Laporan Journal Reading
Laporan Journal Reading
Disusun Oleh:
Pembimbing:
Fakultas Kedokteran
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya laporan Journal Reading yang berjudul “Pediatric Cataract
Surgery in National Eye Centre Kaduna, Nigeria: Outcome and Challenges” dapat
kami selesaikan dengan sabagaimana mestinya.
Di dalam laporan ini kami memaparkan hasil penelitian pustaka yang telah
kami laksanakan yakni berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta
metode pembelajaran berbasis pada masalah yang merupakan salah satu metode
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini, kami
mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan materi journal
reading ini. Oleh karena itu kamu mengharapkan adanya kritik dan saran tang
membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak kongenital
Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan
warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat
dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral,
namun dapat juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit
untuk membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih
mengganggu gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.1
Nukleus lensa mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya
indeks refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita
presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus mengenakan kacamata, kondisi
ini disebut sebagai second sight.
Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi
protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris,
dan menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap
penurunan penglihatan bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan
slitlamp berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik
yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran seperti embun.
Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.
Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan
seperti plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau,
penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu
daripada penglihatan jauh.
MATURITAS KATARAK
Iminens/insipiens
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa
masih ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test
negatif.
Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai
menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris
terdorong dan bilik mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan
sering terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif.
Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus
menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan
dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.
Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa
jadi turun dari kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus
sudah sangat menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi
berupa uveitis dan glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans,
bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif
palsu.
TATALAKSANA
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Beberapa
penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat pertumbuhan
katarak, namun belum efektif untuk menghilangkan katarak.
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara lain:
glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dislokasi lensa ke
bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga menghalangi pandangan gambaran
fundus karena dapat menghambat diagnosis retinopati diabetika ataupun glaucoma.
BAB II
ISI JURNAL
JUDUL JURNAL
ABSTRACT
INNTRODUCTION
Tujuan dari vision 2020 'Hak untuk melihat', adalah pengurangan kebutaan
anak di seluruh dunia dari tingkat saat ini 0,75/1000 menjadi 0,4/1000 anak.
Kebutaan pada anak-anak tetap menjadi penyebab utama kedua orang buta bertahun
tahun di seluruh dunia. Prevalensi kebutaan anak di Afrika kirakira 10 kali lebih
tinggi daripada di negara-negara industri. Dari 1,4 juta anak yang menderita kebutaan
di seluruh dunia, katarak kongenital tetap menjadi penyebab utama terutama di
negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Tujuan dari studi retrospektif 2 tahun ini adalah untuk meninjau hasil visual,
komplikasi pasca operasi dan tantangan lain dari operasi katarak pediatrik di rumah
sakit mata tersier di T Northwestern Nigeria.
RESULT
Sebanyak 181 mata dari 102 pasien yang menjalani operasi, 95 operasi
dilakukan pada mata kanan. Ada 64 (62,7%) laki-laki dalam sampel penelitian. Tabel
1 menunjukkan rincian distribusi usia dan jenis kelamin pasien. Usia rata-rata semua
pasien adalah 6,88 ± 7,97 tahun (kisaran, 0,13 tahun). Perbedaan dalam proporsi jenis
kelamin dari kelompok usia independen (P > 0,05). Tujuh puluh dua persen pasien
berasal dari Nigeria barat laut, tempat rumah sakit itu berada.
Tujuh puluh delapan persen mata buta pada presentasi [UCVA of light
persepsi (LP) hingga berkisar dari 6/18 hingga LP. Secara statistik, pasien yang lebih
muda secara signifikan mengalami katarak kongenital dibandingkan dengan katarak
perkembangan. P = 0.00). Dua puluh dua persen dari katarak kongenital didiagnosis
saat lahir. Tiga puluh tujuh persen dari katarak kongenital diidentifikasi setelah ulang
tahun pertama, dan 66% dari katarak perkembangan ditemukan antara ulang tahun
pertama dan kedelapan [Tabel 2]. Keterlambatan yang dihasilkan dalam diagnosis
mempengaruhi hasil visual pasca operasi.
Komplikasi intraoperatif yang tercatat meliputi: Miosis pada lima mata, ruptur
kapsul posterior dengan kehilangan vitreus pada dua mata dan hifema pada satu mata
[Tabel 3].
Sekitar 87,3% dari mata disajikan untuk evaluasi pasca operasi pada satu
minggu, 71,2% pada 4 minggu pasca operasi dan 27,1% pada 12 minggu pasca
operasi. Pasien lebih mungkin untuk hadir pada 1 minggu pasca operasi (P = 0,000).
Tingkat tindak lanjut rendah yang membatasi kemampuan untuk membiaskan pasien
dan untuk mengobati pasien dengan ambliopia atau low vision.
Seratus empat puluh tiga mata (78,8%) buta sebelum operasi. Pada 1 minggu
pasca operasi 9/73 (12,3%) mata tetap buta dan 6/65 (9,2%) tetap buta pada 4
minggu. Sekitar 76,7%, 81,5%. dan 71,2% mata memiliki penglihatan sedang yaitu
antara
Edema kornea adalah komplikasi yang paling umum pada hari pertama pasca
operasi (34 mata). Komplikasi lain termasuk kekeruhan kapsul posterior (20 mata),
reaksi fibrinoid di bilik mata depan (7 mata) dan bilik mata depan dangkal (2 mata)
[Tabel 5].
DISCUSSION
Usia rata-rata pasien kami pada saat operasi adalah 7 tahun. Pada usia ini,
ambliopia merupakan komplikasi yang signifikan tergantung pada lateralitas dan
morfologi katarak. Keterlambatan presentasi merupakan faktor penting dalam
pengelolaan katarak pediatrik di negara berkembang. Yortson dkk Studi dari Afrika
timur, melaporkan usia rata-rata di operasi 3,5 tahun. Di Nepal usia rata-rata pada
saat operasi adalah sekitar 6 tahun yang mirip dengan penelitian ini. Di Tanzania
perilaku pencarian pengobatan, kemiskinan, gender, kepercayaan kesehatan lokal,
dan kemampuan tim perawatan kesehatan untuk memberikan perawatan yang
dibutuhkan ditentukan saat anak-anak dibawa ke rumah sakit.
Hanya tujuh dari pasien kami yang memiliki kelainan sistemik terkait seperti
tuli, keterbelakangan mental, dan tonggak perkembangan yang tertunda. Faktor-faktor
ini dapat berdampak negatif pada hasil visual pasca operasi. Anak-anak dengan
penyakit parah lainnya asosiasi sistemik mungkin telah meninggal atau tidak dibawa
ke Usia rumah sakit karena alasan budaya.
Hasil visual umumnya adil, dengan sekitar tiga perempat mata mendapatkan
kembali penglihatan yang berguna pada mata yang dioperasi. Yortsondkk.,
melaporkan ketajaman visual yang lebih baik dari 6/60 di sekitar 91% pasien mereka.
Di Kuwait, rata-rata ketajaman visual terkoreksi terbaik 6/60 dan 6/12 dicapai setelah
operasi untuk katarak unilateral dan bilateral masingmasing pada anak-anak. Refraksi
pasca operasi perlu ditegakkan di pusat kami untuk mencapai penglihatan terbaik
untuk anak-anak ini. Ini akan memastikan pengobatan ambliopia yang optimal.
Salah satu keterbatasan utama adalah kurangnya data tentang ketajaman visual
terbaik yang dikoreksi. Refraksi lebih mudah dilakukan setelah luka stabil sekitar 10-
12 minggu pasca operasi. Hasil refraksi berguna dalam menentukan kebutuhan
pengobatan ambliopia dan rujukan ke layanan low vision. Desentralisasi tindak lanjut
seperti yang disarankan oleh para ahli katarak di Kilimanjaro Center for Community
Ophthalmology (KCCO) dapat secara signifikan meningkatkan pemeriksaan pasca
operasi. Tindak lanjut dapat ditingkatkan melalui tindak lanjut telepon dan kunjungan
rumah yang sesuai.
CONCLUSIONS
TELAAH JURNAL
A. REVIEW JURNAL
Identitas Jurnal
Judul : Pediatric Cataract Surgery in National Eye Centre
Kaduna, Nigeria: Outcome and Challenges
Penulis : Murtala M. Umar, Ahmed Abubakar , Ibrahim Achi,
Mahmoud B. Alhassan , Amina Hassan
Tahun terbit : 2015
Nomor Seri Jurnal : Penulis telah mencantumkan no seri jurnal yaitu doi:
10.4103/0974-9233.148356
Sumber jurnal : Middle East African Journal of Ophthalmology
Abstrak
Penulisan abstrak terdiri dari 250 kata, abstrak yang baik tidak lebih dari
250 kata.
Penulisan abstrak sudah mencakup isi jurnal dan kata yang digunakan
sudah merupakan hasil dari pemikiran peneliti.
Tertulis tujuan, metode, hasil, serta kesimpulan penelitian.
Pendahuluan
Pengantar sudah berisi alasan yang melatar belakangi pentingnya
penelitian tersebut dilakukan berdasarkan permasalahan yang ingin
diangkat oleh peneliti.
Hasil
Hasil yang dicantumkan dalam journal ini telah sesuai dengan tujuan awal
dari penelitian ini.
Peneliti telah memaparkan hasil dari penelitiannya secara lengkap dan
terperinci.
Ucapan terima kasih
Peneliti telah memuat ucapan terimakasih yang diberikan kepada pihak
yang berperan dalam terlaksananya penelitian ini.
Referensi
Literatur yang digunakan tepat berjumlah 23 literatur.
Semua sumber dalam bentuk jurnal atau naskah ilmiah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Yorston D. The global initiative vision 2020: The right to sight childhood blindness.
Community Eye Health 1999;12:44-5.
Tabin G, Chen M, Espandar L. Cataract surgery for the developing world. Curr Opin
Ophthalmol 2008;19:55-9.
Smith GT, Liu CS. Is it time for a new attitude to “simultaneous” bilateral cataract
surgery? Br J Ophthalmol 2001;85:1489-96.
Ramsay AL, Diaper CJ, Saba SN, Beirouty ZA, Fawzi HH. Simultaneous bilateral
cataract extraction. J Cataract Refract Surg 1999;25:753-62.
Nallasamy S, Davidson SL, Kuhn I, Mills MD, Forbes BJ, Stricker PA, et al.
Simultaneous bilateral intraocular surgery in children. J AAPOS
2010;14:15-9.
Wilson ME, Pandey SK, Thakur J. Paediatric cataract blindness in the developing
world: Surgical techniques and intraocular lenses in the new millennium. Br J
Ophthalmol 2003;87:14-9.