Anda di halaman 1dari 7

Nama : Astrid Cinthara Paramita Duarsa

NIM : 019.06.0010

Kelas : B

ERISIPELAS

Latar Belakang

Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering diterjadi disebut pioderma. Pioderma
disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus, terutama S. aureus dan streptococcus
atau keduanya. Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan
tubuh (mengidap penyakit menahun, kurang gizi,keganasan/kanker dan sebagainya) dan
adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri,yang menyerang jar
ingan subkutis dan daerah superficial (epidermis dan dermis). Faktor resiko untuk terjadinya
infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka dikulit atau gangguan pada
pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Angka kejadianinfeksi kulit ini kira-kira
mencapai 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.

Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan ekstremitas atasdan
bawah. Sekitar 85% kasus erysipelas dan selulitis terjadi pada kaki daripada wajah, dan pada
individu dari semua ras dan kedua jenis kelamin. Permulaan erisipelas didahului oleh gejala
prodormal, seperti demam dan malaise, kemudian diikuti dengan tanda-tanda peradangan
yaitu bengkak, nyeri, dan kemerahan. Diagnosis penyakit ini dapatditegakkan berdasarkan
anamnesis, gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan
komplikasi yang ada.

Epidemiologi

Sebagian besar studi epidemiologi tentang erisipelas telah dilakukan dalam pengaturan rawat
inap yang berbeda, di berbagai negara. Erisipelas dapat mempengaruhi orang-orang dari
semua kelompok umur, ras, dan jenis kelamin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
erisipelas lebih sering terjadi pada wanita. Insiden erisipelas telah menurun sejak
perkembangan antibiotik dan perbaikan sanitasi. Erisipelas dapat mempengaruhi semua
kelompok umur tetapi paling sering terjadi pada usia ekstrem.
Etiologi

Streptococcus adalah penyebab utama erisipelas. Sebagian besar infeksi erysipelaswajah


disebabkan oleh streptokokus grup A, sedangkan infeksi erysipelas pada ekstrimitasatas dan
bawah disebabkan oleh non-kelompok streptokokus A (streptococcus G atau C).Racun
streptococcus ini diperkirakan berkontribusi terjadinya peradangan cepat yangmenjadikan
pathognomonic infeksi ini. Baru-baru ini, bentuk atipikal dilaporkan telah disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, Haemophilus influenzae,enterocolitica
Yersinia, dan spesies Moraxella.

Definisi

Erisipelas merupakan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe


dandisebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A ( Jarang ditemukan streptococcus
grupC dan G) dan jarang yang disebabkan oleh S.aureus. Erisipelas dapat terjadi pada semua
usia dan semua bangsa atau ras , namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut.
Sekitar 85 % Erysipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi
ditangan, perut dan leher serta tempat lainnya.

Patofisiologi

Infeksi kulit menyebar melalui luka di kulit, langsung menyerang sistem limfatik dan
menyebabkan erisipelas. Gigitan serangga, ulserasi stasis, sayatan bedah, dan insufisiensi
vena telah dilaporkan sebagai pintu masuk ke kulit. Beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi orang untuk mengembangkan erisipelas adalah obesitas, limfedema, kaki
atlet, borok kaki, eksim, penyalahgunaan obat intravena, diabetes yang tidak terkontrol, dan
penyakit hati. Erisipelas rekuren juga telah dilaporkan, dengan infeksi yang biasanya muncul
kembali di tempat yang sama. Pada histopatologi terlihat dilatasi vaskular yang signifikan,
edema dermal dan invasi bakteri ke dalam limfatik dan jaringan ikat. Invasi pembuluh darah
jarang terjadi.

Pada umumnya kuman akan masuk melalui portalt of entry. Sumber bakteri erisipelas yang
terdapat pada wajah sering kali yang menjadi host-nya adalah nasofaring dan adanya riwayat
infeksi streptokokkus sebelumnya berupa faringitis yang dilaporkan terjadi pada sepertiga
kasus. Masuknya bakteri dari kulit yang mengalami trauma adalah peristiwa awal terjadinya
erisipelas. Setelah masuk, infeksi menyebar diantara ruang jaringan dan terjadiperpecahan
polisakarida oleh hialuronidase yang dapat membantu dalam penyebaran kuman,fibrinolisin
yang berperan dalan penghancuran fibrin, lesitin yang dapat merusak membransel.

Pada erisepelas, infeksi dengan cepat menyerang dan berkembang di dalam


pembuluhlimfatik. Hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi “streaking” dan pembesaran
kelenjarlimfe regional serta adanya tenderness.

Pemeriksaan Fisik

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat adanya gejala klinis. Terdapat gejala konstitusi
yakni demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini
didahului trauma, karena itu biasanya temapt predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit
yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan
pinggirnyameninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula.

Eritema, panas, bengkak, dan nyeri adalah gejala yang sering timbul pada erisipelas.Lesi
klasik penyakit ini adalah lesi yang berbatas tegas pada wajah. Namun begitu keduatungkai
turut bisa menjadi bagian yang sering terkena erisipelas. Kadang-kadang terdapat bula yang
timbul di sekitar lesi seiring dengan menyebarnya plak eritema tadi. Kelenjar limferegional
juga dapat mengalami pembesaran.

Erisipelas pada wajah oleh karena Streptococcus grup A : nyeri berbatas tegas, mengkilat,
plak eritema disertai edema. Pada palpasi kulit teraba panas dan lunak.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan mikroskophapusan Gram dari eksudat, nanah, cairan bulla, aspirasidapat
terlihat bakteri. Dimana untuk bakteri Streptococcus Grup A (GAS) berbentuk rantaikokus
gram positif. Sedangkan Staphylococcus aureus kokus berbentuk anggur. Sel darahputih
(leukosit) dan laju endapan darah (LED) dapat meningkat.

Diagnosis Banding

1. Selulitis

Gambaran klinis selulitis menyerupai gambaran klinis yang dimiliki oleh erisipelas. Selulitis
tidak mempunyai batas yang jelas seperti erisipelas. Kelainan kulit berupainfiltrat yang difus
di subkutan dengan tanda-tanda radang akut, juga terdapatpembengkakan, merah dan nyeri
lokal disertai gejala sistemik dan demam. Lebihsering didapatkan pada tungkai.

Untuk menegakkan diagnosis antara erisipelas dan selulitis cukup sulit, karena hampir
mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama, ada beberapa perbedaan
antaraerysipelas dan selulitis.

Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapatmenjadi
septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H. influenza, lesi kulit berwarna merahkeabu-
abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan atau keunguandapat
juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia. Anak dengan
selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tampak sakit berat dan toksik dan seringdisertai
gejala infeksi traktus respiratonius bagian atas, bakteriemi dan septikemi. Pada pemeriksaan
darah tepi selulitis terdapat leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

2. Dermatitis Kontak Alergi Akut

Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada fasa akut, lesi dimulai dengan bercak eritematosa
yang berbatas tegas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel,vesikel atau bula. Vesikel
atau bula dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).

Lesi dermatitis kontak alergi akut pada bibir

Erisipelas pada wajah

3. Angioedema

Angioedema merupakan lesi yang udem dan ekstensif sampai ke dalam lapisandermis
dan/atau subkutan dan submukosa. Sebagian pasien mengalamipembengkakan yang masif
pada wajah termasuk lidah dan leher yang dapatmenyebabkan obstruksi jalan nafas. Keluhan
gatal tidak didapatkan, beberapa hanyamengeluh rasa panas.

Angioedema pada wajah Erisipelas pada wajah


Tata Laksana

Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih
tinggi daripada letak jantung. Pengobatan sistemik adalah antibiotik, topikal,kompres terbuka
dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika.

Respon pengobatan yang baik biasanya dapat dilihat jika diberikan pengobatan yangtepat.
Terapi topikal tidak tepat diberikan dan penicilin sebaiknya diberikan sesuai ketentuan.
Streptococcus pyogenes lebih sensitif. Terapi parenteral lebih dibutuhkan sebagai
pertolongan pertama pada infeksi berat, biasanya diberikan benzylpenicilin untuk 2 hari atau
lebih.Penicilin V oral dapat diberikan untuk 7-14 hari. Pada kasus berat, penicilin V tepat
diberikan. Eritromisin dapat diberikan jika alergi terhadap penisilin. Erisipelas yang
berulang(lebih dua episode pada satu tempat) diberikan penicilin V (250 mg 1-2 kali sehari)
dengan selalu menjaga kebersihan, terutama tempat yang menjadi potensial portal of entry.

Kesimpulan

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus dan
S.aureus , yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superficial(epidermis dan dermis).
Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe.

Faktor resiko untuk terjadinyainfeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di
kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening.

Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan ekstremitas atas dan
bawah. Pada pemeriksaan klinis erisipelas, didapatkan adanya makula eritematous yang agak
meninggi, berbatas jelas, teraba panas dan terasa nyeri. Di atas macula eritematous dapat
dijumpai vesikel dan demam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Habif, Thomas P. Clinical Dermatology: A Colour Guide to Diagnosis and
Therapy.Edisi 4. Hanover : Mosby ; 2003. Hal: 273-52.

2. Wolff, Klaus., Johnson, R.A. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of


ClinicalDermatology. Edisi 6.United Stated of America : The McGraw Hill
Compenies; 2009.Hal: 27, 609, 611-2, 615 3.

3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 Jakarta: Fakultas


KedokteranUniversitas Indonesia; 2007. Hal 60-1, 135, 1694.

4. Kelly, A.P., Taylor S.C. Derrmatology for Skin of Color.United Stated of America
:The McGraw Hill Compenies; 2009. Hal: 416

5. Sterry, W., Paus, R., Burgdorf, W. Thieme Clinical Companions Dermatology.


NewYork: Thieme; 2006. Hal: 78-96.

6. Davis, Loretta. Erysipelas. Chief Editor: Elston, Dirk. Updated 2012 May. [cited
onMay 2012]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com

7. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s textbook of dermatology. Edisi


7.Australia:Blackwell Science; 2004. Hal: Chapter 27

8. Gawkrodger D. Dermatology An Illustrated Color Text. Edisi 3. London:


ChurchillLivingstone;2003. Hal: 72

Anda mungkin juga menyukai