Anda di halaman 1dari 29

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

DALAM LAYANAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS


TEKNOLOGI INFORMASI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:

M. RIFANI DEWANTARA
NPM: 16.81.0344

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR
DALAM LAYANAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna melanjutkan


penyusunan skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Islam Kalimantan

Oleh:

M. RIFANI DEWANTARA
NPM: 16.81.0344

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya yang telah memberikan nikmat kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan

Proposal Skripsi ini tepat pada waktunya yang berjudul “PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM LAYANAN PINJAM

MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI”. Proposal ini bertujuan

untukmemenuhi salah satu syarat guna melanjutkan penyusunan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak

Dadin Eka Saputra, SH., MH dan Bapak Hanafi, SH., MH selaku dosen pembimbing

dan semua pihak yang telah memberikan dukunga moril maupun materil.Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik guna membangun demi kesempurnaan

proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat menambah wawasan dan

bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, 5 juli 2020

M.Rifani Dewantara

iii
DAFTAR ISI

A. Judul Proposal Skripsi..........................................................................1

B. Latar Belakang Masalah......................................................................1

C. Rumusan Masalah.................................................................................7

D. Tujuan Penelitian..................................................................................7

E. Manfaat Penelitian................................................................................8

1. Manfaat teoritis...................................................................................8

2. Manfaat praktis...................................................................................8

F. Tinjuan Pustaka....................................................................................9

1. Tinjauan Umum Perlundungan Hukum..............................................9

2. Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi......................10

G. Metode Penelitian..................................................................................13

1. Jenis penelitian...................................................................................13

2. Sifat penelitian....................................................................................14

3. Jenis bahan hukum..............................................................................15

4. Teknik pengumpulan bahan hukum...................................................16

5. Teknik pengolahan bahan hukum.......................................................16

6. Analisis bahan hukum........................................................................17

H. Sistematika Penulisan...........................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

iii
A. JUDUL PENELITIAN
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

LAYANAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI

INFORMASI”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Fungsi hukum yang esensial adalah untuk menjaga stabilitas dan

kepastian, dua hal ini merupakan tujuan-tujuan utama dari hukum.1 Sistem

keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu negara

yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di

bidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan dan lembaga-lembaga

penunjang lainnya2. Sistem keuangan memainkan peranan penting dalam

meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan perekonomian suatu negara secara

berkelanjutan dan seimbang. Sistem keuangan berfungsi sebagai fasilitator

perdagangan domestik dan internasional, mobilisasi simpanan menjadi

berbagai instrumen investasi dan menjadi perantara antara penabung dengan

Pemberi Pinjaman. Stabilitas dan pengembangan sistem keuangan sangat

penting agar masyarakat meyakini bahwa sistem keuangan Indonesia aman,

stabil, dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa keuangan.

Dewasa ini lembaga keuangan di Indonesia semakin berkembang sebagai

akibat dari laju pertumbuhan perekonomian dari perkembangan zaman. Hal


1
Said Is Muhammad, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Prenadamedia Group,2015) hal.
180
2
Djoni S. Gazali, Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Sinar Grafika, Jakarta, 2016)
hlm. 39

iii
ini tampak pada semakin banyaknya variasi instrumen keuangan yang beredar

dalam sistem keuangan baik di bidang perbankan maupun di bidang non-

perbankan. Perkembangan instrumen keuangan sejalan dengan perkembangan

lembaga-lembaga keuangan itu sendiri. Hal tersebut tercermin dari tumbuhnya

berbagai lembaga keuangan seperti lembaga sekuritas, lembaga asuransi, dan

lembaga perbankan syariah, perkembangan bank konvesioanal, dan lembaga-

lembaga keuangan lainnya.3

Lembaga Keuangan Bank atau yang disebut sebagai Lembaga Perbankan

memiliki fungsi pokok yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat. Fungsi perbankan tidak hanya untuk menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat akan tetapi fungsi perbankan Indonesia juga

dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih

sejahtera dari pada sebelumnya. Sebagaimana terkandung dalam Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, perubahan ekonomi, dan

stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Tentu saja

tujuan tersebut hanya akan terwujud apabila didukung oleh sistem perbankan

yang sehat dan stabil.4


3
Alficha Rezita Sari, Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam
Penyelenggaraan Financial Tegnology Berbasis Peer to Peer Landing di Indonesia, 2018,
hal. 2
4
Hermansya, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group 2014), hlm. ix

iii
Namun, kenyataan yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini, Bank

yang seharusnya merupakan lembaga keuangan yang dapat dijadikan

alternative untuk memenuhi kebutuhan dana masyarakat, sebenarnya belum

dapat bekerja maksimal dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada

masyarakat luas. Dalam kenyataannya hanya sebagian saja yang dapat

memanfaatkan dan menikmati jasa perbankan ini. Bank tidak memberikan

kemudahan atas fasilitas yang seharusnya dinikmati setiap masyarakat. Selain

harus memiliki agunan atau barang jaminan, syarat pemberian pinjaman di

bank juga relatif sulit untuk dipenuhi bagi kalangan yang memiliki ekonomi

kebawah.

Perkembangan dunia digital telah memberikan berbagai layanan yang

memudahkan bagi masyarakat salah satunya yaitu dengan kehadiran layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi atau peer to peer

lending. Melalui peer to peer lending ini, masyarakat yang memerlukan dana

dalam jumlah mikro dapat secara cepat mendapatkan pinjaman tanpa perlu

mengajukan kredit ke bank. Layanan pinjaman peer to peer lending dapat

diakses oleh masyarakat melalui aplikasi pada gawai dua puluh empat jam

nonstop. Hal ini tentu berbeda dengan fasilitas kredit atau pembiayaan

perbankan dimana debitor yang memerlukan pinjaman harus mendatangi

kantor perbankan terkait dan harus menjalani proses antri sampai

menandatangani perjanjian kredit. Selain itu, pada layanan pinjam meminjam

iii
uang melalui peer to peer lending juga tidak mempersyaratkan adanya agunan

yang tentu saja hal ini berbeda dengan fasilitas kredit ataupun pembiayaan

perbankan yang biasanya mempersyaratkan adanya agunan.5

Sistem peer to peer lending pertama kali dikenal di Inggris melalui

perusahaan Zopa pada tahun 2005 yang kemudian diikuti di Amerika. Para

pengguna pada awalnya tertarik dengan konsep peer to peer lending karena

dampak krisis finansial 2008. Pada saat itu bank menutup penyaluran kredit

baru dan memberikan suku bunga yang mendekati 0% kepada para deposan

uang. Karena itu peminjam harus mencari sumber pendanaan alternatif dan

pemilik dana aktif mencari investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.6

Di Indonesia, sebelum Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK)

menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, platform

peer to peer lending sejatinya telah ada dalam masyarakat. Sebagai contoh

platform uangteman.com yang telah dikenal di Indonesia sejak 2015.

OJK menerbitkan POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada 28 Desember 2016.

Berdasarkan peraturan tersebut, yang dimaksud dengan layanan pinjam

5
Ratna H, Julian PR, Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer To peer Landing,
iustum.vol25, 2018, hal. 321
6
http://koinworks.com/id/education-center/industri-peer-to-peer-lending diakses pada
tanggal 26 April 2020

iii
meminjam uang berbasis teknologi informasi adalah penyelenggaraan layanan

jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima

pinjaman dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik

dengan menggunakan jaringan internet.7

Peer to peer lending berbeda dengan layanan pinjam meminjam uang

sebagaimana diatur pada Pasal 1754 KUHPerdata. Pada perjanjian pinjam

meminjam uang sebagaimana diatur pada Pasal 1754 KUHPerdata para pihak

yang terlibat adalah pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dimana para

pihak ini memiliki hubungan hukum secara langsung melalui perjanjian

pinjam meminjam. Pemberi pinjaman berkewajiban untuk memberikan

kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang yang menghabis karena

pemakaian dengan syarat bahwa penerima pinjaman akan mengembalikan

sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Sedangkan

dalam layanan peer to peer lending, pemberi pinjaman tidak bertemu

langsung dengan penerima pinjaman, bahkan diantara para pihak dapat saja

tidak saling mengenal karena dalam sistem peer to peer lending terdapat pihak

lain yakni platform peer to peer yang menghubungkan kepentingan antara

para pihak ini.

Meskipun perusahaan penyelenggara platform peer to peer lending memiliki

kemiripan dengan perbankan yang menerima uang dari deposan dan


7
Pasal 1 angka 3 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi

iii
menyalurkannya melalui fasilitas kredit atau pembiayaan, perusahaan

penyelenggara peer to peer lending bukanlah perbankan. Bank merupakan badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.8

P2P Lending merupakan praktek perjanjian pinjam meminjam uang, dimana

Penyelenggara P2P Lending mempunyai peranan sebagai penghubung antara

Pemberi Pinjaman dan Peminjam secara online. P2P Lending memungkinkan

setiap orang untuk memberikan pinjaman atau mengajukan pinjaman yang satu

dengan yang lain untuk berbagai kepentingan tanpa menggunakan jasa dari

lembaga keuangan yang sah sebagai perantara.

Menurut ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata, pinjam meminjam adalah

perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan

syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang

sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Pinjam meminjam adalah

“kontrak riil”, artinya persetujuan peminjaman baru mengikat setelah barang atau

uang yang diserahkan diterima oleh si peminjam.

8
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

iii
Walaupun dalam definisi yang diberikan Pasal 1754 KUHPerdata tidak

disebutkan tentang uang, tetapi objek utama dari perjanjian ini adalah barang

yang dapat habis dalam pemakaian ataupun barang yang dapat diganti dengan

keadaan dan jenis yang sama maupun berupa uang. Peminjaman uang termasuk

pada perjanjian peminjaman pada umumnya. Oleh karena itu, segala ketentuan

yang berkaitan dengan perjanjian pinjam-meminjam barang yang habis terpakai,

berlaku juga terhadap persetujuan peminjaman uang.9

Ada banyak sekali pemberitaan negatif mengenai kasus penyaluran kredit

online di berbagai media massa dan sosial. Kebanyakan korban dalam kasus-

kasus tersebut merasa terintimidasi dengan cara penagihan yang tidak sesuai

ketentuan, beban bunga yang tak wajar, hingga penyebaran informasi pribadi

pengguna. Belum lagi, korban harus menanggung malu hingga kehilangan

pekerjaan akibat serangkaian teror yang bersifat mengganggu.

Kasus ini tentu bisa menjadi pelajaran agar lebih hati-hati sebelum

memutuskan meminjam uang dari penyedia jasa pinjaman online. Oleh karena itu,

saat meminjam perlu selektif dengan hanya memilih startup fintech yang terdaftar

di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Anda pun sebaiknya tidak mengabaikan

persyaratan atau ketentuan dari pihak pemberi utang ketika hendak meminjam

dana online.10
9
Windy sonya novita, Aspek Hukum Peer to Peer Landing, Jurnal Privat Law Vol. VIII No. 1
Januari-Juni 2020, diakses 14 Juli 2020 jam 20:54 wita
10
CNN Indonesia, Maraknya Kasus Pinjaman Online dan Penyebaran Data Nasabah.
Diakses 15 Juli 2020 jam 15:13 Wita

iii
Dalam era perkembangan ekonomi digital, masyarakat terus mengembangkan

inovasi penyediaan layanan dalam kegiatan pinjam meminjam yang salah satunya

ditandai dengan adanya penyediaan Layanan Jasa Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi yang dinilai turut berkontribusi terhadap

pembangunan dan perekonomian nasional.11

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi sangat

membantu dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap produk jasa keuangan

secara online baik dengan berbagai pihak tanpa perlu saling mengenal.

Keunggulan utama dari Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi antara lain tersedianya dokumen perjanjian dalam bentuk elektronik

secara online untuk keperluan para pihak, tersedianya kuasa hukum untuk

mempermudah transaksi secara online, penilaian risiko terhadap para pihak secara

online, pengiriman informasi tagihan (collection) secara online, penyediaan

informasi status pinjaman kepada para pihak secara online, dan penyediaan

escrow account dan virtual account di perbankan kepada para pihak, sehingga

seluruh pelaksanaan pembayaran dana berlangsung dalam sistem perbankan. Atas

hal ini, Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dana tunai secara cepat, mudah, dan

efisien, serta meningkatkan daya saing. Selain itu, Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi

11
www.ojk.go.id diakses pada tanggal 17 Juli 2020, Jam 11:32 Wita

iii
untuk membantu pelaku usaha skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam

memperoleh akses pendanaan.

Sampai dengan saat ini, belum ada peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai kegiatan bisnis layanan jasa keuangan berbasis teknologi

informasi. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan kerugian bagi

Pengguna. Oleh karena itu, regulasi kegiatan bisnis Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi dinilai sudah sangat mendesak.12

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang

terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Permasalahan baru yang pertama yaitu dalam layanan financial technology

berbasis peer to peer lending apabila terjadi gagal bayar penyelenggara tidak

bertanggung jawab atas risiko tersebut karena kesepakatan dan keputusan hanya

disepakati oleh pihak pengguna layanan saja, sehingga segala risiko atas pinjaman

akan ditanggung sepenuhnya oleh masing-masing pihak. Apabila terjadi suatu

wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penerima pinjaman dikarenakaan tidak

membayar pinjaman/hutang kepada pihak pemberi pinjaman, maka kerugian

tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemberi pinjaman.

Permasalahan baru yang muncul berikutnya yaitu adanya ketentuan bahwa

“Setiap kecurangan tercatat secara digital di dunia maya dan dapat diketahui

12
Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan OJK diakses 17 Juli 2020, Jam 11:40 Wita

iii
masyarakat luas di media sosial” dari ketentuan tersebut bisa di simpulkan bahwa

penyelenggara layanan sangat merugikan pengguna layanan khususnya pihak

penerima pinjaman, karena apabila tidak membayar pinjaman maka data diri, data

transaksi, dan data keuangan akan di publikasikan kepada masyarakat luas

melalui sosial media dan belakangan muncul banyak keluhan di media soal kasus

pinjaman online, yaitu cara penagihan yang dianggap tidak sesuai ketentuan.

Berkaitan dengan penjelasan di atas maka diperlukannya perlindungan

hukum bagi para pihak dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Dalam Pasal 28

D ayat 1 UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa warga negara Indonesia berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan sama di depan hukum. Apabila hak tersebut dilanggar maka dapat

menimbulkan konsekuensi hukum. Untuk itu Pemerintah melalui OJK pada

tanggal 28 Desember 2016 mengeluarkan suatu Peraturan yakni Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Akan tetapi Peraturan yang

dibuat oleh OJK tersebut belum sepenuhnya memberikan perlindungaan hukum

dan kepastian hukum kepada para pengguna layanan, maka dari itu kita bisa

merujuk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas

iii
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik.13

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kedudukan hukum para pihak yang terlibat dalam layanan

pinjaman berbasis teknologi informasi serta bentuk pertanggungjawaban

hukum apabila terjadi masalah?

2. Bagaimana model perlindungan bagi investor dalam layanan pinjaman

Teknologi informasi di Indonesia? (dengan hak jaminan)

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum pihak yang terlibat dalam layanan

pinjaman online dan bentuk pertanggung jawaban hukum

2. Untuk mengetahui model perlindungan bagi investor dalam layanan

pinjaman online di Indonesia juga hak jaminannya

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

13
Dinamika, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Volume 26, Nomor 4, Februari 2020, Halaman 408 –
421.

iii
Penelitian ini dimaksudkan sebagai wahana pengembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan baik peneliti sendiri atau orang lain.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi masukan dan referensi bagi

para pihak yang berkepentingan dalam bidang teknologi finansial, serta

bagi masyarakat umum yang berminat mengetahui persoalan-persoalan

yang berkaitan dengan teknologi finasial

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perlindungan hukum

Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus

diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik

secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari

pihak manapun.14

2. Pengguna jasa layanan

Pengguna Jasa layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi yang selanjutnya disebut pengguna adalah pemberi pinjaman

dan penerima pinjaman yang menggunakan layanan pinjam meminjam

uang berbasis teknologi informasi.15

14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Ui Press., 1984), hlm. 133 .
15
Otoritas Jasa Keuangan (LPMUBTI), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, No. 77/POJK.01/2016,
pasal 1 (9).

iii
Pemberi Pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha

yang mempunyai piutang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi.16

Penerima Pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang

mempunyai utang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi.17

Penerima pinjaman akan menerima sejumlah uang dari pemberi

pinjaman sebagai bentuk hutang, yang akan dikembalikan sesuai waktu

yang telah ditetapkan beserta tambahan biaya atau Bunga yang telah

ditetapkan oleh pemilik layanan (start up).

3. Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan

perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung

melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet, secara

digital atau online.18

Fintech berasal dari istilah Financial Technology atau teknologi

finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), fintech

merupakan suatu inovasi pada sektor finansial. Tentunya, inovasi

16
Ibid, pasal 1 (8)
17
Ibid, pasal 1 (7)
18
Ibid, pasal 1 (3)

iii
finansial ini mendapat sentuhan teknologi modern. Keberadaan fintech

diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih

praktis dan aman.39 Hal ini merupakan salah satu perkembangan sistem

layanan keuangan dengan menggunakan teknologi.

Kedudukan bank menjadi sangat penting ketika bank tersebut bekerja

dan ikut serta mendorong tumbuh dan berkembangnya ekonomi suatu

negara. Artinya perbankan beserta organisasi bisnis lainnya berkewajiban

untuk mewujudkan amanah rakyat dalam mewujudkan kesejahteraan

sosial ekonomi termasuk mendukung penciptaan stabilitas sosial politik

nasional.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di

sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan.19

Dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi elektronik yang

sangat pesat ini, maka timbul hal – hal baru yang sebelumnya tidak

ditemukan dan bahkan asing didunia hukum. Perkembangan teknologi

informasi elektronik yang memungkinkan orang untuk berkomunikasi

secara langsung dan tanpa batas tetapi tanpa harus bertatap muka secara

19

www.ojk.go.id diakses pada tanggal 27 april 2020

iii
langsung ini sangat berbanding terbalik dengan ketentuan hukum di

Indonesia, yang masih diatur secara konvensional. Didalam

perkembangan dunia perbankan di Indonesia, dalam prakteknya telah

diterapkan yang dinamakan pinjaman dana berbasis elektronik (Peer to

Peer Landing/ Crowfunding).20

P2P Lending merupakan layanan pinjam meminjam uang secara

langsung berbasis teknologi informasi antara Penerima Pinjaman dan

Pemberi Pinjaman, atau pendanaan gotong royong online, yang juga

dikenal sebagai pinjaman online (OJK, 2018: 4). Berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang selanjutnya

disebut POJK P2P Lending pada ketentuan Pasal 1 angka 3 menyebutkan

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi atau P2P Lending

merupakan penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk

mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam

rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah

secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan

internet.

Model bisnis P2P Lending yaitu calon Penerima Pinjaman

melakukan registrasi di platform, kemudian mengajukan pinjaman

20
Subhan zein, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya, Vol. 4, No. 2, Juni 2019,hal. 116

iii
melalui platform. Penyelenggara kemudian melakukan verifikasi data

calon Penerima Pinjaman, kemudian menampilkan pengajuan pinjaman di

platform marketplace. Pemberi Pinjaman melakukan registrasi di

platform, kemudian dapat memilih pinjaman mana yang akan didanai di

platform marketplace dan melakukan pendanaan. Penerima Pinjaman

akan mendapatkan pinjaman dana dari Pemberi Pinjaman sesuai dengan

jumlah dan jangka waktu yang disepakati (OJK, 2018: 7). Hal ini

dianggap memudahkan pelaku usaha untuk mendapatkan modal dalam

waktu yang relatif lebih singkat dengan prosedur yang mudah.

Kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh uang jadi alasan

kenapa layanan jasa pinjaman online atau P2P Lending ini semakin

berkembang pesat di Indonesia. Banyak masyarakat memanfaatkan

layanan berbasis Fintech ini untuk membantu mereka dalam mengatur

keuangan. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance

(INDEF), Bhima Yudistira menjelaskan sebenarnya ada dua jenis P2P

Lending yang berkembang di Indonesia. Pertama adalah P2P Lending

produktif dan P2P Lending konsumtif. P2P Lending produktif merupakan

penyedia jasa pinjaman online yang berbasis pada kebutuhan permodalan

usaha, sementara P2P Lending konsumtif lebih berbasis pada kebutuhan

individu, seperti untuk belanja keperluan seharihari, pembelian barang

elektronik, dan sebagainya. Terlebih dalam praktik P2P Lending

iii
konsumtif, bunga dan denda yang dikenakan sebagian besar melebihi

nilai pokok pinjaman. Tak heran jika muncul permasalahan baru dalam

implementasinya. Kehadiran P2P Lending banyak dikritik setelah

maraknya kasus yang diungkap oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

Jakarta. Per Mei lalu ada 283 orang yang melaporkan tindak pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh perusahaan pinjaman online ini, seperti

penindasan dalam proses penagihan hingga penyebaran data pribadi.21

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yurisdis-normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang

21
(https://www. cnbcindonesia.com/fintech/20181110170 753-37-41546/fintech-rentir-
bermunculan-denda-bungadi-atas-pokok-utang, diakses pada tanggal 14 Juli 2020, pukul
07.35 WITA)

iii
menggunakan objek kajian penulisan berupa pustaka-pustaka yang ada,

baik berupa buku-buku, majalah, dan peraturan-peraturan yang mempunyai

korelasi terhadap pembahasan masalah, sehingga penulisan ini juga bersifat

penulisan pustaka (library reseach).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang diambil adalah berdasarkan data normatif atau

penelitian hukum kepustakaan library research.22Penelitian ini dilakukan

dengan cara menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-

asas hukum, konsepsi hukum, pandangan, peraturan dan sistem hukum

dengan menggunakan data sekunder, diantara nya asas, kaidah, norma dan

aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-

undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian.

3. Tipe penelitian

Tipe penlitian ini adalah perlindungan hukum terhadap investor dalam

layanan pinjam meminjam berbasis teknologi.

4. Sumber hukum penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa bahan-bahan hukum yang terdiri dari:

22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2015, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers: Jakarta, hlm.52

iii
i) Bahan Hukum Primer, adalah bahan yang isinya bersifat mengikat

karena dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini terdiri

dari:

i) Undang-Undang:

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

(2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

(3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik;

(4) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan;

ii) Peraturan lain :

(1) POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Berbasis Teknologi Informasi;

i) Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang bersifat

menjelaskan atau membahas bahan hukum primer, yang terdiri dari

buku-buku literatur, jurnal, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini

ii) Bahan Hukum Tersier, adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

iii
sekunder, yang terdiri dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus

Hukum

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi pustaka

dan studi dokumen, yaitu pengumpulan bahan hukum dengan mengkaji,

menelaah dan mempelajari jurnal, hasil penelitian hukum dan mengkaji

berbagai dokumen resmi institusional yang berupa peraturan perundang-

undangan, risalah sidang dan literatur yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

6. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan

adalah pendekatan kualitatif terhadap data sekunder. Data sekunder yang

akan digunakan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan

bahan hukum tersier.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan, penelitian ini

disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut;

BAB I Pendahuluan

merupakan bab yang memuat pedahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

iii
BAB II Tinjauan Umum

merupakan bab yang menyajikan teori dan konsep yang bersumber dari

peraturan perundang-undangan maupun literatur-literatur mengenai

penerapan Financial Technology dan perlindungan hukum terhadap

investor dalam layanan pinjam meminjam berbasis teknologi.

BAB III Pembahasan

merupakan bab yang akan memaparkan hasil penelitian yang berupa

perlindungan hukum terhadap investor dalam layanan pinjam meminjam

berbasis teknologi ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB IV Penutup

merupakan bab yang berisi kesimpulan dari pembahasan tentang rumusan

masalah dan dilengkapi dengan saran sebagai bahan rekomendasi dari

hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

iii
Hermansya. 2014 Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada

Media Grou ) hlm. Ix

Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: Ui Press).

Djoni S. Gazali, Rachmadi Usman. 2016. Hukum Perbankan, (Sinar Grafika, Jakarta)

Said Is Muhammad. 2015. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta:Prenadamedia Group)

Jurnal:

Hartono, Ratna, Juliani Purnama Ramli. 2018. Hubungan Hukum Para Pihak dalam

Peer to peer landing. Vol 25

Zein Subhan. 2019. Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Aplikasi Pinjaman Dana Berbasis Elektronik (Peer to peer lending /

Crowfunding) Di Indonesia. Vol. 4, No. 2

Alfhica Rezita Sari. 2018. Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam

Penyelenggaraan Finacial Tehchnology Berbasis Peer to peer lending di

Indonesia [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Internet:

iii
Peraturan otoritas jasa keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tahun 2016-hukum

online.com diakses 7 mei 2020

Dasar hukum layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi- hukum

online.com diakses 7 mei 2020

www.wikipedia.com pengertian ojk diakses 6 mei 2020

“16 Hal yang Wajib Dipenuhi Pemain Peer to Peer Lending dalam Fintech”

http://m.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt586e1f6a2e0a2/16- hal-

yang-wajib-dipenuhi-pemain-peer-to-peer-lending-dalam-fintech diakses pada

tanggal 6 mei 2020

www.ojk.go.id diakses pada tanggal 27 april 2020

http://koinworks.com/id/education-center/industri-peer-to-peer-lending diakses pada

tanggal 26 April 2020

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253)

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3790)

iii
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 324)

Peraturan Bank Indonesia No. 3/11/PBI/2001 tentang Perubahan Atas Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia No. 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan

Rekening Giro Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern (Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4108)

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

iii
iii

Anda mungkin juga menyukai