Filariasis
Filariasis
1 STUDI LITERATUR
PENYAKIT FILARIASIS
Masrizal
ABSTRAK
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria
dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan
kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran
kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi
penularan,diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup
dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat
Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan
fiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam
rurnah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan pestisida
residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan
membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan
mernbunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine
citrate.
Kata Kunci :Filariasis, Nyamuk, Cacing
ABSTRACT
Filariasis (elephantiasis disease) is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted
by mosquitoes Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. The worms live in the channels and lymph nodes with
acute clinical manifestations such as recurrent fever, and gastrointestinal tract inflammation of lymph nodes.
Filariasis eradication should be carried out with the aim of stopping the transmission of infection, required a
continuous program and takes a long time for remembering the life span of the adult worms long enough. Thus
needs to be improved epidemiological surveillance at health center level untu early detection of filariasis cases
and implementation of prevention and eradication fiilariasis.Memberikan counsel in endemic areas of the mode of
transmission and how to control vector (mosquito). If the infection is transmitted by mosquitoes that bite at night
in the house of the preventive measures that can be done is by spraying, using residual pesticides, putting wire
netting, sleeping by using mosquito nets, wear mosquito repellent ointment and cleaning the breeding places of
mosquitoes as an open latrine , old tires, coconut shells and kill larvae with larvacide. Perform such treatment
using diethylcarbamazine citrate.
*Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Jin. Perintis Kemerdekaan Padang (email :masrizalJchaidir@yahoo.com )
32
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, Nc. 1
menjadi vektor penularan filariasis. Parasit rentan. Biasanya pendatang bam ke daerah endemis
Brugarian banyak terdapat di daerah Asia bagian lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih
selatan dan timur terutama India, Malaysia, menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya
Indonesia,Filipina,dan China.2,
3
laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, kar ena
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi
daerah endemis filariasis, terutama wilayah {exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata pada
14
Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih laki - laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat,
tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di iaporkan
kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang Hospes Reservoar
tersebar di 401 kabupaten/ kota. Hasil laporan kasus Tipe B.malayi yang dapat hidup pada hewan
klinis kronis filariasis dari kabupaten/ lcota yang merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan
ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah
sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/ kueing dan kera terutama jenis Presbytis, meskipun
14
kota endemis dan 135 kabupaten/ kota non endemis. hewan lainmungkinjuga terkena infeksi.
Pembahasan Vektor
Defenisi Filariasis Banyak spesies nyamuk telah ditemukan
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis
penyakit rnenular menahun yang disebabkan oleh cacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat di
cacing filaria dan dituiarkan oleh nyamuk daerah perkotaan di tularkan oleh
Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing Cx.quinquefasciatur yang tempat perindukannya air
tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening kotor dan tercemar. W.bancrofti di daerah pedesaan
dengan manifestasi klinik akut berupa demam dapat dituiarkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di
berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar Irian Jaya W.bancrofti dituiarkan terutama oleh
getah bening. Pada stadium lanjut dapat An.farauti yang dapat menggunakan bekas jejak
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki binatang untuk tempat perindukannya. Selain
kaki, lengan, payudara dan alat kelamin.
10
itu ditemukan juga sebagai vektor : An.Koliensis,
An.punctulatus, Cx.annulirostris dan Ae.Kochi,
Epidemiologi Filariasis W.bancrofti didaerah lain dapat dituiarkan oleh
Penyakit ini diperkirakan seperiima spesies lain, seperti An.subpictus di daerah pantai
penduduk dunia atau 1.1 milyar penduduk beresiko NTT. Selain nyamuk Culex, Aides pernah juga
14
terinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapa ditemukan sebagai vektor.
daerah subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkan B.malayi yang hidup pada manusia dan
kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososisal, hewan biasanya dituiarkan oleh berbagai spesies
dan penurunan produktivitas kerja penderita, mansonia seperti Ma.uniformis, Ma.bonneae,
keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan Ma.dives dan lain-lain, yang berkembang biak di
kerugian ekonomi yang besar. Dengan demikian daerah rawa di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan
penderita menjadi beban keluarga dan negara. Sejak lain-lain. B.malayi yang periodik dituiarkan oleh
tahun 2000 hingga 2009 di Iaporkan kasus kronis An.Barbirostris yang memakai sawah sebagai
filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di tempat perindukannya, seperti di daerah Sulawesi.
401 kabupaten/ kota.4,24 B.timori, spesies yang ditemukan di Indonesia sejak
Penyakit filariasis terutama ditemukan di 1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerah
daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di NTT dan Timor-Timor, dituiarkan oleh
daerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang juga An.barbirostris yang berkembang biak di daerah
ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. sawah, baik di dekat pantai maupun di darah
Di Indonesia filariasis tersebar luas, daerah endemis pedalarnan.14
terdapat terdapat di banyak pulau di seluruh
nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Agent
Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada
Jaya.23 manusia, yaitu (1) W.bancrofti; (2) B.malayi; (3)
B.timori', (4) Loa loa\ (5) Onchocerca volvulus', (6)
Etiologi Acanthocheilonema perstants; (7) Mansonella
Hospes azzardi. Yang terpenting ada tiga spesies, yaitu
Manusia yang mengandung parasit selalu W.bancrofti, B.malayi,dan B timori."
dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang
33
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1
34
Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 201 3, Vol. 7, No. 1
35
f
Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi belum manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara
menunjukkan gejala klinis biasanya terjadi lain:12
perubahan patologis dalam tubuhnya.21 a. Lingkungan Fisik
4)Ras Yang termasuk lingkungan fisik antara
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis lain geografik dan keadaan musim.
filariasis mempunyai risiko terinfeksi filariasis lebih Lingkungan fisik bersifat abiotik. atau benda
besar dibanding penduduk asli. Penduduk mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan,
u 19
pendatang dari daerah non endemis ke daerah rumah, panas, sinar, radiasi, dan Iain-lain.
endemis, misalnya transmigran, walaupun pada Lingkungan sangat berpengaruh terhadap
pemeriksaan darah jari belum atau sedikit distribusi kasus filariasis dan mata rantai
mengandung mikrofilaria, akan tetapi sudah penularannya. Biasanya daerah endemis
menunjukkan gejala klinis yang lebih berat.2' B.malayi adalah daerah dengan hutan rawa,
sepanjang sungai atau badan air lain yang
b.Nyamuk ditumbuhi tanaman air. Daerah endemis
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan W bancrofti tipe perkotaan adalah daerah
siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup kumuh, pada penduduknya dan banyak
nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk genangan air kotor sebagai habitat dari vektor
16,22
dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, yaitu nyamuk Cx.quinquefasciatu. .
besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas b. Lingkungan Biologi
jadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), Lingkungan biologis adalah semua
dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk makhluk hidup yang berada di sekitar manusia
jantan akan terbang disekitar perindukkannya dan yaitu flora dan fauna, termasuk manusia.
makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda
Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya. akan mampunyai pola penyakit yang berbeda.
Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri
keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina dan virus patogen, ulah manusia juga
yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mempunyai peran yang penting dalam
telurnya. Pengetahuan kepadatan nyamuk dan terjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakan
vektor sangat penting untuk mengetahui musim penyakit timbul karenaulah manusia.7
penularan dan dapat digunakan sebagai parameter Berdasarkan penelitian oleh Rudi Ansari
untuk menilai keberhasilan program pemberantasan (2004), terdapat hubungan antara keberadaan
vektor.22 tumbuhan air dengan kejadian filariasis. Maka
dapat dikatakan bahwa orang tinggal di rumah
2. Lingkungan (Environment) yang memiliki tumbuhan air mempunyai risiko
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap untuk terjadinya penularan penyakit filariasis.8
distribusi kasus filariasis dan mata rantai c. Lingkungan SosialEkonomi
penularannya. Biasanya daerah endemis Brugia Lingkungan sosial berupa kultur, adat
Malayi adalah daerah sungai, hutan, rawa-rawa, istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan
tanaman air. Daerah endemis W. Bancrofti tipe kemaysarakatan, organisasi sosial dan politik,
perkotaan (urban) adalah daerah-daerah perkotaan pendidikan, dan status ekonomi.
12
yang kumuh, padat penduduknya dan banyak Salah satu faktor lingkungan sosial yang
genangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitu berhubungan dengan kejadian filariasis adalah
nyamuk Cx. Quinquefasciatus. Sedangkan daerah status ekonomi. Terdapatnya penyebaran
endemis W. Bancrofti tipe pedesaan (rural) secara masalah kesehatan yang berbeda ini, pada
umum kondisi lingkungannya sama dengan derah umumnya di pengaruhi oleh dua hal yakni;
endemis B. Malayi.22 karena terdapatnya perbedaan kemampuan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya ekonomis dalam mencegah dan atau mengobati
terdiri dari dua bagian, internal dan ekstemal. penyakit, dan terdapatnya perbedaan sikap
Lingkungan hidup internal merupakan suatu hidup dan perilaku yang dimiliki.
19
keadaan yang dinamis dan seimbang yang seimbang Pekerjaan yang dilakukan pada jam-jam
yang disebut homeostatis, sedangkan lingkungan nyamuk mencari darah dapat beresiko untuk
hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh terkena filariasis. Menurut Nasrin (2008),
36
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1
Daftar
1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi 7. Notoatmodho, Soekidjo, Kesehatan
Kemenkes RI. 2,010. Filariasis di Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, Rhineka Cipta; 2007
Volume 1, Juli 2010. 8. Anshari, Rudi. 2004. Analisis Faktor
2. WHO. Epidemiology Limphatic Filariasis. Risiko Kejadian Filariasis Di Dusun
Tahun 2010 [Online]. Dari : hhtp :// Tanjung Bayur Desa Sungai Asam
www.who.int. [1 Februari 2012], Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
3. World Health Organization Regional P o n t ia n a k . [Online]. Dari:
Office for South-East Asia. Epidemiology http ://eprints .undip . ac .id/thesis filaria
of Filariasis. Tahun 2010, [Online], Dari : 2004. [15 Maret 2012].
http://www.filariasis.org [1 Februari 9. Ibrahim. Filariasis. 2006. [online] . Dari
2012], www.yankesriau.wordpress.com. [15
4. Subdit Filariasis & Schistomiasis Maret 20 12],
Direktorat P2B2, Ditjen PP&PL, 10. Chin, James. [Editor] INyoman Kandun.
Kementerian Kesehatan Republik Manual Pemberantasan Penyakit Menular.
Indonesia, Rencana Nasional Program Jakarta: CV. Infomedika; 2006.
Akselerasi Eliminasi Filariasis di 11. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes.
Indonesia. [Online] dari http://www.pppl- Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
depkes.go.id [4 Februari 2012], Organ Tubuh yang Diserang Jakarta:
5. Juriastuti Puji,dkk. 2010. Faktor Risiko Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
Kejadian Filariasis Di Kelurahan Jati 12. Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan
Sarnpurna. Makara, Kesehatan, vol, 14, Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
no. 1, juni 2010: 31-36, [Online], Dari Kedokteran EGC; 2007.
http://www.pubmed.com. [1 Februari 13. Miyanto, Zendra. Faktor Resiko Kejadian
2012], Filariasis di Kota Padang Tahun 2006-
6. Restila, Ridha. 2011. Perbedaan Faktor 2008. [Skripsi], Padang : PSIKM Unand
Risiko Kejadian Filariasis di Wilayah 2009.
Kerja Puskesmas Andalas dan Puskesmas 14. Tim Editor Fakultas Kedokteran UI.
Padang Pasir Kota Padang Tahun 2011. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat
[Skripsi] . Padang : PSIKM FK Unand Jalarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
2007. 15. Guntara RA. Sistem Informasi Geografis.
37
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1
38