Anda di halaman 1dari 11

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 13 TAHUN DENGAN GAGAL

GINJAL AKUT ET CAUSA GLOMERULONEFRITIS AKUT


PASKA STREPTOKOKUS
A 13-Year-Old Boy with Acute Kidney Injury Induced by Post-Streptococcus Acute
Glomerulonephritis

Septiana Maulidya Fajrin1, Kautsar Prastudia Eko Binuko2


'Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Harjono Ponorogo
Korespondensi: maulidyafajrin@gmail.com

ABSTRAK

Gagal ginjal akut didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal dalam waktu singkat. Gagal
ginjal akut pada anak-anak mempunyai manifestasi klinis yang beragam mulai peningkatan serum
kreatinin, penurunan urine output, hingga gagal ginjal anuria. Penyebab tersering gagal ginjal akut
pada anak-anak adalah glomerulonefritis akut paska streptokokus (GNAPS), suatu penyakit
peradangan non-supuratif pada glomerulus yang didahului oleh infeksi bakteri streptokokus beta
hemolitikus grup A strain nefrogenik. Pada kasus ini dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 13
tahun datang dengan keluhan sesak nafas dan bengkak pada kedua kaki selama 3 hari. Pasien
mengalami demam naik turun sejak 2 hari sebelumnya, mual disertai muntah, batuk berdahak, dan
nyeri ulu hati. Pasien merupakan santri pondok pesantren dan memiliki riwayat scabies yang
dinyatakan sembuh 6 minggu sebelum keluhan sesak muncul. Pasien mengalami oliguria dan
pemeriksaan penunjang menunjukkan efusi pleura kanan, proteinuria, hematuria, dan peningkatan
kadar serum kreatinin. Diagnosis gagal ginjal akut et causa GNAPS ditegakkan. Terapi diberikan baik
medikamentosa dan suportif. Respon pasien membaik seiring berjalannya waktu. Pada hari rawat
ketujuh, pasien mengalami kejang dan perubahan status mental. Terapi tambahan untuk kejang
diberikan dan monitoring dilakukan secara ketat. Pada hari ke-14 pasien menunjukkan perbaikan
klinis. Diagnosis dan tatalaksana GNAPS secara dini dapat membantu mencegah terjadinya gagal
ginjal akut.

Kata kunci: Glomerulonefritis Akut, Gagal Ginjal Akut, Infeksi Streptokokus

ABSTRACT

Acute kidney injury is defined as a short-term decline in kidney function. Acute kidney injury in
children has a varied clinical manifestation from increased serum creatinine, decreased urine output,
to anuric renal failure. The most common cause is acute post-streptococcal glomerulonephritis
(PSGN), a non-suppurative inflammatory disease of the glomerulus that is preceded by infection with
group A nephrogenic beta hemolytic streptococcal bacteria. In this case, a 13-year-old boy came to the
emergency department complaining of shortness of breath and swelling in both legs for the last 3 days.
The patient also experienced fluctuating fever since the previous 2 days, nausea accompanied by
vomiting, coughing with phlegm, and pain in the pit of the stomach. The patient is a boarding school
student and is known to have a history of scabies which was declared cured 6 weeks before the
complaint of shortness of breath appeared. The patient had oliguria and investigation revealed right
pleural effusion, proteinuria, hematuria, and elevated serum creatinine levels. The diagnosis of acute
kidney injury caused by PSGN was established. Therapy is given both medical and supportive. The
patient's response improved over time. However, on the seventh day of hospitalization, the patient had
seizures and changes in mental status. Additional therapy for seizures was given and monitoring was
done closely. On day 14, the patient showed clinical improvement and was discharged. Early diagnosis
and treatment is crucial in preventing acute kidney injury.
Keywords: Acute Glomerulonephritis, Acute Kidney Injury, Streptococcal Infection

449
ISSN : 2721-2882
PENDAHULUAN 2,5 – 15 tahun dengan rerata usia tertinggi

Gagal ginjal akut didefinisikan 8,46 tahun dan rasio perempuan

sebagai penurunan fungsi ginjal dalam disbanding laki-laki 1 banding 2. Sebagian

waktu singkat yang mengakibatkan besar kasus terjadi di negara berkembang

penurunan Glomerular Filtration Rate dengan angka kejadian 470,000 kasus

(GFR), terjadinya retensi urea dan zat sisa baru tiap tahunnya, dengan 97% kasus

lainnya. Gagal ginjal akut pada anak-anak terjadi di area dengan sosioekonomi

mempunyai manifestasi klinis yang luas rendah, berkaitan dengan higienitas yang

dan beragam mulai dari peningkatan kurang baik dan kurangnya akses yang

serum kreatinin, penurunan urine output, memadai ke fasilitas kesehatan. Di negara

hingga gagal ginjal anuria. Gagal ginjal maju, insiden GNAPS berkurang berkat

akut pada anak-anak dapat disebabkan sanitasi yang lebih baik dan pengobatan

oleh berbagai macam faktor etiologis, dini terhadap penyakit infeksi1.

yang paling tersering adalah GNAPS perlu dicurigai apabila

glomerulonefritis akut paska streptokokus anak mengalami penurunan frekuensi dan

(GNAPS). GNAPS merupakan suatu volume berkemih, bengkak pada kedua

penyakit peradangan non-supuratif pada kaki atau daerah sekitar mata, dan

glomerulus yang didahului oleh infeksi mengalami infeksi kulit atau saluran

bakteri streptokokus beta hemolitikus grup pernafasan beberapa minggu sebelumnya2.

A strain nefrogenik, yang dapat Diagnosis dini GNAPS dapat membantu

menyerang organ lain seperti kulit dan mencegah terjadinya gagal ginjal akut.

saluran nafas bagian atas1. Tatalaksana dini terhadap GNAPS

GNAPS dapat terjadi pada semua pada pasien anak tidak kalah penting

usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dalam mencegah terjadinya gagal ginjal

5 sampai 12 tahun. Penelitian multisenter akut dan menurunkan insidensi penurunan

di Indonesia memperlihatkan sebaran usia fungsi ginjal progresif di masa mendatang.

Selain menjaga higienitas secara umum,

450
ISSN : 2721-2882
salah satunya tatalaksana pasien dan urinalisis dapat menunjukkan

glomerulus post infeksi adalah dengan kenaikan serum kreatinin, proteinuria,

pemberian antibiotik profilaksis golongan hematuria, dan bakteri urin.

penicillin, terutama penicillin G benzatine, Prinsip tatalaksana kasus GNAPS

yang dapat secara spesifik mengeradikasi meliputi pengobatan spesifik terhadap

kuman streptokokus strain nefrogenik. faktor etiologi, manajemen cairan,

Strain ini memiliki afinitas terhadap manajemen elektrolit, mencukupi

glomerulus dan pembuluh darah kecil kebutuhan nutrisi, penyesuaian dosis obat,

pada ginjal dan membentuk kompleks terapi obat simtomatik, dan terapi

infeksi yang menyebabkan kerusakan pengganti ginjal sesuai indikasi1.

struktur ginjal dan menurunkan GFR,

pemberian antibiotik profilaksis dapat LAPORAN KASUS

mencegah kerusakan lebih lanjut pada Seorang anak laki-laki berusia 13

glomerulus dan pembuluh darah ginjal. tahun dengan berat badan 39 kg dirujuk

Infeksi streptokokus strain nefrogenik juga dari RS swasta ke RSUD dr. Harjono

dapat menyerang pasien endocarditis, dengan keluhan sesak nafas dan bengkak

sehingga penicillin profilaksis juga pada kedua kaki 3 hari terakhir. Sesak

diberikan kepada anak dengan hipertensi nafas dirasakan hilang timbul dan

dan tanda-tanda gagal jantung, meskipun menimbulkan rasa nyeri tiap kambuh.

tidak ditemui tanda khas Pasien juga mengalami demam naik turun

glomerulonephritis post infeksi seperti sejak 2 hari sebelumnya yang membaik

hematuria dan riwayat infeksi kulit atau dengan pemberian paracetamol. Keluhan

saluran nafas sebelumnya9. lain berupa mual disertai muntah, batuk

Gejala khas yang terjadi pada berdahak, dan nyeri di bagian ulu hati.

kasus seperti ini adalah edema, oliguria Tidak ada riwayat kejang sejak lahir

atau anuria, dapat disertai hipertensi. hingga sekarang. Buang air kecil 3 hari

Pemeriksaan laboratorium kimia klinik terakhir diakui hanya 2 sampai 3 kali

451
ISSN : 2721-2882
sehari dengan urin berwarna pekat seperti output urin mencapai 0.26 ml/kgBB/jam.

teh. Buang air besar masih dalam batas Penghitungan Glomerular Filtration Rate

normal. dengan Rumus Schwartz menghasilkan

Riwayat penyakit dahulu angka GFR 16.9 ml/min/1.73 m2.

didapatkan bahwa pasien terdiagnosa Dari pemeriksaan laboratorium,

scabies 6 minggu sebelumnya. Pasien didapatkan leukositosis mencapai

merupakan santri suatu pondok pesantren 34,700/µl, peningkatan neutrofil

yang identik dengan kehidupan komunal 31,300/µl, peningkatan ureum sebanyak

dan angka kejadian scabies yang tinggi. 75.8 mg/dl, peningkatan BUN 35.4 mg/dl,

Didapatkan makula hiperpigmentasi dan peningkatan serum kreatinin sebanyak

disertai skuama kasar disertai krusta akibat 1.52 mg/dl. Urinalisis menunjukkan

sering digaruk. Lesi bekas scabies tersebar proteinuria ++ dan hematuria. Pasien juga

di perut, punggung bagian bawah, serta mengalami imbalans elektrolit berupa

kedua ekstremitas. Keluhan gatal saat hiponatremia dan hiperkalemia dengan

masuk rumah sakit sudah tidak dirasakan. kadar natrium 136 mEq/l dan kalium 5.9

Dari pemeriksaan fisik, mEq/l.

didapatkan keadaan umum pasien lemah Penurunan GFR yang sangat

namun masih dengan kesadaran baik. signifikan, peningkatan serum kreatinin

Tekanan darah 90/60 mmHg dan laju dan adanya gangguan elektrolit menjadi

pernafasan 26 kali per menit. Saturasi alasan penegakan diagnosis gagal ginjal

oksigen 98%. Auskultasi paru akut et causa GNAPS. Regimen

menunjukkan penurunan suara dasar pengobatan pada pasien ini meliputi

vesikuler dan rhonki basah halus pada pemberian obat injeksi ceftriaxone 2×1 g

paru-paru kanan. Hal ini dibuktikan dan dexamethasone 3×5 mg untuk

dengan gambaran efusi pleura kanan dari mengobati peradangan yang ditandai

foto X-Ray thoraks. Terdapat pitting dengan leukositosis, furosemide 3×20 mg

edema pada kedua tungkai dan penurunan sebagai diuretik untuk mengurangi edema

452
ISSN : 2721-2882
dan mengatasi sesak nafas, ondansetron monitoring ketat, pada hari ke-14 pasien

3×4 mg sebagai anti muntah, natrium menunjukkan perbaikan klinis.

bikarbonat 3×1 tablet dan kalitake 4×1

sachet diberikan untuk memperbaiki PEMBAHASAN

kondisi imbalans elektrolit, asam amino Gagal ginjal akut didefinisikan

3×1 tablet juga diberikan untuk kondisi sebagai penurunan fungsi ginjal dalam

insufisiensi ginjal dengan GFR dibawah waktu singkat3. Gagal ginjal akut pada

50. Terapi simtomatik untuk nyeri ulu hati, anak-anak mempunyai manifestasi klinis

batuk, dan obat topikal scabies juga yang luas dan beragam mulai dari

diberikan. Pasien menunjukkan respon peningkatan serum kreatinin, penurunan

baik terhadap terapi, edema tungkai dan urine output, hingga gagal ginjal anuria.

sesak nafas berkurang, proteinuria dan Gagal ginjal akut pada anak-anak dapat

hematuria teratasi dan output urin semakin disebabkan oleh berbagai macam kausa

mendekati normal. yang terbagi menjadi 3 yaitu prerenal,

Pada hari rawat ketujuh, pasien intrarenal, dan postrenal. Gangguan

mengalami perubahan status mental prerenal disebabkan oleh adanya

disertai kejang tanpa provokasi. gangguan vaskuler yang menyebabkan

Proteinuria kembali menjadi ++ dan penurunan perfusi renal. Jenis ini paling

terdapat hematuria. Terapi tambahan sering terjadi pada anak-anak, biasanya

untuk kejang dan neuroproteksi diberikan diakibatkan kondisi hipovolemia atau

menggunakan fenobarbital 3×50 mg, penurunan sirkulasi efektif. Contoh

piracetam 2 gram terbagi dalam 3 dosis, kondisi yang berujung pada hipoperfusi

dan maintenance menggunakan ginjal antara lain dehidrasi, perdarahan,

midazolam 1 mg. Antibiotik ditingkatkan luka bakar, syok, sindroma nefrotik, gagal

dengan menggunakan meropenem, jantung, dan sepsis. Gangguan intrarenal

pemberian kalitake dan natrium bikarbonat disebabkan karena kerusakan struktural

dihentikan. Setelah evaluasi dan pada parenkim ginjal (glomerulus dan

453
ISSN : 2721-2882
tubulus ginjal), contohnya pada tubular Diagnosis ditegakkan dari

injury (acute tubular necrosis), penyakit anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

vaskuler renal, penyakit interstisial, dan pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis

penyakit pada glomerulus. Gangguan post- khas pada GNAPS adalah edema (75%),

renal disebabkan oleh suatu obstruksi pada hematuria (30-70%), oliguria atau anuria

saluran kemih bagian bawah baik akibat (5-10%), hipertensi atau tanda

anomali anatomis atau kondisi seperti ensefalopati hipertensi berupa nyeri

batu, thrombus, neurogenic bladder, dan kepala, muntah, kejang, dan penurunan

konsumsi obat yang menyebabkan retensi kesadaran, dan yang paling khas adalah

urin4 riwayat infeksi sebelumnya (faringitis,

Pada pasien, penyebab gagal ISPA, pioderma). Hasil pemeriksaan

ginjal akut adalah kausa intrarenal berupa laboratorium yang umum dijumpai pada

Glomerulonefritis Akut Paska kasus GNAPS dan gagal ginjal akut

Streptokokus (GNAPS), dengan tanda dan adalah penurunan hemoglobin, kenaikan

gejala glomerulonefritis disertai BUN dan serum kreatinin, hipoalbumin,

predisposisi infeksi kulit 6 minggu peningkatan titer ASTO, penurunan

sebelumnya. GNAPS merupakan suatu komplemen C3, peningkatan LED pada

penyakit peradangan non-supuratif pada fase akut, proteinuria ringan, hematuria,

glomerulus yang didahului oleh infeksi torak eritrosit, torak granuler.

bakteri streptokokus beta hemolitikus grup Pemeriksaan radiologi, seringkali

A strain nefrogenik2. Bentuk infeksi menunjukkan efusi pleura dan

streptokokus yang menjadi predisposisi kardiomegali

GN selain infeksi kulit adalah infeksi Pada pasien, tanda dan gejala

saluran pernafasan 2-3 minggu yang mengarah kepada kondisi gagal

sebelumnya dan faringitis 2 minggu ginjal akibat peradangan pasca infeksi

sebelumnya1. pitting edema kedua tungkai, hematuria,

oliguria, batuk, sesak nafas dibuktikan

454
ISSN : 2721-2882
dengan gambaran efusi pleura kanan, khas pada CKD adalah riwayat hipertensi

riwayat infeksi kulit, efusi pleura kanan, kronis. (3) Pertumbuhan, anak dengan

proteinuria, kenaikan BUN, ureum, serum AKI pertumbuhannya normal, berbeda

kreatinin, dan kondisi imbalans elektrolit dengan pasien CKD yang akan mengalami

berupa hiponatremia dan hiperkalemia gangguan pertumbuhan. (4) Kondisi

ringan. tulang, kondisi tulang pasien CKD adalah

Pemeriksaan tambahan yang dapat ditemukannya osteodistrofi tulang,

dilakukan untuk menegakkan diagnosis didukung dengan riwayat mudah terjadi

adalah fluid challenge dengan normal fraktur dengan trauma ringan-sedang dan

saline 10-20 ml/kgBB, USG ginjal, dan tulang tibia yang torsi abnormal. (5)

biopsi ginjal apabila pemeriksaan non Sedimen urin, adanya broad waxy urinary

invasif belum cukup atau gagal casts menunjukkan kondisi suatu

menegakkan diagnosis4. disfungsi ginjal kronis. (6) Hematokrit,

Diagnosis banding yang sering anemia pada CKD masuk ke kategori

untuk gagal ginjal akut (Acute Kidney berat. (7) USG ginjal, kondisi ginjal pada

Injury atau AKI) adalah gagal ginjal pasien AKI berukuran normal atau

kronis (Chronic Kidney Disease) atau mengalami pembesaran, sedangkan pada

CKD. Pada anak-anak, tanda dan gejala pasien CKD ginjalnya tampak kecil atau

yang dapat diidentifikasi untuk menyusut5.

membedakan gagal ginjal akut dan kronis Prinsip tatalaksana pada pasien

adalah (1) Serum BUN dan kreatinin, pada dengan tanda-tanda gagal ginjal akut

AKI, kenaikan BUN dan kreatinin serum akibat GNAPS meliputi pengobatan

terjadi secara progresif sementara pada spesifik faktor etiologi, manajemen cairan,

CKD kadar serum BUN dan kreatinin manajemen elektrolit, memastikan

terus tinggi dalam jangka waktu yang lama kecukupan nutrisi, penyesuaian dosis obat,

tanpa ada perubahan angka yang terapi pengganti ginjal,

bermakna. (2) Riwayat penyakit dahulu,

455
ISSN : 2721-2882
Apabila masih terjadi proses non-oliguri. Trial dose diadministrasikan

infeksi, antibiotik pilihan pertama adalah dengan bolus high single dose 2-5

golongan penicillin. Obat yang digunakan mg/kgbb maksimal 200 mg. Apabila

sebagai pilihan pertama adalah efektif, dilanjutkan dengan infusion pump

Amoxicillin 50 mg/kgBB diberikan secara 0.1-0.3 mg/kgBB/jam. Pemberian diuretik

peroral dengan dosis maksimal 1000 harus segera dihentikan jika setelah 2 jam

mg/hari selama 10 hari. Terapi suportif pemberian tidak ada tanda-tanda diuresis.

yang diberikan biasanya berupa diuretik Diuretik tidak disarankan untuk diberikan

untuk kondisi edema, menggunakan loop jangka panjang karena potensi

diuretik atau furosemide. Pasien pada nefrotoksik6.

kasus ini memiliki riwayat konsumsi Pada ketidakseimbangan

golongan penicillin yang sering untuk elektrolit, yang pertama diatasi adalah

penyakit ringan seperti batuk dan pilek, hiperkalemia. Pasien mengalami

sehingga pilihan antibiotik jatuh ke hiperkalemia ringan dan hiponatremia

sefalosporin yaitu ceftriaxone. Untuk ringan, terapi yang diberikan adalah

edema tungkai dan edema paru, pasien furosemide dan natrium bikarbonat

merespon baik dengan pemberian sebagai transporter ke intrasel serta

furosemide6. kalsium polystyrene sulfonate atau

Manajemen cairan dilakukan kalitake sebagai pengikat kalium7.

melalui kombinasi terapi cairan, obat, dan Pemberian natrium bikarbonat tidak

nutrisi yang masuk. Pasien pada kasus ini direkomendasikan sebagai terapi tunggal

datang dengan sesak nafas dan bengkak hiperkalemia dan tidak disarankan untuk

pada kedua tungkai, sehingga kondisinya pemakaian jangka panjang karena dapat

adalah hipervolemia yang membutuhkan menyebabkan kondisi hipokalsemia.

terapi fluid removal dan fluid restriction. Natrium bikarbonat dapat menurunkan

Furosemide diberikan untuk diuresis dan kadar kalsium terionisasi dalam darah dan

konversi gagal ginjal akut oliguri menjadi cairan serebrospinal, kondisi ini dapat

456
ISSN : 2721-2882
meningkatkan eksitabilitas pada sistem menghindari atrofi vili usus dan

saraf pusat dan menimbulkan manifestasi keterlambatan perkembangan imunitas.

berupa kejang7. Penyesuaian dosis obat dilakukan

Pasien mengalami kejang pada dengan mengurangi atau menghindari obat

hari rawat ketujuh setelah pemberian yang berpotensi nefrotoksik dan mengatur

terapi koreksi elektrolit sejak hari rawat dosis obat-obatan yang dieliminasi lewat

kedua. Komplikasi kejang pada kasus ginjal terutama pada pasien gagal ginjal

gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh akut dengan GFR dibawah 50

ensefalopati hipertensi. Namun karena ml/menit/1.73m2. Pemberian obat yang

pasien tidak mengalami hipertensi dan memerlukan perhatian khusus adalah

imbalans elektrolit yang dialami bersifat untuk obat seperti vancomycin,

ringan, etiologi kejang sangat mungkin aminoglikosida, enoxaparin, dan digoxin.8

disebabkan oleh efek samping dari Indikasi terapi pengganti ginjal

natrium bikarbonat. didasarkan pada persentase kelebihan

Pasien anak dengan kondisi cairan yang dihitung dengan rumus :

seperti ini juga harus dipastikan (𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟)


%=
𝐵𝐵 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑀𝑅𝑆
kecukupan nutrisinya. Intake kalori 30% × 100

di atas kebutuhan maintenance. Intake


Terapi pengganti ginjal dipertimbangkan
protein per hari berkisar antara 1.5 hingga
pada pasien kelebihan cairan >10%
3 gram/kgBB sesuai kategori umur
dengan kegagalan multi organ dan
menurut American Society of Pediatric
oliguria menetap setelah diberikan
Enteral Nutrition (ASPEN). Diet rendah
diuretik. Terapi pengganti ginjal
sodium 2-3 mEq/kgBB/hari atau sekitar ¼
diindikasikan pada kondisi berikut :
hingga ½ sendok teh per hari. Pemberian
kelebihan cairan >15%, komplikasi
nutrisi diutamakan secara enteral apabila
uremik (BUN 80-100 mg/dL), dan
tidak ada kontraindikasi pada pasien, guna

457
ISSN : 2721-2882
kelainan metabolik yang mengancam Pasien pada kasus ini

jiwa8 menunjukkan perbaikan klinis dan bebas

Terapi medikamentosa simtomatik keluhan kejang selama tujuh hari pasca

yang biasa diperlukan antara lain adalah kejang pertama, sehingga pada hari rawat

antiinflamasi, antipiretik, analgesik, ke-14, pasien memenuhi indikasi untuk

antiemetik, dan mukolitik-ekspektoran. pulang.

Terapi kejang yang diberikan pada pasien KESIMPULAN

adalah fenobarbital sebagai terapi inisial Deteksi dan tatalaksana dini

dan midazolam 1 mg untuk terapi terhadap GNAPS pada pasien anak

maintenance. penting dalam mencegah terjadinya

Prognosis pada pasien anak-anak kerusakan glomerulus dan menurunkan

dengan gagal ginjal akut bergantung pada insidensi gagal ginjal akut pada anak,

kondisi klinis dan derajat gagal ginjal. secara tidak langsung menurunkan resiko

Angka mortalitas akan meningkat apabila kejadian gagal ginjal kronis di masa

terdapat kondisi seperti infeksi berat, mendatang.

perdarahan, gagal jantung, gagal nafas,

gagal multi organ, dan sepsis. DAFTAR PUSTAKA

Pasien gagal ginjal akut sangat Ault BH, Jones DP, et al. post-
streptococcal acute
beresiko mengalami gagal ginjal kronik di glomerulonephritis in children:
clinical features and pathogenesis.
tahun-tahun mendatang, diperlukan follow Pediatric Nephrology J 2018;
26:133.
up secara rutin terutama untuk monitor
Becquet O, Pasche J, Gatti H, et al. Acute
proteinuria dan hipertensi. Deteksi dini post - streptococcal
glomerulonephritis in children of
tanda dan gejala prerenal, intrarenal, French Polynesia: a 3-year
retrospective study. Pediatr
maupun post-renal menjadi faktor penting Nephrol 2018; 25:275.

dalam pencegahan dan tatalaksana kasus Greenbaum LA. Delay in diagnosis in


poststreptococcal
gagal ginjal akut.8 glomerulonephritis. J Pediatr 2018;
153:560.

458
ISSN : 2721-2882
Roy JP, Devarajan P. Acute Kidney Injury:
Diagnosis and Management. Indian
J Pediatr 2020; 87:600.

Devarajan P. The Current State of the Art


in Acute Kidney Injury. Front
Pediatr 2020; 8:70.

Basu RK. Acute Kidney Injury in


Hospitalized Pediatric Patients.
Pediatr Ann 2018; 47: e286.

Hoste EAJ, Kellum JA, Selby NM, et al.


Global epidemiology, and
outcomes of acute kidney injury.
Nat Rev Nephrol 2018; 14:607.

Kaddourah A, Basu RK, Goldstein SL, et


al. Oliguria and Acute Kidney
Injury in Critically Ill Children:
Implications for Diagnosis and
Outcomes. Pediatr Crit Care Med
2019; 20:332.

Balasubramanian R, Marks SD. Post-


infectious
glomerulonephritis. Paediatr Int
Child Health. 2017 Nov;37(4):240-
247.

459
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai