2018-2019
SOAL
1. [UAS-2018]
Sebuah Sistem terdiri dari dua buah osilator terkopel masing-masing bermassa m serta pegas
bertetapan k dan k’ (k ' =4 k ) seperti tampak pada gambar. Jika x 1 dan x 2 masing-masing adalah
simpangan,
a) Tuliskan persamaan gerak untuk masing-masing osilator
b) Tentukan frekuensi sudut osilasi untuk masing-masing modus normalnya dan perbandingan
amplitude kedua osilator terkait modus normalnya
c) Tuliskan solusi gerak untuk masing-masing osilator
2. [UAS-2018]Sebuah partikel bermassa 2 m, yang sedang bergerak dengan laju v o dalam kerangka
laboratorium, tiba-tiba pecah menjadi dua bagian yang bermassa sama. Pecahan pertama
bergerak ke arah sumbu X positif membentuk sudut α terhadap arah partikel sebelum pecah
sedangkan pecahan kedua bergerak ke arah sumbu Y positif. Tentukan
a) Kecepatan masing-masing pecahan partikel menurut kerangka laboratorium,
b) Kecepatan pusat massa sistem partikel setelah pecah menurut kerangka laboratorium,
c) Kecepatan masing-masing pecahan partikel menurut kerangka pusat massa,
d) Selisih energi kinetik sistem partikel setelah pecah menurut kerangka pusat massa dan
menurut kerangka laboratorium
3. [UAS-2018]Terdapat dua pengamat P dan P ' yang berturut-turut berada pada kerangka
acuannya, yaitu S ( X , Y , Z ) dan S '( X ' , Y ' , Z ' ). Kedua kerangka acuan selalu berarah parallel
dan hanya saling bertranslasi satu dengan lainnya. Kerangka acuan S diam terhadap stasiun
sedangkan kerangka acuan S ' berada pada gerbong kereta api yang bergerak ke arah X dan X ' .
Pengamat P ' memegang sebuah bola bermassa m dan melemparkannya secara vertikal dengan
kecepatan awal v y ' . Kecepatan kereta api adalah v o (konstan) yang searah dengan X dan X ' .
a) Tuliskanlah hubungan antara r⃗ dan r⃗ ' , ⃗v dan ⃗v ' , serta a⃗ dan a⃗ '
b) Jelaskan bentuk lintasan bola menurut pengamat P dan P '
c) Tuliskan rumusan gaya fiktif yang dilihat oleh pengamat P '
d) Rumuskan bentuk lintasan bola bila kereta bergerak dengan percepatan a o (konstan)
terhadap stasiun menurut P
1. [UAS-2018]
a) Menentukan persamaan gerak masing-masing osilator.
Tinjau sistem osilator harmonik. Osilator massa A dipengaruhi oleh pegas kiri dan pegas
tengah. Massa A kemudian digeser sejauh x 1 ke kanan, dan massa B digeser sejauh x 2.
Akibatnya, pegas kiri akan bertambah panjangnya sebesar x 1. Gaya pemulih yang timbul
oleh pegas kiri pada massa A adalah
F kiri =−k x 1
Sementara itu, pegas kanan juga memendek sebesar x 1, namun juga bertambah panjang
sebesar x 2. Perubahan panjang total dari pegas tengah adalah x 1−x 2sehingga gaya pemulih
yang timbul pada massa A oleh pegas tengah adalah
−k x 2 +k ' ( x1 −x2 ) =m ẍ 2
x ( t )= A eiωt (3)
−5 k + mω 2 4k A1
( 4k 2
−5 k + mω A2
=0 )( )
Frekuensi sudut untuk masing-masing modus normal dapat diperoleh dengan
menyelesaikan masalah nilai eigen dari matriks di atas.
−5 k + mω 2 4k
| 4k −5 k + mω2
=0 |
2
( m ω2−5 k ) −16 k 2=0
( m ω2−5 k +4 k ) ( m ω2−5 k −4 k ) =0
m ω2−5 k + 4 k=0
k (6)
ω 1=±
√ m
m ω2−5 k −4 k =0
k (7)
ω 2=± 3
√ m
Perbandingan amplitudo simetrik diperoleh dengan mensubstitusikan nilai ω 1 ke dalam
matriks.
mk
−5 k + 4k
( 4k
m
−5 k +
mk
m
)( )A1
A2
=0
(−44 kk 4k
−4 k )( AA )=0
1
−4 k A 1 +4 k A 2=0
A1= A 2
Perbandingan amplitudo asimetrik diperoleh dengan mensubstitusikan nilai ω 2 ke matriks
9 mk
−5 k + 4k
( 4k
m
−5 k +
9 mk
m
)( ) A1
A2
=0
( 44 kk 44 kk)( AA )=0 1
A1=−A 2
c) Solusi gerak untuk masing-masing osilator.
Dari perbandingan amplitudo simetrik dan nilai frekuensi sudut terkait modus normal ini,
diperoleh
k
x1 A A ±i √ t
()( ) ( )
x2
= 1 ei ω t = 1 e
A2 A1
1 m
k (8)
x1
=A 1 1 e
±i
√ t
( ) ()
x2 1
m
Dari perbandingan amplitude asimetrik dan nilai frekuensi sdut terkait modus normal ini,
diperoleh
k
x1 A A 1 ±3 i √ t
()( ) ( )
x2
= 1 ei ω t =
A2 −A 1
e 2 m
k (9)
x1
=A 1 1 e
± 3i
√ t
() ( )
x2 −1
m
Solusi gerak akhir untuk masing-masing osilator merupakan gabungan dari kedua modus
normal. Jumlahkan persamaan (8) dan (9) diperoleh
k k
x1
=A 1 1 e
±i
√ t
+ A 1 −1 e
±3 i
√ t
( ) ()
x2 1
m
1( ) m
k k
x 1= A 1 e
±i
√ m
t
− A1 e
±3 i
√ m
t
k k
x 2= A 1 e
±i
√ m
t
+A1 e
± 3i
√ m
t
2. [UAS-2018]
a) Menentukan kecepatan masing-masing partikel pada kerangka laboratorium.
Partikel yang awalnya bermassa 2 m dan memiliki laju v o bergerak membentuk sudut α ke
arah sumbu-X positif. Momentum awal sistem memenuhi
^
po =2m v o (cos α i+sin
⃗ α ^j) (1)
Setelah itu partikel pecah menjadi dua (katakanlah m 1 dan m 2 ). Kedua pecahan ini
bermassa sama, maka
m1+ m2=2 m
m 1=m 2
m1=m2=m
Salah satu benda bergerak ke sumbu-X positif, dan satunya lagi bergerak ke sumbu-Y positif.
Maka momentum akhir sistem memenuhi
pf =m v x i⃗ + m v y ⃗j
⃗ (2)
Momentum sistem terkonservasi
po =⃗
⃗ pf
^
2 m v o ( cos α i+sin α ^j )=m v x ⃗i + m v y ⃗j
v x =2 v o cos α (2)
Laju partikel arah Y:
2 m v o sin α=mv y
v y =2 v o sin α (3)
b) Menentukan kecepatan pusat massa sistem setelah pecah menurut kerangka laboratorium.
Kecepatan pusat massa sistem memenuhi
^
Σ mi ⃗v i m v x i+m v y ^j
⃗v cm= =
Σ mi m+m
^
m ( 2 v o cos α ) i+m ( 2 v o sin α ) ^j
⃗v cm=¿
2m
^ o sin α ^j
⃗v cm=v o cos α i+v (3)
c) Menentukan kecepatan masing-masing partikel menurut kerangka pusat massa.
Hubungan kerangka laboratorium dan kerangka pusat massa memenuhi
r⃗ =⃗r cm + r⃗ '
Dimana r⃗ adalah posisi partikel terhadap kerangka laboratorium, r⃗ cm adalah posisi pusat
massa sistem terhadap kerangka laboratorium dan r⃗ ' adalah posisi partikel terhadap pusat
massa sistem. Turunan terhadap waktu dari hubungan tersebut memberikan
Partikel sejajar sumbu Y kerangka lab, kecepatan pada kerangka psat massanya menjadi
K− K ' =2 mv 2o −m v 2o
K− K ' =m v 2o
3. [UAS-2018]
a) Menentukan hubungan antara besaran gerak kerangka S dan S ' .
Kerangka S ' bergerak ke arah sumbu X dan X ' positif yang sejajar dengan laju konstan v o.
Misalkan pada saat t=0 kedua kerangka tersebut berhimpitan. Menggunakan transformasi
Galilean, hubungan posisi partikel pada kerangka S dan S ' memenuhi
r⃗ =⃗r ' + v o t i^
Atau bila ditinjau perkomponen
⃗v =⃗v ' + v o
v x =v 'x +v o , v y =v 'y , v z=v'z
Sementara turunan keduanya terhadap waktu memberikan
a⃗ =⃗a'
a x =a 'x =0 ,a y =a'y =−g , a z=a 'z =0
a x dan a z bernilai nol karena kerangka S ' tidak mengalami percepatan pada arah ini.
Sementara pada arah Y dan Y ' terdapat percepatan gravitasi yang mengarah ke negatif
sumbu Y dan Y ' .
b) Menentukan bentuk lintasan bola.
Bagi pengamat P ' yang berada di kerangka S ' , bola dilempar ke atas searah sumbu Y '
dengan laju awal v'y. Persamaan gerak bola pada kerangka Y ' memenuhi
F ' =m ⃗a'
Σ⃗
−mg ^j ' =m ⃗a'
−mg=a'y
d v 'y
Substitusi a 'y =
dt
d v 'y
−mg=
dt
d v 'y =−mgdt
'
ẏ t
'
∫ d v =−∫ mgdt
'
y
vy 0
∫ d y =∫ v 'y −mgt dt
'
0 0
1
y ' ( t )=v 'y t− mg t 2
2
Yang merupakan persamaan gerak vertikal atas pada sumbu Y ' sehingga lintasan
partikel menurut P ' adalah berupa garis lurus sejajar sumbu Y ' .
Bagi pengamat P, dari hubungan vektor posisi antara kerangka S dan S ' diperoleh
r⃗ =⃗r ' + v o t i^
r⃗ =⃗y ' + v o t i^
1
( )
r⃗ = v 'y t− mg t 2 ^j +v o t i^
2
Bila ditinjau perkomponen
1
y=v 'y t− mgt 2
2
x=v o t
Eliminasi parameter t diperoleh
'
x 1 x 2 vy mg
y ( x ) =v '
y
( ) − mg
vo 2 vo ( )
= x− 2 x 2
vo 2 vo
v 'y
2 −mg
y ( x ) =Ax + B x , A= , B=
vo 2 v 2o
Yang merupakan persamaan kuadrat dari y sebagai fungsi x . Dengan demikian lintasan
bola menurut P akan berbentuk parabola, dan karena konstanta B bernilai negatif,
parabola akan terbuka ke bawah.
c) Menentukan gaya fiktif yang dilihat pengamat pada kerangka P ' .
Dari kasus pada point a) telah diperoleh bahwa
a⃗ =⃗a'
Sehingga karena percepatan kedua kerangka sama dan berasal dari gaya real, dapat
disimpulkan bagi pengamat P ’ tidak ada gaya fiktif.
F fiktif =0
⃗
d) Lintasan bola menurut P bila S ' bergerak dengan percepatan konstan a o terhadap stasiun.
Menurut P bila S ' bergerak dengan percepatan konstan a o terhadap stasiun, maka
kerangka P ' mengalami gaya fiktif sebesar
F fiktif =−ma o i^
⃗
Sehingga gaya total yang dirasakan bola bagi pengamat P ' adalah
F =m a⃗'
Σ⃗
F fiktif =m a⃗'
F grav + ⃗
⃗
Dimana a⃗ S ,S =a o i^
'
a⃗ b ,S =−g ^j
Yang hanya berisi komponen arah Y . Melakukan integral sebanyak dua kali akan
memberikan
' 1 2
y ( t ) =v y t− g t
2
Sehingga dapat disimpulkan bagi pengamat P bola bergerak vertikal atas pada lintasan lurus
sejajar sumbu Y .
4. [UAS-2018]
a) Menentukan fungsional Lagrange sistem.
Perhatikan disamping. Potensial nol terletak pada
titik O sehingga titik O menjadi titik acuan sistem.
Posisi masing-masing massa berada dibawah titik
potensial nol pada sumbu Y sehingga dapat
dituliskan sebagai
y 1=−( l − y )
y 2=− y
Tinjau energi potensial
Benda m 1: V 1=mg y 1=−m1 g ( l− y )
1 2 1 2
Benda m 1 : T 1= m 1 ẏ 1= m 1 ẏ
2 2
1 2 1 2
Benda m 2 : T 2= m 2 ẏ 2= m 2 ẏ
2 2
1 2
Katrol : T 3= I θ̇
2
1 2 1 2 1
Sistem : T sistem=T 1 +T 1 +T 3= m 1 ẏ 1 + m2 ẏ 2 + M θ̇ 2
2 2 2
1 1 1
L= m 1 ẏ 2+ m 2 ẏ 2+ I θ̇ 2+ m1 g (l− y )+ m 2 gy
2 2 2
Karena tali pada katrol tidak slip, maka dipenuhi hubungan y=θR , dan ẏ=R θ̇ ̇ , sehingga
Lagrangian sistem menjadi
1
L= ( m1 R2 +m 2 R2 + I ) θ̇2 +m 1 g ( l−Rθ ) +m 2 gRθ
2
Dimana
∂L
=( m 1 R2 +m 2 R 2+ I ) θ̇
∂ θ̇
∂L
=−m1 gR+m 2 gR=gR ( m2 −m 1)
∂θ
Sehingga Euler-Lagrange memberikan persamaan gerak sistem.
d
( ( m1 R2 +m 2 R2 + I ) θ̇ )−( gR ( m2−m1 ) ) =0
dt
θ̈ ( m 1 R 2+ m2 R2 + I ) −gR ( m 2−m 1 )=0
gR ( m 1−m 2 )
θ̈+ =0
m 1 R2 +m 2 R 2+ I
( m2−m1 ) g
ÿ=
m 1 +m 2+ kM