Faktor tergantung cedera


 

16

a)  Derajat kerusakan lokal


1.  Fraktur compound  
2.  Fraktur kominutiva

3.  Kecepatan (velocity


(velocity)) terjadinya cedera
4.  Kadar vitamin K1 sirkuler rendah
 b) Luasnya kerusakan suplai vaskular ke tulang, fragmennya
fra gmennya (osteonekrosis
makrovaskular) atau jaringan lunak di sekitar; keparahan cedera
c)  Tipe dan lokasi fraktur
d) Hilangnya tulang
e)  Interposisi jaringan lunak
f)  Faktor pertumbuhan lokal
3)  Faktor tergantung penatalaksanaan

a)  Luasnya trauma karena pembedahan


 b) Pengalihan aliran darah karena pemasangan implan
c)  Derajat dan jenis rigiditas fiksasi internal
inter nal maupun eksternal dan pengaruh
waktu
d) Derajat, durasi dan arah deformasi tulang dan jaringan lunak karena
 beban
e)  Luasnya permukaan kontak antar fragmen
f)  Faktor stimulasi osteogenesis pasca trauma (bone
( bone grafts,
grafts, bone
morphogenetic protein,
protein, stimulasi elektris, teknik operasi, stasis vena

intermiten)
4)  Faktor berhubungan dengan komplikasi
a)  Infeksi
 b) Stasis vena
c)  Alergi bahan metal

C.  PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana
fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua faktor

 penyebab fraktur femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis


 

17

merupakan suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan,


tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan
tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007).


Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang (Lukman & Ningsih, 2009). Jika tulang
mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan
 jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung
tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan
 jaringan ikat tumbuh ke dalamnya menyerap hematoma tersebut, dan

menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari
 periosteum. Setelah pembentukan jaringan seluler yang
yang tumbuh
tumbuh dari setiap fragmen
sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk
tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
 perlekatan polisakarida oleh garam-garam kalsium pembentuk suatu tulang yang
imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone (Mutaqqin, 2008). Pada nonunion
fraktur mengalami kegagalan untuk berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9bulan. Pada pemeriksaan radiolgis pada
 bulan ke 3 kalus atau woven bone
bone tidak terlihat dan merupakan indikasi radiologik

 pertama terjadinya nonunion. Ada beberapa penyebab tterjadinya


erjadinya fraktur yang non
union antara lain infeksi, immobilisasi yang kurang, interposisi jaringan lunak
antara fragmen fraktur, suplai darah yang kurang, status nutrisi yang buruk, fraktur
terbuka, comminuted, segmental ataupun fraktur patologik yang lain. Persendian
yang tidak tepat dimana sering disebut pseudoarthrosis sering dijumpai. Pada
kondisi ini, terjadi gerakan seperti persendian, dan karena gerakan tersebut akan
menghasilkan sinovium dan tepi kavitas dimana kemudian akan diisi oleh cairan
sinovial (AAOS, 2016).
 

18

D.  TANDA DAN GEJALA


a.  Pasien dengan nonunions biasanya merasa nyeri di lokasi fraktur setelah
rasa sakit awal fraktur menghilang. Nyeri ini bisa berlangsung berbulan-

 bulan, atau bahkan bertahun-tahun.


bertahun-tahun. Mungkin konstan, atau mungkin terjadi
hanya ketika lengan atau kaki yang patah digunakan (AAOS, 2016).
 b.  Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
 bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat
 berfungsi dengan baik karena fungsi
fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot (Brunner & Suddarth, 2001).
c.  Sebuah kesenjangan terus-menerus tanpa tulang mencakup situs fraktur

(AAOS, 2016). 
d.  Tidak ada kemajuan dalam penyembuhan tulang ketika studi pencitraan
diulang dibandingkan selama beberapa bulan (AAOS, 2016). 
e.  Penyembuhan yang tidak memadai dalam jangka waktu yang biasanya
cukup untuk penyembuhan normal (AAOS, 2016).  
E.  PEMERIKSAA
PEMERIKSAAN
N PENUNJANG
a.  Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaanyang penting adalah “pencitraan”  


“pencitraan” 
menggunakan sinar rontgen (x-ray).Untuk mendapatkan gambaran 3

dimensi keadaan dan kedudukantulang yang sulit, maka diperlukan 2


 proyeksi yaitu AP atau PA danlateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perludisadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaanpemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
 permintaan.
Hal yang harus dibaca pada
pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis
tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau

 biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare fraction,


f raction, sela sendi
se ndi
 

19

serta bentuknya arsitektur sendi. Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin
 perlu tehnik khususnya seperti:
1)  Tomografi
Tomografi  

Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain


tertutupyang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yangkompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
2)   Myelografi
 Myelografi  
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah diruang
tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
3)   Arthrografi
 Arthrografi  
Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksarteri

4)  Computed Tomografi-Scanning  


Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana
didapatkan suatu struktur tulang yang rusak

Contoh klinis pasien dengan deviasi gabungan varus axis (A) dan perbedaan rotasi 15 °
(B) sebelum reamed memaku pertukaran intramedullary dari nonunion femoralis.
 b.  Pemeriksaan laboratorium

1)  Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap


 penyembuhan tulang.
tulang.
2)  Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.


3)  Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),

Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap

 penyembuhan tulang.
tulang.
 

20

c.  Pemeriksaan lain-lain

1)  Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:


didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

2)  Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
 pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3)   Elektromyografi
 Elektromyografi:: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
4)   Arthroscopy
 Arthroscopy:: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
5)   Indium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
 pada tulang.
6)   MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

F.  PENATALAKSANAAN
 Nonsurgical perawatan
per awatan untuk nonunions memiliki kelebihan dan kekurangan.
Lebih dari satu alternatif yang mungkin tepat (AAOS, 2016).
1.  Pengobatan non-bedah
Stimulator tulang eksternal diterapkan pada kulit di atasnya nonunion tersebut.
Beberapa nonunions dapat diobati nonsurgically. Pengobatan non operasi yang
 paling umum adalah stimulator tulang. Perangkat kecil ini memberikan
gelombang elektromagnetik ultrasonik atau berdenyut yang merangsang
 penyembuhan pasien dengan menempatkan stimulator pada kulit dari nonunion
nonunion

selama 20 menit sampai beberapa jam setiap hari. Perawatan ini harus
digunakan setiap hari untuk menjadi efektif.

Stimulator tulang eksternal diterapkan pada kulit di atasnya nonunion.

Anda mungkin juga menyukai