Anda di halaman 1dari 57

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Dirhubad


DIREKTORAT PERHUBUNGAN Nomor Kep / 161 / III / 2019
Tanggal 5 Maret 2019

TEKNIK DASAR RADIO

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perhubungan Angkatan Darat sebagai salah satu badan pelaksana


TNI AD memiliki peran dan tugas pokok untuk menyelenggarakan fungsi-
fungsi perhubungan yang meliputi gelar komunikasi, peperangan elektronika
(Pernika) dan foto film militer serta kontruksi, perbekalan, pemeliharaan dan
instalasi (Konbekharstal) dalam rangka mendukung tugas pokok TNI
Angkatan Darat. Guna mendukung fungsi-fungsi tersebut diatas maka
diperlukan pengetahuan tentang Teknik Dasar Radio yang dapat mewujudkan
keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI Angkatan Darat.

b. Pesawat radio merupakan alat komunikasi elektronika dimana pada


suatu saat akan mengalami penurunan kualitasnya, dengan demikian maka
radio memerlukan pemeliharaan dan perbaikan. Untuk itu dimanapun prajurit
Perhubungan TNI AD bertugas akan lebih menguntungkan apabila memiliki
pengetahuan tentang teknik radio.

c. Mencermati uraian tersebut di atas maka perlu disusun bahan ajaran


tentang Teknik Dasar Radio sebagai pedoman dalam proses belajar
mengajar bagi Pendidikan Tamtama TNI AD untuk mendukung tercapainya
tujuan pendidikan secara optimal.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk
dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan Tamtama TNI AD.

b. Tujuan. Agar Tamtama siswa mengerti tentang teknik dasar radio


sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas disatuan TNI AD.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup naskah Sekolah ini
membahas tentang teknik dasar radio dengan tata urut sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Teori modulasi AM dan FM.
c. Bab III Radio pemancar AM, FM dan SSB.
d. Bab IV Radio penerima AM, FM dan SSB.
e. Bab V PLL dan synthesizer.
f. Bab VI Dasar-dasar trouble shooting
g. Bab VII Penutup.

4. Referensi.

a. Pengetahuan Teknik Radio, Drs. Daryanto Renevbit Bumi Aksara


Tahun 2013.
b. Pedoman Elektronika, RC. Green, PT. Elek Media Komputindo Tahun
1987.
c Buku The Radio Amaturs Hand Book oleh Robert Myers, WIFBY

d Buku Elektronika Radio Transistor oleh Ichwan Haryadi.

e Buku Teknik Merancang Rangkaian oleh Delton T. Horn.

f Petunjuk Praktis tentang Radio dan Elektronika oleh B. B. Babani.

g. Buku Teknik Radio Transceiver oleh RM. Francis D. Yuri.

5. Pengertian.

a. Audio Frekuensi (AF) kepada gelombang pembawa/carrier wave (RF)


sehingga salah satu parameter gelombang pembawa (RF) berubah-ubah
sesuai dengan perubahan amplitudo gelombang informasi (AF).

b. Amplitudo modulation(AM) adalah proses penumpangan gelombang


Audio Frekuensi (AF) kepada gelombang pembawa/carrier wave (RF)

c. Frequency Modulation (FM) adalah proses penggabungan sinyal


informasi kedalam frekuensi Carrier (RF) sehingga frekuensi carrier berubah-
ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal AF.

d. Index/derajat modulasi adalah perbandingan sejauh mana gelombang


informasi dapat memodulasi gelombang pembawa (RF)
3

e. Gelombang informasi adalah berupa sinyal audio, CW (countinuous


wave), dokumen atau data/gambar.

f. Mixer berfungsi mencampur frekuensi RF dari antena dan dari


oscillator

g. Product detector adalah sirkit demodulasi pada penerima SSB,


rangkaiannya bekerja dengan cara mencampurkan frekuensi, yang diambil
pada output nya adalah berupa selisihnya, dimana frekuensi output tersebut
adalah merupakan frekuensi audio.

h. BFO = adalah oscillator yang mengeluarkan output satu frekuensi.

BAB II
TEORI MODULASI AM DAN FM

6. Umum. Modulasi adalah proses penumpangan/penggabungan


gelombang informasi kepada gelombang pembawa/carrier wave (RF) sehingga
salah satu parameter gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan
perubahan amplitudo gelombang informasi. Pada bab ini akan dibahas tentang
amplitudo modulation (AM), single side band (SSB dan frequency modulation (FM).

7. Amplitudo Modulation (AM).

a. Amplitudo modulation adalah proses penumpangan gelombang


informasi kepada gelombang pembawa/carrier wave (RF) sehingga amplitudo
informasi akan selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo
gelombang informasi.

b. Index/derajat modulasi adalah perbandingan sejauh mana gelombang


informasi dapat memodulasi gelombang pembawa. Besar kecilnya
Index/derajat modulasi sangat ditentukan oleh level/tegangan gelombang
informasi dan gelombang pembawa. Index/derajat modulasi dilambangkan
dengan huruf m, dapat dicari dengan rumus:

Tegangan AF
m =
Tegangan RF
4

Dalam keseharian Index/derajat modulasi biasanya dinyatakan dalam prosen,


yaitu:

Prosentase modulasi = m x 100 %

Contoh : Suatu gelombang pembawa (RF) = 10 Volt dimodulasi oleh


gelombang informasi = 6 Volt, maka Index modulasi dan prosentase modulasi
dapat dicari sebesar :
Tegangan AF 6
m =
Tegangan RF = 10
= 0,6

Prosentase modulasi = m x 100 %


= 0,6 x 100 %
= 60 %

Index dan prosentase modulasi juga dapat dicari dengan rumus :

E max – E min
m =
E max + E min

% mod = E max – E min x 100 %


E max + E min

Contoh : Diketahui gambar gelombang AM seperti di bawah, dimana E


min = 4 Volt dan Emax = 16 Volt.

E min = 4 Volt E max = 16 Volt

maka :
E max – E min 16 - 4 12
m = = = = 0,6
E max + E min 16 + 4 20

E max – E min x 100 % = 16 - 6 x 100 %


= 60 %
% mod =
E max + E min 16 + 4

Di bawah ini adalah beberapa contoh gambar sinyal dengan index atau
prosentase modulasi yang berbeda.
5

m=0
% mod = 0 %

m = 0,5
% mod = 50 %

m=1
% mod = 100 %

m>1
% mod = 100 %

Gambar 2. Sinyal AM

c. Band sisi (side band). Dari proses modulasi tadi timbulah frekuensi-
frekuensi baru yang berada di atas dan di bawah frekuensi carrier (RF), yaitu:

1) Frekuensi upper side band (USB)/band sisi atas yang besarnya


adalah FUSB = RF + AF

2) Frekuensi lower side band (LSB)/band sisi bawah yang


besarnya adalah FLSB = RF - AF

Contoh : Suatu frekuensi RF = 10 MHz dimodulasi oleh frekuensi AF =


1 KHz secara AM, maka terbentuklah gelombang AM dengan
band sisi :

1) FUSB = RF + AF = 10 MHz + 1 KHz = 10,001 MHz.

2) FLSB = RF - AF = 10 MHz - 1 KHz = 9,999 MHz.

d. Lebar Band (Band width) adalah suatu bidang frekuensi yang diduduki
oleh satu kanal gelombang AM. Lebar band (Band width) dapat dicari
dengan rumus :

BW = 2 x AF atau
BW = Frekuensi USB tertinggi - Frekuensi LSB terendah
6

Dari contoh di atas maka :

BW = 2 x AF
= 2 x 1 KHz
= 2 KHz
atau

BW = Frekuensi USB tertinggi - Frekuensi LSB terendah


= 10,001 MHz - 9,999 MHz
= 2 KHz

RF

F LSB = 9,999 MHz F USB = 10,001 MHz

BW = 2 x AF = 2 KHz

Gambar 3. Band width gelombang AM.

e. Daya AM ( PAM ). Komponen gelombang AM terdiri dari frekuensi


carrier (RF), frekuensi USB dan frekuensi LSB, sehingga daya gelombang
AM (PAM ) pun terbagi kepada tiga komponen tersebut.

(PAM ) = P RF + P USB + P LSB dimana P USB = P LSB

2
PAM = PRF 1+ m
2

dimana : PAM = daya AM.


PRF = daya RF
m = Index modulasi.

Contoh :

Suatu RF = 100 Watt dimodulasi secara AM oleh gelombang AF dengan


menghasilkan Index mod (m) = 1. maka daya AM (PAM ) dapat dicari :

2
PAM = PRF 1+ m
2
7

2
= 100 1+ 1
2

= 100 + 50 = 150 Watt

8. Single Side Band (SSB). SSB (Single Side Band) sebenarnya bukan
merupakan modulasi, melainkan SSB merupakan pengembangan dari modulasi
AM. Perbedaan dari gelombang AM (DSB = Double Side Band) dengan SSB
adalah pada gelombang AM (DSB) band sisi seluruhnya dipancarkan. Sedangkan
pada SSB yang dipancarkan hanya salah satu band sisi saja.

a. Jenis SSB. SSB ada tiga macam yaitu:

1) SSB FC (Single Side Band Full Carrier). Pada SSB FC


salah satu band sisi dengan carrier secara utuh dipancarkan
seluruhnya.
Spektrumnya adalah:

LSB USB
atau

Gambar 4. Spektrum gelombang SSBFC.

2) SSB RC (Single Side Band Reduce Carrier). Pada SSB RC


carrier tidak seluruhnya dipancarkan, melainkan hanya + 15 % yang
dipancarkan. Spektrum frekuensinya adalah :
LSB USB
atau
Gambar 5. Spektrum gelombang SSBRC.

3) SSB SC (Single Side Band Supressed Carrier). Pada SSB SC


carrier ditekan sampai habis atau tidak ikut dipancarkan sama sekali,
yang dipancarkan hanya salah satu band sisi saja. Sistem SSB SC
inilah yang banyak digunakan sekarang. Spektrum frekuensinya
adalah:
LSB USB
atau

Gambar 6. Spektrum gelombang SSBSC.


8

b. Proses pemodulasian SSB. Untuk mendapatkan sinyal SSB


diperlukan rangkaian balance modulator dengan rangkaian SSB filter.
Balance modulator menghasilkan output DSBSC (Double Side Band
supressed Carrier), untuk mendapatkan SSBSC maka output balance
modulator dimasukkan ke rangkaian SSB filter.

FILTER SSB
USB
LSB USB FILTER
AF USB
BALANCE O/P SSB SC
MODULATOR
DSB SC LSB
FILTER
LSB

RF

Gambar 7. Proses terbentuknya sinyal SSB.


c. Lebar Band (band width). Karena pada SSB sinyal yang dipancarkan
hanya salah satu band sisi saja maka lebar band pun menjadi setengahnya.

BW = 1 x AF

d. Daya SSB. Daya SSB (P SSB) = P USB = P LSB, P SSB dapat dicari
dengan rumus :

PSSB = PRF . m2
4

Contoh : Suatu RF = 100 Watt dimodulasi oleh sinyal AF secara SSB


menghasilkan Index mod (m) = 1, maka daya SSB dapat dicari sebesar :

PSSB = PRF . m2
4
= 100 . 1 2

4
= 25 Watt.

9. Frequency Modulation (FM).

a. Pengertian. Frequency Modulation (FM) adalah proses


penggabungan sinyal informasi kedalam frekuensi Carrier (RF) sehingga
frekuensi carrier berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal
informasi.
9

1) Proses Modulasi. Proses modulasi FM terjadi pada oscillator,


yaitu dengan cara memasukan sinyal audio frekuensi agar
mempengaruhi bekerjanya oscillator, dimana setiap ada sinyal audio
positif oscillator akan mengeluarkan frekuensi yang lebih tinggi dan
bila ada sinyal audio negatif maka oscillator akan mengeluarkan
frekuensi lebih rendah.
Pada sinyal FM amplitudo konstan namun frekuensinya yang berubah-
ubah.

2) Bentuk gelombang FM.

FM
Carrier
MODULATOR

AF

Gambar 8. Proses modulai FM.

Pada saat amplitudo AF positif, frekuensi carrier bertambah


besar sedangkan pada saat amplitudo AF negatif, frekuensi carrier
menurun jadi frekuensi carrier menjadi berubah - ubah selama ada
sinyal AF.

b. Frequency Deviasi (fd). Telah dijelaskan di atas bahwa frekuensi


carrier menjadi tidak konstan selama ada sinyal AF, yaitu frekuensi carrier
naik beberapa KHz (saat amplitudo AF positif) terus kembali ke frekuensi
semula (amplitudo AF=0 volt) selanjutnya frekuensi carrier turun beberapa
KHz (saat amplitudo AF negatif). Perubahan frekuensi carrier tadi disebut
Frequency Deviasi, contoh : frekuensi 40 MHz  10 KHz artinya frekuensi
carrier = 40 MHz dengan penyimpangan/Deviasi naik sebesar 10 KHz dan
turun sebesar 10 KHz. Besarnya perubahan frekuensi (Deviasi)
ditentukan/disetel dari besarnya tegangan AF pemodulasi, dimana tegangan
AF makin besar maka deviasi akan bertambah besar dan sebaliknya.

c. Indek Modulasi & Derajat Modulasi (m). Indek modulasi (m)


adalah perbandingan antara frekuensi deviasi dibagi frekuensi pomodulasi.

Rumus: m = fd
fm

Dimana :
m = Indek modulasi
fd = frekuensi deviasi (KHz)
fm = frekuensi pemodulasi (KHz)
10

Sesuai dengan ketetapan Dewan Komunikasi Dunia bahwa frekuensi Deviasi


maksimun  75 KHz yang dianggap prosentase modulasi 100 %.

Contoh : suatu carrier dimodulasi oleh sinyal AF = 5 KHz menghasilkan


deviasi 7,5 KHz, maka indek modulasinya dapat dicari:

m = fd = m = 7,5 KHz = 1,5


fm 5 KHz

BAB III
RADIO PEMANCAR AM, FM & SSB

10. Umum.

a. Perkembangan radio pemancar. Radio pemancar yang digunakan


untuk hubungan kode-kode morse sistemnya dinamakan Radio pemancar
CW. Radio pemancar CW tidak bisa diterima langsung oleh radio penerima
broadcast biasa kecuali dilengkapi dengan BFO (Beat Frequency Oscillator )
pada radio penerimanya sedangkan radio pemancar MCW bisa diterima oleh
radio penerima broadcast biasa . Agar radio pemancar tidak mudah saling
mengganggu maka harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
Pada bab ini akan dibahas tentang radio pemancar AM, radio pemancar SSB
dan radio pemancar FM.

11. Radio pemancar AM.

a. Susunan bagian besar radio pemancar meliputi bagian pembangkit


dan penguat frekuensi tinggi (RFA) serta bagian penguat frekuensi rendah
(AFA).
OSC RF AMPL ANT.

AFA

MIC

Gambar 9. Block diagram radio pemancar.


11

a. Block diagram radio. Susunan dari radio pemancar terdiri dari


dua bagian utama yaitu bagian RF (terdiri oscillator, penguat & buffer,
penguat daya menengah/IPA dan penguat daya akhir/PA) dan bagian AF
(terdiri penguat microphone/speech amplifier, penguat tegangan/driver dan
penguat daya audio). Susunan block diagram radio pemancar AM pada
umumnya adalah sebagai berikut :

ANT
RF RF RF AM
OSILATOR BUFFER INTERMEDIATE POWER
AMPLIFIER POWER AMP. Amplifier
AF
MODULATOR

AF PRE AF DRIVER AF AUDIO POWER AF


MIC AMPLFIER Amplifier

PSA

Gambar 10. Block diagram radio pemancar AM.

1) Fungsi tiap block.

a) Master Oscillator. Membangkitkan sinyal RF yang


nantinya berfungsi sebagai carrier (gelombang pembawa).

b) Buffer amplifier. Sebagai penguat level RF sekaligus


sebagai penyekat antara bagian oscillator dengan bagian-
bagian setelah oscillator agar supaya jika ada pluktuasi
tegangan yang terjadi setelah bagian buffer tidak akan
mempengaruhi kestabilan oscillator.

c) Intermediate Power Amplifier (IPA). Merupakan penguat


daya menengah sebelum daya tersebut dikuatkan ditingkat
power amplifier.

d) Power Amplifier (PA). Merupakan penguat akhir dari


pemancar, berfungsi sebagai penguat daya sinyal RF sebelum
dipancarkan oleh antena. Oleh karena PA merupakan penguat
akhir yang menentukan daya pancar radio.

e) Pre Amplifier. Merupakan penguat awal frekuensi


audio yang berasal dari microphone.
12

f) Driver. Merupakan penguat frekuensi audio setelah


pre amplifier yang berfungsi sebagai pengendali level audio.

g) Audio Power Amplifier. Penguat audio akhir sebelum


dimodulasikan kedalam gelombang RF.

h) Modulator. Merupakan penghubung antara sinyal


Audio dengan sinyal RF.

i) Power supply sebagai sumber tegangan catu daya


kesemua bagian dari radio pemancar.

2) Cara kerja block diagram. Dalam pembahasan prinsip


bekerjanya radio pemancar AM ini sekaligus dibicarakan mengenai
fungsi dari masing-masing block diagram.
a) Jalannya sinyal RF. Sinyal RF dengan frekuensi
tertentu dihasilkan oleh block oscillator kemudian disalurkan ke
buffer amplifier, disini diadakan penguatan tegangan RF.
Disamping itu buffer amplifier juga digunakan untuk
menyangga oscillator dari tingkat selanjutnya agar frekuensi
stabil. Output dari buffer amplifier disalurkan ke penguat daya
menengah ( IPA = Intermediate Power Amplifier). Disini
diadakan penguatan daya RF tadi, selanjutnya outputnya
disalurkan ke penguat daya akhir (PA = Power Amplifier). Power
amplifier mendapat input (masukan) daya RFnya sudah agak
besar, terus diadakan penguatan dayanya lagi sebelum
dipancarkan melalui antena. Power amplifier menghasilkan
daya RF sesuai dengan kemampuan daya pancar Radio
pemancar sebelum di modulasi. Disini juga terjadi proses
modulasi dari pemancar AM.
b) Jalannya Sinyal AF. Sinyal AF bersumber dari suara
(informasi) yang dihasilkan oleh microphone selanjutnya
disalurkan ke speech amplifier atau sering disebut pre
amplifier. Disini sinyal AF dikuatkan tegangannya
seterusnya disalurkan ke driver biasanya melalui alat pengatur
tegangan (volume). Tingkat driver menguatkan tegangan atau
dayanya guna mengendalikan kebutuhan daya input dari
penguat berikutnya. Jadi output driver dengan daya AF sedang
disalurkan ke power amplifier audio.
Tingkat power amplifier menguatkan daya AF sampai daya
tertentu guna mendapatkan prosentase Modulasi yang
diinginkan. Output power amplifier selanjutnya
diberikan/digabungkan kedalam sinyal RF di power amplifier RF
melalui alat modulator yang merupakan bagian dari power
amplifier RF.
13

c) Terjadinya gelombang AM. Sinyal AF yang


diberikan ke power amplifier RF menyebabkan penguatan
power amplifier RF yang dihasilkan PA tadi menjadi berubah-
ubah yang selanjutnya disebut gelombang AM.
Prinsipnya pada saat amplitudo AF positif menyebabkan
penguatan PA berubah misalnya menjadi lebih besar maka
dihasilkan amplitudo RF yang besar pula. Saat berikutnya
amplitudo AF negatif menyebabkan penguatan PA berubah
kebalikannya yaitu menurun. Maka dihasilkan amplitudo RF
yang rendah. Dengan demikian terbentuklah gelomang AM.
d) PSA menyediakan catu daya untuk mensuplay tegangan
ke semua bagian.

b. Rangkaian.

1) Cara kerja tiap bagian.

a) Sirkit bagian RF dari Pemancar AM.Bagian RF dari radio


pemancar bertujuan untuk menguatkan frekuensi RF (frekuensi
tinggi) yang selanjutnya berfungsi sebagai carrier. Bagian RF
pada dasarnya terdiri dari oscillator, buffer amplifier,
intermediate power amplifier dari power amplifier.

(1) Rangkaian/sirkit oscillator. Sirkit ini adalah


pembangkit frekuensi tinggi (RF) yang digunakan
sebagai carrier. Komponen pembangkit frekuensi
biasanya dirangkai dari komponen lilitan (L) dan
condensator (C) yang dirangkai secara seri atau paralel.

Gambar 11. Rangkaian oscillator.

Ket :
L ; CV = pembangkit frekuensi RF.
14

R ; R = pembagi tegangan TR (bias tetap ).


RFC = Menahan Frek.tinggi yg akan ke catu daya.
C = Sirkit kopling ke tingkat selanjutnya.
C ; C = feed back Capasitor.

Prinsip kerja : Pada saat radio dihidupkan ada


arus kejut masuk ke sirkit terutama yang masuk ke
CV dan L menimbulkan suatu resonansi pada CV
dan L.
1
Frek resonansi ini besarnya =
2. π L CV

Kemudian dialirkan ke basis transistor diadakan


penguatan. Output rangkaian diambil pada kolektor yang
mempunyai beban resonansi RFC  dan C , dan
melalui C sinyal RF dialirkan ke sirkit berikutnya.
Apabila CV dirubah harganya maka frekuensi RF output
oscillator turut berubah pula. Untuk mengecek sirkit
apakah sudah bekerja dengan baik maka dapat diukur
dengan AVO meter posisi mengukur tegangan AC pada
kaki basis atau kolektor transistor , kalau sirkit sudah
bekerja AVO meter akan menunjukkan harga yang cukup
besar ( beberapa puluh volt ).

(2) Rangkaian buffer amplifier. Rangkaian ini selain


menguatkan sinyal RF juga menyangga sirkit oscillator
agar frekuensinya tetap apabila rangkaian output tidak
cocok impedansi bebannya.

(a) Contoh sirkit diagramnya.

Gambar 12. Rangkaian buffer amplifier.


15

R - R = Sebagai pembagi tegangan basis.


R = Pengatur tegangan emitor.
RFC = Memblokir RF agar tidak masuk
tegangan DC.
C = Untuk mengkopling RF ke tingkat
berikutnya.
C = Sebagai by pass arus RF.

(b) Prinsip kerja. Sinyal RF input (dari


oscillator) masuk ke basis transistor terus
dikuatkan tegangannya. Output diambil pada
beban kolektor berupa sirkit resonansi RFC ; C
dan melalui C sinyal RF dialirkan ke tingkat
selanjutnya.

(3) Rangkaian Intermediate Power Amplifier (IPA).


Rangkaian ini ditujukan untuk menguatkan daya sinyal
carrier (RF). Untuk pemancar yang dayanya besar
tingkat ini biasanya dibuat dari beberapa tingkat,
rangkaian penguat ini mirip dengan rangkaian buffer
amplifier, yang membedakan besarnya tegangan kerja/
tegangan bias atau tipe transistor nya.

(a) Contoh rangkaian IPA.

Gambar 13. Rangkaian IPA.

R: sebagai bias otomatis.


R: C dan RFC ; C fungsinya identik dengan
penguat buffer.

(b) Prinsip kerja. Sinyal RF input ( dari


penguat buffer ) dialirkan ke basis transistor , terus
dikuatkan dayanya, output diambil pada beban
kolektor melalui rangkaian resonansi RFC ; C
dan melalui C sinyal RF dengan daya besar
dialirkan ke tingkat berikutnya.
16

Untuk pemancar dengan daya besar


biasanya C atau RFC harganya bisa diatur.
Pengaturan tersebut dimaksudkan untuk
menyesuaikan resonansi RFC; C dengan
frekuensi carriernya / frekuensi kerjanya agar
transistor IPA tidak menjadi panas dan semua
daya input yang sudah dikuatkan dapat disalurkan
ke tingkat selanjutnya.

(5) Sirkit Power Amplifier ( PA ). Tingkat ini


sering disebut penguat akhir karena output nya langsung
disalurkan ke antena untuk dipancarkan. Oleh karena
output nya langsung dipancarkan dimana daya ini adalah
sama dengan daya pancar radio pemancar itu sendiri
oleh sebab itu tingkat power amplifier harus mempunyai
daya pancar yang paling besar yaitu sama dengan daya
pancar radio ditambah kerugian-kerugian yang ada.
Penguat ini menguatkan daya yang cukup besar jadi
transistor nya harus mampu dialiri arus yang besar dan
suhu panas cukup tinggi, agar transiostor nya mampu
menahan panas maka biasanya transistor nya di beri
pendingin ( heat zink ). Agar daya yang dihasilkan PA
maksimal terpancarkan maka impedansi PA harus sama
(matching) dengan impedansi antena. Untuk
menyamakan impedansi antena yaitu dengan mengukur
panjang fisik antena sesuai dengan frekuensi yang
digunakan.

(a) Contoh sirkit.

Gambar 14. Rangkaian power amplifier.

R = Bias otomatis.
T mod = Sebagai kopling induktif sinyal AF.
17

RFC = Untuk memblokir arus RF agar


tidak masuk ke tegangan DC.
C = Sebagai kopling RF.
L;CV = Sebagai matching impedance
antena.
(b) Prinsip kerja. Emitor langsung dihubungkan
ke negatif catu daya agar arus transistor besar,
bekerja pada klas C sehingga daya pancar
menjadi besar. Sinyal RF dari IPA dialirkan ke
basis terus dikuatkan. Output diambil pada
kolektor melalui C disalurkan ke sirkit resonansi L
dan CV dan selanjutnya dipancarkan oleh
antena.
(c) Terjadinya modulasi. Catu tegangan
untuk kolektor transistor power amplifier melalui
rute dari positif battere – trafo modulator (T. Mod)
–RFC– kolektor transistor dengan besar tegangan
tetap sesuai besar tegangan jatuh pada T
modulator. Jadi jika pada T mod ditambahkan
atau dikurangi tegangan jatuhnya maka tegangan
kolektor akan berubah menjadi besar atau
mengecil, akibatnya penguatan transistor
menjadi tidak tetap/berubah-ubah. Kita tahu
bahwa pada T modulasi terjadi penambahan
tegangan atau pengurangan tegangan yang
masuk ke kolektor karena adanya sinyal audio
(tegangan AC) yang masuk dari bagian penguat
audio.

i. Pada saat amplitudo/tegangan audio


positif berarti tegangan kolektor ditambah
yaitu tegangan DC + tegangan positif audio
akibatnya tegangan kolektor naik. Hal ini
menyebabkan penguatan transistor
bertambah besar dan amplitudo RF
melebihi tegangan semula.
ii. Pada saat berikutnya amplitudo
audio menjadi negatif menyebabkan
tegangan yang ke kolektor mengecil karena
tegangan DC dikurangi tegangan audio
(negatif) akibatnya penguatan transistor
turun. Hal ini menyebabkan
amplitudo RF turun menjadi lebih kecil dari
tegangan RF semula.
18

iii. Akhirnya sebagai hasil secara


keseluruhan amplitudo RF menjadi tidak
sama besar dan sinyal yang demikian ini
merupakan sinyal amplitudo modulasi.

b) Sirkit Bagian audio (Audio Frequency Amplifier).


Rangkaian ini memproses frekuensi audio input yang datang
dari mic, atau alat audio lain. Sinyal audio ini adalah informasi
yang akan dikirim ke penerima sinyal informasi/audio dari
bagian audio digunakan untuk memodulasi carrier.

(1) Sirkit pre amplifier/speech amplifier. Sirkit ini


merupakan penguat dengan noise sangat rendah,
menguatkan sinyal audio yang datang dari microphone.
Penguat ini bekerja pada klas A sebagai penguat
tegangan sinyal audio.

(a) Contoh sirkit .

Gambar 15. Rangkaian Pre Amplifier.

R = Untuk tegangan mic.


R = Sebagai bias tunggal.
R = Sebagai beban kolektor.
C, C = Kondensator kopel.
C = Kondensator penyaring tegangan DC.

(b) Prinsip kerja. Sinyal audio yang


datang dari Mic disalurkan ke basis melalui C
terus dikuatkan oleh transistor . Output diambil
pada kolektor dan melalui C sinyal output audio
di berikan ke tingkat berikutnya.
19

(2) Sirkit driver. Sirkit ini sebagai penguat daya


rendah sebelum diberikan ke tingkat power amplifier.
Biasanya bekerja pada klas B yang pada bagian input
nya atau bagian output besarnya level audio dapat diatur
melalui tahanan geser (potensiometer).

(a) Contoh sirkit driver.

Gambar 16. Rangkaian driver.

R = Potensiometer.
R = Bias tunggal untuk basis.
R = Tahanan beban kolektor.
C & C = kondensator kopel.

(b) Prinsip kerja. Sinyal audio (AF) masuk R


(potensiometer) dikopel oleh C diberikan ke basis
untuk dikuatkan oleh transistor . R dapat diatur
untuk menyesuaikan seberapa besar sinyal audio
output yang diinginkan untuk keperluan modulasi.
Makin besar daya dari sinyal audio makin besar
pula derajat modulasi AM berarti semakin baik
mutu modulasinya. Output penguat ini diambil
pada beban kolektor dan melalui kondensator C
sinyal disalurkan ke tingkat penguat selanjutnya.

(3) Sirkit Penguat Daya. Sirkit ini menguatkan daya


sinyal audio (AF) sampai mendekati daya sinyal RF agar
hasil modulasinya memiliki derajat modulasi yang sesuai.
Untuk radio pemancar dengan daya pancar tinggi maka
daya sinyal audio juga besar mendekati daya RF
carriernya. Untuk memperbesar output tingkat power
amplifier transistor nya kadang-kadang diparalel.
Komponen penguatnya bias terdiri dari transistor bipolar
atau Integrated Circuit (IC).
20

(a) Contoh sirkit power amplifier. Pada


gambar sirkit di bawah penguatnya menggunakan
IC tipe STK–15 yang sangat peka terhadap
tegangan statis dan mudah rusak jika panas,
kebesaran arus dan salah polaritas sumber arus.

Gambar 17. Rangkaian power amplifier.

C dan C = Condensator kopel input dan kopel


output.

R dan R = pengatur penguatan.

C, C,C, C dan C = Kondensator kopel dan by


pass untuk rangkaian bagian dalam IC.

(b) Prinsip kerja. Sinyal audio dari driver


dialihkan melalui C terus ke IC kaki 8 dan
diadakan penguatan oleh IC. Output nya diambil
melalui kaki 2 dikopel C seterusnya diberikan ke
PA untuk memodulasi sinyal RF/carrier.

b. Cara kerja rangkaian. Di bawah ini adalah cara kerja salah


satu rangkaian radio pemancar AM sederhana yang terdiri dari
beberapa transistor sebagai komponen penguatnya.
21

Gambar 18. Rangkaian Pemancar AM.

Gelombang suara yang dikirim microphone dikuatkan di tingkat


pre amplifier (TR 2 SB 175), dari tingkat pre amplifier berikutnya
gelombang suara diumpankan ke tingkat driver (2 SB 175), pada
tingkat level gelombang suara diatur agar tidak terjadi cacad modulasi
(RV 5 K). Output driver dicatukan ketingkat penguat akhir (power
audio) yaitu pada TR 2 x SB 175 (penguat balance) yang berikutnya
dimodulasikan dengan gelombang RF di Transformator (2xOT 240).
Sedangkan gelombang RF dibangkitkan oleh X-tal oscillator yang
dikuatkan oleh TR 2 SA101 yang selanjutnya dikuatkan oleh PA (TR
2SA 103). Setelah terjadi pencampuran di modulator (T OT 240) maka
terbentuklah gelombang AM di antena untuk dipancarkan.

12. Radio pemancar SSB. Radio pemancar SSB pada dasarnya


menggunakan prinsip radio pemancar AM. Tetapi pemancar SSB hanya terdapat
satu band sisi (Single Side Band) yang dipancarkan. Dengan demikian lebar band
menjadi kira-kira setengah dari lebar band pemancar AM. Sudah barang tentu
pemakaian sumber arus juga lebih hemat dibandingkan dengan pemancar AM.
22

a. Block diagram.

Gambar 19. Block diagram radio pemancar SSB.

Fungsi tiap block.

1) Microphone: Merubah getaran suara menjadi getaran listrik.


2) AFA (Audio Frequency Amplifier): penguat frekuensi audio.
3) Key: Kunci ketok.
4) Tone generator 1 KHz: Pembangkit nada 1 KHz.
5) Balance modulator: Memodulasikan frekuensi informasi/audio
kepada frekuensi pembawa/carrier.
6) BFO (Beat Frequency Oscillator): Pembangkit frekuensi tetap
(13,6 KHz).
7) USB Filter: Menyaring frekuensi 13,6 KHz ke atas.
8) LSB Filter: Menyaring frekuensi 13,6 KHz ke bawah.
9) Tx mixer: Mencampur frekuensi o/p SSB filter dengan frekuensi
LO.
10) LO (Local Oscillator ): Pembangkit frekuensi pembawa/carrier.
11) LPF (Low Pass Filter) 12 MHz: Menyaring frekuensi 12 MHz
kebawah.
12) IPA (Intermediate Power amplifier): Penguat daya menengah.
13) PA (Power amplifier): Penguat daya akhir.
14) Antena: Merubah getaran listrik menjadi gelombang
elektromagnetic.

b. Cara kerja block diagram. Contoh block diagram pemancar di atas


adalah Radio pemancar SSB sistem filter bertingkat dengan menggunakan
modulator dan dua buah oscillator. Pemilihan side Band yang akan
dipancarkan ditentukan oleh filter yang akan digunakan. Cara untuk
memilih filter dengan mengatur/mengoperasikan saklar USB atau LSB yang
ada di panel depan pesawat radio. Selisih antara oscillator II dan oscillator I
adalah merupakan frekuensi kerja radio. Bila menginginkan band frekuensi
yang lebar maka diperlukan local oscillator yang mampu bekerja pada band
frekuensi yang lebar pula. Jalan sinyal sebagai berikut:
23

1) Sinyal audio dari mic diberikan ke AFA terus diadakan


penguatan tegangan, output nya diberikan ke balance modulator yang
juga mendapat masukan frekuensi dari BFO (13,6 MHz). Output
balance modulator ini adalah berupa frekuensi DSBSC (Double Side
Band Supressed Carrier), yaitu frekuensi band samping atas (USB =
fo + AF) dan frekuensi band samping bawah (LSB = fo 1 – AF), kedua
frekuensi USB dan LSB ini disebut frekuensi IF (Intermediate
Frequency).
2) Bekerjanya filter USB atau LSB ini tergantung dari pengesetan
mode operasi panel depan radio. Bila mode operasi panel depan radio
pada mode USB maka yang bekerja adalah filter LSB, dan sebaliknya.
Sehingga output SSB filter berupa sinyal SSBSC (Single Side Band
Supressed Carrier).
3) Selanjutnya sinyal SSB ini dicampurkan dengan frekuensi dari
LO (Fo2=Frek panel depan radio + 13,6 MHz). Hasil percampuran
menghasilkan empat frekuensi, dimana salah satunya adalah selisih
dari kedua frekuensi tersebut.
4) LPF 12 MHz berfungsi untuk melewatkan frekuensi 12 MHz
kebawah. Diantara keempat frekuensi tadi yang berada di bawah 12
MHz adalah selisihnya, dimana frekuensi tersebut adalah frekuensi
radio pemancar. Selanjutnya dikuatkan dayanya oleh IPA dan PA, dan
dipancarkan oleh antena.

13. Radio pemancar FM. Untuk komunikasi teleponi umumnya


menggunakan radio yang bermodulasi FM dan bekerja pada frekuensi VHF dan
UHF. Susunan dan fungsi masing-masing block diagram radio pemancar FM adalah
identik dengan susunan dan fungsi masing-masing block diagram radio pemancar
AM. Perbedaan yang utama adalah letak terjadinya proses modulasi yaitu pada
radio pemancar FM modulasi terjadi pada tingkat oscillator sedangkan pada radio
pemancar AM modulasi terjadi pada tingkat penguat daya.

a. Block diagram.

1) Fungsi tiap block.


a) Pemancar FM langsung. Adalah metode dimana sinyal
audio langsung dimodulasikan ke pembangkit frekuensi
(oscillator).
Contoh block diagram:

MIC AF FM FM FM FM
AFA OSILATOR BUFFER IPA PA
AMPL

Gambar 20. Block diagram radio pemancar FM Langsung.


24

Prinsip kerjanya:
Sinyal audio dari mic dikuatkan oleh AFA, selanjutnya diberikan
ke oscillator.
Sinyal audio mempengaruhi bekerjanya oscillator sehingga
output oscillator frekuensinya berubah-ubah,sehingga terjadilah
sinyal FM. Makin besar tegangan sinyal AF makin besar
perubahan frekuensi oscillator. Output oscillator sinyal FM
diberikan ke Buffer amplifier diadakan penguatan tegangannya,
output diberikan ke IPA. Rangkaian IPA menguatkan daya
sampai daya tertentu (disebut daya menengah), output nya
diberikan ke tingkat PA untuk dikuatkan dayanya sampai daya
tertentu sesuai dengan daya pancar radio, selanjutnya
disalurkan ke antena untuk diradiasikan/dipancarkan.

b) Pemancar FM tidak langsung. Adalah metode FM


dimana sinyal audio tidak langsung dihubungkan ke tingkat
oscillator namun terlebih dahulu melewati tingkat sirkit reaktansi
yaitu suatu sirkit yang apabila menerima masukan sinyal audio
reaktansi dari sirkit bisa berubah menjadi reaktansi kapasitif
atau reaktansi induktif.

Contoh block diagram:

MIC AF SIRKIT FM FM FM FM
OSILATOR BUFFER IPA PA
AFA REAKTANSI AMPL

Gambar 21. Block diagram radio pemancar tak langsung.

Prinsip kerjanya :
Pada kenyataannya sirkit reaktansi dibuat paralel dengan
rangkaian pembangkit frekuensi di oscillator dengan sendirinya
apabila impedansi (reaktansi) berubah langsung mempengaruhi
bekerjanya oscillator. Sirkit reaktansi bisa berubah
resonansinya jika ada sinyal AF yang masuk. Jadi sinyal AF
tidak langsung ke oscillator namun terlebih dulu merubah
reaktansi dari sirkit reaktansi. Proses selanjutnya sama
dengan penjelasan pada prinsip bekerjanya pemancar FM
langsung.
25

b. Rangkaian.
1) Cara kerja tiap bagian.

a) Tingkat RF. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa


fungsi tiap-tiap block dari radio pemancar FM sama dengan
fungsi pada radio pemancar AM. Sehingga pada pasal ini
hanya akan dijelaskan proses terjadinya modulasi.

Gambar 22. Rangkaian oscillator.

Gambar di atas adalah rangkaian oscillator , pada rangkaian


tersebut akan terjadi proses modulasi FM sebagai berikut :
D1, L1 berfungsi sebagai pembangkit resonansi, sedangkan
Transistor Q1 dan komponen lainnya berfungsi sebagai
penguat, sedangkan condensator C2 sebagai feed back agar
getaran yang ditimbulkan selalu terus menerus. D1 merupakan
komponen dioda variable capasitor, dimana pada dioda tersebut
terdapat komponen capasitor yang nilainya variable. Nilai
capasitor pada D1 tergantung pada tegangan yang
mensuplaynya :

C= Q_
d

Dimana : Q = luas penampang condensator.


d = jarak antar penampang condensator.

Sedangkan frekuensi yang ditimbulkan oleh oscillator sebesar:


26

1
Frek resonansi =
2 . 3,14 L . CV

Semakin besar tegangan pada katoda dioda D1 maka d


semakin merenggang/membesar, maka nilai C makin kecil,
sehingga resonansi/getaran yang ditimbulkan oleh D1 dan L1
semakin besar, dan sebaliknya.
Karena dioda D1 selalu mendapat tegangan dari AFA
yang level nya berubah-ubah maka oscillator pun akan
membangkitkan frekuensi yang berubah ubah pula, dimana
frekuensi yang berubah ubah tersebut adalah merupakan
gelombang FM.
b) Tingkat audio. Seperti halnya pada radio pemancar
AM/ SSB penguat audio ditunjukan untuk mengeraskan
informasi dan memodulasikan ke bagian RF nya. Berapa
banyak tingkatan dari penguat ini adalah sangat tergantung
pada berapa besar tegangan audio yang diinginkan , mengingat
tegangan audio ini adalah akan menentukan besarnya deviasi
radio pemancar. Semakin besar tegangan sinyal audio
semakin besar pula deviasi yang diperoleh. Untuk keperluan
pengaturan besar deviasi maka bagian penguat audio ini harus
dapat diatur pula.

Contoh sirkit AF amplifier.

(1) Penguat audio.

Mic
PRE DRIVER
PA Ke TX
AMPL

Gambar 23. Block diagram penguat audio.

Prinsip kerjanya :
Suara masuk ke micropon dirubah menjadi gelombang
listrik selanjutnya diberikan ke pre amplifier (sering
disebut penguat microphone). Output pre amplifier di
berikan ke driver yang penguatnya dapat diatur
selanjutnya autput diberikan ke PA setelah diadakan
penguatan oleh PA (Power Amplifier) barulah di berikan
ke bagian RF pada tingkat pembangkit frekuensi
(oscillator). Tingkat audio didalam radio pemancar
disebut modulasi.
27

(2) Contoh sirkit penguat audio untuk modulator.

Gambar 24. Rangkaian penguat Audio.

Jalannya sinyal :
Sinyal audio dari microphone masuk jack mic
dikopel capasitor 1uF diberikan ke basis transistor Q1
BC 107, dikuatkan output diambil pada kolektor dikopel
oleh capasitor C 10uF diberikan ke basis transistor Q2
BC 107 dikuatkan lagi output diambil pada kolektor
dikopel capasitor C 10 uF dan resistor 10 k ohm yang
dapat diatur, yaitu untuk menyetel besarnya tegangan
audio. Output modulator sinyal audio dari resistor 10 k
ohm di kopel oleh capasitor C 10nF diberikan ke basis
transistor Q3 BC 109 yang berfungsi sebagai penguat
daya.
Output transistor diambil pada kolektor dan melalui
capasitor 47 uF disambungkan ke oscillator pemancar
guna keperluan modulasi.

2) Cara kerja rangkaian. Gelombang suara dari microphone


dikuatkan oleh rangkaian speech amplifier setelah melalui penguatan
ditingkat driver dan power audio (BC 100) berikutnya dimodulasikan
ditingkat oscillator, adapun besarnya derajat modulasi diatur oleh RV =
10 K ditingkat driver nya, ditingkat oscillator frekuensi RF carrier yang
dibangkitkan di pengaruhi oleh gelombang AF dari bagian Audio
sehingga gelombang yang dibangkitkan oleh oscillator berdeviasi
menjadi gelombang FM yang selanjutnya dikuatkan ditingkat buffer,
IPA dan PA (TR C380, C2053 dan C870) dan dipancarkan melalui
antena.
28

BAB IV
RADIO PENERIMA AM, FM & SSB

14. Umum.

a. Perkembangan radio penerima. Pesawat radio penerima (Rx =


Receiver Exchange) untuk keperluan hubungan radio adalah sangat banyak
ragamnya, namun pada dasarnya memiliki sistim yang sama antara lain
penyadapan sinyal pemilihan sinyal, penguatan sinyal, pendeteksian dan
reproduksi suara, perbedaan langsung dapat dilihat dari sirkit bagian
dalamnya. Pesawat penerima menyesuaikan dengan modulasi radio
pemancarnya. Pada bab ini akan dibahas tentang radio penerima AM, radio
penerima SSB dan radio penerima FM.

15. Radio Penerima AM.

a. Radio penerima AM super heterodyne .

ANT
455 Khz 455 Khz
RF RX IF IF DETECTOR DRIVER
AMPL MIXER AMPL AMPL
VOLUME
DC
OSILATOR SIRKIT SP
POWER
LOKAL AVC
AMPL

Gambar 26. Block diagram radio penerima AM super heterodyne.

Prinsip jalannya sinyal. Dalam penjelasan jalannya sinyal sekaligus


diuraikan fungsi dari masing-masing block :

1) Sinyal RF dari pemancar ditangkap oleh antena disalurkan ke


RFA (Radio Frequency Amplifier). Dari sekian banyak sinyal RF
dipilih satu saja oleh bagian input RFA (sirkit antena) terus dikuatkan
level nya oleh tingkat ini selanjutnya sinyal RF yang sudah dikuatkan
disalurkan ke tingkat Rx mixer.
2) Rx mixer juga menerima sinyal RF dari Oscillator lokal dengan
demikian sinyal ini akan bercampur dengan sinyal RF dari antena yang
telah dikuatkan oleh RF amplifier. Jika dimisalkan sinyal RF dari
antena disebut fa dan sinyal RF dari oscillator lokal fo maka output
mixer ada 4 macam sinyal yaitu :
29

a) Sinyal fa (RF dari antena).


b) Sinyal fo (sinyal dari oscillator lokal).
c) Jumlah kedua sinyal tadi = fa + fo.
d) Selisih kedua sinyal tadi = fo – fa disebut IF (Intermediate
Frequency = Frekuensi menengah) besarnya 455 KHz.
Dari keempat frekuensi di atas yang akan diteruskan ke IF
amplifier adalah frekuensi selisih dari fo – fa = 455KHz. Dalam
prakteknya sering didapati tingkat oscillator disatukan dengan tingkat
Rx mixer didalam sebuah transistor , maka cara ini disebut converter.

3) Tingkat IF amplifier menyaring/memilih frekuensi IF = 455 KHz


yang dihasilkan oleh Rx mixer terus dikuatkan. Tingkat penguat IF
bisa terdiri dari beberapa tingkat. Perlu diperhatikan bahwa pada
setiap tingkat IF amplifier selalu dilengkapi rangkaian penyaring
frekuensi IF,baik dibagian input dan outputnya. Keuntungan
memasang tingkat IF amplifier adalah dapat menambah kepekaan
radio penerima. Output dari tingkat IF amplifier disalurkan ke
penguat audio melalui sirkit detektor
.
a) Tingkat detektor digunakan untuk demodulasi sinyal yaitu
memisahkan sinyal audio (AF) dari RF carrier (frekuensi sinyal
IF). Dimana RF carrier dibuang ke ground sedangkan sinyal
Audio diberikan ke penguat audio melalui potensiometer
(volume) dan ke sirkit AVC (Automatic Volume Control).

b) Tingkat penguat audio terdiri dari tingkat driver dan


tingkat power amplifier (kadang-kadang sebelum tingkat driver
dipasang penguat audio lagi).

c) Penguat driver berfungsi menguatkan tegangan sinyal


Audio, sehingga sinyal output mampu mengendalikan (to
driver) penguat daya (power amplifier).

d) Tingkat power amplifier menguatkan daya sinyal audio


sampai daya tertentu selanjutnya disalurkan ke speaker untuk
dirubah menjadi suara/bunyi.

4) Sirkit AVC = Automatic Volume Control ditujukan untuk


mengontrol penguatan IF amplifier agar didapat suara pada speaker
selalu konstan walaupun kuat sinyal RF yang diterima di antena tidak
konstan.
30

b. Rangkaian.

1) Cara kerja tiap bagian.

a) Tingkat RF & IF. Dari penjelasan prinsip kerja radio


penerima super heterodyne ternyata didalamnya terdiri dari
bagian-bagian, yaitu tingkat RF dan tingkat IF serta tingkat
audio.

(1) Penjelasan sirkit RFA dan IFA. Sirkit tingkat RF


dihilangkan/tidak digunakan bagi radio penerima yang
sederhana.

Gambar 27. Rangkaian RFA dan IFA.

(a) Sirkit mixer dan oscillator dibangun dalam


satu transistor Q1 yang merupakan penguat tidak
liniear, pada penguat tidak liniear ini bisa terjadi
percampuran (mixing) dua frekuensi yaitu
frekuensi dari antena dengan frekuensi dari
oscillator local, selanjutnya sirkit yang demikian
disebut converter. Sebenarnya sirkit converter
merupakan sirkit oscillator yang mendapat
masukan sinyal RF lain (datang dari antena).
Prinsip jalannya sinyal adalah suatu sinyal RF dari
antena masuk ke sirkit pemilihan frekuensi CV1,
dan spool antena menghasilkan satu frekuensi
(fa) disalurkan lewat C2 terus diberikan ke basis
transistor Q1 . Sinyal RF dari oscillator
dibangkitkan oleh CV2 dan spool oscillator L2
menghasilkan frekuensi (fo), melalui C4 diberikan
ke emitor transistor Q1.
31

Didalam transistor terjadi pencampuran,


selanjutnya output ada di kolektor berupa
frekuensi f0; fa; fo + fa dan fo – fa = 455 KHz
disebut IF. Trafo IF (kuning) merupakan rangkaian
filter frekuensi 455 KHz sehingga hanya frekuensi
455 Khz (IF) saja akan diloloskan, selanjutnya
diberikan ke penguat IF (IF amplifier). L3
digunakan untuk menjaga agar oscillator selalu
bekerja konstan.

(b) Sirkit IFA terdiri dua tingkat yaitu transistor


Q2 dan transistor Q3 beserta komponennya.
Trafo IF 1,2 dan 3 diberi kode khusus yaitu
Kuning, Putih dan Hitam, jadi pemasangannya
harus berurutan. Transistor Q2 dan Q3
merupakan penguat liniear, prinsip jalannya sinyal
adalah sebagai berikut; sinyal IF = 455 KHz yang
disaring oleh trafo – 1 (Kuning) diberikan ke basis
transistor Q2 diadakan penguatan, output dari
transistor Q2 diambil pada kolektornya, langsung
disalurkan ke trafo IF–2 (Putih) untuk disaring
frekuensinya pas pada frekuensi 455 Khz,
selanjutnya diberikan ke basis transistor Q3.
Disini sinyal 455 KHz dikuatkan lagi kemudian
output diambil pada kolektor dan langsung
diberikan ke trafo IF –3 (hitam). IF trafo ini
menyaring frekuensi 455 KHz yang akhirnya
diberikan ke tingkat Detektor. Jadi trafo IF 1, 2 dan
3 masing-masing di trim pada frekuensi 455 KHz.
Kesetabilan radio penerima akan bertambah baik
apabila tingkat penguat IF makin banyak.
Disamping itu pada tingkat penguat IF dapat di
kontrol penguatnya oleh tegangan AVC, dimana
bila ada sinyal RF yang masuk antena tiba-tiba
bertambah kuat levelnya maka tegangan AVC
naik lewat resistor R5 masuk ke basis transistor
Q2, sehingga penguatannya menurun. Namun
jika level RF yang masuk lemah, tegangan AVC
turun pula setelah lewat resistor R5, dan masuk ke
basis Q2 penguatannya menjadi bertambah besar.
Maka output penerima menjadi bertambah besar.
Dengan demikian output penerima menjadi stabil.
32

Didalam mereparasi Radio penerima jangan


cepat-cepat mengetrim trafo IF, terutama bagi
radio militer, mengetrim trafo IF harus
menggunakan bantuan sinyal generator sebagai
pengganti pemancar (sinyal 455 KHz nya).
Mengetrim trafo IF dimulai dari yang paling
belakang (warna hitam) sampai memperoleh
suara yang paling kuat / keras dan bersih.

(2) Menala (tunning) penerima dalam rangka mencari


stasiun pemancar yang dikehendaki dilakukan dengan
cara mengubah frekuensi penala dan oscillator, tindakan
yang dilakukan dengan memutar capasitor variabel
(CV1&CV2). Pada umumnya frekuensi oscillator selalu
dibuat lebih tinggi dari frekuensi penala, dimana selisih
dari kedua frekuensi tersebut harus selalu sebesar 455
KHz. Misal, rangkaian penala bekerja pada frekuensi
2000 KHz, maka oscillator (fo) harus menghasilkan
frekuensi sebesar (fa) 2000 KHz + 455 KHz, yaitu 2455
KHz.

b) Tingkat penguat audio (AFA = Audio Frequency


Amplifier). Pada penguat ini menguatkan isyarat-isyarat bunyi
(audio), dan pada radio penerima penguat audio bisa terdiri dari
dua tahap atau tiga tahap.

Untuk 2 tingkat : Driver dan power amplifier.


Untuk 3 tingkat : Pre amplifier, driver dan power amplifier.

Didalam proses bekerjanya sinyal audio didapat dari


proses demodulasi pada rangkaian detector.

(1) Sirkit demodulasi pada penerima AM disebut


detector.

IF a b AF
c
TRAFO

C3 AF
D d
C1 C2
VR
( Potensio Meter
)
Sirkit AVC

Gambar 28. Rangkaian detector.


33

Sirkit ini memisahkan sinyal AF dari sinyal 455 KHz


termodulasi, agar sinyal AF dapat didengar. Pekerjaan
detektor adalah perataan oleh diode dimana diode untuk
deteksi frekuensi rendah (HF) digunakan diode “ Point
Contact “ dan bahan untuk deteksi frekuensi tinggi
digunakan diode germanium. Prinsip bekerjanya detektor
adalah :
Sinyal IF termodulasi masuk ke diode terus diratakan
(jika filter C1, R1, C2 belum dipasang bentuk output
seperti sinyal b) hasilnya setengah amplitudo sinyal AM,
selanjutnya sinyal ini masuk ke bagian filter terjadilah
pemisahan sinyal yaitu sinyal carrier lewat C1 dan C2
masuk ke ground (dibuang), sedangkan sinyal Audio
lewat R1 menuju VR (potensiometer) sebagai (volume)
pengatur output sinyal audio lewat C3 terus diberikan ke
penguat audio.

(2) Penguat audio (dua tingkat).

Gambar 29. Rangkaian penguat audio.

Penjelasan umum. Penguat audio dalam sebuah


pesawat radio penerima AM mempunyai daya
berkisar antara 0,05 Watt sampai 100 Watt
tergantung macamnya radio. Pada contoh sirkit
diagram di atas tingkat pertama transistor Q1
beserta komponennya merupakan driver,
sedangkan transistor Q2 dan Q3 merupakan
penguat daya Push Pull Balance.

(a) NTC: Negatife Temperature Compensated


= kompensasi untuk mengontrol temperature, agar
temperatur penguat daya akhir (PA) tidak panas.
34

(b) IT: Input trafo, berfungsi untuk mengkopel


tingkat driver dengan tingkat power amplifier dan
menyesuaikan impedansi output driver dengan
impendansi input power amplifier, dan skaligus
sebagai pembalik fase.

(c) OT: Output trafo, berfungsi untuk


mengkopel tingkat output penguat daya ke speaker
dan mengadakan matching (penyesuaian)
impedansi output penguat daya dengan speaker.
(3) Prinsip bekerjanya sirkit.

(a) Sirkit driver. Sinyal audio input merupakan


output dari detektor lewat pengatur volume VR
dan kondensator kopel C1 diberikan ke basis
transistor driver Q1. Disini sinyal dikuatkan
dan outputnya diambil pada kolektor Q1
disalurkan ke gulungan primer input trafo (IT).
Capasitor C2 sebagai by pass (pelalu) noise
dibuang ke ground, sedangkan C1 selain sebagai
kopel juga blocking tegangan basis yang akan
mengalir ke ground.

(b) Sirkit Power Amplifier (PA). Penguat ini


harus mampu mengeluarkan daya yang cukup
besar (sampai 10 Watt) jadi harus mampu dialiri
arus besar. Dalam praktek banyak transistor
penguat daya di jepit / diletakkan erat–erat kepada
pengatur panas yang disebut heat zink untuk
pendinginan transistor nya. Jalannya sinyal audio
pada sirkit adalah sebagai berikut :
Setelah sinyal audio dari tingkat driver berada
pada gulungan primer IT arus diinduksikan ke
sekundernya. Karena pada gulungan sekunder
diberi tap ditengahnya, maka sinyal dibagi menjadi
dua jalur, masing-masing beda pase 180 derajat
dan langsung masing-masing disalurkan ke basis
transistor power amplifier Q2 dan Q3. Transistor
Q2 dan Q3 harus dari type yang sama. Karena
kedua transistor Q2 dan Q3 mendapat input yang
berbeda pase 180 derajat maka kerja
penguatannya secara bergantian.
35

Pada saat gulungan sekunder bagian atas


amplitudo audio nya positif bagian bawah IT
menjadi negatif, hal ini menyebabkan tegangan
basis transistor Q2 menguatkan lebih besar dan
transistor Q3 tidak menguatkan. Jadi sinyal audio
dikuatkan oleh transistor Q2 output nya lewat
kolektor disalurkan ke gulungan primer OT terus
diinduksikan ke gulungan sekunder OT (arah
arusnya dari bawah ke atas). Saat berikutnya
amplitudo audio di bagian bawah IT menjadi positif
(bagian atas negatif) hal ini mengakibatkan
penguatan transistor Q3 menjadi lebih besar,
transistor Q2 tidak menguatkan.Jadi sinyal audio
sekarang dikuatkan oleh transistor Q3 dan output
nya pada kolektor disalurkan ke gulungan primer
OT terus diinduksikan sekunder (arah arus dari
atas ke bawah). Dengan demikian pada gulungan
sekunder OT timbul sinyal audio dengan daya
yang cukup besar yang selanjutnya diberikan ke
speaker dirubah menjadi suara.

(c) Dalam perkembangan sekarang tingkat


penguat audio ini bisa dibangun dari rangkaian
Integrated Circuit.

Gambar 30. Rangkaian penguat audio.

Sinyal audio (AF) dari detektor melalui pengatur


volume VR terus C1 ke IC kaki 3 setelah sinyal
dikuatkan didalam IC output nya keluar pada kaki
5. Dikopel oleh Capasitor C3 kemudian diberikan
ke speaker dirubah menjadi suara.

(d) Speaker. Bisa ditentukan berdasarkan


keperluan mengingat kualitas suara impedansi
output penguat daya dan tempat pemasangan.
36

Speaker selalu dipilih mempunyai daya yang lebih


besar dibandingkan daya output penguat daya.
Umpamanya speaker mempunyai impedansi 8
Ohm akan digunakan menampung daya 5 Watt
RMS, maka tegangan sinyal audio maksimum
yang boleh masuk speaker adalah :

E2 = PR ; E = PR ;E= 8x5 = 40 = 6,3 V RMS

Pada dasarnya speaker yang mempunyai


diameter besar mempunyai resonansi
rendah. Keras lemahnya suara
ditentukan oleh diameter speaker dan
efesiensi speaker. Makin tinggi efesiensi
speaker makin keras suara yang dihasilkan.

2) Cara kerja rangkaian.

Gambar 31. Rangkaian RX AM.


37

a.) Gelombang AM yang diterima oleh antena berikutnya


diumpankan ke tingkat mixer (TR C829) untuk dicampur dengan
frekuensi carrier dari oscillator hasil dari pencampuran frekuensi di
mixer akan menghasilkan frekuensi baru yaitu frekuensi IF sebesar
455 KHz, frekuensi IF ini mengalami penguatan tegangan dan proses
pemilteran ditingkat IFA yaitu trafo IF kuning, trafo IF putih, trafo IF
hitam dan 2 transistor penguat IF (C829), frekuensi IF tersebut masih
berbentuk gelombang AM, untuk mengambil gelombang suara dari
gelombang IF yang berbentuk AM tersebut dikerjakan oleh rangkaian
detector, yaitu berupa diode IN4148, R 470, C22nF dan C 10 nF.

b) Output detector berupa gelombang suara yang berikutnya akan


dikuatkan oleh penguat audio (AFA) IC LM 386 dan diteruskan ke
speaker untuk dirubah menjadi suara.

16. Radio Penerima SSB.

a. Block diagram radio.

FILTER
RF USB
RX PRODUK
AMPL MIXER IFA DRIVER
DETEKTOR
FILTER
USB
LOKAL BFO POWER
OSCILATOR AMPL

SP

Gambar 32. Block diagram Penerima SSB.

1) Fungsi tiap block. Fungsi dari block sirkit penguat (RFA, IFA,
Driver & PA), lokal oscillator dan BFO (Beat Frequency Oscillator )
adalah sama seperti penjelasan fungsi block sirkit dalam penjelasan
radio penerima AM, jadi tidak dijelaskan ulang. Perlu tambahan
penjelasan dari block sirkit berikut :

a) Mixer berfungsi mencampur frekuensi RF dari antena


dan dari oscillator namun sirkit yang digunakan adalah balance
modulator (fungsi balance modulator sudah diuraikan dalam
penjelasan pemancar) .

b) Product detector adalah sirkit demodulasi pada penerima


SSB, rangkaiannya bekerja dengan cara mencampurkan
frekuensi, yang diambil pada output nya adalah berupa
selisihnya, dimana frekuensi output tersebut adalah merupakan
frekuensi audio.
38

c) BFO = adalah oscillator yang mengeluarkan output satu


frekuensi.

2) Cara kerja block diagram.

a) Sinyal RF bermodulasi dari pemancar ditangkap oleh


antena disalurkan ke tingkat RF amplifier, lalu dipilih satu
frekuensi pemancar yang diinginkan terus dikuatkan. Frekuensi
output dari RF amplifier diberikan ke tingkat Rx mixer.

b) Tingkat Rx mixer juga menerima frekuensi RF carrier dari


oscillator local, maka terjadilah percampuran dua frekuensi
antara frekuensi yang diterima antena dengan dari local
oscillator . Frekuensi output mixer diambil dari selisih kedua
frekuensi tadi disebut frekuensi menengah (Intermediate
Frequency) atau IF, terus di berikan ke SSB Filter. Output
SSB filter berupa signal SSBSC (Single Side Band Suprressed
Carrier), selanjutnya diberikan ke IFA (Intermediate Frequency
Amplifier).

c) Tingkat IF Amplifier berfungsi menguatkan level frekuensi


IF. Selanjutnya diberikan ke Produk Detektor.

d) Tingkat Product Detector juga mendapat input RF carrier


dari Beat Frequency Oscillator (BFO). Jadi didalam produk
detektor terjadi percampuran dua frekuensi yaitu frekuensi IF
dan frekuensi dari BFO menghasilkan selisih dari dua frekuensi
tadi yang diambil sebagai output yaitu AF. Sinyal AF diberikan
ke penguat audio terdiri dua tingkat driver dan power amplifier.

e) Tingkat driver menguatkan tegangan sinyal audio


selanjutnya diberikan ke power amplifier. Disini sinyal audio
dikuatkan dayanya sampai daya yang dikehendaki kemudian
diberikan ke speaker untuk dirubah menjadi suara.

b. Rangkaian.

1) Cara kerja tiap bagian.

a) Tingkat RF dan IF. Tingkat RF amplifier harus memilih


satu frekuensi dari pemancar yang dikehendaki, maka pada
bagian input dipasang sirkit resonansi yang tugasnya untuk
menala sinyal dari suatu pemancar tadi. Untuk mampu memilih
banyak frekuensi pemancar sirkit resonansi dilengkapi
39

Capasitor variable, namun untuk hal-hal tertentu sirkit


resonansi dibuat mempunyai lebar band yang luas.

Gambar 33. Rangkaian RFA.

(1) Resonansi T1 – C1 dibuat sama dengan resonasi


T2 – C4, sehingga frekuensi output penguat Q1 betul-
betul sama dengan frekuensi yang dipilih oleh input.

(2) Capasitor C2 untuk memperluas pemilihan


frekuensi dan Capasitor C3 sebagai kopel RF dan
blocking DC yang akan mengalir ke ground. Jalannya
sinyal adalah sinyal RF dari antena diinduksikan ke sirkit
resonansi T1 sekunder – C1 memilih satu frekuensi RF
lewat Capasitor C3 diberikan ke basis transistor Q1
untuk dikuatkan, output pada kolektor disalurkan ke T2
yang bagian sekundernya dan C4 merupakan sirkit
resonansi juga dibuat sama dengan resonansi sekunder
T1 dengan C1, selanjutnya sinyal RF diberikan ke tingkat
mixer. Dari contoh penjelasan pemancar frekuensi RF =
fo2 – (fo1 + AF).

b) Tingkat mixer mencampur frekuensi RF yang dipilih


rangkaian penala dengan frekuensi local oscillator. Sirkit Rx
mixer menggunakan sirkit balance modulator atau ring
modulator, namun output yang diambil hanyalah selisih dari
kedua frekuensi input nya.
40

Gambar 34. Rangkaian mixer oscillator.

(1) Penjelasan.

(a) L1 – CV3 resonansi output RF (frekuensi)


yang dipilih = fo2-(fo1 + AF).
(b) CV1 untuk menempatkan frekuensi
oscillator dari kristal (sebesar fo2).

(c) CV2 untuk menyamakan sudut pase sinyal


RF dari oscillator yang ada di L4 dan L5 sehingga
output di L6 = nol.

(d) VR1 untuk menyamakan amplitudo RF


oscillator yang ada di L4 dan L5.

(e) T3 - C3 untuk resonansi dengan LSB


selisih frekuensi input mixer.

(2) Jalanya sinyal.

(a) Oscillator. Saat radio dihidupkan kristal


bergetar/berosilasi menghasilkan frekuensi carrier,
misal = fo2 disalurkan ke basis transistor Q1
untuk dikuatkan level nya.
41

Untuk menepatkan frekuensi fo2 dengan jalan


memutar CV1, output oscillator diambil dari Emitor
lewat C4 diberikan ke L5 dan lewat VR1 diberikan
ke L4.

(b) Mixer. Yang perlu diperhatikan bahwa


bilamana tidak ada sinyal RF yang diterima maka
output mixer yaitu pada komponen T2 sekunder (
L6 ) harus sama dengan nol atau ridak ada sinyal
output. Kalau tidak artinya masih ada daya RF
pada L6, maka kita laksanakan penalaan VR1 dan
CV2 secara bergantian sampai output di L6 benar-
benar nol. Proses terjadinya adalah sinyal carrier
dari C4 langsung masuk L5 dari bawah ke atas
dan carrier yang lewat VR1 masuk L4 dengan
arah dari atas ke bawah (berbalikan dengan arah
di L5), jadi arus induksi pada L6 berbalikan arah
dan karena besar tegangannya pada L4 dan L5
sama besar maka arus induksi di L6 saling
menghilangkan.

Pada saat amplitudo carrier positif arus mengalir


melalui jalur :
EQ 1 – C4 – L5 – D2 - C1 - L2 ke ground dan
EQ1 - C4 - VR1 -L4 - D3 -C2 –L3 ke ground
arah arus L4 berlawan dengan arus L5, output di
L6 = nol.
Saat amplitudo carrier negatif arah arus
kebalikannya melalui jalur EQ1 – R3 – Ground –
L2 – C1 – D1 – L4 – VR1 – C4 dan EQ1 – R3 –
Ground – L3 – C2 – D4 – L5 – C4 ( arah arus
pada L4 dan L5 tetap berlawan, output di L6 =
nol).
Apabila ada sinyal RF = fo2 – (fo1 + AF) masuk
melalui T1 maka sinyal diinduksikan ke L2 dan L3
dan mengalir kedalam diode, terjadilah
percampuran dengan carrier melalui jalur yang
dibuat output muncul di L6 sudah berupa selisih
dari kedua frekuensi yaitu disebut frekuensi IF =
fo2 - fo2 – (fo1+ AF)] = fo1 + AF disalurkan ke C3
dan T3 yang beresonansi pada frekuensi fo1 + AF
atau fo1 – AF kemudian di berikan ke tingkat IF
amplifier.
42

c) Tingkat IF amplifier. Sirkit IF pada radio penerima SSB


fungsinya sama dengan IFA dipenerima AM, namun frekuensi
yang diolah berbeda dan sirkit ini harus dapat memberikan
output sinyal SSB yaitu USB saja atau LSB saja. Untuk
keperluan pemilihan sinyal SSB maka pada sirkit IFA juga
dilengkapi dengan filter.

Gambar 35. Rangkaian IF Amplifier.

Keterangan :
T1 kopling dari mixer ke IFA.
RFC dan C3 stabilisator tegangan kolektor.
Jalannya sinyal adalah; sinyal IF = fo1 + AF dari
T1 lewat C2 diberikan ke transistor penguat Q1, setelah
mengalami penguatan output nya keluar pada kolektor,
lewat T2 diinduksikan ke bagian sekunder yang terdiri
dari dua gulungan masing-masing dipasang filter.
Filter USB resonansi dengan frekuensi fo1 + AF dan
filter LSB resonansi dengan frekuensi fo1 – AF. Aktifnya
filter dikehendaki dari luar dengan mengoperasikan
saklar S1 (saklar mode operasi). Sesuai dengan contoh
kedudukan saklar maka sinyal IF yang dipilih adalah
yang lewat filter USB berarti = fo1 + AF. Yang
selanjutnya di berikan ke tingkat penguat audio melalui
sirkit produk detektor.
43

d) Tingkat penguat audio.

(1) Sinyal AF akan dipisahkan dari carrier (dalam hal


ini frekuensinya = IF) melalui sirkit demodulasi yang
disebut produk detektor, rangkaian produk detektor bisa
menggunakan balance modulator yang dibangun dari
dua transistor , dimana kadang-kadang dua buah
transistor tadi dikemas menjadi sebuah IC.
Contoh sirkit produk detektor sederhana.
R4
_ VDD
C4
R3
R5 C5
D AF
C1
G1 G2 C6 Output
IF S
Input R1 C3 R6
R2 C2
BFO

Gambar 36. Rangkaian produk detektor.

Keterangan :

BFO sirkitnya sama dengan oscillator lokal besarnya


dibuat = fo1.
Transistor yang digunakan adalah FET.
Untuk menyaring frekuensi AF digunakan R5 dan C5.
Jalannya sinyal; sinyal RF dari BFO yang besarnya = fo1
dikopel oleh C3 disalurkan ke gate 2 transistor dual FET
sebagai balance modulator. Transistor juga menerima
sinyal IF = fo1 + AF yang datang dari IF amplifier lewat
C1 masuk ke gate 1 jadi didalam transistor terjadi
percampuran dua frekuensi, hasil yang diambil adalah
selisihnya yaitu fo1 + AF – fo1 = AF (sinyal audio),
diambil pada drain (D) lewat sirkit penyaring frekuensi
audio yang terdiri dari R5 dan C5 kemudian sinyal AF
lewat C6 diberikan ke penguat audio.

(2) Sirkit penguat audio. Penguat audio ini bisa


menggunakan bermacam-macam penguat audio, seperti
penguat audio pada radio penerima AM.
Disini dicontohkan sirkit penguat audio yang
menggunakan Integrated Circuit sebagai penguat (Op
Amp = Operational Amplifier).
44

Gambar 37. Rangkaian penguat Audio.

Prinsip jalannya sinyal adalah; sinyal AF dari


produk detektor dikopel oleh C1 masuk ke VR sebagai
pengatur kuat lemahnya suara, selanjutnya dikopel
Capasitor C2 diberikan ke kaki 3 IC LM 386 output
diambil pada kaki 5 dikopel oleh C4 diberikan ke speaker
untuk dirubah menjadi suara. Apabila dikehendaki
suara output lebih besar lagi bisa dilaksanakan
mengganti tipe IC atau menggunakan dua buah IC
disambung seri.

2) Cara kerja rangkaian. Gelombang SSB yang diterima oleh


antena selanjutnya dikuatkan level nya oleh penguat RFA, berikutnya
dicatukan ke rangkaian mixer untuk diubah menjadi gelombang IF
(USB atau LSB), gelombang tersebut berikutnya diberikan ke filter
USB atau filter LSB yang bekerja sesuai dengan sakelar mode front
panel, setelah disaring frekuensi IF SSB tersebut dicampur/
dibandingkan fase-nya oleh rangkaian product detector, sehingga
menghasilkan gelombang audio/suara untuk dikuatkan ditingkat
penguat frekuensi suara (AFA) dan berikutnya dirubah menjadi suara
di speaker.
45

17. Radio Penerima FM.

a. Block diagram radio.

1) Radio penerima FM banyak digunakan pada radio siaran sistem


konversi tunggal, yaitu hanya sekali saja dilakukan penggeseran
frekuensi RF menjadi frekuensi IF (10,7 MHz), terus diadakan
demodulasi. Namun tidak demikian halnya pada radio penerima FM
untuk komunikasi, dimana pada radio FM komunikasi menggunakan
konversi frekuensi dua kali (double convertion) .Konversi frekuensi
pertama menghasilkan frekuensi IF = 10,7 MHz (sesuai keinginan
pabrik), dan konversi frekuensi kedua menghasilkan frekuensi IF = 455
KHz, barulah dilaksanakan proses demodulasi.

2) Radio penerima FM konversi ganda.

ANT
10,7MHz 455 Khz 455 Khz
RFA MIXER IFA MIXER IFA IFA LIMITTER DISCRI-
I TINGGI II MINATOR

OSC BFO
LOKAL
NOIS NOISE PERA- SAKLAR
E FIL AMPL TA SQ

DRIVER PA

Gambar 38. Block diagram radio penerima FM konversi ganda.

3) Antena mengubah gelombang electro magnetic menjadi getaran


listrik, lalu dipilih salah satu oleh rangkaian penala yang ada pada
RFA. Rx mixer I dan oscillator lokal merupakan converter 1, berfungsi
mengkonversikan frekuensi dari antena menjadi frekuensi menengah
pertama (10,7 MHz).
Rx mixer II dan BFO sebagai converter kedua berfungsi untuk
mengkonversi frekuensi IF pertama (10,7 MHz) menjadi frekuensi IF
kedua (455 KHz).
Selanjutnya frekuensi 455 KHz dikuatkan oleh IFA kedua, selanjutnya
diadakan proses demodulasi oleh discriminator. Output discriminator
berupa signal audio, selanjutnya dikuatkan oleh AFA dan digetarkan
oleh loud speaker, sehingga keluarlah informasi.
46

b. Rangkaian.

1) Cara kerja tiap bagian.

a) Tingkat penguat RF.


Tingkat penguat RF dan IF adalah dimulai dari tingkat RF
amplifier, mixer, IF amplifier dan limitter. Tingkat RF amplifier,
mixer dan IF amplifier fungsinya sama dengan radio penerima
AM, sehingga disini tidak dibahas lagi. Tingkat limitter berguna
untuk meratakan amplitudo sinyal FM dalam rangka
menghilangkan desah (noise). Karena tugasnya meratakan
amplitudo maka transistor yang digunakan diberi tegangan
kerja sedemikian rupa sehingga sinyal IF FM yang masuk harus
mampu membuat transistor bekerja pada titik mati (cut off) dan
titik jenuh (saturation).

Sirkit Limitter (sederhana).


Amplitudo Amplitudo
Tidak Rata FM Rata

LIMITTER Ke Discriminator

INPUT OUTPUT

VCC

IF R1 Q Ke Discriminator
Input

R2

Gambar 39. Rangkaian limitter.

Prinsip bekerjanya yaitu saat sinyal input IF amplitudonya


positif transistor bekerja sampai titik jenuh sehingga output nya
memiliki amplitudo yang rata. Saat selanjutnya amplitudo sinyal
IF input negatif transistor bekerja sampai titik cut off (mati),
sehingga amplitudo output rata, dapat digambarkan pada grafik
beban transistor .
47

IC
Saturation Arus Transistor

Sinyal FM
Output
Cut Off VCC

Sinyal
FM Input

Garis Titik Kerja Transistor

Gambar 40. Grafik titik kerja transistor.

Jadi oleh karena transistor bekerja dari titik mati sampai


titik jenuh maka output nya merupakan sinyal FM yang
amplitudonya sudah diratakan, bebas dari noise.

b) Tingkat audio.

(1) Proses pengambilan/pemisahan sinyal audio dari


carrier dilaksanakan oleh discriminator (demodulator),
dengan menggunakan macam-macam sirkit antara lain;
discriminator, ratio detektor, double tuned discriminator
atau slope detector.
Contoh :

Gambar 41. Rangkaian discriminator.

Penjelasan : L2 dibuat sama dengan L3.


C3 = C4; R1 = R2 dan D1 = D2.

(a) Sinyal IF masuk ke L1, diindukasikan ke L2


dan L3 yang ada center tapnya.
48

Tegangan yang muncul di L2 = EL2, adalah


berbeda pase 180 derajat dengan tegangan yang
muncul di L3 = EL3, selanjutnya EL2 mengontrol
diode D1 dan EL3 mengontrol diode D2.
(b) Sinyal IF yang lewat Capasitor C1 dikopel
ke L4. Tegangan pada L4 = EL4 berbeda pase 90
derajat dengan EL2 dan EL3. EL4 juga
mengontrol diode D1 dan D2.

(2) Prinsip bekerjanya adalah bahwa sinyal IF yang


masuk ke sirkit adalah bermodulasi (IF  deviasi)
sehingga untuk mempermudah pemahaman dibuat
penjelasan dari tiga keadaan frekuensi IF yaitu : IF nya
tepat pada center frekuensi = 455 KHz; IF nya berdeviasi
positif dan IF nya berdeviasi Negatif.

(a) Pada saat frekuensi IF tepat 455 Khz


(center frekuensi), saat demikian tegangan pada
EL2 = tegangan pada EL3 tetapi berlawanan arah,
tegangan EL4 mendahului EL3 sebesar 90 derajat
dan ketinggian dengan EL2 sebesar 90 derajat.
Dengan demikian arus diode D1 sama besarnya
dengan arus pada D2 sehingga tegangan antara
ER1 dan ER2 juga sama besar namun berbeda
pase 180 derajat, akhirnya tegangan output = 0.
Keadaan demikian disebut sirkit sudah resonansi.

(b) Pada saat berikutnya misalkan frekuensi IF


berdeviasi Positif (455 KHz + deviasi) maka terjadi
sebagai berikut:

i. Tegangan EL4 mendekati pase


tegangan EL2 dan menjauhi pase EL3.
rangakaian disebut bereaksi Induktif.

ii. EL4 memperbesar EL2 dan


memperkecil EL3, sehingga arus pada
diode D1 lebih besar dari arus pada diode
D2, dengan demikian tegangan yang
berkembang di R1 lebih besar dari
tegangan pada R2.

iii. Resultan dari tegangan pada R1 dan


R2 menghasilkan tegangan positif.
49

(c) Saat berikutnya frekuensi IF berdeviasi


negatif ( 455 KHz deviasi ) kejadiannya menjadi:

i. Tegangan EL4 menjauhi pase EL2


dan mendekati pase EL3.
Rangkaian disebut bereaksi kapasitif.

ii. EL4 memperkecil EL2 dan


memperbesar EL3, sehingga arus pada
diode D1 lebih kecil dari pada arus pada
diode D2.
Dengan demikian tegangan yang
berkembang pada R1 lebih kecil dibanding
tegangan yang berkembang di R2.

iii. Resultan dari tegangan pada R1 dan


R2 menghasilkan tegangan negatif.
(d) Oleh sebab itu apabila ada sinyal IF FM
masuk ke sirkit maka akan dihasilkan tegangan
yang berubah dari positif ke negatif dan
seterusnya.

(3) Bagian rangkaian penguat audio (driver dan power


amplifier) sebenarnya sama dengan penguat Audio
penerima AM dan SSB, oleh sebab itu penjelasan
penguat Audio dapat melihat kembali pelajaran penerima
AM dan SSB.

c) Sirkit Squelch. Rangkaian squelch bertujuan untuk


menghilangkan desah pada speaker pada saat radio tidak
sedang menerima siaran dari pemancar. Ada dua keuntungan
yaitu radio akan menghemat pemakaian catu daya dan faktor
kerahasiaan lebih tinggi. Radio FM pada waktu menunggu
siaran akan menghasilkan desah/noise yang besar namun
pada saat penerima sedang menerima siaran noise yang
dihasilkan kecil sekali. Dari dua kondisi di atas maka dapat
dimanfaatkan oleh rangkaian squelch guna mematikan/
menghidupkan tingkat penguat daya audio (power amplifier),
yaitu dikala radio penerima sedang menunggu/stand by tingkat
power amplifier dimatikan, sedangkan disaat radio penerima
menerima siaran (ada sinyal) tingkat power amplifier
dihidupkan. Penjelasan prinsip jalannya noise adalah, noise
yang keluar dari discriminator disaring oleh filter seterusnya
diberikan ke penguat. Setelah dayanya besar diberikan ke
rectifier /perata dirubah menjadi tegangan DC.
50

Tegangan DC ini diberikan ke saklar squelch, saklar kerja


mematikan power amplifier sehingga tidak ada output apapun
pada speaker. Pada waktu penerima menerima siaran
berarti sinyalnya tinggi dan noise nya nol. Oleh sebab
menghasilkan tegangan DC nol juga, sehingga saklar squelch
menghubungkan tegangan dan menghidupkan power amplifier,
dengan demikian pada speaker timbul suara.

Gambar 42. Rangkaian squelch.

Prinsip kerja sirkit :

(1) Penerima stand by ; Noise yang keluar dari limitter


disaring oleh filter HPF (L1 , C1 dan L2) , lewat C2
diberikan ke basi transistor penguat Q1. Output lewat
VR diberikan ke C3 terus ke anoda diode D1, disini noise
diratakan, dihasilkan tegangan DC Positif, di berikan ke
basis transistor saklar squelch Q2, transistor tidak
bekerja dengan demikian memutuskan catu daya
amplifier menjadi tidak bekerja dan tidak menghasilkan
apa-apa (tidak ada noise/suara) pada loud speaker.
(2) Radio penerima menerima sinyal; noise menjadi
kecil sekali (nol). Setelah tegangan noise kecil lewat
filter terus dikuatkan hasilnya tetap kecil, kemudian
diratakan oleh diode menghasilkan tegangan DC negatif
yang kecil, sehingga cukup untuk menghidupkan
transistor saklar squelch Q2. Akibatnya tegangan
DC VCC lewat Q2 masuk ke kolektor transistor power
51

amplifier dan transistor bekerja dengan demikian radio


penerima bekerja normal.
(3) Untuk menyetel bekerjanya transistor saklar
squelch dapat dikendalikan dengan memutar tahanan
geser VR.

2) Cara kerja rangkaian.

Gambar 43. Rangkaian radio penerima FM.

Frekuensi FM yang diterima oleh antena diproses ditingkat


tuner yang memiliki tiga rangkaian yaitu RFA, oscillator dan mixer,
hasil pemrosesan frekuensi ditingkat mixer akan menghasilkan
frekuensi IF 10,7 MHz. Frekuensi IF tersebut berikutnya di filter oleh
CF 10,7 MHz dan dikuatkan oleh penguat IF ke-1 10,7 MHz IC
LA1260. IC ini selain berfungsi sebagai penguat juga berfungsi
sebagai mixer ke-2 dan oscillator ke-2, output IC berupa frekuensi IF
ke-2 yaitu sebesar 455 KHz yang akan dikuatkan oleh TR. Frekuensi
455 KHz tersebut berikutnya diproses oleh IC LA 3361 yang berfungsi
sebagai limitter dan discriminator. Outputnya berupa frekuensi
audio/suara. IC LA 4422 berfungsi sebagai penguat frekuensi
audio/suara yang datangnya dari rangkaian discriminator. Frekuensi
suara tersebut berikutnya dirubah menjadi getaran suara di speaker.
52

BAB V
PLL DAN SYNTHESIZER

18. Umum. Pesawat radio yang digunakan untuk komunikasi dituntut


adanya frekuensi output yang stabil, karena kalau frekuensi pemancar tidak stabil
maka akan sulit diterima oleh radio penerima. Frekuensi RF yang dipancarkan oleh
radio pemancar dibangkitkan oleh sirkit oscillator, jadi frekuensi output dari oscillator
inilah yang harus di stabilkan . Frekuensi output oscillator bisa berubah
disebabkan oleh temperatur sirkit, perubahan tegangan catu daya dan umur
komponen yang tua. Alat untuk menstabilkan output oscillator adalah PLL/Phase
Locked Loop atau synthesizer. Perbedaan yang utama antara PLL dan
synthesizer adalah PLL digunakan untuk menstabilkan frekuensi dari sirkit oscillator
yang mengeluarkan hanya satu frekuensi, sedangkan synthesizer digunakan untuk
menstabilkan frekuensi output dari oscillator yang menghasilkan banyak frekuensi.

19. Phase Lock Loop ( PLL).

a. Block diagram PLL sederhana .

Osilator
Referensi
100 KHz DC RF Output
FILTER VCO
ERROR 40 MHz
VOLTAGE

PEMBAGI 25KHz PHASE 25 KHz PEMBAGI


TETAP : 4 DETECTOR TETAP :1600
Fr Fo

Tegangan

Gambar 43. Block diagram PLL.

b. Fungsi:

1) Oscillator referensi: Sebagai pembangkit frekuensi standar


yang akan dijadikan sebagai frekuensi acuan.

2) Pembagi tetap 4: Membagi 4 frekuensi output oscillator


referensi.

3) Pembagi tetap 1600: Untulk membagi output frekuensi PLL.


53

4) Phase detector: Untuk mendeteksi perbedaan phase frekuensi


output pembagi tetap 4 dan pembagi tetap 1600, output phase
detector berupa tegangan DC.

5) Filter: Untuk menyaring tegangan DC yang akan digunakan


sebagai tegangan koreksi pada saat frekuensi output PLL melenceng.
6) VCO (Voltage Control Oscillator ): Pembangkit frekuensi PLL.

c. Prinsip kerja VCO adalah sebagai berikut :


1) VCO (Voltage Control Oscillator) artinya oscillator yang
bekerjanya dikontrol oleh tegangan. dimana tegangan pengontrol tadi
digunakan untuk menentukan besarnya frekuensi oscillator, misalnya
40 MHz. Sebagian frekuensi output PLL dikembalikan ke pembagi
tetap 1600 dalam rangka koreksi frekuensi. Pada saat output frekuensi
PLL stabil maka phase detector mendapat input dari pembagi tetap
1600 sebesar 25 KHz, frekuensi tersebut dibandingkan dengan
frekuensi referensi dari pembagi tetap 4 sebesar 25 KHz, karena
Phase detektor mendapat input frekuensi yang sama maka hasil
perbandingan phase nya sama, maka output phase detector 0 (tidak
ada tegangan), sehingga tegangan koreksipun 0.
2) Bila output PLL melenceng maka output pembagi tetap 1600
bukan lagi 25 KHz, bisa kurang ataupun lebih, maka setelah
dibandingkan phase nya dengan frekuensi referensi maka terdapat
perbedaan phase . Resultan dari perbedaan phase berupa tegangan
DC, tegangan tersebut selanjutnya disaring oleh filter dan selanjutnya
akan mengkoreksi VCO agar kembali bekerja pada frekuensi yang
semestinya. Selama loop perbaikan frekuensi berjalan maka phase
detektor juga mengeluarkan tegangan lost of lock/out of lock sebesar
500 Hz yang terpotong potong 10 Hz sebagai indikator dan selanjutnya
memprotek rangkaian pemancar agar tidak bekerja. Apabila
kemelencengan frekuensi output PLL terlalu besar maka kemungkinan
loop tidak mampu mengoreksi frekuensi, maka sinyal OOL akan keluar
terus menerus, maka PLL dinyatakan rusak.
54

20. Synthesizer.

a. Block diagram.

Osilator
Referensi
DC RF Output
FILTER VCO
TUNE
PULSA DC VOLTAGE
DATA
PASE : X dan MICRO-
n DETECTOR :X+1 PROSESSOR
Fr Fo DATA
L.O.L PRESCALER

OPERATOR

Gambar 44. Block diagram synthesizer.

b. Fungsi:

1) Oscillator : Sebagai pembangkit frekuensi standar yang akan


dijadikan sebagai frekuensi acuan.
2) Pembagi tetap n: Membagi n frekuensi output oscillator
referensi.
3) Pembagi tetap x & x+1: Untulk membagi output frekuensi VCO.
4) Phase detector: Untuk mendeteksi perbedaan phase frekuensi
output pembagi n dan pembagi x & x+1, output pahse detector berupa
tegangan DC.
5) Filter: Untuk menyaring tegangan DC yang akan digunakan
sebagai tegangan koreksi pada saat frekuensi output PLL melenceng.

6) VCO (Voltage Control Oscillator ): Pembangkit frekuensi


synthesizer.

c. Prinsip kerja PLL adalah sebagai berikut :


1) PLL dengan synthesizer adalah sangat mirip, bedanya
synthesizer memiliki output frekuensi yang banyak. Sehingga prinsip
kerja PLL dijadikan dasar dari synthesizer.
2) Frekuensi output VCO ditentukan oleh microprocessor yang
mendapat input dari perubahan frekuensi panel depan radio yang
dilakukan oleh operator. Microprocessor mendeteksi perubahan
frekuensi dan selanjutnya dikonversi menjadi tegangan DC yang
selanjutnya digunakan sebagai tune voltage VCO. Semakin besar
tegangan tune voltage maka makin besar pula frekuensi yang
dihasilkan oleh VCO dan sebaliknya.
55

3) Karena frekuensi output VCO banyak dan variable maka


pembagi frekuensi pun sifatnya variabel, menjadi pembagi x dan x+1.
Sehingga diharapkan frekuensi output pembagi x dan x+1 (Fo) selalu
sama dengan frekuensi referensi (Fr). Selama output pembagi x & x+1
(Fo) sama dengan output pembagi n (Fr) maka hasil perbandingan
phase pada phase detector nol (tidak ada tegangan), dengan kata
lain synthesizer locked.
4) Akan tetapi apabila output synthesizer melenceng maka hasil
bagi frekuensi pembagi x & x+1(Fo) tidak sama dengan frekuensi
output pembagi n (Fr). Karena Fo tidak sama dengan Fr maka hasil
perbandingan phase pada phase detector terdapat perbedaan
phase,resultan dari perbedaan phase menghasilkan tegangan DC,
yang selanjutnya disaring dan menjadi tegangan koreksi (DC error
voltage) untuk mengembalikan VCO agar bekerja menghasilkan
frekuensi yang semestinya.
5) Selama koreksi frekuensi berlangsung maka phase detector
pun mengelurakan frekuensi LOL sebagai indikator dan proteksi bagi
rangkaian pemancar.

BAB VI
DASAR-DASAR TROUBLE SHOOTING

21. Umum. Karena dipengaruhi oleh faktor usia pakai, faktor alam (petir)
atau salah pemakaian maka suatu radio komunikasi sering terjadi kerusakan/
trouble, untuk mengatasinya diperlukan tenaga yang ahli/trampil, baik dari cara
menganalisa maupun cara memperbaikinya.

22. Analisa Gejala Kerusakan dan Cara Mengatasinya.

a. Radio pemancar. Kerusakan yang paling sering terjadi pada radio


komunikasi yaitu pada bagian pemancar, karena pemancar ini berfungsi
untuk memancarkan gelombang radio dengan daya tertentu. Untuk
melokalisir gangguan pada radio pemancar sebaiknya pemeriksaan dilakukan
dari arah antena menuju ke microphone. Indikasi kerusakan yang sering
terjadi sebagai berikut:

1) Tidak ada tegangan pada seluruh rangkaian:

a) Cek sikring (fuse).


b) Cek transformator dengan ohm meter.
c) Cek dioda dengan ohm meter.
d) Cek capasitor dengan ohm meter.
56

2) Daya pancar lemah/hilang. Kerusakan yang sering terjadi


pada radio pemancar yaitu pada rangkain penguat daya, umumnya
pada komponen aktif yaitu transistor atau IC, terutama pada penguat
daya akhir.

a) Ukur daya pancar dengan watt meter, lalu atur/trim


komponen yang menentukan daya pancar.

RADIO WATT DUMMY


PEMANCAR METER LOAD

Gambar 45. Block diagram pengukuran daya pancar.

b) Lepas transistor penguat daya dan ukur dengan ohm


meter.
c) Cek komponen aktif dan pasif yang berada disekitar
transistor penguat daya.

3) Prosentase modulasi rendah atau terlalu tinggi. Cek resistor


variable yang mengatur level modulation.

b. Radio penerima. Indikasi kerusakan yang paling sering terjadi pada


radio penerima adalah radio tidak sensitif (peka). Upaya untuk mengatasinya
adalah ukur kepekaan radio tersebut dengan sinadder seperti gambar di
bawah.

SIGNAL RADIO SINADDER


GENERATOR PENERIMA

Gambar 46. Block diagram pengukuran kepekaan radio penerima.

Pada umumnya kerusakan PCB diakibatkan oleh kelebihan arus yang lewat,
guncangan atau korosi, sehingga menjadi retak atau rusak. Untuk pemeriksaan
dapat dilakukan dengan penglihatan maupun dengan pengecekan jalur PCB dengan
ohm meter, dicek pada jalur-jalur PCB yang seharusnya terhubung.
RAHASIA
57
57

BAB VII
PENUTUP

23. Penutup. Demikian Naskah Sekolah disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi tenaga pendidik dan Tamtama siswa dalam proses belajar mengajar
materi teknik dasar radio pada Pendidikan Tamtama TNI AD.

Direktur Perhubungan Angkatan Darat,

Widjang Pranjoto
Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai