Anda di halaman 1dari 27

SB.3.3/4.3/2/3.

MENGAPRESIASI MUSIK

1. Identitas
a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya
b. Semester :2
c. Kompetensi Dasar :

3.3 Memahami dan mengapresiasi pertunjukan musik tradisional


4.3 Menampilkan pertunjukan musik tradisional

d. Materi Pokok :Mengapresiasi Musik


e. Alokasi Waktu : 2 JP X 4
f. TujuanPembelajaran :

Melalui metode Saintifik Learning penugasandan presentasi, peserta didik


dapat memahami dan mengapresiasi pertunjukan musik tradisional,
memahami keunikan, keindaha, nilai-nilai dan jenis alat musik
tradisional.Sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya,mengembangkan sikap jujur, disiplin, dan
bertanggungjawab, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas (4C).

g. Materi Pembelajaran
Bacalah Buku Teks Pelajaran (BTP)berikut:
1.Matius Ali, S.Sn. M. Hum.
2. Buku Seni Musik SMA untuk Kelas X Diterbitkan Oleh esis, Penerbit
Erlangga, hal 29 s/d 37
3. Internet, dan buku lain yang relevan

1
SB.3.3/4.3/2/3.3
2. Peta Konsep

Keunikan Karya Musik Tradisional

NILAI-NILAI
MUSIKAL Keindahan dan Keunikan Pertunjukan Musik
MUSIK Tradisional
TRADISIONAL
Nilai-nilai Musical dalam Musik Tradisional

Jenis Alat Musik Tradisional

3. Proses Belajar

a. PetunjukUmum UKBM
1. Melalui UKBM ini Anda akan mengembangkan kemampuan menganalisis jenis
dan fungsi alat musik tradisional dalam seni ritual dan seni hiburan
masyarakat di kota malang agar dapat menyelesaikan masalah kontekstual
dan melaporkan hasilnya melalui presentasi sehingga Anda akan terlatih
berkomunikasi dengan baik. Aktivitas berpikir yang akan Anda latihkan
dalam UKBM ini adalah menganalisis permasalahan kontekstual, mengevaluasi
strategi-strategi penyelesaian masalah menggunakan matematika, dan/atau
merumuskan persamaan matematika dari permasalahan tersebut. Untuk itu,
Anda harus belajar dengan sabar dan tekunsehingga Anda bisa tahu, mau,
dan mampu melakukan aktifitas berpikir tinggi tersebut melalui belajar
matematika ini.
2. Baca dan pahami materi pada buku :
 Buku Seni Musik SMA untuk Kelas X Esis, Penerbit Erlangga, hal. 29
s/d 37
 https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar dan buku lain yang
sekiranya Anda temukan berkaitan dengan materi SPLTV, untuk
keperluan ini Anda boleh mencarinya di internet.
 Tayangan pertama video yang menyajikan alat musik tradisional seni
ritual di kota malang. Salah satu video diambil dari youtube alunan
musik tari grebeg malangan dengan alamat linknya adalah
https://www.youtube.com/watch?v=ghC5neCgV18
 Tayangan kedua video yang menyajikan alat musik tradisional seni
hiburan di kota malang (musik patrol kertajaya bandulan)Video yang
dijadikan contoh tayangan diunduh dari youtube dengan link
https://www.youtube.com/watch?v=SfTtghFh5FA

2
SB.3.3/4.3/2/3.3
 Tayangan Ketiga Tayangan kedua video yang menyajikan alat
musik tradisional seni hiburan di kota malang Turonggo SINGO
BARONG (TSB) - Dinoyo MalangVideo yang dijadikan contoh
tayangan diunduh dari youtube dengan link :
https://www.youtube.com/watch?v=ITlK4sneiqI
 Tayangan ke empat Tayangan kedua video yang menyajikan alat
musik tradisional seni ritual di kota malang
seni_kuda_lumping_malangan_singo_marutohttps://wn.com/seni_ku
da_lumping_malangan_singo_maruto

3. Kerjakan UKBM ini dibuku kerja atau langsung mengisikan pada bagian
yang telah disediakan. Anda bisa bekerja sendiri, namun akan lebih baik
apabila bekerjasama dengan teman lain sekaligus berlatih untuk
berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik.
4. Anda dapat belajar bertahap dan berlanjutmelalui kegiatan ayo
berlatih, apabila Anda yakin sudah paham dan mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dalam kegiatan belajar 1, 2, Anda boleh
sendiri atau mengajak teman lain yang sudah siap untuk mengikuti tes
formatif agar Anda dapat belajar ke UKBM berikutnya.

b.Pendahuluan

Sebelum belajar pada materi ini silahkan kalian memahami gambar di bawah ini.

Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silahkan kalian lanjutkan ke


kegiatan belajar berikut dan ikuti petunjuk yang ada dalam UKBM ini.

3
SB.3.3/4.3/2/3.3

a. C. Kegiatan Inti
b.

Kegiatan Belajar 1

Pada kegiatan belajar 1 ini kalian akan memahami dan mengapresiasi


pertunjukan musik tradisional, memahami keunikan, keindaha, nilai-nilai dan jenis alat
musik tradisional.Supaya belajar kalian lancar, maka tingkatkan budaya literasimu
dengan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara benar melalui
berbagai sumber belajar, kemudian terapkan pengalaman tersebut untuk
mendiskripsikan gambar dibawah ini dengan penuh kosentrasi dan ceria!

A. PENGERTIAN APRESIASI MUSIK


1. Miller Hugh M
Yang pertama menurut Miller pada tahun 2001 waktu ia berpendapat. Apresiasi
seni musik adalah ketika dicapainya kemampuan untuk mendengarkan musik
dengan penuh pengertian. Dapat diartikan lebih dalam lagi bahwa apresiasi seni
musik ini terjadi saat manusia sadar kalau ia mendengarkan musik untuk
memahami dan menghargai suatu ekspresi pandangan dan perasaan yang
tertuang dalam bentuk lagu atau komposisi musik.
2. Wikipedia
Biasanya cukup banyak yang nanya pengertian sesuatu menurut Wikipedia. Nah
kalau pengertian apresiasi seni musik menurut Wikipedia adalah proses
mengajarkan orang apa maksud mendengarkan dan mengapresiasi berbagai jenis
musik salah satunya musik kreasi.
3. ISI Denpasar
Yang terakhir ini kami mengutip penjelasan seputar topik yang sedang kita bahas
di website ISI Denpasar (Linknya kami sertakan di akhir artikel ini sebagai
sumber referensi). Apresiasi seni musik dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk memahami musik itu sendiri dengan jalan menghargainya.

B. KEGIATAN APRESIASI MUSIK


Biasanya dalam mengapresiasi seni musik yang dilakukan antara lain:
1. Mendengarkan musik atau lagu secara fokus
2. Menilai atau mengevaluasi
3. Memberi kritik dan saran

C. CONTOH SENI APRESIASI SENI MUSIK


Contoh Apresiasi Seni Musik : Suatu hari ada penyanyi genre Rock
terkenal yang diundang untuk menyaksikan konser musik Jazz. Orang tersebut
datang karena ingin mendengarkan musik Jazz dan menghargai undangan yang
diberikan kepadanya.

4
SB.3.3/4.3/2/3.3
Setelah hampir 2 jam menyaksikan dan mendengarkan konser musik Jazz,
penyanyi Rock yang terkenal tersebut menyampaikan pandangannya kepada
pihak yang mengundang dirinya terkait konser Jazz tadi.
Pada proses tersebut dia menjelaskan apa yang ia rasakan selama
menikmati konser tersebut. Apa saja yang ia sukai dan tidak sukai. Lalu, ia
mengakhiri dengan memberi kritik dan saran untuk konser Jazz tersebut ke
depannya meskipun ia bukan penyanyi Jazz. Pendapatnya di sini pure sebagai
penikmat musik
D. TUJUAN APRESIASI SENI
Tujuannya di sini lebih ke general seni ya bukan khusus Seni Musik saja. Tujuan
apresiasi seni terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Tujuan Pokok
Tujuan pokok atau utama dari apresiasi seni adalah ikut memperkenalkan atau
mempublikasikan karya seni yang ia amati secara luas. Baik itu secara informal
melalui media sosial seperti Instagram lewat stories atua feed, maupun kegiatan
seni yang dilakukan secara masif.
Tujuan dilakukan hal tersebut adalah untuk membuat orang lain lebih sadar
bahwa adalah loh karya tersebut dan orang lain juga bisa menikmatinya.
2. Tujuan Akhir
Sementara itu, untuk tujuan akhir dari apresiasi seni ada tiga poin, yakni:
a) Memahami unsur estetika karya seni yang telah diamati
b) Sebagai pelengkap karya seni yang lain
c) Memacu kreativitas penikmat seni

E. FUNGSI APRESIASI SENI MUSIK


Secara tidak kita sadari kalau apresiasi seni musik ini fungsinya penting banget untuk
para pelaku seni musik. Mengapa penting banget? Karena beberapa karya musik yang
luar biasa keren justru kurang laku di masyarakat karena jarangnya mendapat atensi
dan pujian dari masyarakat baik personal maupun pemerintah secara kelembagaan.
Namun, pada zaman modern ini kegiatan mengapresiasi seni musik lebih mudah untuk
dilakukan daripada zaman dahulu. Salah satunya adalah kamu mendengarkan musik di
platform musik legal seperti Spotify atau Apple Music lalu membagikannya di Instagram
Stories sehingga teman-teman kamu melihatnya dan mungkin sebagian akan kepo ikut
mendengarkannya juga.
Lalu, apa sih fungsi apresiasi seni khususnya seni musik?
1. Memperkuat Rasa Cinta Terhadap Seni
Kalau dalam pembahasan artikel ini lebih ke Seni Musik berarti rasa cintanya
terhadap Seni Musik itu sendiri ya. Sadar atau tidak sadar ketika kamu
mengapresiasi sebuah lagu dan membagikannya ke Twitter misal lalu banyak
orang lain mendengarkan dan suka, maka rasa suka atau cinta kamu terhadap
lagu tersebut semakin bertambah.
2. Menciptakan Penilaian Terhadap Seni
Orang yang mengapresiasi seni diharapkan berpikir lebih dalam terhadap seni
yang ia amati. Berarti dalam kasus di sini lebih detail ketika mendengarkan lagu
atau melihat konser musik.
3. Mengembangkan Kemampuan Diri
Fungsi apresiasi seni musik yang ketiga adalah sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan diri sendiri. Bisa saja yang awalnya hanya
penikmat seni biasa lama kelamaan karena cukup seringnya mengapresiasi seni
musik jadinya dia tertarik berkarier di dunia musik.

5
SB.3.3/4.3/2/3.3
4. Menjalin Relasi dengan Orang Lain
Fungsi apresiasi seni yang terakhir adalah kita dapat menjalin relasi dengan
orang lain atau lembaga. Bentuk relasinya yang paling sederhana ya timbal balik
antara penikmat seni dan pelaku seni khususnya musik dalam contoh artikel ini

AYO BERLATIH

Apabila kalian telah mampu menyelesaikan bahan diskusi di atas, maka kalian
bisa melanjutkan pada kegiatan belajar 2 berikut. Carilah lima gambar tentang
kegiatan pertunjukan seni musik, daerah Indonesia dan diskripsikan gambar
tersebut menurut pendapat kalian.

No Gambar Keterangan
1. Contoh : pertunjukan angklung 1000 yang
di mainkan orang-orang luar negeri,
menunjukan orang luar negeri begitu
mengapresiasi alat musik tradisioanal ini
yang berasal dari jawa barat.

2.

3.

4.

5.

6
SB.3.3/4.3/2/3.3
Kegiatan Belajar 2

A. KEGIATAN PERTUNJUKAN SENI NUSANTARA I


1. SENI BURDAH BULELENG PULAU BALI
2. SENI BURDAH BULELELNG PULAU LOMBOK
3. SENI BURDAH BULELENG PULAU ACEH

Cermati dan pahami gambar dibawah ini. Kemudian perkirakan pertunjukan tersebut
dan berasal dari daerah mana, serta bagaimana teknik pertunjukannya.

SENI BURDAH BULELENG PULAU BALI

4.

5.

6.

7.

8.

Bali memang selalu identik dengan Hindu yang merupakan agama mayoritas warga
setempat. Maka bukan hal yang asing jika tradisi dan ritual Hindu mewarnai suasana di
Pulau Dewata itu. Seperti halnya di Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng, di tengah
perbedaan agama yang mencolok, masyarakat yang tinggal di kampung Islam dapat
hidup berdampingan dengan rasa toleransi yang begitu tinggi dengan masyarakat Hindu
setempat. Bahkan, beberapa budaya, kesenian yang terdapat di Pegayaman merupakan
hasil akulturasi dari kebudayaan dan kesenian masyarakat Hindu setempat.
Salah satu kesenian yang telah berakulturasi dengan budaya Hindu di Bali adalah
kesenian Burdah. Kesenian Burdah merupakan Qasidah berisi syair berbahasa Arab
tentang pujian, sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadikannya sebagai
luapan kerinduan kepada Nabi.
Lalu bagaimana dengan Burdah di Desa Pegayaman? Burdah di Pegayaman
merupakan sebuah kesenian musik yang melantunkan syair-syair pujian berbahasa

7
SB.3.3/4.3/2/3.3
Arab, hanya saja dalam melantunkan syairnya memiliki kesamaan
dengan mekidung Bali.
Menurut Ketua Sekaa Burdah Burak, Muhammad Suharto, sangat sulit untuk
mempelajari syair-syair yang terdapat dalam kesenian Burdah karena merupakan lagu-
lagu kuno. “Kalau mau belajar memerlukan ketekunan yang cukup ekstra untuk paham
syair-syair lama tersebut,” ungkapnya.

Masyarakat Desa Pegayaman yakin bahwa Burdah telah masuk ke Bali sejak ratusan
tahun silam, saat Buleleng menjadi dermaga terbesar Nusa Bali untuk kapal-kapal
pedagang bangsa asing. Ditambahkan Suharto belum ada catatan sejarah pasti mengenai
kapan kesenian Burdah masuk ke Bali. Hanya saja setelah dilakukan identifikasi dari
ciri-ciri fisik, kesenian Burdah yang dilantunkan menggunakan alat musik rebana ini
memiliki bentuk rebana yang sama dengan dengan rebana dalam kesenian Burdah di
Aceh. “Ada kemungkinan penduduk Bugis yang ada di Buleleng merupakan pendatang
Bugis yang ada di Aceh sekitar 200 hingga 300 tahun lalu,” ungkapnya.
Selain dilantunkan dengan nada mekidung, kesenian Burdah di Pegayaman juga
memiliki keunikan dari kostum yang digunakan. Para anggota sekaa (kelompok) Burdah
yang merupakan laki-laki menggunakan busana khas Bali. Secara sederhana Suharto
mengatakan jika hal tersebut merupakan kebijakan kearifan lokal dengan standar
toleransi. “Ini merupakan sebuah toleransi dari sebuah budaya, di mana Pegayaman itu
merupakan Islam yang ada di Bali,” katanya.
Inilah yang membuat Burdah di Pegayaman sangat menarik bagi orang-orang, meski
mengikuti budaya Bali akan tetapi tidak mengubah asas dasar aqidah Islam. Sebab
masyarakat Pegayaman tetap menjunjung tinggi adat berpangku sharat. “Semua adat-
adat yang masuk ke Pegayaman sudah disaring dan tidak bertentangan dengan aqidah
Islam,” pungkasnya.Seni Burdah itu kesenian khas masyarakat muslim di Buleleng yang
unik. Selain permainan rebana juga berisi kidung berbahasa Arab dengan tembang-
tembang Bali. Selain itu berisi seni bela diri pencak silat," kata Kepala Bidang Kesenian
Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Wayan Sujana. Ia menjelaskan, kesenian Burdah
penting ditampilkan di arena Pesta Kesenian Bali di tengah banyaknya ujaran-ujaran
yang mengancam disintegrasi bangsa.
Seni muslim ini seperti kesenian Bali pada umumnya, di mana senimannya
menggunakan kostum Bali seperti udeng bali. Kesenian Burdah sudah sering
dipentaskan dalam acara-acara kebudayaan di Buleleng seperti Buleleng Festival. "Dulu,

8
SB.3.3/4.3/2/3.3
seni budaya adalah sarana ampuh untuk merekatkan persaudaraan di Buleleng," kata
Sujana.
Kesenian Burdah lahir dari akulturasi budaya Islam dan lokal ditandai dengan
alat musik yang digunakan di antaranya bedug, rebana, bass dan seruling. Burdah salah
satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam, berisi syair pujian atau sholawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Di berbagai negeri Islam ada majelis-majelis khusus
untuk pembacaan Burdah dan penjelasan bait-baitnya. Sebuah bentuk luapan kerinduan
pada Nabi.

Keindahan kata-kata dalam Burdah, doa-doa yang bermanfaat bagi jiwa. De Sacy
seorang ahli bahasa Arab di Universitas Sorbonne, Perancis, memuji Burdah sebagai
karya puisi terbaik sepanjang masa. Di Hadhramaut dan banyak daerah Yaman lainnya
diadakan pembacaan Burdah setiap Subuh hari Jumat atau Ashar hari Selasa. Sedangkan
para ulama Al Azhar di Mesir banyak yang mengkhususkan hari Kamis untuk
pembacaan Burdah dan mengadakan kajian.
Sampai kini masih diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di kota
Mesir, seperti Masjid Imam Al Husain, Masjid As Sayyidah Zainab. Di negeri Syiria
majelis-majelis Burdah juga digelar di rumah-rumah dan di masjid-masjid, dan dihadiri
para ulama besar. Di Maroko pun biasa diadakan majelis-majelis besar untuk
pembacaan Burdah dengan lagu-lagu yang merdu dan indah Burdah juga dibacakan di
berbagai pesantren dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang menghapalnya.
Karya ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu,
Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia. Seni Burdah
diciptakan Al Bushiri, nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid
Al Bushiri dari Mesir.
Al Bushiri (1213-1296M) keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko, dan
dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia murid sufi besar Imam Asy Syadzili dan penerusnya yang
bernama Abul Abbas Al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah. Di bidang fiqih, Al Bushiri
menganut Madzhab Syafi‘i, madzhab fiqih mayoritas di Mesir.
Pada masa kecilnya ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Quran,
disamping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-
ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab, ia pindah
ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang andal. Kemahirannya
di bidang syair melebihi para penyair pada zamannya.

9
SB.3.3/4.3/2/3.3

SENI BURDAH DI PULAU LOMBOK

Pulau Lombok memiliki kesenian tradisional, salah satunya adalah kesenian


Burdah.Pada awalnya Burdah merupakan lantunan syair yang diperdengarkan dengan
suara dan kalimat-kalimat religius berisi tentang pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan Sholawat kepada Nabi Muhammad saw. Pada perkembangannya alat musik Rebana
digunakan sebagai iringan sambil melantunkan syair-syair serta pujian-pujian tersebut,
sehingga kesenian ini disebut sebagai Musik Burdah Musik Burdah dilantunkan dengan
berkelompok seperti pada paduan suara sehingga terdengar sangat indah dan diiringi
alat musik Rebana. (Adib, 2009; Nihayah, 2007; Setiawan, 2015; Stetkevych, 2006).
Kelompok atau himpunan sejumlah penyanyi dapat dikelompokkan menurut jenis
suaranya dan pada umumnya didasarkan pada dua kriteria suara yang disesuaikan
dengan iringannya.(Akvianatan & Wk, 2019; Egisthi et al., 2016; Puspitasari, 2016;
Simanungkalit, 2013; Tobing, 2010). Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif
manusia.

Manusia mengolah bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam. Bunyi-bunyi alam


seperti suara unggas, hening hutan, suara air, denting kayu, gesekan bambu, rintik hujan
dan sebagainya, diolah ke dalam bentuk musik. (Miller, 2017; Mintargo, 2018; SJ, 2017;
Strasser, 2012; Wisnawa, 2020). Musik mengalami perubahan, perkembangan, dan
peluasan dari zaman ke zaman seiring pertumbuhan kebudayaan dalam masyarakat
tempat musik itu berkembang. (Hidayati, 2017; Kusumadewi, 2015; Maryanto et al.,
2020). Musik merupakan bagian dalam setiap kebudayaan, musik pada awalnya
dipergunakan pada kegiatan-kegiatan sakral dan upacara-upacara yang berhubungan
dengan kepercayaan dan adat. (Miller, 2017; Susetyo, 2005; Wisnawa, 2020; Yudarta &
Pasek, 2015). Keterlibatan kesenian dalam kegiatan masyarakat akan mempengaruhi
eksistensi dari kesenian tersebut.
Keterlibatan musik dalam kebudayaan menandakan bahwa seni mempunyai
fungsi yang ditentukan oleh masyarakat.(Mintargo, 2017; Waesberghe & Van, 2016;
Wisnawa, 2020; Yudarta & Pasek, 2015). Maksudnya bahwa setiap kesenian memiliki
fungsi sesuai dengan tujuan dan keperluan masyarakat, dengan tidak terlepas dari nilai-
nilai estetikanya.(Waesberghe & Van, 2016),(Sunarto, 2016). Musik Burdah sering

10
SB.3.3/4.3/2/3.3
digelar dalam acara-acara seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj maupun hajatan pada
masyarakat misalnya sunatan dan pernikahan. Musik Burdah merupakan salah satu
kesenian yang sudah menjadi tradisi keagamaan masyarakat yang sangat positif untuk
dipertahankan dan dikembangkan. Bentuk pelestarian pada kesenian tradisional dapat
dilihat dari cara menjaga eksistensinya diantaranya adalah mampu bertahan dan
menghadapi hambatan, serta usaha-usaha yang dilakukan untuk bertahan.

Untuk melihat makna eksistensi secara umum, menurut (Rambalangi et al., 2018)
bahwa pemahaman secara umum tentang eksistensi berarti keberadaan. Akan tetapi,
eksistensi dalam kalangan filsafat eksistensialisme memliki arti sebagai cara berada
manusia, bukan lagi apa yang ada tetapi apa yang memiliki aktualisasi.(Aslan, 2010;
Setiawan, 2015; Surahman, 2020). Salah satu grup musik yang masih melestarikan
kesenian tradisional ini adalah grup musik Burdah di Desa Rempung Kecamatan
Pringgasela Lombok Timur, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana
kesenian tradisi Musik Burdah tetap menjaga eksistensi dan terus berkembang di
tengah persaingan dengan musik-musik modern pada zaman serba digital sekarang ini.

11
SB.3.3/4.3/2/3.3

SENI BURDAH DI PULAU ACEH

Tari Rapa’i Geurimpheng merupakan salah satu jenis kesenian tradisional Aceh
yang berkembang pada masyarakat pesisir timur Aceh. Tari ini bermula dari
perkembangan alat musik yang masuk ke Aceh, yaitu Rapa’i, yang dibawa oleh Syeh
Rifa’i dari Baghdad dan kemudian berkembang pesat di Aceh karena fungsinya sebagai
media dakwah Islam dan hiburan. Karena kegemaran masyarakat Aceh terhadap alat
musik rapa’i dan sebagai penghargaan terhadap tokoh pertamanya, maka ditalkanlah
nama Rapa’i dari nama Rifa’i. sedangkan geurimpheng yang bermakna “banyak macam”
diambil menjadi nama tari sebagai gambaran bahwa tari ini memiliki komposisi yang
beraneka ragam mulai dari pukulan rapa’i, gerakan kepala dan badan, formasi hingga
syair.

Rapa’i Geurimpheng ditarikan oleh 8-12 pemain yang disebut dengan awak
rapa’I, tiga orang syeh (pemimpin pukulan rapa’i) yang terdiri dari apit wie, apiet
teungoh dan apiet unenun, satuorang syahi (penyanyi) dan aneuk syahi (pendamping
penyanyi). Dalam satu kali penampilan terdiri dari delapan babak yang dengan nyanyian
syair; babak pertama dan kedua berisi salam penghormatan, babak ketiga
berisi seulaweut (shalawat), babak keempat adalah tingkah (tidak diikuti syair) yang
diisi dengan gerakan khep-khep, ketumbak dan tak lhee, babak kelima kisah yang
syairnya banyak berbicara mengenai kisah Hasan dan Husein (cucu Rasulullah SAW),
Kisah Nabi Nuh atau Kisah Masjid Raya, babak keenam adalah syahi panyang, babak
ketujuh adalah saman yang terdiri dari Gerakan lot lee lot lahellahe, cempala
kuneng, tajak u blang dan dayong dan babak kedelapan yaitu lani dengan gerakan tob
pade dan jak keuno rakan serta salam penutup.
Nilai filosofis yang terkandung dalam tari ini adalah nilai-nilai keislaman, nilai
dakwah, dan juga nilai sufistik yang berkembang dalam masyarakat Aceh. Tari Rapa’i
Geurimpheng merupakan salah satu tari yang hampir punah sehingga pada 2017 yang
lalu dilakukan usaha reviltalisasi. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memunculkan
kembali antusiasme dan apresiasi masyarakat serta perhatian dari pemerintah daerah

12
SB.3.3/4.3/2/3.3
pada tari ini. Dan Rapa’I Geurimpheng juga telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan
Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB Indonesia) pada tahun yang sama, tahun 2017.

AYO BERLATIH KEMBALI

Pertanyaanya :
1. Kemukakaan pendapat kalian tentang apresiasi pertunjukan seni nusantara
burdah buleleng bali ?
2. Kemukakaan pendapat kalian tentang apresiasi pertunjukan seni nusantara
burdah buleleng lombok ?
3. Kemukakaan pendapat kalian tentang apresiasi pertunjukan seni nusantara
burdah buleleng aceh ?
4. Bagaimana perrsamaan dari ketiga pertunjukan seni burdah di atas ?
5. Bagaimana perbedaan dari ketiga pertunjukan seni burdah di atas

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keunikan


karya seni tradisional burdah buleleleng Bali?
2. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keindahan
dan keunikan pertunjukan seni tradisional
Burdah Buleleng Lombok?
3. Apakah Anda dapat mendiskripsikan niai-nilai
yang terkandung dalam pertunjukan seni
tradisional burdah buleleng Aceh?
4. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keindahan
dan keunikan pertunjukan seni tradisional
Burdah Buleleng Aceh ?
5. Praktekan di depan kelas dengan kelompok
memainkan alat burdah buleleng Aceh !

13
SB.3.3/4.3/2/3.3
B. PERTUNJUKAN SENI NUSANTARA 2
1. TARI GREBEG JAWA SEBAGAI PENGIMBANG GREBEG SABRANG
2. MUSIK PATROL KERTAJAYA BANDULAN MALANG
3. KESNENIAN SINGO BARONG

TARI GREBEG JAWA SEBAGAI PENGIMBANG GREBEG


SABRANG

Terdengar suara iringan musik gendang dengan gamelan ala Jawa Timuran.
Terlihat para penari dengan topengnya mulai masuk bersama-sama secara bergantian.
Hal itu dibarengi suara gemerincing gongseng di kaki sang penari yang terasa khas
sekali, Suatu penampilan tari pasukan perang. Begitulah kesan pertama yang di dapat
dari Tari Grebeg Sabrang. Sebuah tari yang mewujudkan tentang perjalanan prajurit
kerajaan Sabrang menuju medan perang, dengan keberanian yang gigih dan gagah
perkasa.
Menurut asal usulnya Tari Grebeg Sabrang berasal dari Jawa Timur tepatnya
berada di Kota Malang. Secara filosofi, Grebeg atau Garebegialah suatu kata dalam
bahasa Jawa yang memiliki arti ‘diirid ing bala akeh’ (diiringi oleh prajurit yang banyak),
yang juga bisa diartikan sebagai prajurit yang akan melakukan perang bersama-sama.
Sedangkan Sabrang diambil dari kata ‘Seberang’ yang artinya yaitu pasukan dari negeri
seberang yang datang untuk mengikuti rajanya yakni Raja Klana Sewandana.
Kemudian, prajurit tersebut mengikuti rajanya guna untuk memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menjajah serta menculik para ratu atau putri istana. Jadi tarian ini
menggambarkan tentang prajurit yang akan berangkat berperang bersama rajanya
menuju ke negeri seberang yang jauh.

14
SB.3.3/4.3/2/3.3
Tari-tarian yang ada di Indonesia tentunya memiliki beberapa jenis. Mulai dari
tari tradisional, tari kontemporer dan tari modern. Tari-tarian tersebut bisa dilakukan
secara individu maupun secara berkelompok. Tari Grebeg Sabrang disini merupakan
jenis tarian tradisional yang bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Dimana penari yang berada paling depan digambarkan sebagai jendral atau prajurit
perang, sedangkan penari yang lain adalah para pengikutnya.
Seni tari sendiri merupakan seni yang menggunakan gerakan tubuh secara
berirama serta gemulai yang dilakukan pada waktu dan tempat tertentu, hal ini guna
untuk mengungkapkan perasaan, tujuan, dan pikiran. Serta merupakan perpaduan
gerakan antara raga, irama, dan rasa yang memiliki nilai estetika dan memiliki potensi
simbolik.

Kostum yang dipakai di setiap tarian pasti berbeda. Begitupun dengan Tari
Grebeg Sabrang, ia juga memiliki kostum khusus yang harus dipakai oleh penarinya.
Berikut kostum atau pakaian yang harus dikenakan pada tarian ini yaitu:

a) Jamang (Mahkota)
b) Topeng
c) Kalung Kace
d) Rompi Baju
e) Aksesoris Sayap
f) Keris
g) Celana Bludru
h) Sabuk Tari
i) Rapek (Jarik)
j) Gelang pada Lengan dan Pergelangan Tangan
k) Kaos Kaki Putih

15
SB.3.3/4.3/2/3.3
l) Gongseng di Kaki
m) Memakai dua sampur, masing-masing berwarna merah dan kuning. Sampur
kuning berada di pinggang, dan sampur merah berada di atas lengan untuk
dimainkan.

Para penari tradisional khas Malang biasanya mengenakan topeng. Topeng yang
digunakan juga memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik topeng Malangan
diperkuat dengan kombinasi warna yang berbeda, diantaranya merah, putih, hitam,
kuning, dan hijau. Masing-masing warna memiliki arti keberanian, kesucian,
kebijaksanaan, dan kebahagiaan. Sedangkan topeng yang digunakan pada Tari Grebeg
Sabrang disini dominan berwarna merah, representasi dari warna tersebut
melambangkan keberanian yang tangguh dan rasa nafsu amarah yang besar.

Visualisasi wajah pada topeng yang ditampilkan menunjukkan nilai tertentu yang
menggambarkan sisi positif dan negatif suatu karakter. Pada topeng Tari Grebeg
Sabrang yang dominan digambarkan memiliki wajah merah, memiliki taring, mata
melotot, beralis dan berkumis tebal, serta janggut brewok. Penari yang menggunakan
topeng tersebut memiliki peran antagonis. Gerakan yang ada di dalam tarian ini
memakai gerak tradisi khas Malangan. Dimana gerakan tersebut gagah dan tegas,
dibarengi dengan lenggokan badan serta gerak kaki yang lihai serta menunjukan para
prajurit akan berangkat ke medan perang. Gerakan tersebut digambarkan dengan
gerakan tari yang dilakukan secara rampak (kompak) dan formasi tari yang lurus atau
sejajar.

Pada umumnya prajurit sabrang pada adegan Tari Grebeg dibawakan oleh empat
orang penari, posisi mereka mengarah ke depan penonton, lalu membuat formasi
berderet dua bagian, atau berjajar lurus ke belakang. Formasi yang menunjukkan
adanya kekuatan magis adalah gerak melingkar, biasanya dengan menggunakan gejekan,

16
SB.3.3/4.3/2/3.3
atau labas dan gelap yang dilakukan dengan cara berputar membuat angka delapan yang
disebut ngendali, atau bergerak melingkar searah dengan putaran jarum jam atau
disebut dengan ‘prapatan’ (formasi segiempat)

Namun seiring perkembangan zaman yang ada pada saat ini, membuat banyak
tari tradisonal dilupakan maupun ditinggalkan. Hal ini disebabkan munculnya budaya
dari luar yang masuk ke Indonesia, yang akibatnya membuat budaya kita sendiri lambat
laun mulai terkikis. Akan tetapi beberapa padepokan atau UKM tari dari Universitas
yang ada di Indonesia khusunya di Malang masih melestarikan tari tradisional Grebeg
Sabrang tersebut. Seperti yang dilakukan salah satu UKM yang ada di Universitas
Muhammadiyah Malang bernama Sangsekarta. UKM tersebut sering membawakan
bermacam-macam tari tradisional yang ada di Indonesia. Tari Grebeg Sabrang
merupakan salah satu tarian yang sering mereka bawakan.

UKM ini sering diundang untuk membawakan tari tersebut pada acara-acara
besar. Salah satunya pada tahun 2019 lalu, pada saat UMM menjadi tuan rumah kontes
Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN). Pada saat pembukaan acara tersebut
UKM Sangsekarta membawakan flashmob beberapa tarian tradisional, yang salah
satunya yaitu Tari Grebeg Sabrang. Sarah, salah satu mahasiswa yang sekaligus penari
UKM Sangsekarta mengungkapkan kegembiraannya karena dapat terlibat dalam acara
tersebut, “Kesan pesanku, seneng banget pasti. Soale itu kan acara gede, se Indonesia
hadir. Walau aku bukan orang malang, tapi membawakan seni khas malang, berasa kaya
aku ngelestariin budaya sendiri. Ngenalin budaya ke luar gitu,” pungkasnya. Maka dari
itu tari tradisional harus dilestarikan karena tarian daerah ialah warisan nenek moyang
yang harus dijaga, jangan sampai tarian kita diklaim oleh negara lain. Oleh karena itu
Ker, monggo dijogo bareng-bareng budaya asli Indonesia

17
SB.3.3/4.3/2/3.3

MUSIK PATROL KERTAJAYA BANDULAN MALANG

Perkampungan Bandulan yang terkenal dengan kepadatan penduduk dan daerah


pabrik kini berubah menjadi kampung kesenian yang identik dengan musik patrol.
Kampung yang terletak di sebelah barat kota Malang tersebut memiliki lebih dari 30
kelompok musik patrol dengan skala kecil hingga besar.
Sepuluh kelompok musik patrol dalam skala besar diantaranya kelompok
Bedhuk Prink, Al Hidayah, Plaketing, Permata Naga, Putra Manunggal, JBR, Sekar Langit,
Cakar Elang, dan Kereta Jawa. Rangkaian gerobak yang didesain unik aneka rupa dengan
hiasan berbahan spon dan lampu warna-warni menjadi pelengkap kereta patrol. Begitu
pula alat musik yang digunakan untuk menyatukan alunan musik pun terbilang sangat
sederhana, hanya bermodalkan tong bekas, kaleng bekas, gamelan, hingga peralatan
dapur yang sudah tak terpakai.
Musik patrol merupakan jenis musik kolaborasi antara gong, gamelan, alat musik
tradisional lainnya dan alat-alat bekas. Semua alat-alat musik tersebut di tata rapi dalam
sebuah mobil yang sudah didesain. Ukuran gerobak yang menjadi kereta pun beragam.
Mulai dari panjang rangka berukuran 6 – 12 meter dengan lebar sekitar 1 – 2 meter. Tak
hanya itu biaya pembuatannya pun juga beragam, mulai dari 6 – 23 juta.
“Musik patrol ini bisa dibilang mobile, inspirasi awalnya muncul dari kentongan
yang biasanya digunakan untuk membangunkan orang saat sahur. Hingga saya
terinspirasi mengkolaborasikan dengan alat musik yang lain dengan menggunakan
nada-nada lagu,“ unjar Choeroel Anwar, penggagas musik patrol di Bandulan.
Lelaki Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang itu juga
menerangkan, salah satu daerah yang terkenal dengan musik patrolnya adalah warga
Rukun Warga (RW) 07 yang berada di daerah Dieng. Musik patrol yang mulai
berkembang di kawasan ini dimulai sejak tahun 2006 hingga berkembang seperti saat
ini.

18
SB.3.3/4.3/2/3.3
Choeroel merupakan generasi pertama yang mengenalakan musik patrol yang
sudah dikolaborasikan dengan peralatan musik yang lain di Bandulan. Arek asli
Bandulan yang kini duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan rakyat Daerah (DPRD)
kota Malang ini menggeluti dunia seni semasa menjadi mahasiswa di kampus. Kini
musik patrol bandulan pun sudah dilirik dan dijadikan sarana ekspresi masyarakat dari
berbagai kalangan. Bahkan pernah ditumpangi ketua umum Dewan Perwakilan Partai
(DPP) Golongan Karya (Golkar), Aburizal Bakrie, dalam kegiatan kampanyenya di jalan
Ijen.

Harga sewa dalam setiap pertunjukan beragam. Mulai dari 2,5 juta hingga 3 juta
tergantung dimana mereka akan tampil. Hasil sewa tesebut biasanya digunakan untuk
kas dan operasional. Dengan demikian musik patrol juga dapat dijadikan penghasilan
tambahan untuk anak-anak muda di daerah Bandulan.

19
SB.3.3/4.3/2/3.3
DESA KAMPUNG KELURAHAN BANDULAN DAN PATROL TRADISIONAL

Keberadaan tradisi patrol sahur di Bandulan sebenarnya ditandai lewat


konsistensi keberadaan praktek patrol tradisi dari masa ke masa. Sejak masih berstatus
administrasi desa yang dinaungi oleh Kecamatan Wagir, masyarakat Bandulan masih
konsisten mempraktekan teknik patrol dan komunikasi kentongan sebagai pusat
penanda informasi desa. Sebelum instalasi listrik masuk patrol digunakan sebagai
sistem keamanan patroli desa di malam hari. Patroli desa biasa dilakukan oleh lima atau
enam laki-laki dewasa. Penuturan Mbah Mukeni (98th) “Iyo nak biyen rame, Nak, patrol
pas bengi iku tik..tuk..tik..tuk.. malinge mlayu rono sing patrol mlaku rene ora petuk-
petuk” (Mbah Mukeni, wawancara 24- 01-2016). “Iya nak dulu rame, Nak, patrol pas
malam itu bunyi tik.. tuk.. tik.. tuk.. pencurinya lari ke sini yang patrol jalan ke sini jadi ya
gak ketemu pencurinya.
Perkembangan zaman dan masuknya Islam sedikit banyak juga menambah fungsi
primer dari kentongan yang terdapat di Desa Sumbersari saat itu. Sejak berdirinya
langgar Kiai Sadi pada kisaran tahun 1940-an kentongan juga difungsikan sebagai
penanda waktu shalat. Kiai Sadi adalah salah satu keturunan pembabat Desa Sumbersari
yang menyiarkan agama Islam. Selain penanda waktu shalat, praktek patrol malam juga
difungsikan sebagai media pembangun sahur saat bulan ramadhan tiba. Transformasi
patrol dari patrol sederhana ke arah patrol bernuansa religi di awali dari sini. Desa
Sumbersari awalnya merupakan sebuah disana di daerah perbukitan Malang. Desa ini
memiliki ciri-ciri seperti desa lain di Pulau Jawa. Tumpuan matapencaharian
masyarakatnya masih bertumpu pada sektor pertanian dan perkebunan di ladang
kering. Mayoritas rumah masyarakat Desa Sumbersari adalah bangunan tidak
permanen. Rata-rata rumah masyarakat Sumbersari saat itu berbahan baku bambu atau
yang biasa disebut rumah gedek. Bangunanbangunan permanen saat itu hanya dimiliki
oleh orang-orang Belanda yang tinggal di Bandulan.
Masuknya instalasi listrik dan berdirinya beberapa pabrik justru mampu
memperkuat tumpuan ekonomi masyarakat Sumbersari pada masa itu. Menurut Pak
Adiyono (58 th) fungsi utama patrol adalah sebagai signal keamanan. “Patrol
sesungguhnya untuk jaga malam, dulu waktu buyut –buyut saya itu jaga malem ya pakai
patrol buat gugah supaya masyarakat itu ndak ketiduran supaya yang pintunya belum
dikunci itu dikunci, supaya ndak kemalingan” (Pak Adiyono, wawancara, 03-01-2016)
Keberadaan instalasi listrik perlahan juga mulai menggeser kebiasaan-kebiasan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan mulai tidak dipakainya kentongan sebagai
penanda shalat. Kehadiran kentongan mulai digantikan dengan jidor dan beduk
sedangkan adzan masjid dan penguman di balai desa mulai di ganti dengan pengeras
suara atau yang disebut dengan toak.
Pada praktek patroli malam saat itu juga telah tergantikan fungsinya akibat
terbentuknya sistem keamanan desa atau disebut Hansip. Sedangkan, praktek patrol
sahur masih berlangsung dalam bentuk yang sederhana yakni menggunakan kentongan
atau juga diselingi dengan jidor. Perubahan drastis wujud patrol sahur dapat dilihat
setelah pemekaran wilayah tahun 1993. Kepadatan penduduk pasca masuknya instalasi
listrik cenderung bertambah. Krolonologi struktur pembagian administrasi terkecil yang
didasarkan atas RK atau Rukun Kampung memberi penegasan tersendiri dalam istilah

20
SB.3.3/4.3/2/3.3
penyebutan pedukuhan di wilayah Sumbersari saat itu. Masyarakat lebih trampil
menyebutnya menjadi kampung dari pada dusun. Sebutan tersebut tetap bertahan
hingga tingkat kepadatan penduduk perlahan bertambah dari tahun ke tahun. Secara
umum kampung yang ada di Sumbersari berdasarkan struktur RK lama adalah Bandulan
tengah, Kocek dan Bandulan. Perubahan tersebut juga berdampak pada penggantian
nama Sumbersari menjadi Bandulan. Selain itu, perubahan wujud patrol baru dimulai
ketika mobilitas masyarakat urban yang cukup tinggi dan masuknya modernisasi di
Bandulan.
Perubahan tersebut dapat dilihat pada penggunaan musik elekton sebagai
elemen patrol sahur. Hal ini dinyatakan juga oleh Pak Andi (37 th) selaku ketua RW 03.
“Kan anak kecil-kecil dulu itu kalau puasa sering tidur di mesjid terus jam 2 mereka
keliling. Itu era e sekolah libur sak ulan to Mbak, la terus sahur itu keliling pakek
kentongan, ya jurigen pokoknya barang apa saja yang mengeluarkan bunyi. Nah gara-
gara anak kecil sudah ndak libur lagi itu patrolnya jadi kanyak dibuat anak amen-amen,
model orkesan. “(Pak Andi, wawancara 22-11- 2015) Perkembangan patrol sahur
elekton inilah yang kemudian memunculkan keprihatinan dikalangan warga asli
Bandulan. Dari sini pada 2005 salah satu warga Bandulan yang juga ketua Karangtaruna
Wira Bhakti yaitu Khoirul Anwar menciptakan gerakan pemunculan kembali patrol
kentongan lewat wadah festival. Awalnya event tersebut hanya diselenggarakan secara
sederhana dengan konsep satu kali penyeleng- garaan dan diramaikan oleh anak-anak
TPQ Bandulan Maupun diluar Bandulan. Feastival 2015 mengambil tema perayaan
menyambut malam Lailahatul Qodar, sehingga diadakan pada malam ke-27 Ramadhan.
Variasi patrol yang ditampilkan saat itu masih bersifat sederhana. Para peserta saat itu
didatangkan lewat undangan. Publikasi yang tidak ada membuat peserta hanya terbatas.
Mayoritas para peserta menampilkan klotekan bambu sederhana, beberapa diselingi
dengan barang bekas pakai atau juga jurigen minyak yang tidak terpakai. Klotekan
adalah pola ketukan perirama tanpa nada.
FESTIVAL PATROL SAHUR DAN KARANG-TARUNA WIRA BHAKTI

Perkembangan tradisi patrol sahur yang digaungkan kembali lewat festival


nyatanya menjadi media yang mampu menyedot antusiasme warga. Sejak
diselenggarakan 2005 festival patrol sahur agaknya memiliki kendala dalam publikasi.
Kekurangan dana pada penyelenggaraan, memberikan perma- salahan tesendiri bagi
Karangtaruna Wira Bhakti. Hal ini berakibat pada mayoritas peserta yang berpartisipasi
merupakan peserta undangan. Hal tersebut berlangsung hingga dua tahun
penyelenggaraan festival patrol sahur. Perkembangan publikasi festival baru diadakan
setelah festival patrol sahur mendapat dana bantuan sponsor dari PT Utama Mama1
pada tahun 2007. Sponsor yang diberikan dengan nilai Rp11.000.000,- tersebut
digunakan oleh Karangtaruna Wira Bhakti dalam memaksimalkan penyelenggarakaan
festival patrol ke-3. Publikasi tersebut saat itu juga menarik minat peserta dari berbagai
kalangan, bahkan dari publikasi itulah kesenian ul-daul Madura masuk dan berpatisipasi
menjadi peserta. Jarot (30 th) selaku koordinator lapangan menjelaskan:
“Patrol yang pertama kali itu anak remaja masjid gang 8 anak buahnya Pak
Mulyadi, dulu pertama kita nyarinya kentongan, itu peserta kita sampek nyari- nyari kok
mbak, saya undur sampek tiga kali sebab gak ada yang ikut […] Pertama kali itukan

21
SB.3.3/4.3/2/3.3
kentongan mbak, kita nyarinya itu ya kentongan terus berkembang pakek gerobak, kalau
pakek sesis itu ya patrol ketiga pakek kereta sesisnya mobil itu” (Jarot, komunikasi pribadi,
25 Oktober 2015).
Selain publikasi, perkembangan festival pasca hadirnya PT. Utama Mama juga
memberi dampak tersendiri dari menguatnya brand patrol di Bandulan. Identitas
budaya semakin terbentuk seiring banyaknya minat peserta yang datang dari luar
Bandulan bahkan wilayah Jawa Timur. Informasi keberadaan agenda festival sahur yang
cenderung mengglobal membuat proses contact culture tidak dapat dihindari lagi.
Contact culture menjadi faktor penting dalam proses publikasi agenda tahunan
Bandulan tersebut. Hal ini senada dengan yang diutarakan ketua Karangtaruna Wira
Bhakti yaitu Anwar ( 32 th).
“Waktu itu aku gabung ke anak muda-mudi ya karangtaruna terus ada ide
bagaimana kalau patrol itu kita lombakan, kita bina saatlah saya ndak nyangka patrol itu
menjadi besar. Awalnya musik patrol itu ya dengan kentongan terus berkembang dengan
kreatif diberi musik variasi. kita coba terus atusiasme warga luar biasa. Saya kira ya
hanya diadakan waktu itu sekali saja, karena membutuhkan banyak biaya banyak,
ternyata dorongan masyarakat itu luar biasa. Yang pertama, kedua, ketiga menarik minat
sponsor. Nah dari sponsor it uterus berdatangan musik dari mana-mana itu mbak yang
pakek sesi, nah usutpunya usut asalnya dari Madura. mereka tahu dari baliho kita itu
akhirnya karena bagus ya banyak yang niru. Karena gini Mbak, saya mikir Malang kalau
di jadikan tempat wisata gunung ndak punya laut ndak punya apa ya…? Salah satunya
musik itu” (Pak Khoirul, wawancara 31-05-2015).
Pada dasarnya konsep penyeleng- garaan festival patrol sahur oleh Karangtaruna
Wira Bhakti ditujukan sebagai wadah „invented tradition‟, dimana tradisi patrol sahur
lokal dapat terwadahi dan memiliki daya saing yang cukup kuat di era global. Namun,
culture contact yang datang dari respon budaya luar Bandulan terhadap festival patrol
sahur bandulan tidak dapat dihindari. Hal tersebut secara tidak langsung menjabarkan
proser proses „culture contact‟ yang terjadi dalam ranah invented tradition patrol lokal
Bandulan.

22
SB.3.3/4.3/2/3.3

KESENIAN SINGO BARONG

Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian Barongan merupakan


kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah
Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila
dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Seni Barong merupakan salah satu kesenian
rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan.
Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat :
spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang
dilandasi kebenaran.

Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat


menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat
buas.

Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG


AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa. Kesenian Barongan berbentuk
tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan
Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan,
disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong /
Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko Untub.
Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi
beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain :
Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan
jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet,
23
SB.3.3/4.3/2/3.3
Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering
dipadukan dengan kesenian campur sari. Kesenian barongan bersumber dari hikayat
Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal
Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.

Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :


Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi
Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo
Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang
dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda
Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit
Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong
Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang
memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat
ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan
melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno
Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub
juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji.

Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan


rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan,
namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan
Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko
Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh.
Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia
dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian
berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat

24
SB.3.3/4.3/2/3.3
yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari
Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah
Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut
Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong.
Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak
terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo
Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo
Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena
Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong
dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri
untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut
bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi
Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara
Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden
Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang
bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak
dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhrnya Singo
Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda
dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.

Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna


melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan
Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.

AYO BERLATIH KEMBALI

1. Apakah yang dimaksud dengan panitia kecil dalam pertunjukan seni tradisional ?
2. Apa makna dari pertunjukan seni tari grebeg sabrang ?
3. Jelaskan peranan penari dalam pertunjukan seni tari Grebeg Sabrang ?
4. Jelaskan peranan musisi/pemain dalam pertunjukan seni tari ,usik patrol ?
5. Ada beberapa personil yang ideal dalam pertunjukan seni musik patrol dan alat
nya apa saja ?
6. Jelaskan syarat-syarat untuk menampilkan suatu karya seni musik yang
berkualitas dan enak ditonton ?
7. Jelaskan yang dimaksud aksesori dalam pertunjukan seni singo barong ?
8. Mengapa dalam menikmati sebuah sajian seni tari grebeg sabrang, hendaknya
terfokus pada hal-hal kostum, audio dan visual ?
9. Sebutkan alokasi dana jika kalian ditunjuk menjadi panitia pertunjukan festival
seni musik patrol ?

25
SB.3.3/4.3/2/3.3
10. Kemampuan apa yang harus di miliki apabila kita mempunyai group seni tari,
seni musik ? agar maju dan di kenal oleh masyarakat luas ?

Apabila kalian telah mampu menyelesaikan persoalan di atas, maka kalian bisa
melanjutkan pada UKBM berikutnya.

PENUTUP

Bagaimana kalian sekarang? Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui
kegiatan belajar 1, 2, dan 3, berikut diberikan Tabel untuk mengukur diri kalian
terhadap materi yang sudah kalian pelajari.Jawablah sejujurnya terkait dengan
penguasaan materi pada UKBM ini di Tabel berikut.
Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keunikan
karya seni tradisional seni tari Gebreg Sabrang ?
2. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keindahan
dan keunikan pertunjukan seni musik patrol ?
3. Apakah Anda dapat mendiskripsikan niai-nilai
yang terkandung dalam pertunjukan kesenian
singo barong?
4. Apakah Anda dapat mendiskripsikan keindahan
dan keunikan pertunjukan seni tradisional di
nusantara ?
5. Praktekan di depan kelas dengan kelompok
memainkan alat musik patrol !

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah
kembali materi tersebut dalam Buku Teks Pelajaran (BTP) dan pelajari ulang UKBM ini
dengan bimbingan Guru atauteman sejawat. Jangan putus asa untuk mengulang
lagi!.Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka kalian boleh
sendiri atau mengajak teman lain yang sudah siap untuk mengikuti tes formatif agar
kalian dapat belajar ke UKBM berikutnya... Oke.?

Dimana posisimu?
Ukurlah diri kalian dalam menguasai materi bakteri dalam rentang 0 – 100, tuliskan ke
dalam kotak yang tersedia

Halloo...?
Anda Pasti Bisa.!
26
SB.3.3/4.3/2/3.3

27

Anda mungkin juga menyukai