Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352878350

LAPORAN KEBERADAAN Arachis pintoi (FABACEAE) TERNATURALISASI DI


JAWA

Article · July 2021

CITATIONS READS

0 18

3 authors:

Arieh Mountara Arifin Surya Dwipa Irsyam


Bogor Agricultural University Bandung Institute of Technology
10 PUBLICATIONS   21 CITATIONS    63 PUBLICATIONS   35 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Rina Ratnasih Irwanto


Bandung Institute of Technology
61 PUBLICATIONS   281 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Underutilized Fruit Trees View project

Alien Flora of Java: Angiosperms View project

All content following this page was uploaded by Arifin Surya Dwipa Irsyam on 01 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN KEBERADAAN Arachis pintoi (FABACEAE)
TERNATURALISASI DI JAWA
Arieh Mountara1, Arifin Surya Dwipa Irsyam2*, Rina Ratnasih Irwanto3
1
Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI), Gedung Kusnoto, Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor
2
Herbarium Bandungense (FIPIA), Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi
Bandung, Labtek VC, Jl. Let. Jen. Purn. Dr (HC) Mashudi No. 1, Sumedang
3
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung, Labtek XI, Jl. Ganesa
No. 10, Bandung
*email: arifin@sith.itb.ac.id

Dikirim: 28 Oktober 2010 Direvisi: 18 Februari 2021 Diterima: 25 Februari 2021


_______________________________________________________

Abstrak
Tanaman hias introduksi berperan penting dalam penyebaran jenis asing invasif di dunia. Banyak jenis tanaman hias
introduksi yang berhasil lolos dari kultivasi, kemudian mengalami naturalisasi dan menginvasi daerah sebaran barunya.
Pada kurun waktu beberapa tahun terakhir, beberapa jenis tanaman hias telah dilaporkan ternaturalisasi di Pulau Jawa, di
antaranya Costus afer Ker Gawl, Solanum diphyllum L., dan Syngonium wendlandii Schott. Jenis lain yang ternaturalisasi
di Jawa masih mungkin ada dan belum dilaporkan sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengungkap dan melaporkan keberadaan jenis tanaman hias ternaturalisasi di Jawa dan menjadi bagian dari penyusunan
Alien Flora of Java. Pengamatan lapangan dilakukan menggunakan metode jelajah di Jawa Barat (Bandung, Bogor,
Sumedang, dan Tasikmalaya) dan Jawa Timur (Malang) pada Bulan September hingga November 2020. Selain itu, studi
herbarium dilakukan di Herbarium Bandungense (FIPIA). Pengamatan lapangan menunjukkan adanya suatu jenis
tanaman hias introduksi yang ternaturalisasi, yaitu Arachis pintoi Krapov. & W.C.Greg. Populasi meliarnya ditemukan
di Pintu Angin (Kabupaten Bandung Barat), Padasuka Atas (Bandung Regency), Dramaga (Kabupaten Bogor), dan
Jatinangor (Kabupaten Sumedang). Arachis pintoi tumbuh meliar pada tipe habitat yang terbuka, seperti tepi jalan, tepi
saluran air, dan lahan marginal berumput. Jenis tersebut memperbanyak diri secara vegetatif melalui fragmentasi batang
dan stolon.

Kata kunci: Alien, Arachis pintoi, Fabaceae, Jawa, Naturalisasi

REPORT ON THE OCCURENCE OF NATURALIZED


Arachis pintoi IN JAVA
Abstract
Introduced ornamental plants play an important role in the spread of invasive alien species in the world. Many exotic
plants have successfully escaped from cultivation, then naturalized and invaded their new distribution areas. In the last
few years, several ornamental plants have been reported to have naturalized in Java, including Costus afer Ker Gawl,
Solanum diphyllum L., and Syngonium wendlandii Schott. Other naturalized species may still be found in Java and have
not been previously reported. Therefore, this research was conducted to reveal and report a naturalized ornamental plant
in Java for the preparation of the Alien Flora of Java. Field observations were carried out using the exploration method
in West Java (Bandung, Bogor, Sumedang, and Tasikmalaya) and East Java (Malang) from September to November
2020. A further examination was conducted at Herbarium Bandungense (FIPIA). Field observations indicate the
occurrence of a naturalized introduced ornamental plant, namely Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg. The wild
population has been found in Pintu Angin (Bandung Barat Regency), Padasuka Atas (Bandung Regency), Dramaga
(Bogor Regency), and Jatinangor (Sumedang Regency). Arachis pintoi grows wildly in open areas, such as roadsides,
waterways, and meadows. The species is capable of reproduces asexually through stem fragmentation and stolons.

Keywords: Alien, Arachis pintoi, Fabaceae, Java, Naturalized.

*Korespondensi: Arifin Surya Dwipa Irsyam, Email: arifin@sith.itb.ac.id

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 1


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
1. PENDAHULUAN Penelitian ini juga dilakukan sebagai bagian dari
penulisan Alien Flora of Java. Deskripsi jenis,
Introduksi tanaman hias ke suatu kawasan foto, dan diskusi singkat disajikan sebagai berikut.
berkontribusi besar terhadap penyebaran jenis
asing invasif di dunia (Mayer et al., 2017; van
Kleunen et al., 2020). Penelitian terdahulu 2. BAHAN DAN METODE
menunjukkan bahwa banyak jenis tanaman hias
introduksi yang telah berhasil lolos dari kultivasi Penelitian dilakukan di beberapa lokasi di Jawa
dan mengalami naturalisasi di daerah sebaran Barat (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor,
barunya (Tjitrosoedirdjo, 2005; Wilson et al., Kabupaten Sumedang, dan Kota Tasikmalaya) dan
2012; Pergl et al., 2016a; Pergl et al., 2016b; Mayer Jawa Timur (Kabupaten Malang) pada bulan
et al., 2017). Hal tersebut dikarenakan pengelolaan September hingga November 2020. Sementara itu,
dan pengawasan yang kurang baik pada kelompok pengamatan di Pintu Angin, Situ Lembang,
tumbuhan ini (Girmansyah, 2014). Suatu jenis Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat,
asing dapat dikategorikan sebagai tumbuhan dilakukan pada bulan Januari 2019. Pengamatan
ternaturalisasi jika dapat berkembang biak secara lapangan dilakukan dengan cara menjelajahi lokasi
mandiri di alam tanpa bantuan manusia setidaknya pengamatan mengikuti Rugayah et al. (2004).
selama kurun waktu sepuluh tahun (Pyšek et al., Material tumbuhan yang diambil yaitu individu
2004). Setelah tahap naturalisasi, beberapa jenis dengan organ lengkap yang terdiri dari akar,
tumbuhan asing memiliki potensi untuk batang, daun, dan bunganya. Metode pengambilan
menginvasi daerah sebaran baru, sehingga menjadi material tumbuhan dari lokasi pengamatan
ancaman bagi biodiversitas lokal (Tjitrosoedirdjo, mengikuti van Balgooy (1987). Material tumbuhan
2005; Tjitrosoedirdjo, 2015). Secara umum, selanjutnya diproses menjadi awetan spesimen
tanaman hias introduksi yang berpotensi invasif mengikuti Djarwaningsih et al. (2002) di
memulai penyebarannya di kawasan urban, seperti Herbarium Bandungense (FIPIA), Sekolah Ilmu
taman kota dan pekarangan rumah (Pergl et al., dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung.
2016a; Mayer et al., 2017; Petřík et al., 2019). Spesimen diidentifikasi menggunakan Taxonomia
Pada tahun 2005, Indonesia tercatat memiliki del genero Arachis (Leguminosae) (Krapovickas &
1936 jenis tumbuhan asing yang tercakup dalam Gregory, 1994), Taxonomy of the genus Arachis
187 suku dan 671 jenis di antaranya merupakan (Leguminosae) (Krapovickas & Gregory, 2007),
tanaman hias (Tjitrosoedirdjo, 2005). Sebanyak 60 dan Fifty-five new records of vascular plants, and
jenis tanaman hias telah lolos dari kultivasi dan other discoveries for the flora of Santa Catarina,
tumbuhan yang ternaturalisasi berjumlah 252 jenis southern Brazil (Funez et al., 2017). Terminologi
(Tjitrosoedirdjo, 2005). Jumlahnya diprediksi akan untuk deskripsi mengacu pada Rifai & Puryadi
masih terus bertambah di masa yang akan datang. (2008).
Selama kurun waktu enam tahun terakhir, beberapa
jenis tanaman hias introduksi telah dilaporkan
mengalami naturalisasi di Jawa, di antaranya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adiantum latifolium Lam. (Muhaimin, 2017),
Begonia hirtella Link (Girmansyah, 2014), Costus Perlakuan Taksonomi
afer Ker Gawl (Irsyam et al., 2019), Cyclanthera Kunci determinasi marga Arachis di Pulau Jawa
brachystachya (Ser.) Cog. (Efendi & Rugayah, 1 A. Terna tegak, tanpa rimpang dan stolon,
2019), Selaginella uncinata (Desv.) Spring batang di atas permukaan tanah tidak
(Setyawan, 2014), Solanum diphyllum L. (Hariri & berakar pada bagian nodus, panjang
Irsyam, 2018), dan Syngonium wendlandii Schott helaian pinak daun dewasa > 3,5
(Mustaqim & Nisyawati, 2016). Sementara itu, cm............................... A. hypogaea
populasi meliar Gymnanthemum amygdalinum B. Terna merayap, memiliki rimpang dan
(Delile) Sch.Bip. ex Walp. dan Pseudogynoxys stolon, batang di atas permukaan tanah
cabrerae H.Rob. & Cuatrec. yang diduga lolos dari berakar pada bagian nodus, panjang
kultivasi juga telah direkam dari Jawa (Irsyam & helaian pinak daun dewasa ≤ 3,5
Irwanto, 2019; Irsyam et al., 2020). Keberadaan cm................................... A. pintoi
populasi meliar jenis tanaman hias lainnya masih
mungkin terdapat di Jawa. Oleh sebab itu, Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg., Bonplandia
penelitian ini dilakukan untuk melaporkan dan (Corrientes) 8: 81-83, f. 2. 1994. TIPE: Brazil.
mengungkap keberadaan populasi Arachis pintoi Bahia. Cruz das Almas, IPEAL, cult. procedente de
Krapov. & W.C. Gregor yang ternaturalisasi. Bahia, rio Jequtinhonha, cerca de Belmonte, Bahia,

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 2


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
en bancos de arena, Gregory & Krapovickas 12787 Perbungaan tereduksi menjadi bunga soliter,
(holo CEN; iso CTES, G, GH, K, LIL, MO, NY, P, aksilar, bunga duduk; hipantium memanjang, 4,5-
RB, SI, SP, US) (Gambar 1). 9 cm, putih dengan semburat ungu pucat; daun
kelopak berlekatan, berbibir dua; bibir besar
Terna, merayap, memiliki rimpang dan stolon, membundar telur, 5-7 × 4-6 mm, bagian ujung
berakar pada nodus batang. Batang gilig, berambut bergigi 3, keunguan; bibir atas 9 × 1 mm, melancor,
sikat, hijau; internodus berukuran tidak sama, menyelaput, kehijauan, bagian ujung ungu; daun
panjang 0,5-1,5 cm; daun penumpu melekat pada mahkota menyelaput, kuning; bendera bunga 1
tangkai daun, 1,3-2,5 × 0,7-1 mm, menyelaput, helai, mengginjal, 1,5-1,7 × 1,7-2 cm, ujung
bagian ujung bercangap dua, hijau. Daun majemuk bergubang, kuning; lunas 2 helai, berlekatan,
menyirip genap, berseling; tangkai daun panjang melancor, menyelaput, panjang hingga 1 cm, putih
1,5‒5,5 cm, berkanal, berambut sikat, hijau; rakis kekuningan; sayap 2 helai, berlepasan, membundar
5‒10 mm, berkanal, hijau; pinak daun 4 helai, telur menyerong, 10 × 7-8 mm, kuning; benang sari
berhadapan; tangkai pinak daun pendek, panjang ± 9 helai, saling berlekatan, monadelpus, panjang ± 8
1 mm; helaian pinak daun distal membundar telur mm, kekuningan; kepala sari berbentuk melonjong
sungsang, 1,1‒3.5 × 0,7‒1,9 cm, pinak daun 4 helai, basifiks, kuning; kepala sari berbentuk
proksimal melonjong atau membundar telur- bulat, 4 helai, dorsifiks, kuning; staminodia 1 helai;
melonjong, 0,9‒2,9 × 0,5‒1,9 cm, pangkal putik 1, panjang ± 9 mm; tangkai putik putih;
menjantung, tepi rata, bersilia, ujung bertusuk, kepala putik mementol, kuning. Buah dan biji tidak
permukaan adaksial daun hijau, gundul, diamati.
permukaan abaksial keputihan, berbulu balig.

A B
bs

hi

pp

td

pd
dp

C D E

bb
tbs
pt

ba

Gambar 1. Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg. A. satu ranting berbunga (bs= bunga soliter; hi= hipantium),
B. daun majemuk menyirip genap (td= tangkai daun; pd= pinak daun distal; pp= pinak daun
proksimal; dp= daun penumpu), C. daun kelopak bunga (bb= bibir besar; ba= bibir atas), D. daun
mahkota bunga, E. alat kelamin bunga (tbs= tabung benang sari; pt= putik).

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 3


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-

Gambar 2. Tipe habitat populasi meliar Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg. A. tepi jalan, B. tepi saluran
air, C. lahan marginal berumput

A B

stolon

akar

Gambar 3. A. akar yang tumbuh di nodus batang Arachis pintoi, B. stolon.

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 4


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
Sebaran: Arachis pintoi berasal dari Brazil Arachis lainnya (Stur & Ndikumana, 1994). Pada
(Bahia, Goiás, Minas Gerais, dan Santa Catarina) awal tahun 1980an, jenis ini mulai ditanam sebagai
dan telah diintroduksi sebagai tanaman hias ke bahan penelitian di Jawa, Sulawesi Selatan, dan
kawasan tropis di luar daerah sebaran aslinya Sumba (Stur & Ndikumana, 1994).
(Cook, 1992; Krapovickas & Gregory, 1994; Arachis pintoi ditemukan telah mengalami
Krapovickas & Gregory, 2007; Chong et al., 2009; naturalisasi pada beberapa lokasi di Jawa Barat,
Funez et al., 2017). yaitu Kabupaten Bandung Barat (Pintu Angin-Situ
Habitat: Pada lokasi pengamatan, populasi Lembang), Kabupaten Bandung (Padasuka Atas-
meliar A. pintoi tumbuh pada lokasi terbuka, Cimenyan), Kabupaten Bogor (Dramaga), dan
seperti tepi jalan, tepi saluran air, dan lahan Kabupaten Sumedang (Kiarapayung, Kampus ITB
marginal berumput (Gambar 2). Jatinangor, dan Cileles). Jenis ini juga diduga
Spesimen yang diamati: JAWA BARAT: tumbuh meliar di kawasan Kampus Universitas
Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Indonesia, Depok, pada tahun 2017 (Nisyawati &
November 2020, A Mountara 10 (FIPIA); Pondok Mustaqim, 2017). Sementara itu, spesimen yang
singgah WANADRI, Pintu Angin-Situ Lembang, dikoleksi di Lawang (Kabupaten Malang) dan
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, 26 Rancaekek (Kabupaten Bandung) berasal dari
Januari 2019, ASD Irsyam s.n. (FIPIA); Padasuka populasi yang sengaja ditanam oleh masyarakat.
Atas, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Pada lokasi yang diamati, jenis ini tumbuh di
13 November 2020, ASD Irsyam & A Mountara 49 sekitar tepi jalan, tepi saluran air, lapangan, dan
(FIPIA); Rancaekek, Kabupaten Bandung, 28 lahan marginal berumput. Potensinya untuk
Oktober 2020, ASD Irsyam & A Mountara 45 tumbuh meliar di daerah sebaran baru telah
(FIPIA); Kampus ITB Jatinangor, Kabupaten dilaporkan oleh Fisher dan Cruz (1994). Aktivitas
Sumedang, Februari 2018, ASD Irsyam s.n. manusia juga berperan penting dalam penyebaran
(FIPIA); kaki Gunung Manglayang, Kiarapayung, A. pintoi, karena jenis ini dimanfaatkan sebagai
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, 26 tumbuhan penutup tanah pada lahan perkebunan
Oktober 2020, ASD Irsyam & A Mountara 40 (Johns, 1994; Ngome et al., 2011), biomulsa
(FIPIA); Cileles, Kecamatan Jatinangor, (Sumiahadi et al., 2016; Sumiahadi et al., 2018),
Kabupaten Sumedang, 26 Oktober 2020, ASD tumbuhan penahan erosi (Johns, 1994; Sugahara et
Irsyam & A Mountara 43 (FIPIA). JAWA al., 2001) dan tumbuhan untuk restorasi lahan (Le
TIMUR: Lawang, Kabupaten Malang, 02 Doanh & Tuan, 2004).
November 2020, II Monassa s.n. (FIPIA). Arachis pintoi dapat berkembangbiak secara
Pemanfaatan: Jenis ini dibudidayakan sebagai generatif dengan menghasilkan biji, maupun secara
tanaman hias, penyubur tanah, pengontrol erosi vegetatif melalui fragmentasi batang dan stolon
tanah, dan pengendali gulma (Ferguson & Loch, (Cook, 1992). Jenis ini juga sering diperbanyak
1999; Balai Penelitian Tanah, 2004; Chong et al., menggunakan metode stek batang (Balai Penelitian
2009). Tanah, 2004; Sumiahadi et al., 2016). Hal tersebut
Nama lokal: Kacang hias, kacang tanah hias, karena A. pintoi memiliki kemampuan untuk
kacang pintoi, kacang-kacangan (Priyanti & menumbuhkan akar adventisia pada bagian nodus
Irsyam, 2017); suuk-suukan (Sunda). batang (Gambar 3). Dengan demikian, potongan
Salah satu kelompok tumbuhan berbunga yang batang dan stolon yang dibuang oleh manusia
diintroduksi ke Indonesia yaitu suku Fabaceae masih memungkinkan untuk tumbuh menjadi
(Tjitrosoedirdjo, 2005). Jumlah anggota anak suku individu baru yang mandiri. Penelitian terdahulu
Faboideae yang diintroduksi ke Indonesia menunjukkan bahwa A. pintoi yang ditanam
berjumlah 103 jenis. Tumbuhan introduksi dari sebagai penyubur tanah pada lahan persawahan
kelompok tersebut yang dibudidayakan sebagai tumbuh menjadi gulma setelah dieradikasi, karena
tanaman hias terdiri dari 12 jenis dan sebanyak 5 adanya potongan-potongan batang yang tertinggal
jenis lainnya telah dilaporkan lolos dari kultivasi dalam tanah (Fisher & Cruz, 1994). Pada penelitian
(Tjitrosoedirdjo, 2005). Salah satu jenis yang ini, populasi meliar yang ditemukan dari lokasi
dibudidayakan sebagai tanaman hias di Pulau Jawa pengamatan tidak menghasilkan buah dan biji.
yaitu Arachis pintoi. Secara alami, jenis ini hanya Oleh sebab itu, A. pintoi kemungkinan besar
tersebar di Brazil, namun telah diintroduksi secara membentuk populasi meliarnya di alam melalui
luas ke berbagai kawasan tropis lainnya (Ferguson perkembangbiakan vegetatif.
& Loch, 1999; Chong et al., 2009). Arachis pintoi
pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada awal
tahun 1970an di Maiwa, Sulawesi Selatan, dan
dimanfaatkan sebagai pakan ternak bersama jenis

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 5


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
4. KESIMPULAN distribution. Biogenesis, 7(1), 54-57.
https://doi.org/10.24252/bio.v7i1.6239
Arachis pintoi berasal dari Brazil dan Ferguson, J. E. & Loch, D. S. (1999). Arachis
diintroduksi ke Pulau Jawa sebagai tanaman hias, pintoi in Australia and Latin America. In:
penyubur tanah, pengendali erosi, serta pengendali Loch, D.S., & Ferguson, J.E., editors.
gulma. Populasi meliar A. pintoi telah ditemukan Forage seed Production: Tropical and
dari Jatinangor (Kabupaten Sumedang), Pintu Subtropical Species (vol. 2). UK: CABI
Angin-Situ Lembang (Kabupaten Bandung Barat), Publishing. pp. 427-434.
Padasuka Atas-Cimenyan (Kabupaten Bandung), Fisher, M. J., & Cruz, P. (1994). Some
dan Dramaga (Kabupaten Bogor). Keberadaan Ecophysiological Aspects of Arachis
populasi meliar jenis tersebut di Jawa belum pintoi. In: Kerridge, P.C., & Hardy, B.,
pernah tercatat sebelumnya. Jenis ini diduga telah editors. Biology and Agronomy of Forage
lolos dari kultivasi dan membentuk populasi Arachis. Cali, Colombia: CIAT
meliarnya di daerah terbuka, tepi jalan, dan lahan (International Center for Tropical
berumput. Arachis pintoi berkembang biak di alam Agriculture). pp. 53-70.
secara vegetatif melalui fragmentasi batang dan Funez, L. A., Hassemer, G., Ferreira, J. P. R.,
stolon. Bones, F. L., & dos Santos, A. P. (2017).
Fifty-five new records of vascular plants,
and other discoveries for the flora of Santa
UCAPAN TERIMA KASIH Catarina, southern Brazil. Webbia, 72(2),
221-275.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada https://doi.org/10.1080/00837792.2017.136
Bapak Irwanto Iskandar yang telah mengantar ke 9303
lokasi Pintu Angin, Situ Lembang, Cisarua. Girmansyah, D. (2016). Begonia hirtella Link di
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dini Jawa. Berita Biologi, 13(3), 343-347.
Andari yang membantu pengamatan lapangan di http://dx.doi.org/10.14203/beritabiologi.v13
Tasikmalaya dan Indhit Indari Monassa yang telah i3.678
mengoleksi spesimen A. pintoi di Malang. Hariri, M. R., & Irsyam, A. S. D. (2018). Catatan
tentang Solanum diphyllum L. (Solanaceae)
ternaturalisasi di Pulau Jawa. Al-Kauniyah:
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Biologi, 11(1), 25-32.
https://doi.org/10.15408/kauniyah.v11i1.54
Balai Penelitian Tanah. (2004). Kacang hias 48
(Arachis pintoi) pada usaha tani lahan Irsyam, A. S. D., Irwanto, R. R., & Hariri, M. R.
kering. Bogor: Balai Penelitian Tanah. (2019). Catatan keberadaan Costus afer Ker
Chong, K.Y., Tan, H. T. W., & Corlett, R. T. Gawl. (Costaceae) di Pulau Jawa.
(2009). A checklist of the total vascular plant Floribunda, 6(2), 64-71.
flora of Singapore: native, naturalised and https://doi.org/10.32556/floribunda.v6i2.20
cultivated species. Singapore: National 19.252
University of Singapore. Irsyam, A. S. D., & Irwanto, R. R. (2019). Nine
Cook, B. G. (1992). Arachis pintoi Krap. & Greg., additional cultivated species of Asteraceae
nom. nud. In: Mannetje, L.'t, & Jones, R.M., from Java. Jurnal Biodjati, 4(2), 244-251.
editors. Plant Resources of South-East Asia https://doi.org/10.15575/biodjati.v4i2.4815
No. 4: Forages. Wageningen: Pudoc. pp. 48- Irsyam, A. S. D., Irwanto, R. R., Dewi, A. P., &
50. Hariri, M. R. (2020). Catatan marga
Djarwaningsih, T., Sunarti, S., & Kramadibrata, K. Pseudogynoxys (Asteraceae) di Pulau Jawa.
(2002). Panduan Pengolahan dan Biotika, 18(1), 1-11.
Pengelolaan Material Herbarium serta https://doi.org/10.21580/ah.v3i2.6426
Pengendalian Hama Terpadu di Johns, G. G. (1994). Effect of Arachis pintoi
Herbarium Bogoriense. Bogor: Herbarium groundcover on performance of bananas in
Bogoriense-Bidang Botani Pusat northern New South Wales. Australian
Penelitian Biologi, LIPI. Journal of Experimental Agriculture, 34(8),
Efendi, M., & Rugayah. (2019). Notes on 1197-1204.
Cyclanthera brachystachya (Ser.) Cog.: https://doi.org/10.1071/EA9941197
Morphology, ecology, and its new Krapovickas, A., & Gregory, W. C. (1994).
Taxonomia del genero Arachis

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 6


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
(Leguminosae). Bonplandia, 8(1-4), 1-186. Priyanti, P., & Irsyam, A.S.D. (2017). Suku
http://dx.doi.org/10.30972/bon.81-43559 Fabaceae di Kampus Universitas Islam
Krapovickas, A., & Gregory, W.C. (2007). Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bagian
Taxonomy of the genus Arachis 2: Tumbuhan Polong Berperawakan Terna.
(Leguminosae). Bonplandia, 16(Supl.), 1- Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 10(1), 42-47.
205. https://doi.org/10.15408/kauniyah.v10i1.48
Le Doanh, Q., & Tuan, H. D. (2004). Improving 72
indigenous technologies for sustainable Rifai, M.A., & Puryadi, D. (2008). Glosarium
land use in northern mountainous areas of Biologi. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Vietnam. Journal of Mountain Pendidikan Nasional.
Science, 1(3), 270-275. Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F.I., &
https://doi.org/10.1007/BF02919331 Hidayat, A. (2004). Pengumpulan Data
Mayer, K., Haeuser, E., Dawson, W., Essl, F., Taksonomi. In: Rugayah, Widjaja, E.A., &
Kreft, H., Pergl, J., ... & van Kleunen, M. Praptiwi, editors. Pedoman Pengumpulan
(2017). Naturalization of ornamental plant Data Keanekaragaman Flora. Bogor:
species in public green spaces and private Puslit-LIPI. pp. 5-42.
gardens. Biological Invasions, 19(12), 3613- Setyawan, A.D. (2014). Short Communication: A
3627. http://dx.doi.org/10.1007/s10530- new record of naturalized Selaginella
017-1594-y uncinata (Desv.) Spring (Selaginellaceae)
Muhaimin, M. (2017). Adiantum latifolium Lam. from Java, Indonesia. Biodiversitas, 15(2),
(Pteridaceae); Catatan naturalisasi jenis 261-268.
paku eksotik di Jawa, Indonesia. https://doi.org/10.13057/biodiv/d150221
Floribunda, 5(6), 220-225. Sugahara, K., Ohwaki, Y., & Banzai, K. (2001).
https://doi.org/10.32556/floribunda.v5i6.20 Erosion control in pineapple fields on the
17.177 island of Ishigaki. Japan Agricultural
Mustaqim, W. A., & Nisyawati, N. (2016). Research Quarterly: JARQ, 35(2), 91-96.
Records of adventive Syngonium wendlandii https://doi.org/10.6090/jarq.35.91
(Araceae) from Universitas Indonesia, Sumiahadi, A., Chozin, M. A., & Guntoro, D.
Depok, West Java. Journal of the (2016). Evaluasi pertumbuhan dan
International Aroid Society, 39(3), 23-26. perkembangan Arachis pintoi sebagai
Nisyawati, & Mustaqim, W. A. (2017). A guide to biomulsa pada budidaya tanaman di lahan
the urban plants of Universitas Indonesia: kering tropis. Jurnal Agronomi Indonesia,
Spermatophytes. Jakarta: UI Press. 44(1), 98-103.
Pergl, J., Sádlo, J., Petřík, P., Danihelka, J., Chrtek https://doi.org/10.24831/jai.v44i1.12509
Jr, J., Hejda, M., ... & Pyšek, P. (2016a). Sumiahadi, A., Chozin, M. A., & Guntoro, D.
Dark side of the fence: ornamental plants as (2018). Effectiveness of Arachis pintoi
a source of wild-growing flora in the Czech Karp. & Greg. as biomulch to reduce soil
Republic. Preslia, 88(2), 163-184. erosion and increase soil fertility on maize
Pergl, J., Sádlo, J., Petrusek, A., Laštůvka, Z., cultivation. In: Proceeding of 5th
Musil, J., Perglová, I., ... & Pyšek, P. International Conference on Sustainable
(2016b). Black, Grey and Watch Lists of Agriculture and Environment (pp. 62-69).
alien species in the Czech Republic based on Stur, W.W., & Ndikumana, J. (1994). Regional
environmental impacts and management Experiences with Forage Arachis in Other
strategy. NeoBiota, 28, 1-37. Tropical Areas: Asia, Africa, and the
Petřík, P., Sádlo, J., Hejda, M., Štajerová, K., Pacific. In: Kerridge, P.C., & Hardy, B.,
Pyšek, P., & Pergl, J. (2019). Composition editors. Biology and Agronomy of Forage
patterns of ornamental flora in the Czech Arachis. Cali, Colombia: CIAT
Republic. NeoBiota, 52, 87-109. (International Center for Tropical
Pyšek, P., Richardson, D. M., Rejmanek, M., Agriculture). pp. 187-198.
Webster, G. L., Williamson, M., & Tjitrosoedirdjo, S.S. (2005). Inventory of the alien
Kirschner, J. (2004). Alien plants in plant species in Indonesia. Biotropia, 25,
checklists and floras: towards better 60-73.
communication between taxonomists and https://dx.doi.org/10.11598/btb.2005.0.25.
ecologists. Taxon, 53(1), 131-143. 209
https://doi.org/10.2307/4135498 Tjitrosoedirdjo, S. (2015). Invasive Alien Species.
Bogor: SEAMEO BIOTROP.

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 7


Mountara et al. Laporan Keberadaan Arachis pintoi (Fabaceae) Ternaturalisasi di Jawa78-1520
n ISSN: 1978-
van Balgooy, M.M.J. (1987). Collecting. In: de
Vogel, E.F., editor. Manual of Herbarium
Taxonomy Theory and Practice. Jakarta:
UNESCO. pp. 14-19.
van Kleunen, M., Xu, X., Yang, Q., Maurel, N.,
Zhang, Z., Dawson, W., ... & Weigelt, P.
(2020). Economic use of plants is key to
their naturalization success. Nature
Communications, 11(1), 1-12.
https://dx.doi.org/10.1038/s41467-020-
16982-3
Wilson, S. B., Freyre, R., Knox, G. W., & Deng, Z.
(2012). Characterizing the invasive potential
of ornamental plants. Acta horticulturae,
937(937), 1183-1192.
https://doi.org/10.17660/ActaHortic.2012.9
37.14

BIOTIKA, Volume 19 No. 1 (2021) 8

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai