Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Rasio Rentabilitas

2.1.1. Pengertian Rasio Rentabilitas

Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha atau rasio keuntungan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan (Kasmir, 2014:196).

Rentabilitas atau profitabilitas adalah pengukuran keuntungan yang

diperoleh dari modal atau dana yang berasal dari pinjaman dan dari modal sendiri

yang telah digunakan dalam operasi perusahaan (Jumingan, 2014:141).

Sedangkan, menurut Fahmi (2014:135) “rasio profitabilitas ini mengukur

efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat

keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”.

Rasio rentabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal

(modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada

periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang

sebenarnya (real), maka posisi modal atau aset dihitung secara rata-rata selama

periode tersebut (Slamet Riyadi dalam Pandia (2012:64)).

Menurut Pandia (2012:65) “rentabilitas (earnings) adalah suatu alat untuk

mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba

dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu”.

6
7

2.1.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Rentabilitas

Menurut Hampton dalam Jumingan (2014:122) “rasio profitabilitas

bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan”.

Sedangkan menurut Weston dan Brigham dalam Jumingan (2014:122) “rasio

profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan

dana”.

Berdasarkan dua pendapat di atas maka Jumingan (2014:243) menyimpulkan

bahwa “tujuan penggunaan rasio rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan

bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank”.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak

luar perusahaan menurut Kasmir (2014:197), yaitu:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Dan tujuan lainnya.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.


8

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Menggetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Manfaat lainnya.

2.1.3. Return On Assets (ROA)

Return on total assets atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment

(ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan. Rasio ini juga merupakan suatu ukuran tentang

efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil (rendah) rasio

ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2014:202).

Menurut Sutrisno (2013:229) “Return on Assets juga sering disebut sebagai

rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”.

Menurut Pandia (2012:71) “return on assets adalah rasio yang menunjukan

perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini

menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang

bersangkutan”.
9

Berikut cara menghitung ROA:

Laba Sebelum Pajak


ROA = × 100%
Total Aset (rata − rata)

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:319)

2.1.4. Return On Equity (ROE)

Menurut Sutrisno (2013:229) “Return on Equity ini sering disebut dengan

rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang

menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri”.

Return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan

efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya

posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya (Kasmir 2014:204).

Menurut Pandia (2012:71) “return on equity adalah rasio yang menunjukan

perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini

menunjukan tingkat presentase yang dapat dihasilkan.

Berikut cara menghitung ROE:

Laba Setelah Pajak


ROE = × 100%
Total Modal Inti (rata − rata)

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:319)


10

2.2. Rasio Permodalan

2.2.1. Pengertian Rasio Permodalan

Menurut Kasmir (2014:232) “capital ratio adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung

perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih”.

Menurut Pandia (2012:224) “modal adalah faktor penting bagi suatu

perusahaan dalam rangka pengembangan usaha serta untuk menampung risiko-risiko

yang mungkin terjadi”.

Bagi bank, modal juga merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan,

namun modal hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. Modal bank terdiri

dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan

(secondary capital). Modal sendiri adalah modal yang digolongkan sebagai “senior

capital” yakni modal yang diperoleh dari saham preferen dan obligasi. Titipan tidak

termasuk dalam pengertian modal, walaupun sebagian besar harta bank dibiayai

dengan titipan/ simpanan masyarakat (Pandia, 2012:28).

2.2.2. Tujuan dan Fungsi Rasio Permodalan

Rasio permodalan memiliki tujuan penggunaan untuk mengetahui

kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien

(Jumingan, 2014:243).

Adapun fungsi modal menurut Pandia (2012:224) adalah:

1. Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang

tidak dapat diharapkan.


11

2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai usaha.

3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan para

pemegang saham.

4. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank untuk

bekerja dengan efisiensi yang tinggi.

2.2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Wardiah (2013:295) “CAR adalah rasio kecukupan modal bank

atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan

kerugian dalam perkreditan atau perdagangan surat-surat berharga.

Sementara itu menurut Pandia (2012:31) bagi bank yang sudah beroperasi

diwajibkan untuk memelihara rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio

yang didasarkan pada ketentuan Bank for International Settlements (BIS) yaitu

sebesar 8% (delapan persen) dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

Berikut cara menghitung CAR:

Modal
CAR = × 100%
ATMR

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:307)

Sesuai dengan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/67/KEP/DIR

tanggal 28 Februari 1991 dalam Pandia (2012:33) yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan oleh Bank for International Settlements, modal bagi bank yang didirikan
12

dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap, yang

rincian komponennya sebagai berikut:

1. Modal Inti

Terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba

setelah dikurangi pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:

a. Modal disetor, yaitu modal yang disetor efektif oleh pemiliknya.

b. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank.

c. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang

ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan

untuk tujuan tertentu.

e. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah

dikurangi pajak, yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.

f. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah dikurangi

pajak, dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS.

g. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun-tahun buku

berjalan setelah dikurangi hutang pajak.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan.

2. Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba

setelah pajak serta pinjaman sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara

rinci modal pelengkap dapat berupa:


13

a. Cadangan revaluasi aktiva, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih

penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan direktor

jenderal pajak.

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang

dibentuk dengan cara membebani laba rugi berjalan, dengan maksud untuk

menampung yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali

aktiva produktif maksimal 1,25% dari jumlah ATMR.

c. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/ equaty) capital

instrument, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang

memiliki sifat seperti modal atau hutang.

d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat yang

dibentuk oleh bank dengan pemberi pinjaman dan mendapat persetujuan

Bank Indonesia.

2.3. Konsep Dasar Perhitungan

Pada penelitian ini penulis melakukan analisis hubungan dan pengaruh

dengan koefisien korelasi dan regresi linier berganda menggunakan aplikasi IBM

SPSS Statistics 22.

2.3.1. Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Menurut Siregar (2014:335) “analisis hubungan (korelasi) adalah suatu

bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau

bentuk arah hubungan di antara dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan

oleh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat)”.
14

1. Koefisien korelasi

Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara

dua variabel atau lebih juga menentukan arah hubungan dari kedua variabel.

Nilai korelasi (𝑟) = (−1 ≤ 0 ≤ 1)

Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara (−1) sampai

1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (−).

Tabel II.1.

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Nilai Korelasi (𝑟) Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,199 Sangat lemah

2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,40 – 0,599 Cukup

4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,80 - 1,000 Sangat kuat

Sumber: Syofian Siregar (2014:337)

Bentuk koefisien korelasi terbagi dua yaitu:

a. Koefisien korelasi sederhana

Koefisien korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui derajat atau

kekuatan dan arah hubungan antara dua variabel.


15

Rumus:

𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋 . ∑ 𝑌 )
𝑟=
√[𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑛. ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 )2 ]

Keterangan:

n = jumlah data (responden)

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

b. Koefisien korelasi berganda

Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau

kekuatan hubungan antara tiga variabel atau lebih, serta untuk mengetahui

kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel X1 dan X2 terhadap

nilai Y.

Rumus:

𝑟𝑋21 .𝑌 + 𝑟𝑋22 .𝑌 − 2(𝑟𝑋1 .𝑌 )(𝑟𝑋2 .𝑌 )(𝑟𝑋1 .𝑋2 )


𝑅𝑋1 .𝑋2 .𝑌 = √
1 − 𝑟𝑋21 .𝑋2

Keterangan:

𝑅𝑥1 .𝑥2 .𝑦 = koefisien korelasi ganda

𝑋1 = variabel bebas ke-1

𝑋2 = variabel bebas ke-2

Y = variabel tak bebas


16

2. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau digunakan

untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah

variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).

Rumus:

𝐾𝐷 = (𝑟)2 × 100%

Keterangan:

KD = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

Sedangkan, untuk mengetahui pengaruh dan satu variabel bebas

(independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) menggunakan regresi

linier. Regresi linier dibagi ke dalam dua kategori, yaitu regresi linier sederhana dan

regresi linier berganda. (Siregar, 2014:379).

Regresi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas

(independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Sedangkan, regresi linier

berganda digunakan untuk satu variabel tak bebas (dependent) dan dua atau lebih

variabel bebas (independent).

Rumus:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝑋𝑛
17

Keterangan:

Y = variabel terikat

𝑋1 = variabel bebas ke-1

𝑋2 = variabel bebas ke-2

𝑋𝑛 = variabel bebas ke-n

𝑎 dan 𝑏1 serta 𝑏2 = konstanta

Mencari nilai konstanta-konstanta:

1. Menghitung nilai konstanta 𝑏1

(∑ 𝑥22 )(∑ 𝑥1 𝑦) − (∑ 𝑥1 . 𝑥2 )(∑ 𝑥2 𝑦)


𝑏1 =
(∑ 𝑥12 )(∑ 𝑥22 ) − (∑ 𝑥1 . 𝑥2 )2

2. Menghitung nilai konstanta 𝑏2

(∑ 𝑥12 )(∑ 𝑥2 𝑦) − (∑ 𝑥1 . 𝑥2 )(∑ 𝑥1 𝑦)


𝑏2 =
(∑ 𝑥12 )(∑ 𝑥22 ) − (∑ 𝑥1 . 𝑥2 )2

3. Menghitung nilai konstanta 𝑎

∑𝑌 ∑ 𝑋1 ∑ 𝑋2
𝑎= − 𝑏1 ( ) − 𝑏2 ( )
𝑛 𝑛 𝑛

Nilai konstanta-konstanta tersebut dapat dihitung dengan rumus pembantu

yang menerapkan metode skor deviasi sebagai berikut:

(∑ 𝑋1 )2
1. ∑ 𝑥12 = ∑ 𝑋12 −
𝑛
18

(∑ 𝑋2 )2
2. ∑ 𝑥22 = ∑ 𝑋22 −
𝑛

(∑ 𝑌)2
3. ∑ 𝑦 2 = ∑ 𝑌2 −
𝑛

(∑ 𝑋1 )(∑ 𝑌)
4. ∑ 𝑥1 𝑦 = ∑ 𝑋1 𝑌 −
𝑛

(∑ 𝑋2 )(∑ 𝑌)
5. ∑ 𝑥2 𝑦 = ∑ 𝑋2 𝑌 −
𝑛

(∑ 𝑋1 )(∑ 𝑋2 )
6. ∑ 𝑥1 𝑥2 = ∑ 𝑋1 𝑋2 −
𝑛

Nilai konstanta 𝑎 dan 𝑏1 serta 𝑏2 juga dapat digunakan untuk menghitung

koefisien korelasi berganda dengan rumus sebagai berikut:

𝑏1 . ∑ 𝑥1 𝑦 + 𝑏2 . ∑ 𝑥2 𝑦
𝑅𝑋1 .𝑋2 .𝑌 = √
∑ 𝑦2

2.3.2. Langkah Analisis Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS 22

Langkah-langkah analisis hasil perhitungan koefisien korelasi dan regresi

linier berganda menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 22 menurut Siregar

(2014:435) sebagai berikut:

1. Analisis tabel correlations:

a. Dari tabel correlations dapat dianalisis hasil perhitungan korelasi secara

parsial (individu) antara variabel X1 terhadap Y dan variabel X2 terhadap Y

yaitu nilai dan arah hubungan apakah positif atau negatif, serta tingkat

hubungannya.
19

b. Uji signifikansi secara parsial (individu) antara variabel X1 terhadap Y dan

variabel X 2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel

independent terhadap variabel dependent.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent

terhadap variabel dependent.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik.

Ho : 𝑟𝑋.𝑌 = 0

Ha : 𝑟𝑋.𝑌 ≠ 0

3) Menentukan risiko kesalahan α.

Untuk nilai α-nya, karena menggunakan uji dua sisi (two-tailed), maka

0,05
nilai α/2, sehingga nilai α = = 0,025.
2

4) Membuat kriteria keputusan:

Jika : Sig < 𝛼, maka Ho ditolak.

Jika : Sig > 𝛼, maka Ho diterima.

5) Membandingkan nilai sig dan α.

6) Membuat keputusan.

2. Analisis tabel variabel entered/ removed:

Tabel variabel entered/ removed memberikan informasi bahwa kedua variabel

independent yang dimasukkan tidak ada yang dikeluarkan (removed), karena


20

metode yang digunakan singlestep (enter) hanya satu proses dalam memproses

data.

3. Analisis tabel model summary:

a. Dari tabel model summary dapat dianalisis hasil perhitungan korelasi secara

simultan (bersama-sama) antara variabel X1 dan X2 terhadap Y yaitu nilai

dan tingkat hubungan, serta besar konstribusi kedua variabel independent

terhadap variabel dependent.

b. Uji signifikansi hubungan secara simultan (bersama-sama) antara variabel X1

dan X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara

variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara

variabel X1 dan X2 terhadap Y.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik.

Ho : 𝑟𝑋1 .𝑋2 .𝑌 = 0

Ha : 𝑟𝑋1 .𝑋2 .𝑌 ≠ 0

3) Menentukan risiko kesalahan α = 5% (0,05).

4) Membuat kriteria keputusan:

Jika : Sig < 𝛼, maka Ho ditolak.

Jika : Sig > 𝛼, maka Ho diterima.


21

5) Membandingkan nilai sig 𝐹𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 dan α.

6) Membuat keputusan.

c. Uji signifikansi pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel X1

dan X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara

variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel

X1 dan X2 terhadap Y.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik.

Ho : 𝛽 = 0

Ha : 𝛽 ≠ 0

3) Kaidah pengujian.

Jika, 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima

Jika, 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak

4) Membandingkan antara 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 .

a) Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dari tabel model summary

b) Nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹(𝛼,𝑘,𝑑𝑘)
22

Keterangan:

dk = n – k – 1

k = pembilang (jumlah variabel bebas)

dk = penyebut

5) Membuat keputusan.

4. Analisis tabel anova:

Tabel anova menganalisis hipotesis atau menguji signifikansi persamaan regresi

berganda yang terbentuk antara variabel X1 dan X2 terhadap Y dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Persamaan regresi berganda yang terbentuk tidak signifikan antara

variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Persamaan regresi berganda yang terbentuk signifikan antara variabel

X1 dan X2 terhadap Y.

b. Pengambilan keputusan.

1) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan perbandingan antara

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

Jika : 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima

Jika : 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak

a) Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dari tabel anova.

b) Nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

c) Membandingkan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .


23

d) Membuat keputusan.

2) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probabilitas.

Jika probabilitas (sig) > 𝛼, maka Ho diterima.

Jika probabilitas (sig) < 𝛼, maka Ho ditolak.

a) Nilai probabilitas (sig) dari tabel anova dan nilai taraf signifikan

α = 5% (0,05).

b) Membandingkan nilai probabilitas (sig) dengan taraf nyata (α).

c) Membuat keputusan.

5. Analisis tabel coefficients:

Dari tabel coefficients menunjukan model persamaan regresi berganda untuk

memperkirakan variabel dependent (Y) yang dipengaruhi oleh variabel

independent (X1 dan X2 ).

Anda mungkin juga menyukai