Laporan Mineplan Ii Kelompok 3
Laporan Mineplan Ii Kelompok 3
Oleh:
Kelompok 3
NAMA NIM
i
LAPORAN PERENCANAAN TAMBANG 2
PT. PRIMA MINING NUSANTARA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Perencanaan Tambang
Tambang Dosen pengampu : Dr. Ir. Harjuni Hasan, M. Si. Dkk
Oleh:
Kelompok 3
NAMA NIM
Oleh:
Kelompok 3
NAMA NIM
1. Rizki Rahmat 1809055015
2. Hikmawati 1809055016
3. Anakta Hartanta Sebayang 1809055017
4. Dimas Choirul Umam 1809055019
5. Nirwana Putri 1809055020
6. Nimas Sari 1809055021
Telah dikonsultasikan pada Desember 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan secara tepat
waktu. Laporan disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi syarat tugas Mata
Kuliah Perencanaan Tambang yang ada pada Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik
Pertambangan Universitas Mulawarman Samarinda.
Dalam menyusun laporan ini penulis membahas mengenai Studi Kelayakan Perencanaan
Tambang PT. Prima Mining Nusantara. Atas terselesainya penyusunan Tugas ini, tidak
lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Muhammad Dahlan Balfas, S.T., M.T., sebagai Dekan Fakultas Teknik
2. Ibu Dr.Hj. Revia Oktaviani, S.T, M.T., sebagai Ketua Program Studi S1 Teknik
Pertambangan
3. Bapak Dr.Ir. H. Harjuni Hasan, M. Si, sebagai dosen pengampu Mata Kuliah
Perencanaan Tambang
4. Bapak Dr. Agus Winarno, ST., MT sebagai pembimbing Mata Kuliah Perencanaan
Tambang
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan laporan masih terdapat kesalahan yang
tidak sengaja untuk ditulis. Penulis berharap dengan adanya laporan ini semoga dapat
menjadi sumber inspirasi pembaca dalam penysunan laporan yang akan dibuatnya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... ........9
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 9
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................ ................ 10
9
DAFTAR TABEL
PT. Prima Mining Nusantara sebagai perusahaan di bidang pertambangan, berminat untuk
berperan aktif dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berpotensi, yaitu batubara. Di
indikasikan batubara tersebut berada di Wilayah Kecamatan Loakulu, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, berpotensi untuk ditambang sehingga
mempunyai nilai tambah bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta
terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
PT. Prima Mining Nusantara mendapat izin melakukan kegiatan eksplorasi berdasarkan
izin eksplorasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur, pada
tanggal 1 September 2021. Secara administrasi PT. Prima Mining Nusantara terletak di
wilayah Kecamatan Loakulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
Kecamatan Loa Kulu memiliki luas wilayah mencapai 1.405,7 km2 yang dibagi dalam
15 desa dengan jumlah penduduk mencapai 31.654 jiwa (2006).
Batas admistratif dari kecamatan Loa Kulu :
1. Utara : Kec. Kota Bangun dan Kec. Loa Kulu
2. Timur : Kec. Loa Janan dan Kota Samarinda
3. Selatan : Kec. Maura Muntai dan Kab. Kutai barat
4. Barat : Kab. Penajam Pasar Utara
Dalam memenuhi ketentuan dan kebijakan bagi pelaku sektor kegiatan pertambangan di
wilayah Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
setiap pengusaha perlu diberi kesempatan untuk diberdayakan dalam rangka mengelola
hasil alam khususnya sumberdaya batubara. PT. Prima Mining Nusantara berkeinginan
segera mengusahakan penambangan batubara di wilayah Kecamatan Loa Kulu,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
1.2 Maksud dan Tujuan
Data eksplorasi yang didapat untuk peningkatan ijin KP. Sehingga maksud dan tujuannya
adalah untuk mengetahui kelayakan usaha penambangan batubara. Setelah di lakukan
penyelidikan aspek teknis yang mencakup keadaan endapan batubara, penambangan dan
penimbunan, pemasaran dan keekonomisannya serta menentukan metode penambangan
yang sesuai dengan kondisi lapangan, peralatan berat dan ringan yang cocok digunakan,
rencana pemantauan dan pengolahan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja
(K-3), sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan.
2. Untuk mengetahui jenis alat yang digunakan dalam kegiatan penggalian OB dan
Penggalian Batubara dari tahun ke 1 sampai tahun ke 5 di PT. Prima Mining Nusantara
3. Untuk mengetahui biaya penggalian batubara pada PT. Prima Mining Nusantara
BAB II
KEADAAN UMUM
Tabel 2.1 Koordinat Batas Kuasa Penambangan PT. Prima Mining Nusantara
No. X Y
1 486523.34 9918601.00
2 488843.74 9918601.00
3 488843.74 9916938.38
4 486523.34 9916938.38
Loa Kulu adalah salah satu kecamatan di wilayah tengah Kabupaten Kutai Kartanegara
yang terletak pada posisi antara 116°29' Bujur Timur - 117°03' Bujur Timur dan 0°26'
Lintang Selatan - 0°54' Lintang Selatan.
Kecamatan yang memiliki luas wilayah 1.405,7 km² ini berpenduduk 59.672 jiwa hingga
April 2014. Secara administratif, kecamatan Loa Kulu terbagi dalam 12 desa, yakni desa
Jembayan, Jembayan Dalam, Jembayan Tengah, Jonggon Desa, Jonggon Jaya, Jongkang,
Loa Kulu Kota, Loh Sumber, Lung Anai, Margahayu, Ponoragan, Rempanga, Sepakat,
Sumber Sari dan Sungai Payang.
14
15
16
17
2.1.1 Peta Kesampaian Daerah
Untuk mencapai lokasi proyek dari luar pulau Kalimantan dapat ditempuh melalui
penerbangan ke Samarinda, selanjutnya dapat diteruskan dengan perjalanan dari
Samarinda ke Kabupaten Kutai Kartanegara ± 1,5 jam dan dari Kabupaten Kutai
Kartanegara ke lokasi tambang dengan singkapan batubara pada umumnya terdapat
pada daerah pengaliran sungai-sungai yang menyayat cukup dalam pada bagian tengah
atau bagian hulunya.
Sistem produksi pertambangan sangat dipengaruhi oleh iklim. Faktor iklim yang paling
terasa perubahannya akibat anomali iklim adalah curah hujan. Di Indonesia kejadian
anomali iklim dominan mempengaruhi produksi pertambangan. Dampak anomali iklim
diantaranya adalah terjadinya gangguan secara langsung terhadap sistem pertambangan
termasuk hasil produkai penambangan. Prediksi curah hujan diperlukan karena untuk
menyusun rencana penambangan diperlukan data dan informasi kondisi curah hujan
minimal satu musim ke depan. Prediksi curah hujan dapat dilakukan beberapa bulan ke
depan bahkan satu tahun ke depan.
18
2.3 Kondisi Geologi
2.3.1 Geologi Regional
Secara regional daerah penyelidikan merupakan bagian dari Cekungan Kutai, dimana
formasi yang menempati daerah penyelidikan merupakan batuan sedimen Tersier,
terbentuk mulai sebelah utara Kalimantan Timur hingga barat daya Kalimantan Tengah.
Pada bagian Timur Laut, perbukitan Mangkaliat membatasi Cekungan Kutai dengan sub
Cekungan Berau dan di sebelah Barat dibatasi oleh Tinggian Kucing. Khusus struktur
geologi yang terdapat pada areal ini, berupa lapisan sayap dari sinklin berarah Timur
Laut-Barat Daya, dan dibeberapa tempat pada sisi lipatan tenggara yang curam muncul
singkapan batubara yang memeanjang disepanjang jurus lapisan yang berkemiringan
curam. Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar yang terdapat di daerah penelitian.
Sungai yang menyayat di daerah penyelidikan hanyalah alur-alur (gully) dari sungai
Mahakam maupun anak sungainya. Umumnya arah alirannya berarah timur laut – barat
daya, yang kemudian berbelok Singkapan batubara pada umumnya terdapat pada daerah
pengaliran sungai sungai yang menyayat cukup dalam pada bagian tengah atau bagian
hulunya.
19
20
Pada Peta Geologi Lembar Samarinda sendiri terdiri dari beberapa formasi yang
mendominasi pada lokasi penyelidikan, diantaranya adalah:
Formasi pulau Balang memiliki ketebalan sekitar 400 meter, dominan tersusun oleh batu
lempung, batu lanau dengan lapisan tipis batu pasir gamping, batu gamping koral, dan
batu pasir dengan fragmen batubara. Pada bagian bawah dengan ketebalan batubara 0,5 –
2 meter, umunya mempunyai kandungan beleran yang tinggi sehingga tidak ekonomis
untuk ditambang. Sedimentasi formasi ini diperkirakan terjadi di daerah prodelta dengan
tebaran terumbu di beberapa tempat. Bebulu. Formasi ini tersusun atas perselingan
graywacke dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara,
dan tuff dasit. Umur Formasi Pulubalang adalah Miosen Tengah dengann lingkungan
pengendapan darat hingga laut dangkal.
2. Formasi Balikpapan
Formasi Balikpapan tersusun atas pasir (lepas), lempung, lanau, tuff, dan batubara. Pada
perselingan batu pasir kuarsa, lempungm dan lanau memperlihatkan struktur silang siue
dan perairan. Setempat mengandung sisipan batubara dengan ketebalan antara 20 - 40 cm.
Lempung berwarna kelabu, getas mengandung muskovit bitumen, dan oksida besi. Tebal
formasi ini kurang lebih 2000 meter dengan lingkungan pengendapan muka – dataran
delta. Formasi Balikpapan terbentuk dalam lingkungan peng-endapan delta atau litoral
hingga laut dangkal terbuka, dengan kisaran umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir,
diduga mempunyai ketebalan formasi 1.800 m, terdapat secara tidak selaras di bawah
Formasi Kampungbaru. Terdiri dari batupasir kuarsa, batulempung dengan sisipan
batulanau, serpih, batugamping dan batubara.
21
22
23
2.3.2 Geomorfologi Regional
Bentang alam daerah penyelidikan adalah perbukitan bergelombang sedang dengan
ketinggian 28 m – 85 m dari permukaan air laut. Tata guna lahan di daerah PT. Prima
Mining Nusantara umumnya didominasi oleh rawa dan semak belukar. Berdasarkan
Status lahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RT RW) Propinsi Kalimantan Timur
Tahun 1999 pada kegiatan pertambangan PT. Prima Mining Nusantara di Kecamatan
Loakulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Struktur geologi yang berkembang pada cekungan kutai yaitu struktur perlipatan dan
sesar. Struktur perlipatan yang terbentuk anticlinorium dengan arah sumbu timur laut –
barat daya. Struktur sesar yang berkembang adalah sesar naik dengan arah timur laut –
barat daya dan sesar mendatar dengan arah barat laut – tenggara.
Pada umumnya sesar sesar naik ini di beberapa tempat terpotong oleh sesar geser atau
mendatar yang berpola barat laut – tenggara. Sesar turun di daerah ini tidak begitu
berkembang dan hanya terdapat di beberapa tempat saja dengan pola barat laut – tenggara
berbarengan dengan sesar mendatar atau geser.
Khusus struktur geologi yang terdapat di areal ini berupa lapisan sayap dan sinklin
berarah timur laut – barat daya. Sisi barat dari formasi pulau balang dan formasi
Balikpapan berkemiringan landau yang membentuk pegunungan perbukitan yang
memanjang hamper utara – selatan akibat lapisan simetris dan struktur sinklin berarah
barat daya – timur laut, di beberapa tempat pada sisi lipatan tenggara yang curam muncul
singkapan batubara yang memanjang di sepanjang jurus lapisan yang berkemiringan
curam.
2. Formasi Balikpapan
Tersusun atas pasir (lepas), lempung, lanau, tuff, dan batubara. Pada perselingan batu
pasir kuarsa, lempungm dan lanau memperlihatkan struktur silang siue dan perairan.
Setempat mengandung sisipan batubara dengan ketebalan antara 20 - 40 cm. Lempung
berwarna kelabu, getas mengandung muskovit bitumen, dan oksida besi. Tebal formasi
ini kurang lebih 2000 meter dengan lingkungan pengendapan muka – dataran delta.
Formasi Balikpapan terbentuk dalam lingkungan peng-endapan delta atau litoral hingga
laut dangkal terbuka, dengan kisaran umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir, diduga
mempunyai ketebalan formasi 1.800 m, terdapat secara tidak selaras di bawah Formasi
Kampungbaru.
2.5 Statigrafi
Daerah mempunyai arah Barat Laut - Tenggara yang disebut Sesar Adang. Sedangkan
disebelah utara dibatasi oleh Pegunungan Mangkaliat. Cekungan ini terbentuk akibat
adanya pemekaran Selat Makasar yang dimulai pada Eosen, sehingga cekungan ini ideal
sebagai tempat pengendapan sedimen terutama rencana penelitian termasuk kedalam
Cekungan Kutai (Kutai Basin), yang merupakan cekungan sedimen Tersier terbesar dan
terdalam di Indonesia, yang berisikan sedimen delta. Cekungan ini mempunyai cadangan
minyak bumi dan batubara yang cukup banyak, sehingga banyak perusahaan minyak dan
perusahaan batubara yang menambang pada cekungan ini. Disebelah selatan cekungan
ini dibatasi dengan Cekungan Barito oleh sesar yang mempunyai arah Barat Laut -
Tenggara yang disebut Sesar Adang. Sedangkan disebelah utara dibatasi oleh
Pegunungan Mangkaliat. Cekungan ini terbentuk akibat adanya pemekaran Selat Makasar
yang dimulai pada Eosen, sehingga cekungan ini ideal sebagai tempat pengendapan
sedimen terutamabatubara dengan pelemparan yang cukup luas. Sedimen Tersier di
Cekungan Kutai merupak seri endapan delta, yang terdiri dari beberapa siklus endapan
delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta (delta plain) yang terdiri atas
25
endapan rawa, endapan alur sungai (chanel), point bar, dan tanggul-tanggul sungai.
Ditempat yang lebih dalam diendapan sedimen delta front dan prodelta, kemudian terjadi
transgresi dan diendapkan sedimen laut diatas endapan paparan delta, setelah itu regresi
di endapkan sedimen paparan delta di atas endapan delta front dan prodelta. Siklus-siklus
endapan delta ini terlihat di Cekungan Kutai mulai dari Eosen hingga Pleistosen, tetapi
pada waktu Oligo-Miosen terdapat ketidak selarasan akibat adanya pengangkatan di
daerah ini (Priyomarsono, dkk, 1994).
26
2.6 Kualitas Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi
kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan kandungan mineral
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis
proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan kadar air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash),
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara seperti, karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfurdan unsur tambahan lainnya.
Selama Eksplorasi berlangsung, telah diambil sebanyak 2 buah contoh batubara masing-
masing dari seam A dan seam B lalu dikirim ke laboratorium untuk diuji kualitas serta
karakteristiknya. Batubara tersebut, dianalisis kualitasnya di Laboratorium PT. PMN
Berdasarkan hasil analisa tersebut, kualitas batubara di daerah penyelidikan cukup baik
yang mempunyai karakteristik berwarna hitam, mengkilap, menyudut (angular frc),
kekerasan sedang, tidak mengotori tangan. Kualitas batubara daerah penyelidikan dapat
dilihat pada tabel 2.2 kualitas Batubara.
27
BAB III
RENCANA PENAMBANGAN
3.1 Geoteknik
3.1.1 Analisis Kemantapan Lereng
Berdasarkan peraturan pertambangan yang dituangkan dalam Kepmen Pertambangan dan
Energi No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik. Kajian Geoteknik tambang terbuka diperlukan untuk
menentukan desain geometri lereng tambang yang mencangkup tinggi dan sudut lereng
yang dianggap aman. Secara umum geometri lereng dinding bukaan tambang batubara
terbagi dalam dua jenis lereng tunggal/lereng individu (individual slope) dan lereng
keseluruhan (overall slope). Data masukan yang digunakan untuk analisis ini adalah
keadaan topografi, struktur geologi berupa perlapisan batuan, serta sifat fisik dan mekanik
dari batuan pembentuk lereng. Dalam kaidah ilmu pertambangan, prinsip dasar yang
dianut dalam mendesain tambang terbuka harus dapat menentukan sudut lereng bukaan
tambang yang optimal, dalam arti cukup stabil, untuk waktu minimal seumur tambang
dengan sudut kemiringan cukup terjal untuk meminimalkan jumlah sisa penggalian.
Penentuan desain lereng bukaan tambang terbuka harus didasarkan atas hasil studi
geoteknik tentang kemantapan lereng yang cermat, yang didukung dengan data memadai
dan representatif, terutama data sifat fisik dan mekanik massa batuan dari lapisan batuan
paling atas sampai dengan lapisan batubara terbawah yang akan ditambang.
Secara teoritis, dalam setiap lereng bekerja dua gaya yang saling berlawanan, yakni gaya
pendorong (stress movement) dan gaya penahan (stress ressistent). Berdasarakan aspek
keteknikan, untuk menilai aman dan tidaknya suatu lereng, perlu ditentukan nilai Faktor
Keamanan (Safety Factor). Terkait dengan kemantapan lereng, nilai Faktor Keamanan
(FK) secara empirik diperoleh dari gaya penahan dibagi oleh gaya pendorong, yang
dinyatakan sebagai persamaan:
28
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝐹𝑠 = ……………………………………………...(3.1)
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
Gambar 3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Sumber: SNI 4726:2011)
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Software Surpac dan Excel didapatkan
hasil perhitungan luas Sumberdaya pada tiap seam.
30
Gambar 3.3 Sumberdaya seam A
31
Peta Sumberdaya Seam B
32
Pada seam A terdapat sumberdaya tereka dengan nilai 2.527.040,673 m2, sumberdaya
terunjuk dengan nilai 2.504.010,336 m2 dan sumberdaya terukur dengan nilai
1.540.626,557 m2.
Pada seam B terdapat sumberdaya tereka dengan nilai 2.900.229,094 m2, sumberdaya
terunjuk dengan nilai 2.958.045,356 m2 dan sumberdaya terukur dengan nilai
1.653.009,978 m2.
Batasan penambangan (boundary pit) yang diterapkan disini dengan melihat dimana akan
terbentuk subcrop pada seam batubara dan luasnya pembebasan lahan yang telah
dilakukan. Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan batas wilayah layak tambang
dari cadangan batubara. Pit limit penambangan menentukan berapa besar cadangan
batubara yang akan ditambang yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari batubara
tersebut. Penentuan batas akhir dari pit penambangan belum memperhitungkan waktu dan
biaya. Tahap permodelan dan perancangan desain dilakukan dengan mengunakan metode
komputasi dengan bantuan software komputer surpac 6.5.1. dan ArcGis 10.3. Berikut
adalah rancangan yearly of mine dengan disposal dan Top Soil Area.
33
1. Tahun Pertama
34
2. Tahun Kedua
35
3. Tahun Ketiga
36
4. Tahun Keempat
37
5. Tahun Kelima
38
Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran kegiatan serta
urutan teknik pelaksanaan dalam barbagai macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan. Masalah perencanaan tambang merupakan
masalah yang kompleks karena merupakan problem geometrik tiga dimensi yang selalu
berubah dengan waktu dan akan menjadi fokus utama. Untuk itulah diperlukan
perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan penambangan untuk
meminimalkan berbagai masalah yang akan terjadi. Pembukaan lokasi tambang
memerlukan perencanaan dan perancangan tambang yang ekonomis. Rencana
penambangan jangka panjang harus diuraikan ke dalam rencana penambangan jangka
pendek yang memuat detil teknis setiap tahapan penambangan (mine sequences).
Perencanaan tambang jangka panjang bertujuan menentukan batas penambangan,
merancang open pit, menghitung volume overburden dan sumberdaya batubara yang akan
ditambang, merancang disposal dan merancang jalan tambang.
39
Disposal atau timbunan merupakan lokasi dimana overburden hasil pengupasan diangkut
dari PIT dan di timbun. Rancangan disposal mengacu pada kajian geotek dimana faktor
Keamanan lereng disposal berada di angka aman (>1.552). Material yang akan
dipindahkan ke disposal menjadi hal yang penting untuk direncanakan dalam membuat
suatu rancangan tahapan penambangan.
Disposal PT. Prima Mining Nusantara berada disebelah selatan PIT. Rancangan disposal
PT. Prima Mining Nusantara dari tahun pertama sampai tahun kelima dengan RL 70
meter berada pada elevasi terendah 10 mdpl dan elevasi tertinggi 70 mdpl dengan slope
50˚, dengan lebar bench 10 meter dan tinggi bench 10 meter.
40
3.3.3 Desain Top Soil Area
Tanah pucuk merupakan lapisan tanah humus yang terletak pada bagian atas dari struktur
tanah, mengandung unsur hara atau zat organik paling banyak dan berwarna lebih gelap
dari lapisan di bawahnya. Aktivitas penambangan batubara harus memperhatikan
pemindahan dan penyimpanan tanah pucuk di lokasi khusus. Tujuannya adalah untuk
mengurangi resiko kehilangan tanah humus dan digunakan kembali dalam kegiatan
reklamasi. Kegiatan pengupasan lapisan tanah pucuk di PT. Prima Mining Nusantara
dilakukan untuk memindahkan tanah pucuk dari sejumlah luas area tertentu demi
keperluan membuka lahan tambang atau menutup lahan bekas tambang. Pekerjaan ini
memerlukan peralatan pemindahan tanah mekanis berupa alat gali muat angkut dan
peralatan pendukung lainnya.
Sebelum desain timbunan diterapkan, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan
pembersihan lahan (land clearing) pada daerah pit yang akan dibongkar dan pada daerah
yang dijadikan sebagai lokasi penimbunan. Apabila telah selesai dilakukan pembersihan
lahan (land clearing) maka lapisan tanah pucuk (top soil) yang ada pada daerah pit dan
lokasi penimbunan digali dan ditimbun pada lokasi yang telah ditentukan (top soil stock).
Timbunan tanah pucuk (top soil) ini nantinya akan digunakan untuk spreading top soil
pada daerah yang telah selesai dilakukan dumping maupun backfilling. Tebal top soil
yang diambil adalah 1 meter dari surface sesuai dengan ketetapan dari perusahaan. Desain
Area top soil PT. Coal Mining Group dengan Request Level 60 meter, dan overal slope
50˚ ,dimana lebar bench 10 meter dan tinggi bench 10 meter.
41
merupakan gaya yang berfungsi untuk menahan massa dari pergerakan. Jika suatu lereng
memiliki gaya penahan yang lebih besar daripada gaya penggerak maka massa tanah atau
batuan pada lereng akan berada pada kondisi stabil sedangkan jika gaya penggerak lebih
besar dari gaya penahan maka akan terjadi longsor. Perbandingan antara gaya penahan
dengan gaya penggerak disebut dengan Faktor Keamanan (FK).
Penentuan arah penambangan berdasarkan pola penyebaran seam batubara dari barat lauh
ke tenggara. Pengupasan lapisan material penutup mengikuti arah strike batubara sampai
batas tertentu kemudian diikuti dengan pembukaan batubara dan kemajuan penimbunan
material penutup pada disposal area. Tata cara pengupasan lapisan penutup adalah
penggalian material penutup, dilanjutkan pengangkutan ke disposal, sedangkan untuk
batubara dilakukan operasi penggalian (gali bebas dan penggaruan), pemuatan, dan
pengangkutan menuju ke stockpile.
42
Metoda ini cocok dipakai untuk cadangan yang berbentuk horizontal yang
memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun “stripping” dan
“quarrying” termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai
untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi
non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll.
Adapun kriteria lain yang digunakan sebagai dasar untuk penentuan cadangan (lapisan
batubara) ditambang dengan metoda tambang terbuka yaitu dengan membandingkan
besarnya nilai tanah penutup (waste) yang harus digali dengan volume atau tonase
batubara yang dapat ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah “stripping ratio”.
Rencana penambangan endapan batubara di wilayah eksplorasi yaitu dengan sistem
tambang terbuka dan telah disusun kedalam bagan alir tahapan, adapun tahapannya
sebagai berikut:
Pada operasi penambangan batubara, pekerjaan awal yang dilakukan adalah pembersihan
lokasi tambang, dilakukan dengan penebasan tumbuhan dan semak belukar yang ada di
lokasi tambang. Peralatan yang digunakan untuk land clearing adalah alat berat yang
dibantu dengan alat-alat yang sederhana antara lain parang, kapak dan chainsaw.
Penebasan tumbuhan ini akan dilakukan secara bertahap sesuai kemajuan penambangan.
Tujuan dari land clearing yaitu pembersihan lokasi tambang terhadap tumbuhan dan
semak belukar sehingga tidak mengganggu dan mempermudah pekerjaan pengupasan
tanah penutup serta pelaksanaan pernambangan.
43
batubara (coal getting).
Penambangan batubara yang dilakukan PT. Prima Mining Nusantara digunakan unit
backhoe dan dump truck. Pada pengambilannya, batubara digali secara langsung (direct
digging) oleh backhoe dan dimuat ke dalam dump truck. Selanjutnya dump truck
mengangkut batubara dari pit menuju ke stock rom di area coal crushing plant.
44
4 2024 27.584.626 1.600.000 32.000 1.568.000 17,2
5 2025 16.112.640 600.000 12.000 588.000 26,9
Total 9.532.264,8 5.519.000 110.380 5.408.620 17,3
Coal Coal CV
Produksi TM ASH TS
Tahun Exposed Inventory (kkal/kg,
(MT) %(ar) %(ad) %(ad)
(MT) (MT) ar)
2021 5.565.479 119.000 5.455.479 15,24 3,67 0,68 5,922
2022 5.455.479 1.600.000 3.855.479 14,65 4,98 0.87 5,925
2023 3.855.479 1.600.000 225.5479 14,60 4,55 0,93 6,122
45
3.4.3 Rencana Penyebaran Top Soil dan Reklamasi
46
b. Batubara
Tabel 3.7 Batubara
Alat Muat - Angkut
No Kapasitas
Loading Hauling ke ROM Kapasitas (ton)
(m3 )
Excavataor
1. 2,41 Hino FM 350 10,52
Catepillar 349
47
TAHUN PERTAMA
Excavator
19873571
Caterpillar 6090 OB 83 52
0,93
FS
Bulldozer OB 83 30,93 0.45 18525
Produksi
COAL GETTING & HAULING
(MT/TH)
DT Hino 350
Coal 74 8,09 32,75 830741
FM
Excavator CAT
Coal 74 2,41 1,01 94396
349
TAHUN KEDUA
Excavator
14198701
Caterpillar 6090 OB 89 52
1,05
FS
Excavator CAT
Coal 74 2.41 1.01 94396
349
48
TAHUN KETIGA
OVERBURDEN
Mining Truck
OB OUTPIT 89 222 17.83 1951431
CAT 794 AC
Excavator
Caterpillar 6090 OB OUTPIT 89 52 1.05 14198701
FS
Mining Truck
OB INPIT 89 222 15.00 3596930
CAT 794 AC
Excavator
Caterpillar 6090 OB INPIT 89 52 1.05 14198701
FS
Bulldozer OB 83 30.93 0.45 1008525
Produksi
COAL GETTING & HAULING
(MT/TH)
DT Hino 350
Coal 74 8.09 32.75 830741
FM
Excavator CAT
Coal 74 2.41 1.01 94396
349
TAHUN KEEMPAT
OVERBURDEN
Mining Truck OB
89 222 17.83 2248449
CAT 794 AC OUTPIT
Excavator
OB
Caterpillar 6090 89 52 1.05 14198701
OUTPIT
FS
Mining Truck OB
89 222 15.00 3596930
CAT 794 AC INPIT
49
Excavator
OB
Caterpillar 6090 89 52 1.05 14198701
INPIT
FS
Produksi
COAL GETTING & HAULING
(MT/TH)
TAHUN KELIMA
OVERBURDEN
Mining Truck OB
89 222 17.83 3206816
CAT 794 AC OUTPIT
Excavator
OB
Caterpillar 6090 89 52 1.05 14198701
OUTPIT
FS
Mining Truck
OB INPIT 89 222 24.66 2319165
CAT 794 AC
Excavator
Caterpillar 6090 OB INPIT 89 52 1.05 14198701
FS
Produksi
COAL GETTING & HAULING
(MT/TH)
Excavator CAT
Coal 74 2.41 1.01 94396
349
QA = Vx (Le-Lo) x 1000 x E
Keterangan :
50
QA = Kemampuan grading perjam (m2/jam);
V = Kecepatan (km/jam);
Le = Lebar blade efektif (m);
Lo = Lebar overlapping (m), secara umum adalah 0.3 m
E = Efisiensi kerja
Compactor
Qc = (W x V x H x 1000 x E) + N
Keterangan :
Qc = Produktivitas Compactor perjam (m3/jam/loose)
V = Kecepatan operasi (km/jam)
W = Lebar efektif (m)
H = Ketebalan pemadatan per layer (m)
N = Jumlah lintasan pemadatan (frekuensi lintasan)
E = Efisiensi Kerja
51
Loader 5 1 - - - -
Coal Processing
Plant 18 1 - - - -
II Peralatan Pendukung
Grader 5 1 12 - 2 -
Water truck 5
Fuel Truck 5
Drill Machine 5
Soil Compactors 5
Pump 5
Electricity Generator 5
Light Plants 5
Welding 5
Passenger Bus 5
General Manager
Vihicle 5
Mine Manager
Vihicle 5
Safety Vihicle 5
Pool Vihicle 5
Computer 5
Mine Radio 5
Communication
Equipment 5
Coal Analysis
Equipment 5 1 - - - -
Engineering and
Survey Equipment 5
52
Curah Hujan merupakan data utama dalam perencanaan kegiatan penirisan tambang
terbuka, karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi. Curah Hujan
merupakan data utama dalam perencanaan kegiatan penirisan tambang terbuka, karena
besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan mempengaruhi besar
kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi.
3.6.1 Debit
Sistem penyaliran tambang adalah suatu upaya yang diterapkan pada kegiatan
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengalirkan air yang masuk ke
bukaan tambang. Debit air yang masuk ke lokasi tambang sangat dipengaruhi oleh debit
limpasan permukaan, koefesien limpasan sekitar daerah penambangan, intensitas curah
hujan lokasi tambang dan luas dari catchment area lokasi tambang. Sistem penirisan
tambang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan air pada lokasi
tambang agar tidak terganggunya aktifitas penambangan. Perhitungan debit air limpasan
dapat ditentukan setelah diketahui luas daerah tangkapan hujan, waktu konsentrasi dan
curah hujan,
Tahun Pertama
53
Debit Inpit 2 Debit Outpit 2
Intensitas Hujan (I) = 31.07 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 31.07 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.4
Luas area (A) = 0.74 Km2 Luas area (A) = 30.57 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.04 m3 /detik = 1.06 m3 /detik
= 2.29 m3 /menit = 63.38 m3 /menit
3 3
= 137.55 m /jam = 3803.04 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 3940.59 m /jam
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 5294.33 m /jam
Tahun Kedua
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 5642.58 m /jam
Tahun Ketiga
Debit Inpit 1 Debit Outpit 1
Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.4
Luas area (A) = 5.34 Km2 Luas area (A) = 1.51 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.42 m3 /detik = 0.08 m3 /detik
= 25.18 m3 /menit = 4.73 m3 /menit
3 3
= 1511.02 m /jam = 283.97 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 1794.99 m /jam
54
Debit Inpit 3 Debit Outpit 3
Intensitas Hujan (I) = 40.44 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 40.44 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.4
Luas area (A) = 0.34 Km2 Luas area (A) = 36.70 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.02 m3 /detik = 1.65 m3 /detik
= 1.36 m3 /menit = 99.04 m3 /menit
3 3
= 81.50 m /jam = 5942.33 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 6023.83 m /jam
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 17861.70 m /jam
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 17861.70 m /jam
Tahun Keempat
Debit Inpit 1 Debit Outpit 1
Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.6
Luas area (A) = 6.41 Km2 Luas area (A) = 0.44 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.50 m3 /detik = 0.03 m3 /detik
3
= 30.21 m /menit = 2.08 m3 /menit
3 3
= 1812.33 m /jam = 124.65 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 1936.97 m /jam
55
Debit Inpit 3 Debit Outpit 3
Intensitas Hujan (I) = 40.44 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 40.44 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.6
Luas area (A) = 2.91 Km2 Luas area (A) = 34.13 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.20 m3 /detik = 2.30 m3 /detik
= 11.78 m3 /menit = 138.14 m3 /menit
3 3
= 706.86 m /jam = 8288.14 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 8995.00 m /jam
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 25441.55 m /jam
Tahun Kelima
Debit Inpit 1 Debit Outpit 1
Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam Intensitas Hujan (I) = 47.10 mm/jam
Koefisien limpasan (C ) = 0.6 Koefisien limpasan (C ) = 0.6
Luas area (A) = 6.41 Km2 Luas area (A) = 0.44 Km2
Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A 0.00278 Debit Limpasan (Qlimpasan) = 0.00278 x C x I x A
= 0.50 m3 /detik = 0.03 m3 /detik
= 30.21 m3 /menit = 2.08 m3 /menit
3 3
= 1812.33 m /jam = 124.65 m /jam
3
Σ Debit Limpasan = 1936.97 m /jam
56
3
Σ Debit Limpasan = 8667.46 m /jam
3
TOTAL DEBIT LIMPASAN = 25441.55 m /jam
57
Sequence A
Waktu pemompaan = Volume limpasan
Debit pompa
= 5294.33 m3
3076.70 m3 /jam
= 1.7 jam
Sequence Year 1
Waktu pemompaan = Volume limpasan
Debit pompa
= 5642.58 m3
3076.70 m3 /jam
= 1.8 jam
Sequence Year 3
Waktu pemompaan = Volume limpasan
Debit pompa
= 25441.55 m3
3076.70 m3 /jam
= 8.3 jam
Sequence Year 4
Waktu pemompaan = Volume limpasan
Debit pompa
= 25441.55 m3
3076.70 m3 /jam
= 8.3 jam
58
3.6.3 Kebutuhan Pompa
3.7 Stockpile
Stockpile Batubara adalah tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk untuk diambil,
diolah, dipasarkan atau dimanfaatkan kemudian. Stockpile berfungsi sebagai penyangga
antara pengiriman dan proses, sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang
bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses
homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang
dipersyaratkan. Stockpile juga merupakan tempat penyimpanan atau penumpukan hasil
tambang batubara. Stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya
homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana
fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan.
Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen merupakan suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya
dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka
diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat.
Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan
batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan
pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang
mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen
59
timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi
timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan
batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka
waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara.
Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor
alam.
Prinsip dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem FIFO ( First In First Out ),
dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Disamping itu
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile yaitu sebagai
berikut :
1. Kontrol Temperatur dan Swabakar
2. Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping
3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara
4. Kontrol Terhadap Aspek Lingkungan
60
BAB IV
PERENCANAAN PENGOLAHAN BATUBARA
61
4.2 Proses Pengolahan Batubara
Pada proses pengolahan batubara Operasi penambangan batubara biasanya terdapat
pengadaan pengolahan batubara (Coal Processing Plant/CCP) bertujuan untuk mengolah
batubara yang sesuai atas permintaan pasar. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, seperti kualitas atau mutu cadangan batubara, metode yang digunakan
dalam penambangan, dan kualitas dari permintaan pasar, ada 3 proses pengolahan
batubara pada PT. Prima Mining Nusantara yaitu sebagai berikut :
62
(Screening 1) dan pemisahan ukuran tahap Sekunder (Screening 2).
a. Pada proses screening tahap 1 ini adalah proses pengayakan atau disebut juga
proses klasifikasi yang mempunyai tujuan untuk mengelompokan berbagai
ukuran batubara. Pada proses klasifikasi bisa menggunakan alat vibrating screen.
Proses pengolahan batubara pada tahap ini diginakan untuk memisahkan ukuran
batubara +150 mm dan -150 mm. Jika ukuran batubara -150 mm akan dipindahkan
ke secondary crusher, lalu untuk ukuran batubara +150 mm akan dipindahkan ke
primer crusher untuk diremukan menjadi ukuran yang diinginkan. Hasil produksi
dari pengayakan ini harus menjaga konsistensi kapasitasnya sebanyak
500ton/jam, maka dari itu sangat perlu melakukan penentuan dimensi (panjang
dan lebar) dari ayakan yang akan digunakan
b. Screening tahap 2 prosesnya sama dengan tahap 1. Pada tahap ini juga
menggunakna alat vibrating screen untuk memisahkan batubara dengan ukuran -
50 mm. Penggunaan alat in umpan yang masuk adalah hasil dari secondary
crusher berukuran -150 mm sehingga mendapat hasil produk yang memenuhi
kapasitas dan sesuai target.
63
BAB V
LINGKUNGAN, KESELAMATAN, DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Oleh karena itu keberhasilan revegetasi lahan bekas tambang hanya dapat dicapai dengan
memadukan pembenahan tanah, pemilihan jenis dan penerapan teknik silvikultur yang
tepat. Pemilihan jenis pohon menjadi bagian penting dalam kegiatan revegetasi.
Kesalahan dalam pemilihan jenis menghantarkan pada kegagalan revegetasi. Pada lahan
bekas tambang batubara yang sangat terbuka dengan tanah yang marginal maka jenis
yang dipilih sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut: jenis lokal pioner cepat tumbuh,
tahan terpapar matahari (shade intolerant), menghasilkan serasah yang banyak dan cepat
terdekomposisi, sistem perakaran yang baik dan bersimboisis dengan mikroorganisme
tertentu, bersifat katalitik, mudah dan murah dalam perbanyakan, penanaman dan
pemeliharaan.
Pemeliharaan terhadap lubang bekas penambangan bertujuan untuk mencegah banjir atau
meluapnya air ke permukaan karena seluruh lubang bekas penambangan dimanfaatkan
64
sebagai kolam resapan dan kolam karambah ikan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan
cara melakukan pemantauan terhadap jenjang, saluran air di sekeliling lubang dan tanggul
penahan air. Pemanfaatan lahan bekas untuk pengolahan air limbah bertujuan mengurangi
dampak yang merugikan bagi manusia dan ekosistem tersebut telah dilakukan dua dekade
terakhir ini di area penambangan terutama menangani air asam tambang untuk tambang
batubara dan logam terlarut.
Selain itu terdapat juga batuan penutup yang merupakan lapisan tanah antara tanah pucuk
dan lapisan batubara yang dipindahkan dari lokasi penambangan untuk ditimbun di luar
lubang tambang dan ke dalam lubang tambang di areal yang sudah sudah selesai
ditambang. Tanah penutup yang diperkirakan bersifat asam (potentially acid formation)
diperlakukan secara khusus sesuai Prosedur Operasi Standar Perseroan. Tanah penutup
jenis ini ditimbun di areal yang khusus dipersiapkan dan dilakukan pengapuran sehingga
tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.
65
pencegahan pembentukan air asam tambang di area timbunan. Perseroan memiliki
prosedur spesifik, yang mengatur pembuangan Batuan yang Bersifat Asam dan Air Asam
Tambang. Tujuan pengelolaan keduanya adalah agar air yang keluar dari kawasan
penambangan memenuhi kualitas baku mutu lingkungan hidup.
66
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan juga
makhluk hidup lainnya.
Pengolahan limbah pelumas bekas yang dilakukan PT.PMN tentunya tergantung pada
jumlah pelumas bekas yang dihasilkan dari kegiatan perbengkelan. Pelumas bekas yang
dihasilkan kualitasnya juga tidak boleh rusak sehingga pengelolaannya harus benar pada
kegiatan perbengkelan.
Dari dampak yang telah ditimbulkan dari kegiatan penambangan maka PT.Prima Mining
Nusantaran melakukan beberapa upaya pengolahan lingkungan sebagai berikut. Upaya
meminimalisirkan kualitas udara yang buruk dapat dilakukan sebagai berikut:
- Penutupan material di atas truk pengangkut dengan terpal yang memenuhi syarat
teknis, sehingga tidak menimbulkan debu yang bisa mencemari lingkungan di
sekitar jalan akses keluar-masuk truk.
- Melakukan penyiraman di lokasi yang sangat potensial menimbulkan debu.
- Melakukan perbaikan, penyiraman jalan yang dilalui armada angkut sehingga
bisa mengurangi timbulnya debu.
- Mengatur penuangan batubara ke dalam truk (sedikit pelan-pelan) sehingga bisa
mengurangi timbunya debu.
67
berikut:
- Kegiatan pengangkutan peralatan dan material pada tahap penggalian dilakukan
pada jam kerja sehingga tidak mengganggu jam belajar masyarakat dan
ketenangan di malam hari untuk beristirahat.
- Kegiatan pengangkutan dibatasi, yaitu dilakukan pada jam kerja.
- Perawatan mesin alat berat secara berkala.
- Mengikuti SOP yang ada sesuai prosedur
Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan salah satunya yaitu
getaran,sehingga menganggu masyarakat sekitar dan perusahaan berupaya memininalis
dampak tersebut dengan menggunakan truk yang tidak terlalu besar sehingga tidak
menimbulkan getaran yang cukup kuat.
68
Pada akhir penambangan diusahakan akan ditutup lubang akhir penambangannya.
Lubang akhir penambangan akan ditutup dengan over burden dari disposal area. Sehingga
akan terjadi penurunan relatif morfologi dibanding rona awalnya.
69
keselamatan kerja tersebut perlu diimplementasikan (dilaksanakan) dalam suatu instansi
berupa program-program. Beberapa alasan mengapa diperlukan suatu perencanaan dalam
keselamatan kerja adalah:
Tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, yaitu setiap kegiatan akan ada pedoman
bagi setiap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan keselamatan kerja.
Adanya perkiraan (forcasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang
akan dilalui. Forcasting ini dilakukan untuk mengenali seluruh potensi yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dan juga digunkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang kemungkinan akan dihadapi dalam keselamatan kerja.
Memberikan kesempatan untuk memilih cara terbaik dari berbagai pilihan yang
ada atau diberikan.
Adanya penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya
suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan usaha keselamatan kerja.
Adanya suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau
evaluasi kinerja usaha atau organisasi. Adanya alat pengukur ini akan menambah
kemantapan dalam menjalankan program manajemen keselamatan kerja.
70
penglihatan dan pendengaran. Tujuan program keselamatan kerja adalah untuk
menciptakan lingkungan psikologis dan sikap yang mendukung keselamatan kerja.
Tujuan ini menjadi tanggung jawab setiap orang di perusahaan untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan kerja yang aman.
71
BAB VI
RENCANA KETENAGAKERJAAN
Dalam pelaksanaan penambangan Batubara di daerah ini akan membutuhkan tenaga kerja
yang cukup banyak dari berbagai keterampilan. Tenaga kerja yang berkeahlian rendah
banyak didapatkan dari masyarakat setempat (lokal), sedangkan tenaga kerja yang
berkeahlian menengah dan tinggi didatangkan dari luar daerah. Telah direncanakan pula
peningkatan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja yang
dari luar daerah dengan pendidikan dan pelatihan, terutama pada cara-cara
mengoperasikan alat-alat berat, serta direncanakan pula pengiriman tenaga kerja ke
Jakarta dan Bandung untuk memperdalam pengetahuan bidang pertambangan.
Dalam hal jumlah dan kriteria tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan “Job
Spesifikasi“ yang dibutuhkan. Dengan mempertimbangkan sistem oganisasi yang telah
direncanakan untuk mendukung kegiatan tambang, operasi pengolahan serta
72
administrasinya, maka dalam sistem organisasi tersebut disusun kriteria tenaga kerja.
Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok tenaga kerja yaitu :
Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Diangkat jika sudah memenuhi
persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.
Tenaga Kerja Tidak Tetap
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tidak tetap perusahaan berdasarkan
perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai karyawan tidak tetap, masa kerja dan
kompensasi dari karyawan ini merupakan fungsi dari jumlah produksi Batubara yang
dihasilkan oleh perusahaan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para karyawan
perusahaan yang dikontrak selama waktu tertentu untuk melakukan pekerjaan langsung
operasi penambangan, angkutan, dan pengolahan Batubara. Berikut Jumlah tenaga kerja
Tetap yang Di butuhkan PT. Prima Mining Nusantara pada (Tabel 6.1)
73
- Coal Processing 01 Dept Head 1 1 1 1 1
- Coal Processing 01 Supervisor 1 1 1 1 1
- Wash Plant Operation Superintendent 1 1 1 1 1
- Coal Processing 02 Dept Head 1 1 1 1 1
- Coal Processing 03 Dept Head 1 1 1 1 1
f. Technical Manager 1 1 1 1 1
- Administrasi Mine Manager 1 1 1 1 1
- Finance & Acounting 1 1 1 1 1
- General Services 1 1 1 1 1
- Government Relation 1 1 1 1 1
- Chief Security & PFSO 1 1 1 1 1
- QSHE Manager 1 1 1 1 1
g. Mine Technical Service Manager 1 1 1 1 1
- Geology Dept Head 1 1 1 1 1
- Laboratory Dept Head 1 1 1 1 1
- Civil Work Superintendent 1 1 1 1 1
- IT Coordinator 1 1 1 1 1
h. Planning & Reclamation Manager 1 1 1 1 1
- Main Planning Dept Head 1 1 1 1 1
- Main Survey Superintendent 1 1 1 1 1
- Main Operation Dept Head 1 1 1 1 1
- Reclamation Supervision 1 1 1 1 1
i. Facillity Maintenance Manager 1 1 1 1 1
- Mine Facillities Maintenance Superintendent 1 1 1 1 1
- Crusher 2 Facillities & Repair Maintenance Section
Chief 1 1 1 1 1
- Port Facillities Maintenance Dept Head 1 1 1 1 1
j. QSHE Manager 1 1 1 1 1
- O & H Section Chief 1 1 1 1 1
- TPM Promotion 1 1 1 1 1
- Quaity System Dept Head 1 1 1 1 1
- Safety Dept Head 1 1 1 1 1
- Quaity System Dept Head 1 1 1 1 1
- Environment Dept Head 1 1 1 1 1
- QSHE Support 1 1 1 1 1
Supervisor 1 1 1 1 1
- Operasional Penambangan 1 1 1 1 1
- Operasional Pengolahan dan Stockpile Batubara 1 1 1 1 1
- Operasional Pengangkutan 1 1 1 1 1
- Operasional Pengukuran dan Pemetaan 2 2 2 2 2
- Operasional Pemboran 1 1 1 1 1
- Operasional Belt Conveyor 1 1 1 1 1
- Operasional Pelabuhan 1 1 1 1 1
- Quality Control 1 1 1 1 1
Staf 1 1 1 1 1
- Eksplorasi dan Geologi 3 3 3 3 3
- Pengukuran dan Pemetaan 3 3 3 3 3
- Geoteknik dan Hidrologi 3 3 3 3 3
- Sarana dan Prasarana Tambang 2 2 2 2 2
- Perencanaan Produksi Tambang 1 1 1 1 1
- Operasional Tambang dan Pengangkutan 1 1 1 1 1
- Pengolahan dan Stockpile Batubara 1 1 1 1 1
- Quality Control 2 2 2 2 2
74
- Mekanik, Perawatan dan Gudang Peralatan 1 1 1 1 1
- Pengadaan Bahan Bakar, Pelumas dan Suku Cadang 1 1 1 1 1
- Pemantauan Lingkungan Tambang dan K3 2 2 2 2 2
- Keuangan dan Akutansi 1 1 1 1 1
- Logistik dan Pemasaran 2 2 2 2 2
- Umum dan Personalia 1 1 1 1 1
Security dan lain lain 10 10 10 10 10
JUMLAH TENAGA KERJA PER TAHUN 101 101 101 101 101
Berdasarkan Perhitungan yang dilakukan Jumlah seluruh karyawan tiap tahunya yaitu
berjumlah 101 karyawan tetap PT. Prima Mining Nusantara . Untuk tenaga Kerja Opertor
dapat dilihat pada (Tabel 6.2)
75
6.2 Hari Kerja dan Jadwal Kerja
Jadwal kerja karyawan kantor PT. Prima Mining Nusantara sebanyak 7 hari dalam
seminggu. Dengan pembagian kerja untuk operator sebanyak 2 shift. Untuk Shift Pertama
yaitu jam 06.00 pagi dan selesai jam 18.00 malam. Sedangkan untuk Shift Kedua akan
dimulai jam 18.00 Malam sampai jam 06.00 Pagi. Berikut Rancangan Jam Kerja
Karyawan PT.Prima Mining Nusantara
76
departement atau divisi, berikut daftar gaji karyawan baik karyawan tetap dan
operator pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5
77
b. Gaji Operator
Gaji atau operator PT. Prima Mining Nusantara Mengikuti berkisar dari Rp.
20.000.000,00 - Rp. 5.000.000,00 dimana, total dari tiap tahunnya mengikuti kebutuhan
peralatan dan jumlah jam kerja per shift karyawan.
78
6.4 Rencana Penutupan Tambang
Rencana penutupan tambang atau reklamasi. Reklamasi merupakan salah satu upaya yang
dilakukan, guna memulihkanstruktur lahan yang rusak karena kegiatan pertambangan.
Tujuan reklamasi atau rencana penutupan tambang ini dilakukan agar lingkungan bekas
tambang bisa berfungsi kembali dengan optimal sesuai dengan
kemampuannya.Sedangkan, restorasi merupakan usaha untuk membuat fungsi lahan
tambang kembali menjadi seperti semula. Lalu yang terakhir yakni, rehabilitas. Hal ini
merupakan upaya pemulihan, perbaikan, dan peningkatan kondisi lahan yang sudah rusak
akibat pertambangan. Maka bisa difungsikan kembali sebagai media untuk mengatur tata
air, unsur pelindung alam, dan unsur produksi lingkungan.Demi memenuhi pembangunan
nasional, mencukupi kebutuhan rakyat dan negaranya, sumber daya alam perlu
dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan penambangan. Namun perlu diketahui
bahwa tindakan ini tidak boleh dilakukan sembarangan, dan harus diperhatikan
kelestarian alam di sekitar lingkungannya.
Galian akibat kegiatan tambang bisa membawa dampak negatif bagi lingkungan dan area
disekitarnya. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif, dibutuhkan suatu metode
reklamasi tambang dan rencana penutupan tambang untuk mengendalikan dan
mengurangi kerusakan lingkungan. Prinsip reklamasi ada dua yaitu, Reklamasi
merupakan kegiatan kesatuan dengan aktivitas tambang dan Reklamasi dilakukan dari
awal tanpa menunggu aktivitas pertambangan selesai. Sebelum dilakukannya rencana
penutupan tambang, reklamasi ini memiliki metode tersendiri.
Perencanaan reklamasi tambang
Industri harus menyiapkan perencanaan penutupan tambang sebelum dimulainya
aktivitas tambang. Perencanaan ini perlu disesuaikan dengan kondisi dan tata ruang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal ini diantaranya
1. Menyiapkan rencana untuk penutupan tambang.
2. Luas area reklamasi sama dengan luas area pertambangan.
3. Tanah pucuk ditempatkan di lokasi tertentu.
4. Memastikan untuk mengembalikan limbah pertambangan yang aman
dibuang dan tidak mengandung racun.
5. Lahan harus dikembalikan seperti sedia kala.
79
6. Usia pelaksanaan rencana penutupan tambang harus terukur penurunan
kemungkinan terjadinya erosi.
7. Semua alat yang tidak digunakan untuk proses pertambangan harus
dipindahkan.
Pemerian lahan
Kegiatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi jenis tanah, kondisi
iklim, geologi, flora dan fauna, bentuk alam, tata ruang, pemakaian lahan, air
tanah dan permukaan.
Pemetaan
Sebelum dilakukannya rencana penutupan tambang, pemetaan harus dilakukan.
Di dalamnya berisi tentang gambaran kondisi lingkungan dan penambangan,
seperti kemajuan aktivitas tambang, timbunan tanah penutup, timbunan terak,
kolam untuk persediaan air, sungai jembatan, dan yang lainnya.
Peruntukan Lahan Pasca Tambang
Sesuai dengan UU No 3 Tahun 2020, void atau lubang tambang yang disisakan harus
dibawah 10% dari total luas IUP PT. Prima Mining Nusantara. 90% dari bekas
penambangan PT. Prima Mining Nusantara akan direklamasi dan dikembalikan sesuai
rona awal, sedangkan 10 persen sisanya diberdayakan untuk menjadi tempat wisata.
Dalam pengelolaan tempat wisata tersebut, PT. Prima Mining Nusantara bekerjasama
dengan komunitas pemuda setempat di Kecamatan Loa Kulu dalam pengelolaan dan
pemberdayaan daerah wisata tersebut.
Penentuan Zona Akhir Tambang
Proses penambangan PT. Prima Mining Nusantara akan berakhir pada tahun 2021 dan
kegiatan reklamasi akan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penambangan
menggunakan sistem inpit dump.
80
BAB VII
RENCANA INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
Pada perhitungan yang didapat Untuk Penggalian batubara di Tahun Ke-1 sebesar 1.51
US$/Ton dan menurun pada Tahun Ke-2 yaitu 0.69 US$/Ton dan pada Tahun ke-3dan
Ke-4 tidak ada penggalian batubara dikarenakan lebih di fokuskan ke overburden dan
pada Tahun Ke-5 yaitu 0.01 US$/Ton.
Untuk Total Biaya Operasional Alat gali (Excavator) yaitu untuk Caterpillar 6090 FS
mengeluarkan biaya 20,548.47 US$/Tahun dan Untuk Caterpillar 349 dengan Biaya
20,788.47 US$/Tahun, dan Untuk Total Biaya Operasional alat angkut CAT 794 AC
dengan biaya 23,646.01 US$/Tahun dan HINO FM 350 dengan biaya 13,584.39
US$/Tahun.
Untuk Biaya Pengolahan batubara ini didapat dari perhitungan rencana Produksi batubara
pertahun dan biaya pengangkutan dengan jarak 50 Km.
Tahun
Uraian
2021 2022 2023 2024 2025
A. Biaya Kepemilikan
Grader 11,862.07 23,724.14 23,724.14 23,724.14 11,862.07
Water truck 6,896.55 6,896.55 6,896.55 6,896.55 6,896.55
Fuel Truck 13,241.38 13,241.38 13,241.38 13,241.38 13,241.38
Drill Machine 4,137.93 4,137.93 4,137.93 4,137.93 4,137.93
Soil Compactors 3,062.07 3,062.07 3,062.07 3,062.07 3,062.07
Pump 8,275.86 - 24,827.59 - 8,275.86
Electricity Generator 1,103.45 1,103.45 1,103.45 1,103.45 1,103.45
Light Plants 2,758.62 2,758.62 2,758.62 2,758.62 2,758.62
Passenger Bus 13,793.10 13,793.10 13,793.10 13,793.10 13,793.10
General Manager Vihicle 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24
Mine Manager Vihicle 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24
Safety Vihicle 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24
Pool Vihicle 4,827.59 4,827.59 4,827.59 4,827.59 4,827.59
Computer 137.93 137.93 137.93 137.93 137.93
Mine Radio 106.90 106.90 21.38 21.38 21.38
Communication Equipment - - - - -
Coal Analysis Equipment 689.66 - - - -
Engineering and Survey Equipment 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24 5,517.24
Subtotal - A 92,962.07 95,858.62 120,600.69 95,773.10 92,186.90
B. Biaya Operasional dan Perawatan
Grader 17,793.10 35,586.21 35,586.21 35,586.21 17,793.10
Water truck 10,344.83 10,344.83 10,344.83 10,344.83 10,344.83
Fuel Truck 19,862.07 19,862.07 19,862.07 19,862.07 19,862.07
Drill Machine 6,206.90 6,206.90 6,206.90 6,206.90 6,206.90
Soil Compactors 4,593.10 4,593.10 4,593.10 4,593.10 4,593.10
Pump 12,413.79 - 37,241.38 - 12,413.79
Electricity Generator 1,655.17 1,655.17 1,655.17 1,655.17 1,655.17
Light Plants 4,137.93 4,137.93 4,137.93 4,137.93 4,137.93
Passenger Bus 20,689.66 20,689.66 20,689.66 20,689.66 20,689.66
General Manager Vihicle 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86
Mine Manager Vihicle 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86
Safety Vihicle 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86
Pool Vihicle 7,241.38 7,241.38 7,241.38 7,241.38 7,241.38
Computer 206.90 206.90 206.90 206.90 206.90
Mine Radio 160.34 160.34 32.07 32.07 32.07
Communication Equipment - - - - -
Coal Analysis Equipment 1,034.48 - - - -
Engineering and Survey Equipment 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86 8,275.86
Subtotal - B 139,443.10 143,787.93 180,901.03 143,659.66 138,280.34
C. Upah Operator Peralatan Pendukung
Grader 12,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00 12,000.00
Water truck 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00
Fuel Truck 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00 24,000.00
Drill Machine 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00
Soil Compactors 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00
Pump 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00
Electricity Generator 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00
Light Plants 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00
Passenger Bus 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00
84
6,000.00
Subtotal - C 120,000.00 132,000.00 132,000.00 132,000.00 120,000.00
TOTAL A-B-C 352,405.17 371,646.55 433,501.72 371,432.76 350,467.24
2.96 0.23 0.27 0.23 0.58
Biaya Operasional Peralatan Pendukung (US$/Ton)
7.3 Biaya Modal Kerja (Working Capital)
Untuk Modal Kerja dilihat dari Asumsi Peralatan yang digunakan selama penambangan
dengan Melihat Kurs Dollar pada Tahun 2021 dan
No Uraian
1 Jam Kerja Efektif 1 tahun 5954 jam
2 Kurs dolar 1 US $ 14500 Rp
5 Harga Batubara per MT 41.78 US $ / MT
6 Pajak Air Permukaan dan PPJ Non PLN Pertamb. Umum 7500000 Rp
A Modal Sendiri 30.0%
B Pinjaman Bank 70.0%
7 Bunga Pinjaman Bank 15.0%
85
7.5 Analisis Kelayakan
Analisa kelayakan merupakan suatu metode untuk menganalisa hasil perencanaan
tambang melalui data-data yang telah didapatkan untuk menentukan apakah dengan
sebuah perencanaan tambang yang ada dapat dikatakan layak atau tidak untuk diterapkan.
Untuk Analisis Kelayakan kali ini tidak dihitung.
86
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengerjaan perencanaan tambang II ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk target produksi tahun pertama yaitu 119,000 MT, untuk target produksi
tahun ke dua yaitu 1,600,000 MT, target produksi untuk tahun ke tiga yaitu
1,600,000 MT, target produksi untuk tahun ke empat 1,600,000 MT dan target
produksi tahun ke lima yaitu 600,000 MT
3. Untuk biaya penggalian batubara di tahun ke 1 sebesar 1,51 US$ / ton dan menurun
pada tahun ke 2 0.69 US$/ton, dan pada tahun ke 3 dan ke 4 tidak ada penggalian
batubara, dikarenakan lebih di fokuskan ke overburden dan pada tahun ke 5 yaitu 0.01
US$/ton.
87