Anda di halaman 1dari 58

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL PETANI DENGAN TINGKAT

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU


(PHT) TANAMAN PADI ( Oryza Sativa L.)
(Studi Kasus di Dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang)

TUGAS AKHIR

ASIATUN YANI
1803060121

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
2021
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL PETANI DENGAN TINGKAT
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
TANAMAN PADI ( Oryza Sativa L.)
(Studi Kasus di Dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang)

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk menyelesaikan Pendidikan


Program Strata 1 pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

ASIATUN YANI
NIM. 1803060121

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH


FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIS
2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Asiatun Yani
NIM : 1803060121
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian, Universitas KH. A. Wahab Hasbullah
Judul TA : Hubungan Faktor Sosial Petani Dengan Tingkat Implementasi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Padi (Oryza Sativa
L.) (Studi Kasus di Dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau
seluruhnya, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara
penulisan karya ilmiyah.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tugas Akhir ini
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Jombang, 01 Juli 2021


Yang mempunyai pernyataan

Materai

Asiatun Yani
1803060121

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir oleh : Asiatun Yani


NIM : 1803060121
Judul : HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL PETANI DENGAN
TINGKAT IMPLEMENTASI PENGENDALIAN
HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI (Oryza
Sativa L.) (STUDI KASUS DI DUSUN
SUMBERWINONG KECAMATAN JOMBANG)

Ini telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan ujian
Tugas Akhir.

Jombang, 01 Juli 2021


Dosen Pembimbing,

Ambar Susanti, S.P.,M.P


NIDN. 0714107504

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir oleh : Asiatun Yani


NIM : 1803060121
Judul : HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL PETANI DENGAN
TINGKAT IMPLEMENTASI PENGENDALIAN
HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI (Oryza
Sativa L.) (STUDI KASUS DI DUSUN
SUMBERWINONG KECAMATAN JOMBANG)
Ini telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada tanggal 01 Juli 2021
di Ruang Dosen Fakultas Pertanian Universitas KH.A.Wahab Hasbullah.

Dewan Penguji, Tanda Tangan

1. 1. Ambar Susanti, S.P., M.P ……………….


NIDN. 0714107504

2. Purbowo, S.Agr., M.P ……………….


NIDN. 0711109402 .

Mengesahkan, Mengetahui,
Ketua Prodi Agribisnis Dekan Fakultas Pertanian

Ambar Susanti, S.P., M.P Zulfikar, S.P., M.Si


NIDN. 0714107504 NIDN. 0724116802

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Asiatun Yani lahir di Kabupaten Ciamis Jawa

Barat pada tanggal 08 Juni 2000. Putri ke 7 dari

Bapak Wagiman dan Ibu Ponirah. Bertempat

tinggal di Dsn. Cigobang RT 30 RW 07 Ds.

Karangpaningal Kec. Purwadadi. Pada tahun 2012

Lulus dari MI Cigobang. Tahun 2015 Lulus dari

MTs. Purwadadi. Tahun 2018 Lulus dari MAN 3

CIAMIS. Setelah lulus dari bangku SMA melanjutkan ke jenjang pendidikan S1

Agribisnis Universitas KH. A.Wahab Hasbullah Jombang yang insyaallah tahun

ini mengantarkan penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Demikian daftar riwayat hidup penulis untuk sekedar diketahui.

v
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL PETANI DENGAN TINGKAT
IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
TANAMAN PADI ( Oryza Sativa L.)
(Studi Kasus di Dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang)
Asiatun Yani
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian, Universitas KH. A. Wahab Hasbullah
*E-mail : asiatunyani86@gmail.com

ABSTRAK
Upaya petani dalam meningkatkan produktivitas padi tidak terlepas dari
kendala teknis yang selalu dihadapi, salah satunya yaitu gangguan serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Petani masih menerapkan pengendalian
secara konvensional yang masih bergantung pada penggunaan pestisida dan tidak
terjadwal, yang bertolak belakang dengan pentingnya PHT dalam pembangunan
pertanian berkelanjutan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor
sosial yang meliputi umur, pendidikan, dan lamanya usaha tani dengan tingkat
implementasi PHT tanaman padi. Penelitian dilaksanakan di dusun
Sumberwinong dan Laboratorium Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas KH.A. Wahab Hasbullah pada bulan Februari – Juni 2021. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Dusun Sumberwinong, Kecamatan
Jombang sebanyak 154 orang, dan sampel yang di ambil 20 orang dengan teknik
pengambilan purposive sampling. Data diperoleh melalui alat bantu kuisioner dan
di analisis menggunakan metode analisis deskriptif serta uji korelasi rank
spearman. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang nyata antara
umur yang produktif, tingkat pendidikan SMP dan SMA, dan lama usaha tani
yang berpengalaman ≥ 20 tahun terhadap tingkat implementasi Pengelolaan Hama
Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong, Desa Banjardowo Kecamatan Jombang.

Kata kunci: Faktor Sosial Petani, PHT , Tanaman Padi

vi
RELATIONSHIP OF SOCIO FACTORS OF FARMERS WITH THE
IMPLEMENTATION LEVEL OF INTEGRATED PEST MANAGEMENT
(IPM) RICE CROPS ( Oryza Sativa L.)
(Case Study in Sumberwinong SubDistrict Jombang)
Asiatun Yani
Agribusiness Study Program
Faculty of Agriculture, University of KH.A. Wahab Hasbullah
*E-mail : asiatunyani86@gmail.com

ABSTRACT
Farmers' efforts to increase rice productivity cannot be separated from
technical obstacles that are always faced, one of which is the attack of Plant Pest
Organisms (OPT). Farmers still apply conventional control that still relies on the
use of pesticides and unscheduled, which is contrary to the importance of IPM in
sustainable agricultural development. The purpose of the study was to determine
the relationship between social factors including age, education, and duration of
farming with the level of implementation of IPM for rice plants. The research was
conducted in Sumberwinong hamlet and the Laboratory of Agribusiness Study
Program, Faculty of Agriculture, University of KH.A. Wahab Hasbullah in
February - June 2021. The population in this study were all farmers in
Sumberwinong Hamlet, Jombang District as many as 154 people, and the sample
taken was 20 people using purposive sampling technique. Data obtained through
questionnaires and analyzed using descriptive analysis method and
Spearmancorrelation test rank. The results showed that there was a significant
relationship between productive age, junior and senior high school education
levels, and farming experience 20 years on the implementation of Integrated Pest
Management (IPM) in Sumberwinong hamlet, Banjardowo Village, Jombang
District.

Keywords: IPM, Rice Crops,Socio Factor Of Farmes

vii
RINGKASAN
Asiatun Yani. 1803060121. Hubungan Faktor Sosial Petani Dengan Tingkat
Implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Padi ( Oryza
Sativa L.) (Studi Kasus di Dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang).
Dibimbing oleh Ambar Susanti, S.P., M.Si.

Dusun Sumberwinong menjadikan komoditi padi sebagai andalan sistem


ekonomi dan sumber utama pendapatan usahatani bagi rumah tangga petani.
Dalam upaya peningkatan produktivitas padi, tidak terlepas dari kendala teknis
yang selalau dihadapi salah satunya yaitu gangguan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) yang mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil
sehingga menimbulkan kerugian petani. Selama ini petani sangat tergantung
dengan penggunaan pestisida sebagai teknik utamanya dalam pengendalian.
Walaupun pestisida memberikan hasil yang baik akan tetapi berdampak buruk
terhadap lingkungannya. Untuk memecahkan masalah ini petani diharapkan
mampu menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang merupakan
prinsip pendekatan berdasarkan pertimbangan ekonomi, ekologi dan sosial dalam
rangka pengelolaan agroekosistem secara keseluruhan. Akan tetapi penerapan
adopsi tekologi PHT belum tentu di terima masyarakat, dikarenakan terdapat
keterkaitan dengan berbagai faktor salah satunya faktor sosial petani. Faktor ini
mempunyai peranan cukup penting dalam pengelolaan usahatani. Adapun faktor
sosial petani diantaranya umur, pendidikan dan lamanya usahatani. Petani di
dusun Sumberwinong umumnya masih relatif rendah dalam penerapan PHT.
Banyak yang masih menerapkan pengendalian secara konvensional dan terjadwal
bertitilk tolak dengan pentingnya PHT dalam pembangunan pertanian , maka dari
itu perlu diteliti sejauh mana hubungan faktor sosialpetani dengan tingkat
implementasi PHT studi kasus di dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur dengan tingkat
implementasi PHT, untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan tingkat
implementasi PHT dan untuk mengetahui hubungan lamanya usahatani dengan
tingkat implementasi PHT. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan
masukan dalam pengembangan pengetahuan petani pada budidaya tanaman padi

viii
sesuai konsep PHT, sebagai informasi tentang hubungan faktor sosial dengan
tingkat implementasi teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman
Padi dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang dan sebagai bahan pertimbangan
peneliti lain dalam melakukan penelitian yang sejenis ataupun untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh petani di dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang sebanyak 154 orang.
Sedangkan sampel yang di ambil adalah sebanyak 20 orang dengan teknik
pengambilan purposive sampling. Data diperoleh melalui alat bantu kuisioner dan
di analisis menggunakan metode analisis deskriptif serta uji korelasi rank
spearman.
Berdasarkan hasil dan pembahasan menunjukan bahwa ketiga faktor yakni
umur, pendidikan dan lamanya usaha tani menunjukan hubungan yang signifikan
dengan tingkat implementasi PHT. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang nyata antara umur, pendidikan dan Lamanya usahatani di
dusun Sumberwinong Kecamatan Jombang.

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas KH.A. Wahab


Hasbullah

ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji Syukur kehadirat Allah swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir perkuliahan ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad saw.
Dengan selesainya penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Anton Muhibuddin, M.P Selaku Rektor UNWAHA Jombang
2. Bapak Zulfikar, S.P., M.Si Selaku Dekan Fakultas Pertanian UNWAHA
Jombang
3. Ibu Ambar Susanti SP., M.P Selaku Kaprodi Agribisnis dan Dosen
Pembimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini
4. Bapak Rohimin Selaku Ketua Kelompok Tani Dusun Sumberwinong
5. Bapak Wagiman dan Ibu Ponirah , orang tua saya yang sangat saya hormati dan
saya cintai, telah memberikan semangat dan dukungan berupa moril maupun
materil serta segala apapun yang diberikan kepada saya.
6. Kakak-kakak saya Teh Watini, Teh Ntin, Teh Iin, Ang Wahyu, Ang Zaenudin,
Ang Saepudin dan adik saya Nuraeni yang sangat saya sayangi, telah
memberikan begitu banyak semangat dan support di berbagai aspek.
Alhamdulillah tugas akhir tersusun berkat kesungguhan dan bimbingan serta
bantuan, support dari semua pihak yang mendukung keberhasilan ini. Dan
akhirnya penulis menyadari betul bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis
masih jauh dari kesempurnaan dan sudah tentu terdapat banyak kekurangan.
Semoga amal baik beliau tercatat sebagai amal yang diterima di sisi Allah
swt. dan akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat baik bagi
penulis maupun pembaca, Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Jombang, 01 Juli 2021

x
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
ABSTRACT....................................................................................................vii
RINGKASAN..................................................................................................viii
KATA PENGANTAR....................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5. Batasan Penelitian ....................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................7
2.1. Landasan Teori .........................................................................................7
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu........................................................................12
2.3. Kerangka Berpikir.....................................................................................13
2.4. Hipotesis Penelitian...................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................16
3.2. Metode Dasar Penelitian ..........................................................................16

xi
3.3. Variabel dan Definisi Operasional ...........................................................16
3.4. Populasi dan Sampel ................................................................................19
3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ......................................................19
3.6 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................20
3.7. Metode Analisis Data................................................................................20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................22
4.1. Hasil Analisis Deskriptif ..........................................................................22
4.2. Hasil Analisis Uji Korelasi Rank Spearman.............................................29
4.3. Pembahasan...............................................................................................30
BAB V PENUTUP..........................................................................................35
5.1. Kesimpulan................................................................................................35
5.2. Saran .........................................................................................................35
Daftar Pustaka................................................................................................36
Daftar Lampiran............................................................................................39

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Operasional Variabel.............................................................17
Tabel 2 Deskripsi Variabel dan Kriteria Faktor Sosial Ekonomi Petani..........18
Tabel 3 Deskripsi Indikator, Kriteria Tingkat Implementasi PHT...................18
Tabel 4 Interprestasi Nilai Rho........................................................................21
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...........................................22
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan..................................24
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usahatani..........................25
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Rincian Tingkat Implementasi....26
Tabel 10 Hubungan Umur Dengan Tingkat Implementasi..............................29
Tabel 11 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Implementasi......................30
Tabel 12 Hubungan Lamanya Usahatani Dengan Tingkat Implementasi........31

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir................................................................14
Gambar 2 Diagram Batang Presentase Berdasarkan Umur..............................22
Gambar 3 Diagram Batang Presentase Berdasarkan Pendidikan.....................24
Gambar 4 Diagram Batang Presentase Berdasarkan Lama Usahatani.............25

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Jombang Tahun 2019,

Desa Banjardowo memiliki Luas panen padi sebesar 249 hektar (BPS, 2019).

Salah satu dusun di desa tersebut yang menjadikan komoditi padi sebagai

andalan sistem ekonomi dan sumber utama pendapatan usaha tani bagi rumah

tangga petani adalah dusun Sumberwinong dengan jumlah petani sebanyak

154 orang berdasarkan data kelompok tani. Akan tetapi dalam upaya

peningkatan produktivitas padi, petani tidak terlepas dari kendala teknis yang

selalu dihadapi, salah satunya yaitu gangguan serangan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Hal tersebut mampu menurunkan hasil kualitas

dan kuantitasnya, sehingga menimbulkan kerugian bagi petani bahkan

sampai pada tahap paling parah yaitu gagal panen ( Diratmaja dkk., 2015).

Hama dan penyakit yang berpotensi menyerang tanaman padi tidak kurang

terdapat 11 jenis hama dan 4 jenis musuh alami (Manueke dkk., 2017).

Adapun hama-hama tersebut di antaranya penggerek batang padi putih,

penggerek batang padi bergaris, hama putih, penggerek batang padi ungu,

wereng cokelat, wereng hijau, walang sangit kepik hitam, bubuk beras,

keong emas, burung padi sawah atau hama ringkeng, dan tikus. Musuh alami

adalah lokal belalang sembah, capung atau peret, kumbang, dan laba-laba

pemburu. Pada tahun 2011 secara kumulatif di Jawa Timur terjadi serangan

paling luas yaitu 192,858 Ha (Irianto, 2018).

1
2

Upaya yang dilakukan petani selama ini yakni menggunakan pestisida

sebagai teknik utama dalam pengendalian OPT (Sari dkk., 2016). Walaupun

penggunaan pestisida memberikan hasil yang baik akan tetapi dapat

berdampak buruk terhadap hama sasaran, bukan sasaran serta lingkungannya.

(Susanti dkk., 2018) melaporkan bahwa ketergantungan petani terhadap

pestisida berakibat pada penggunaan yang berlebihan dan jika dilakukan

secara intensif atau terus menerus justru dapat menimbulkan permasalahan

baru pada lahan. Ini selaras dengan pernyataan (Yuantari dkk., 2013) bahwa

penggunaan pestisida yang dilakukan petani dapat mengakibatkan residu

pestisida mengendap dalam tanah serta pestisida yang disemprotkan pada

tanaman diserap melalui daun, batang dan akar tanaman sehingga

menyebabkan keracunan bagi petani.

Berdasarkan pemikiran- pemikiran tersebut perlu dikembangkan dan

diteliti secara lebih lanjut cara alternatif untuk pengendaliannya atau

bagaimana pengendalian secara bijak terhadap ekosistem yang ada.

Ketergantungan secara terus menerus pada pestisida dan aplikasi yang

berlebihan oleh petani harus segera diatasi dengan inovasi atau pembaruan

teknologi pertanian. Hal tersebut diharapkan agar dampak negatif dari

penggunaan atau aplikasi pestisida yang berlebihan tidak berkepanjangan,

pengendalian hama berdasarkan aras ekonomi serta dapat melestarikan

lingkungan juga menguntungkan petani. Salah satu pendekatan yang tepat

dilakukan yakni Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Munawir et al., 2016).


3

Salah satu tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah

memberdayakan petani dan kelompok tani, agar mereka dapat menerapkan

dan mengembangkan prinsip teknologi Pengendalian Hama Terpadu (Untung,

2006). Praktek PHT dapat dilakukan untuk pengendalian hama yang efektif

dalam sistem pertanian padi, dimana teknik ini memberikan keuntungan

utama yakni meningkatkan hasil panen sekaligus ketahanan sistem

pertanaman padi tersebut. Akan tetapi strategi PHT harus dirancang dengan

baik agar mendapatkan efek positif pada komponen hasil (Alam dkk., 2016).

Pengenalan dan adopsi PHT belum tentu diterima masyarakat, jadi cara

yg harus dimulai untuk mengintroduksi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)

adalah masyarakat dipandu oleh Petugas Penyuluh lapangan (PPL) yang

sebelumnya melalui proses tahapan - tahapan yakni mulai dari tahapan sadar,

minat, menilai, mencoba dan mengadopsi. Hal ini dikarenakan sebagian

petani ada yang masih melakukan usahatani khususnya dalam penerapan

hama masih bersifat konvensional atau terjadwal (Munawir et al., 2016).

Teknologi usahatani padi sudah lama diperkenalkan kepada petani, tetapi

belum dimanfaatkan secara maksimal, hal ini disebabkan tingkat kepercayaan

petani melakukan pengelolaan usahatani padi secara turun temurun masih

tinggi dan teknologi terbatas (Khairunnisa dkk., 2019). Oleh karena itu

diterapkan atau tidaknya suatu teknologi usahatani yakni PHT oleh petani ada

kaitannya dengan berbagai faktor diantaranya yaitu faktor sosial. Hal ini juga

didukung penelitian (Sudaramawan, 2011) bahwa proses penerimaan dalam

penerapan suatu inovasi baru dalam pengelolaan usahatani tergantung pada


4

faktor sosialnya yang meliputi: 1) Umur 2) Pendidikan formal 3) Lamanya

berusaha tani .

Petani di Dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang pada budidaya

padi umumnya masih relatif rendah dalam penerapan Teknologi PHT padi.

Banyak petani dalam pengendalian hama dan penyakit masih menerapkan

pengendalian OPT secara konvensional atau terjadwal. Bertitik tolak dari

pentingnya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) padi dalam pembangunan

pertanian, maka perlu diteliti sampai sejauh mana “Hubungan Faktor Sosial

Petani Dengan Tingkat Implementasi Teknologi Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) Tanaman Padi ( Oryza Sativa L.) (Studi Kasus di Dusun

Sumberwinong Kecamatan Jombang) ”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1). Bagaimana hubungan umur dengan tingkat implementasi Pengelolaan

hama terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang?

2). Bagaimana hubungan pendidikan dengan tingkat implementasi

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong, Kecamatan

Jombang?

3). Bagaimana hubungan lamanya berusaha tani dengan tingkat implementasi

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong, Kecamatan

Jombang
5

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1). Untuk mengetahui hubungan umur dengan tingkat implementasi

Pengelolaan hama terpadu (PHT) tanaman padi di dusun Sumberwinong,

Kecamatan Jombang.

2). Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan tingkat implementasi

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) tanaman padi di dusun

Sumberwinong, Kecamatan Jombang.

3). Untuk mengetahui hubungan lamanya berusaha tani dengan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) tanaman padi di dusun

Sumberwinong, Kecamatan Jombang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1). Sebagai bahan masukan dalam pengembangan pengetahuan petani pada

budidaya tanaman padi sesuai konsep PHT.

2). Sebagai informasi tentang hubungan faktor sosial petani dengan tingkat

implementasi teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman

Padi Dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang.

3). Sebagai bahan pertimbangan peneliti lain dalam melakukan penelitian

yang sejenis ataupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

4). Sebagai pedoman peneliti selanjutnya yang sesuai dengan penelitian

sejenis.
6

1.5 Batasan penelitian

1). Petani yang dijadikan responden adalah petani padi yang telah terdaftar

dalam RDKK POKTAN Dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang.

2). Faktor sosial petani dalam penelitian ini dibatasi pada umur, pendidikan

dan lamanya berusaha tani.

3). Tingkat implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dibatasi pada

pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pupuk, pengelolaan hama &

penyakit terpadu dan pengamatan OPT (Organisme Pengganggu

Tanaman) serta musuh alami.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengendalian Hama Terpadu

Menurut Oka (1995) Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

(Integrated Pest Management) adalah suatu cara pendekatan berdasarkan

pertimbangan ekonomi, ekologi dan sosial dalam rangka pengelolaan

Agroekosistem secara keseluruhan. Pengelolaan yang dimaksud adalah

memanfaatkan berbagai teknik pengendalian yang layak, menciptakan suatu

sistem pertanian yang berkelanjutan dengan menekan pencemaran

lingkungan oleh pestisida dan lingkungan secara umum dan penerapan

sistem bercocok tanam untuk menghasilkan tanaman sehat, kuat dan

berkualitas tinggi. Adapun tujuan diterapkannya Pengelolaan Hama Terpadu

adalah: 1) memantapkan hasil 2) mempertahankan kelestarian lingkungan 3)

melindungi kesehatan produsen dan konsumen 4) meningkatkan efisiensi

masukan dan produksi 5) meningkatkan kesejahteraan petani (Susanti,

2018).

2.2.2 Peranan PHT dalam Perlindungan Tanaman

Perkiraan terbaru tentang pertumbuhan populasi manusia dan suplai

makanan menunjukan bahwa akan ada kebutuhan secara substansial

meningkatkan produksi pangan dalam waktu dekat. Oleh karena itu perlu

dilakukan pendekatan yakni pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

untuk mengurangi resiko menurunnya produksi tanaman. PHT memiliki

7
8

banyak aspek yng bermanfaat dalam perlindungan tanaman antara lain:

tanah sehat mempunyai peran memperkuat daya tahan tanaman, konservasi

musuh alami untuk mengontrol hama, rotasi tanaman untuk mengisi unsur

hara dalam tanah, tanaman campuran untuk mengurangi jumlah

perkembangan hama da menggunakan pestisida nabati (Laba dkk., 2014)

2.2.3. Penerapan PHT di Indonesia

Penerapan PHT di Indonesia tentunya didorong oleh uluran tangan

pemerintah, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun

1986 yang menjadi tonggak sejarah PHT di Indonesia, yaitu tentang

larangan penggunaan 57 formulasi pestisida kimia untuk tanaman padi.

Perkembangan selanjutnya adalah UU No.12 tahun 1992 tentang sistem

budidaya tanaman yang menyatakan bahwa perlindungan tanaman

dilaksanakan dengan sistem PHT (Indiati, 2017)

2.2.4. Prinsip PHT

Sejak tahun 1989 konsep PHT mulai diperkenalkan melalui sistem

pelatihan SLPHT ynag dikelola oleh Program Nasional PHT. Empat Prinsip

yang di kembangkan oleh petugas dan petani padi adalah sebagai berikut: 1)

budidaya tanaman sehat 2) pelestarian dan pemanfaatan musuh alami 3)

pengamatan mingguan dan 4) petani menjadi ahli PHT (Untung, 2000).

1). Budidaya tanaman sehat

Dalam melakukan proses budidaya terutama dalam penanganan OPT

yang ada pada tanaman yang dimiliki, petani cenderung hanya

memikirkan obat atau pestisida yang bisa digunakan untuk mengatasi


9

masalah hama. Kegiatan awal yang harus diterapkan dalam budidaya

tanaman sehat haruslah mengembalikan jerami ke lahan (Effendy dkk,

2020). Kompos Jerami ini mengandung asam-asam organik dan nutrisi

hara yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme unuk aktifitas

metabolisme dalam peranannya pada siklus nutrisis hara (Citraresmini

dkk., 2017).

2). Melestarikan dan Mendayagunakan Fungsi Musuh Alami

Dalam hal pemanfaatan musuh alami, masih sedikit yang memahami

tentang pemanfaatan musuh alami yang justru kebanyakan musuh alami

ikut dimusnahkan bersama OPT yang menganggu dengan penyemprotan

pestisida. Oleh karena itu itu petani dapat memanfaatkan tanaman

refugia untuk menangani masalah pemanfaatan musuh alami karena

refugia selain dapat mengalihkan perhatian hama juga dapat sebagi

tempat perkembangbiakan musuh alami (Effendy dkk., 2020) . Menurut

(Setyadin dkk., 2017) musuh alami OPT mengalami kenaikan jumlah

populasi di lahan persawahan dengan bantuan tanaman Refugia.

3). Pengamatan Berkala

Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan

populasi OPT luas dan intensitas serangan OPT, luas kerusakan akibat

kekeringan, daerah penyebaran serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya (Irianto, 2018). Petani melakukan pengecekan

menyeluruh kemudian harus mampu mengambil tindakan apa yang

dilakukan. Hal ini didukung laporan (Ariati, 2015) bahwa setelah


10

dilakukannya suatu pengamatan yang rutin maka petani haruslah mampu

membuat suatu keputusan dalam menghadapi permasalahan yang ada.

4). Petani Menjadi Ahli PHT

Untuk menjadikan petani ahli PHT banyak cara yang dilakukan

salahsatunya dengan mengikuti program yang mendukung untuk

meningkatkan skill yang ada pada petani yakni berupa pelatihan atau

kegiatan seperti Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan Penyakit

Terpadu (SLPHT). Menurut (Erythrina, 2013) titik utama dari program

PHT di Indonesia adalah proses pembelajaran pelatihan PHT melalui

sekolah lapang dengan tujuan menjadikan petani ahli PHT di lahan

sawahnya.

2.2.5. Implementasi PHT

Konsep PHT diberikan agar petani mampu dan mau

mengimplementasikan PHT dilahan dan menjadi ahli PHT dilahan sendiri.

Adopsi PHT perlu dilakukan agar mengubah kebiasaan petani untuk

mengenal inovasi. Adopsi inovasi PHT meliputi penerapan komponen

PHT seperti pemanfaatan musuh alami , budidaya tanaman dan

pengamatan berkala (Sari dkk., 2016).

2.2.6. Faktor Sosial Petani

Dalam penerapan suatu inovasi teknologi (PHT) tentunya akan

dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu antara lain yang mencakup segi

sosialnya. Menurut (Soekartawi, 1998) bahwa dalam proses pengambilan

keputusan untuk menolak atau menerima suatu inovasi tergantung pada


11

sikap perbuatan dan mental yang berlandaskan situasi intern orang tersebut

seperti umur, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Berikut beberapa

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menerapkan inovasi PHT

diantaranya yaitu:

1). Umur

Sari dkk., (2016) mengatakan bahwa umur memiliki berperan yg

penting dalam menggapai keberhasilan usaha karena umur akan

memepengaruhi daya ingat, produktivitas, pola pikir dalam dan

keberanian untuk mengambil resiko.

2). Pendidikan

Menurut (Rahaman dkk., 2018 dalam Ramadan dkk.,2020)

menyatakan bahwa petani yang berpendidikan lebih cepat menerima

berbagai rekomendasi praktik pertanian dibandingkan dengan rekan-

rekan yang tidak berpendidikan. Tetapi tinggi rendahnya pendidikan

tergantng kebutuhan petani. Petani dengan pengetahuan wawasan yang

luas sangat diperlukan. yang memiliki pengetahuan banyak juga sangat

diperlukan. (Fadhilah dkk., 2018) menyatakan bahwa petani berawasan

pengetahuan yang luas dapat mendukung dan menentukan keputusan

karena dengan pengetahuan menjadi dasar bagi petani dalam adopsi

inovasi.

3). Lamanya usaha tani

Haque dkk., (2016) menyatakan bahwa pengalaman dalam bertani

padi merupakan faktor penting dalam mengadopsi penerapan PHT.


12

Lama berusaha tani merupakan jangka waktu pengalaman seorang

petani. Ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan petani , tanggapan,

respon dan penerimaan petani pada suatu informasi teknologi yang

disampaikan kepada mereka. Semakin lama berusaha tani semakin

meningkatkan repon petani terhadap suatu adopsi inovasi semakin

tinggi.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Paramesti tahun 2013 tentang hubungan antara

karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi teknologi PHT

pasca SLPHT Padi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat adopsi petani terhadap teknologi PHT pasca SLPHT padi dan

karakteristik sosial ekonomi peserta SLPHT serta hubungan antara

karakteristik sosial ekonomi PHT terhadap teknologi PHT pasca SLPHT padi.

Metode deskriptif digunakan untuk menentukan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani

terhadap teknologi PHT pasca SLPHT padi. Tingkat kepercayaan petani

mencapai 95 % saat diuji menggunakan analisis rank spearmen dan uji

signifikasi. SLPHT ini merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang

dinilai cukup behasil dalam menerapkan PHT, sehingga petani mampu

mewujudkan kemandirian petani dalam pengambilan keputusan di lahan

usaha taninya.

Menurut penelitian Yandri Muhammad Ramadan, Achdiyat dan Tri

Ratna Saridewi tahun 2020 meneliti tentang kemandirian petani dalam


13

penerapan pengendalian Hama Terpadu padi sawah (Oryza Sativa L.) PHT

sudah dikenalkan oleh penyuluh melalui program SLPHT untuk melatih

petani agar mandiri dalam menerapkan PHT dan faktor yang berpengaruh

terhadap kemandirian petani secara signifikan yaitu peran kelompok tani

(faktor eksternal). Selain itu faktor internal pun perlu digunakan yakni berupa

karakterisitik seperti umur, tingkat pendidikan, dan lamanya berusaha tani.

Hal tersebut menjadi dasar dalam penentuan strategi dan menentukan proses.

Oleh karena itu diperlukan strategi berupa penyuluhan dan pembinaan untuk

meningkatkan kemandirian petani juga harus dilakukan.

2.3. Kerangka Berpikir

Dalam upaya peningkatan produktivitas padi, petani tidak terlepas dengan

masalah serangan Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Pada umumnya

petani sejak dahulu mempunyai kebiasaan melakukan pengendalian hama

dengan pestisida secara preventif dan terjadwal yang justru disamping

memberikan hasil yg baik, juga menimbulkan pengaruh-pengaruh lainnya

seperti matinya musuh alami atau makhluk bukan sasaran. Selain itu teknik

pengendalian tersebut juga menyebabkan residu, pencemaran air serta

keracunan hingga kematian. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan yang

tepat sebagai upaya pengendalian tingkat serangan OPT yakni Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) . Penerapan (Implementasi) ini harus dilakukan untuk

mencapai sasaran produksi dan ekonomi yang baik tanpa membahayakan

kesehatan manusia atau merusak lingkungan hidup. Akan tetapi pengenalan

atau adopsi PHT ini belum tentu diterima masyarakat karena sebagian petani
14

memiliki tingkat kepercayaan tersendiri dalam kebiasaannya yang secara

turun temurun masih tinggi dan teknologi yang terbatas. Oleh karena itu,

tingkat pengenalan ini berkaitan dengan faktor-faktor yakni karakteristik

sosial meliputi umur, pendidikan dan lamanya berusaha tani.

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan secara sistematik hubungan

antar variabel dalam penelitian sebagai berikut:

Tingkat Implementasi PHT (Y)


Indikator:
Umur (X1)
1) Pengolahan Lahan
2) Pembibitan
Pendidikan (X2) 3) Penanaman
4) Pemupukan
Lamanya Usahatani (X3) 5) Pengelolaan Hama dan
Penyakit Terpadu
6) Pengamatan OPT dan
Musuh Alami

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Hubungan Faktor Sosial dengan


Tingkat Implementasi PHT Tanaman Padi

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir yang dibuat diajukan hipotesis yakni sebagai

berikut: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial petani

dengan tingkat implementasi Pengelolaan Hama Terpadu Tanaman Padi di

Dusun Sumberwinong, Kecamatan Jombang.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian yaitu pada bulan februari 2021. Tempat

pelaksanaan penelitian ini adalah di dusun Sumberwinong Kecamatan

Jombang.

3.2. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum. Pada metode deskriptif ini akan dikemukakan

penyajian data (Sugiyono, 2016).

3.3. Variabel dan Definisi Operasional

1). Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel X yakni Umur (X1),

pendidikan (X2) , Lamanya Usahatani (X3) dan Variabel Y (Tingkat

Implementasi PHT Tanaman Padi.

2). Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

a. Definisi Operasional

Dalam telaah penelitian ini, terdapat definisi operasional variabel

sebagai berikut:

16
17

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Definisi


Penelitian
Faktor Sosial Umur (X1) Umur adalah usia petani (dalam tahun) saat
Petani (X) penelitian dilakukan
Pendidkan Pendidikan adalah tingkat pendidikan
(X2) terakhir yang ditempuh petani
berdasarkan jenjang pendidikan formal.
Lamanya Lamanya berusaha tani adalah tingkat
Usahatani pengalaman petani dalam melakukan
(X3) budidaya tanaman padi dinyatakan dalam
tahun dari awal mulai berusaha tani hingga
penelitian ini dilakukan.
Tingkat Pengelolaan Pengelolaan Lahan adalah kegiatan
Implementas Lahan mengolah lahan dengan melakukan
i PHT (Y) berbagai perlakuan seperti pemberoan lahan
dan sanitasi.
Pembibitan Pembibitan adalah kegiatan
memperlakukan benih sebelum
disemaikan.
Penanaman Penanaman adalah kegiatan memindahkan
bibit dari tempat penyemaian ke lahan
pertanaman
Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan
dianjurkan untuk memakai pupuk secara
berimbang antara organik dan kimia
sebagai penerapan PHT pada usaha tani
padi di sawah.
Pengelolaan Pengelolaan Hama Terpadu adalah upaya
Hama pengendalian OPT untuk meningkatkan
Terpadu hasil pertanian terus berlanjut dengan
memperhatikan aspek keamanan
lingkungan, kesehatan manusia, dan
ekonomi.
Pengamatan Pengamatan OPT dan Musuh alami adalah
OPT dan kegiatan mengamati secara rutin jenis hama
Musuh alami dan penyakit serta pemanfaatan musuh
18

alami sebagai pengendalian yang tepat.


b. Pengukuran Variabel

Semua Indeks yang termasuk dalam faktor sosial dan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) ini diukur dengan alat

ukur kuisioner dan menggunakan skala ordinal yakni jawaban responden

dibagi menjadi tiga kategori tiga kategori yaitu tinggi (skor 3), sedang

(skor 2) dan rendah (skor 1). Adapun pengukuran faktor sosial petani dan

tingkat penerapan PHT dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Deskripsi Variabel dan Kriteria Faktor Sosial Petani


Variabel
S (x) e Indikator d Kriteria
a n Skor
g k a
1. Umur Rendah: < 40 tahun 1
Sedang : 40-60 tahun 2
Tinggi : >60 tahun 3
2. Pendidikan Rendah: ≤ SD 1
Sedang : SMP-SMA 2
Tinggi: >SMA 3
3.Lama Berusaha Lamanya petani Rendah: <10 tahun 1
tani melakukan Sedang: 10-20 tahun 2
budidaya tanaman Tinggi: >20 tahun 3
padi

Hama dan penyakit terpadu diuraikan pada tabel 3 di bawah ini:


Tabel 3. Deskripsi Indikator dan Kriteria Tingkat Implementasi Pengelolaan
Hama Terpadu (PHT)
19

Variabel (Y) Indikator Kriteria Skor


Tingkat 1. Pengelolaan Lahan Rendah: Tidak pernah 1
Implementasi PHT melakukan pemberoan lahan
Tanaman Padi Sedang: Kadang-kadang 2
diberokan
Tinggi: Selalu melakukan 3
pemberoan
2. Pembibitan Rendah: Tidak mengetahui 1
perlakuan benih
Sedang: Sedikit mengetahui 2
perlakuan benih
Tinggi: Sangat mengetahui 3
perlakuan benih
3. Penanaman Rendah: Tidak mengetahui 1
manfaat pergiliran tanaman
Sedang: Sedikit mengetahui 2
manfaat pergiliran tanaman
Tinggi: Sangat mengetahui 3
manfaat pergiliran tanaman
4. Pemupukan Rendah: Tidak mengetahui 1
berbagai jenis pupuk
Sedang: Sedikit mengetahui 2
berbagai jenis pupuk
Tinggi: Sangat mengetahui 3
berbagai jenis pupuk
5. Pengelolaan Hama Rendah: Tidak mengetahui 1
3.4. dan Penyakit Terpadu tentang pemeliharaan &
pengembangan musuh alami
Sedang: Sedikit mengetahui 2
tentang pemeliharaan &
pengembangan musuh alami
Tinggi: Sangat mengetahui 3
tentang pemeliharaan &
pengembangan musuh alami
6. Pengamatan OPT Rendah: Tidak mengetahui 1
dan Musuh Alami tentang perkembangan OPT
dan musuh alami
Sedang: Sedikit mengetahui 2
tentang perkembangan OPT
dan musuh alami
Tinggi: Sangat mengetahui 3
tentang perkembangan OPT
dan musuh alami

Populasi dan Sampel


Pada penelitian ini, populasinya adalah seluruh petani di Dusun

Sumberwinong, Kecamatan Jombang sebanyak 154 orang. Sedangkan sampel

yang di ambil dari banyaknya populasi tersebut dalam penelitian ini adalah

sebanyak 20 orang dengan kriteria petani memiliki luas lahan lebih dari 2
20

hektar. Penentuan sampel ini di ambil dengan teknik purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2016).

3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data primer yang diperoleh dari

responden dengan alat bantu kuisioner. Data primer meliputi umur,

pendidikan, dan lamanya berusaha tani.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

dengan kuisioner (angket). Teknik ini dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab, agar mengetahui dengan pasti variabel yang akan di ukur dan untuk

mengetahui apa yang diharapkan responden.

3.7. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan faktor sosial petani dengan tingkat

Implementasi PHT tanaman padi di Dusun Sumberwinong, Desa Banjardowo

digunakan uji korelasi rank spearman (rs). Rumus dari korelasi rank

spearman (rs) dapat dilihat pada uraian dibawah ini (Sa’adah, 2017):

6 ∑ di 2
r s=
n(n¿¿ 2−1) ¿

Keterangan :
r s= Koefisien Korelasi Rank Spearmen
N= Banyaknya sampel
21

di = Selisih antar ranking dari variabel


Dengan penilaian:
1. Arah hubungan

Negatif: jika nilai X bertambah maka nilai Y berkurang dan sebaliknya

Positif: jika nilai X bertambah maka nilai Y bertambah dan sebaliknya

2. Kuat Hubungan dinilai rs. Korelasi sempurna bila r= +1 atau -1

Interprestasi nilai Rho dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4. Interprestasi nilai Rho

Besarnya nilai r Interprestasi


Antara 0.800 s/d 1.00 Tinggi
Antara 0.600 s/d 0.800 Cukup
Antara 0.400 s/d 0.600 Agak rendah
Antara 0.200 s/d 0.400 Rendah
Antara 0.000 s/d 0.200 Sangat rendah

Perhitungan analisis rank spearmen dibantu dengan perhitungan

komputer dengan menggunakan IBM SPPS Versi 24.

Menurut (Siegel, 1994 dalam Maris, 2013) untuk menguji tingkat

signifikasi rs, digunakan uji t student karena sampel yang diambil lebih

dari 10 dalam dengan rumus sebagai berikut:

N −2
t=r s
√ 1−r s2

Dimana:
N = jumlah sampel
rs = koefisien korelasi Rank Spearmen
22

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05) maka H 0 ditolak, berarti terdapat

hubungan yang nyata antara faktor sosial petani dengan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di Dusun

Sumberwinong, Desa Banjardowo Kecamatan Jombang.

2. Jika t hitung < t tabel (α = 0,05) maka H 0 diterima, berarti tidak terdapat

hubungan yang nyata antara faktor sosial petani dengan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di Dusun

Sumberwinong, Desa Banjardowo Kecamatan Jombang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Deskriptif
4.1.1. Umur
Umur Petani di Dusun Sumberwinong berkisar antara 25-70 tahun.

Semakin cukup umur semakin meningkat kematangan dan kekuatan

seseorang dalam berfikir dan bekerja. Distribusi responden berdasarkan

umur responden ini disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur (Tahun) Kategori Jumlah (Orang) Presentase(%)


1. <40 Tahun Rendah 2 10%
2. 40-60 Tahun Sedang 10 50%
3. >60 Tahun Tinggi 8 40%
Jumlah 20 100%

Sumber: Analisis Data Primer 2021

Berikut ini adalah diagram batang deskripsi responden berdasarkan


tingkatan umur.
60%

50%
Presentase (%)

40%

30%

20%

10%

0%
<40 Tahun 40-60 Tahun >60 Tahun
Umur (tahun)

Gambar 2. Diagram batang persentase responden berdasarkan umur

22
23

Berdasarkan tabel 5 dan gambar 2 dapat dilihat bahwa petani responden

dominan berada di golongan sedang yakni berumur 40-60 tahun sebanyak

10 responden. Dimana petani pada umur tersebut mampu bekerja dan

memiliki fisik yang lebih kuat untuk mencukupi kebutuhan keluarga serta

mampu menyerap berbagai informasi dalam program penyuluhan sehingga

dapat mengimplementasikan PHT tanaman padi.

Pada kategori tinggi yakni terdapat 8 petani yang berusia lebih dri 60

tahun. Petani yang berusia lebih dari 60 tahun ini memiliki pengalaman

yang lebih dalam berusaha tani tanaman padi dikarenakan sejak kecil

sudah diajarkan untuk budidaya, hanya saja untuk menerima teknologi

PHT masih ada yang belum bisa menerima dengan baik yang disebabkan

tradisi yang turun temurun.

Sebanyak 2 responden berada pada kategori rendah yakni berumur

kurang dari 40 tahun. Responden yang berumur kurang dari 40 tahun

jumlahnya paling sedikit dibandingkan kategori yang lain. Hal ini

disebabkan banyaknya pemuda yang tidak berminat menjadi petani dan

sedikit yang berbudidaya tanaman padi.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah pendidikan

formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden berdasarkan jenjang

pendidikan. Pendidikan formal yang dicapai seorang individu merupakan

peningkatan sumberdaya manusia secara pengetahuan dan wawasan serta

dapat menerima perkembangan teknologi yang berkembang. Adapun


24

distribusi responden berdasarkan jenjang pendidikan disajikan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Kategori Jumlah (Orang) Presentase(%)


Pendidikan
S
1. ≤SD u m
Rendah b 4 e 20% r :
2. SMP-SMA Sedang 11 55%
3. >SMA Tinggi 5 25%
Jumlah 20 100%

Analisis Data Primer 2021

Berikut ini adalah diagram batang deskripsi responden berdasarkan


tingkatan pendidikan.
60%
50%
Presentase (%)

40%
30%
20%
10%
0%
≤SD SMP-SMA >SMA
Tingkat Pendidikan

Gambar 3. Diagram batang persentase responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan tabel 6 dan gambar 3 dapat dilihat bahwa mayoritas

reponden berada pada kategori sedang, yakni pada tingkat SMP-SMA

sebanyak 11 responden, hal ini dikarenakan pendidikan mulai mendapat

perhatian dari masyarakat. Sebanyak 4 orang berada pada kategori rendah

yakni ≥SD. Tingkat pendidikan yang rendah ini pada umumnya berada

pada responden yang berusia tua dan kebanyakan dari responden ini tidak

melanjutkan sekolahnya disebabkan tidak memiliki biaya yang cukup


25

untuk meneruskan ke pendidikan yang lebih tinggi. Pada kategori tinggi

yakni responden yang berpendidikan >SMA terdapat 5 orang responden.

Hal ini disebabkan sedikitnya responden yang menjadi sarjana jarang

berminat untuk terjun ke bidang pertanian.

4.3.3. Lamanya Usaha Tani

Lamanya berusaha tani berpengaruh pada seberapa banyak pengalaman

yang dimiliki oleh petani. Semakin lama berusaha tani semakin

meningkatkan respon petani terhadap suatu adopsi inovasi semakin tinggi.

Adapun distribusi responden berdasarkan jenjang lamanya usahatani

disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Lamanya Usaha tani

No. Lamanya Kategori Jumlah (Orang) Presentase(%)


Usahatani
1. <10 Tahun Rendah 1 5%
2. 10-20 Tahun Sedang 6 30%
3. >20 Tahun Tinggi 13 65%
Jumlah 20 100%

Sumber: Analisis Data Primer 2021

Berikut ini adalah diagram batang deskripsi responden berdasarkan


lamanya usaha tani.
26

70%
60%
50%

Presentase (%)
40%
30%
20%
10%
0%
<10 Tahun 10-20 Tahun >20 Tahun
Lamanya Usahatani

Gambar 4. Diagram batang persentase responden berdasarkan lamanya


usaha tani
Berdasarkan tabel 7 dan gambar 4 dapat dilihat bahwa pada tingkat

lamanya usaha tani terdapat 1 responden yang berada pada kategori rendah,

6 responden berada pada kategori sedang dan 13 responden berdasarkan

kategori tinggi. Responden terbanyak berada pada kategori tinggi yakni

berpengalaman dalam usaha tani >20 tahun. Dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar petani membudidayakan tanaman padi

lebih dari 20 tahun. Tingkat pengalaman dalam jangka waktu 20 tahun ini

merupakan kegiatan yang sudah dilakukan secara turun temurun.

4.3.4 Tingkat Implementasi Petani terhadap PHT Tanaman Padi

Tingkat implementasi PHT padi adalah tingkat penerimaan inovasi

teknologi dengan menerapkannya sesuai tindakan nyata yang sudah

dilakukan para petani. Distribusi rincian tingkat implementasi petani

terhadap PHT dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Rincian Tingkat Implementasi


Jumlah
Responden
No Tingkat Indikator Kategori Kategori Kategori
Implementasi rendah Sedang Tinggi
1 Pengelolaan Pemberoan 2 10 8
27

Lahan Lahan
2 Pembibitan Perlakuan - 8 12
benih
3 Penanaman Pergiliran 4 11 5
tanaman
4 Pemupukan Jenis pupuk 1 6 13
5 Pengelolaan PHT dan 2 17 1
Hama dan Musuh alami
Penyakit
Terpadu
6 Pengamatan Perkembangan 2 15 3
OPT dan OPT dan
Musuh Alami Musuh alami
Sumber: Analisis Data Primer 2021
Tabel 8 menunjukkan pada pengelolaan lahan responden terbanyak di

kategori sedang berjumlah 10 orang. Hal ini dapat dinyatakan bahwa

sebagian besar petani di dusun Sumberwinong kadang-kadang melakukan

pemberoan lahan. Pemberoan merupakan salah satu bagian kultur teknik

dalam PHT. Hal ini perlu dilakukan untuk mengganggu ketersediaan

makanan hama. Sedangkan di sisi lain, pemberoan akan efektif apabila

dilakukan secara bersama – sama dalam satu wilayah. Kondisi tersebut

diharapkan mampu mempengaruhi siklus hidup hama sehingga menekan

populasinya di lahan. Selanjutnya pada pembibitan, sebanyak 12 responden

berada pada kategori tinggi. Perlakuan benih dilakukan mulai dari perlakuan

benih dan persemaian. Umumnya petani sudah menggunakan varietas tahan

untuk penyediaan benih. Mereka dapat melakukan pembenihan dan memilih

bibit yang sehat sendiri. Hal ini merupakan upaya petani untuk menghindari

dan mengendalikan hama sebelum dilakukan penanaman. Penggunaan

varietas tahan termasuk teknik yang ada dalam PHT, yang berarti petani

sudah mengimplementasikan PHT pada budidayanya.


28

Pada penanaman jumlah responden tebanyak berada pada kategori

sedang yakni 11 orang, ini menunjukan bahwa responden cenderung kurang

mengetahui manfaat pergiliran tanaman dan jarang melakukannya di lahan.

(Untung, 2006) menyatakan bahwa teknik pergiliran tanaman yang

dilakukan adalah menanam jenis tanaman yang tidak disukai oleh inang

hama, bergiliran dengan tanaman utama atau inang. Rotasi tanaman tersebut

mampu dengan memutus ketersediaan pakannya.

Jumlah responden pada indicator pemupukan, mayoritas pada kategori

tinggi yaitu 13 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

pada umumnya mengetahui jenis pupuk dan menggunakan dosis sesuai

anjuran. (Diratmaja dkk., 2015) menyatakan bahwa kegiatan tersebut perlu

ditentukan berdasarkan keadaan lahan dan kebutuhan tanaman. Sedangkan

(Husnain dkk., 2016) menyatakan bahwa pemupukan berimbang saat ini

adalah kombinasi pupuk anorganik dan organic. Oleh karena itu, dengan

tingginya responden yang mengetahui tentang jenis pupuk, diikuti dengan

ketepatan jenis, dosis, waktu, dan cara aplikasinya di lahan, diharapkan

dapat menerapkannya sesuai konsep PHT.

Berdasarkan pengetahuan tentang pengendalian Hama Terpadu (PHT)

jumlah responden terbanyak di kategori sedang dengan 17 responden. Hal

ini menunjukkan bahwa responden sedikit mengetahui tentang PHT dan

pelestarian musuh alami. (Diratmaja dkk., 2015) melaporkan bahwa musuh

alami berkaitan dengan peningkatan efisiensi produksi. Hal ini disebabkan

karena keberadaan musuh alami mampu menurunkan ongkos penggunaan


29

pestisida kimiawi dan menekan timbulnya pencemaran lingkungan dan

residu pada produk pertanian.

Pada pengamatan Hama dan musuh alami mayoritas petani di kategori

sedang yaitu sebesar 15 responden. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa

responden masih sedikit mengetahui tentang siklus perkembangan hama dan

musuh alami. Petani mengalami keterbatasan waktu dan kontinuitas dalam

melakukan pengamatan hama di lahannya. Petani perlu melakukannya untuk

mengetahui adanya gejala serangan hama. (Irianto, 2018) menyatakan

bahwa tujuan pengamatan untuk menentukan jenis dan populasi hama, dan

luas intensitas serangannya, serta factor lingkungan yang

mempengaruhinya. Hal tersebut dapat menentukan apakah akibat serangan

yang ditimbulkan berada di atas ambang ekonomi, sehingga diperlukan

tindakan pengendalian sesuai PHT.

4.2 Hasil Analisis Uji Korelasi Rank Spearman

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan faktor sosial

petani dengan tingkat implementasi PHT tanaman padi. Untuk mengetahui

hubungan tersebut digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs), sedangkan

untuk menguji tingkat signifikasi terhadap nilai yang diperoleh dengan

menggunakan besarnya nilai t hitung dant tabel. Hasil analisis hubungan antara

faktor sosial

dengan tingkat implementasi padi dapat dilihat sebagai berikut:

4.2.1. Uji Korelasi Rank Spearman Umur (X1) dengan Tingkat Implementasi

PHT (Y Total)
30

Tabel 10. Hubungan Umur dengan Tingkat Implementasi PHT


Correlations
Umur Y Total
Spearman’s Umur Correlation coeficient 1.000 .724**
rho Signifikasi . .000
N 20 20
Y Correlation coeficient .724** 1.000
Total Signifikasi .000 .
N 20 20
Sumber: Analisis data primer 2021

Hasil analisis statistik menggunakan uji rank spearman di SPSS pada

tabel 10 menunjukan adanya hubungan yang cukup dengan perolehan

angka koefisien korelasi sebesar 0,724**. Korelasi bernilai signifikan

karena 0,000 lebih kecil dari 0,01 serta kedua variabel tersebut bersifat

searah karena angka tersebut bernilai positif.

4.2.2. Uji Korelasi Rank Spearman Pendidikan (X2) dengan Tingkat

Implementasi PHT (Y Total)

Tabel 11. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Implementasi PHT


Correlations
Pendidika Y Total
n
Spearman’s Pendidika Correlation coeficient 1.000 .817**
rho n Signifikasi . .000
N 20 20
Y Total Correlation coeficient .817** 1.000
Signifikasi .000 .
N 20 20
Sumber: Analisis data primer 2021

Hasil analisis statistik uji rank spearman di SPSS pada tabel 11

diperoleh angka korelasi sebesar 0,817**. Artinya tingkat hubungan antara


31

variabel pendidikan dengan tingkat implementasi tinggi dan bersifat searah

karena koefisien korelasi tersebut bernilai positif serta bernilai signifikan

karena nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,01.

4.2.3. Uji Korelasi Rank Spearman Lamanya Usahatani (X3) dengan Tingkat

Implementasi PHT (Y Total)

Tabel 12. Hubungan Lamanya Usahatani dengan Tingkat Implementasi


PHT
Correlations
Lama Y Total
usahatan
i
Spearman’s Lama Correlation coeficient 1.000 .653**
rho usahatani Signifikasi . .000
N 20 20
Y Total Correlation coeficient .653** 1.000
Signifikasi .000 .
N 20 20
Sumber: Analisis data primer 2021

Hasil output analisis statistik uji rank spearman di SPSS pada tabel 12

menunjukan adanya hubungan yang signifikan dikarenakan nilai

signifikasi 0,000 kurang dari 0,01 dan terdapat hubungan yang cukup

karena diperoleh angka koefisien sebesar 0,653** serta bersifat searah

karena angka koefisien tersebut bernilai positif.

4.3 Pembahasan Hasil


32

4.3.1. Hubungan Umur dengan Tingkat Implementasi PHT Tanaman Padi

Berdasarkan analisis uji rank spearman menunjukan bahwa umur

memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat Implementasi. Hal ini

berarti dalam implementasi PHT menyaratkan adanya umur sebagai faktor

yang dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktivitas seorang petani

dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka

kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik, maksimal serta

dapat merima pengetahuan tentang PHT . Hal ini sesuai dengan penelitia

(Sari dkk., 2016) mengungkapkan bahwa umur memiliki peran yang penting

dalam menggapai keberhasilan usaha karena umur akan mempengaruhi daya

ingat, produktivitas, keberanian untuk mengambil resiko dan pola piker

dalam menerima inovasi dalam berusahatani.

4.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Implementasi PHT Tanaman

Padi

Analisis uji rank spearman menunjukan pendidikan memiliki

hubungan yang signifikan dengan tingkat implementasi PHT. Hal ini berarti

pendidikan merupakan faktor penting dalam kaitannyaa dengan tingkat

implementasi. Tingkat pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan

responden dalam menjalankan budidaya tanaman padi dan kecepatan

mereka dalam mengadopsi inovasi dan teknologi baru, termasuk penerapan

PHT. Karena pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih

luas. Hal ini sesuai dengan penelitian (Adawiyah dkk., 2017) menyatakan

bahwa ,orang dengan pendidikan tinggi relatif cepat dalam menerapkan


33

inovasi teknologi. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat menambah

pengetahuan terkait kecepatan adopsi inovasi.

4.3.3. Hubungan Lamanya Usaha Tani Dengan Implementasi PHT Tanaman

Padi

Berdasarkan analisis uji rank spearman menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lamanya usaha dengan tingkat

implementasi PHT. Hal ini berarti lamanya usaha tani merupakan faktor

yang memiliki kaitan implementasi PHT. Hasil ini sesuai dengan (Haque

dkk., 2016) yang menyatakan bahwa pengalaman dalam bertani padi

merupakan faktor penting dalam mengadopsi penerapan PHT. Lamanya

usaha tani berpengaruh terhadap daya respon, tanggapan dan penerimaan

pada suatu informasi teknologi yang di sampaikan kepada petani. Di dusun

sumberwinong sebagian besar petani memiliki pengalaman berusaha tani

yang cukup lama, dengan demikian hal inilah yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan petani. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian (Prastia

dkk., 2016) yang menyatakan bahwa semakin lama petani melakukan

kegiatan bertani , maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh

dari pengalaman yang didapatkannya dan pengalaman dalam keikutsertaan

petani dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan.


34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat implementasi

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong, Desa

Banjardowo Kecamatan Jombang.

2. Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan dengan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong,

Desa Banjardowo Kecamatan Jombang.

3. Terdapat hubungan yang nyata antara lamanya usahatani dengan tingkat

implementasi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) di dusun Sumberwinong,

Desa Banjardowo Kecamatan Jombang.

5.2 Saran

Umur, pendidikan dan lamanya usaha tani berhubungan dengan tingkat

implementasi PHT tanaman padi, untuk itu terus ditingkatkan pembinaan

terhadap kelompok tani di dusun Sumberwinong, Desa Banjardowo

Kecamatan Jombang.

35
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, C. R., Sumardjo, & Mulyani, E. S. (2017). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peran Komunikasi Kelompok Jagung, Dan Kedelai Di Jawa
Timur. Jurnal Agro Ekonomi, 35(2), 151–170.

Alam, M. Z., Haque, M. M., Islam, M. S., Hossain, E., Hasan, S. B., Hasan, S. B.,
& Hossain, M. S. (2016). Comparative Study of Integrated Pest Management
and Farmers Practices on Sustainable Environment in the Rice Ecosystem.
International Journal of Zoology, 2016, 1–12.
https://doi.org/10.1155/2016/7286040

Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Jombang dalam Angka 2019. 78.
https://jombangkab.bps.go.id/publication/2019/09/26/ecb429eb57f506730a6
a8fb8/kecamatan-jombang-dalam-angka-2019.html

Citraresmini, A., & Bachtiar, T. (2017). Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos
Jerami-Biochar dan Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah. Jurnal Ilmiah
Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 12(2), 133.
https://doi.org/10.17146/jair.2016.12.2.3547

Dewi, D. A. (2015). Evaluasi Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama


Terpadu (SLPHT) (Studi Perbedaan Kemampuan Petani Pengendali Hama
Terpadu (PHT) dan Kemampuan Petani non Pengendali Hama Terpadu
(PHT) di Desa Duri Wetan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan).
Unesa, 1–15.

Diratmaja, A. I., & Zakiah. (2015). Konsep Dasar Dan Penerapan PHT Padi
Sawah Di Tingkat Petani. Agros, 17(2015), 33–45.

Effendy, L. (2020). Perilaku Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu Pada


Budidaya Padi Di Kecamatan Cikedung. Inovasi Penelitian, 1(3), 287–302.

Erythrina, Indrasti, R., & Muharam, A. (2013). Kajian Sifat Inovasi Komponen
Teknologi untuk Menentukan Pola Diseminasi Pengelolaan Tanaman
Terpadu Padi Sawah. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 16(1), 45–55. https://doi.org/10.21082/jpptp.v16n1.2013.p

Fadhilah, M. ., Eddy, B. ., & Gayatri, S. (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan,


Sikap, dan Keterampilan Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Produksi
Pada Petani Padi di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Jurnal Sosial
Ekonomi Pertanian, 2(1), 39–49.

Haque, M. H. K., & Mirza Mobashwerul. (2016). Determinants of Rice Farmer’s


Adoption of Integrated Pest Management Practices in Bangladesh. Journal
of Experimental Agricultur International, 14(14), 1–6.

36
Husnain, Kasno, A., & Rochayati, S. (2016). Pengelolaan Hara dan Teknologi
Pemupukan Mendukung Swasembada Pangan di Indonesia Role of Inorganic
Fertilizer in Supporting Indonesian Food Self Sufficiency. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 10(1), 25–36.

Indiati, S. W., & Marwoto, M. (2017). Penerapan Pengendalian Hama Terpadu


(Pht) Pada Tanaman Kedelai. Buletin Palawija, 15(2), 87.
https://doi.org/10.21082/bulpa.v15n2.2017.p87-100

Irianto, S. G. (2018). Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan Organisme


Penganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim (OPT-DPI). Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan.

Khairunnisa, Saleh, A., & Anwas, M. O. (2019). Penguatan Kelembagaan Petani


Padi Dalam Pengambilan Keputusan Adopsi Teknologi Ipb Prima.
Penyuluhan, 15(1). https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v15i1.23460

Laba, I. W., Wahyuno, D., & Rizal, M. (2014). Peran PHT, pertanian organik dan
biopestisida menuju pertanian berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik, 6(3), 25–34.

Manueke, J., Assa, B. H., & Evangeline, A. P. (2017). Hama-Hama Pada


Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Di Kelurahan Makalonsow
Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. Eugenia, 23(3), 120–127.

Maris, P. (2013). Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan


Tingkat Adopsi Teknologi PHT Pasca SLPHT Padi Di Desa Metuk
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Skripsi.

Munawir, Faqih, A., & Dukat. (2016). Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi
Petani Dengan Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Kacang Hijau (Vigna Radiate L). Agrijati, Vol. 30, page 02.

Prastia, D.H., Hariyanto, E. B. (2016). Pengaruh Pengetahuan Petani Kentang


terhadap Pertanian Berkelanjutan di desa Kepakisan Kecamatan Batur. Edu
Geography, 4(3).

Ramadan, Y. M., Achdiyat, & Saridewi, T. R. (2020). Kemandirian Petani Dalam


Penerapan Pengendalian. Jambura Agribusiness Journal, 2(1), 1–13.

Sa’adah, L. (2017). Analisis Data IBM SPSS STATISTICS 24. Fakultas Ekonomi
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang.

Sari, N., Anna, F., & Tjitropranoto, P. (2016). Tingkat Penerapan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) Sayuran di Kenagarian Kota Tinggi Kabupaten Agam,

37
Sumatera Barat. Penyuluhan, 12(1), 15–30.

Setyadin, Y., Abida, S. H., Azzamuddin, H., Rahmah, S. F., Leksono, A. S.,
Biologi, J., & Brawijaya, U. (2017). Efek Refugia Tanaman Jagung (Zea
mays) dan Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola
Kunjungan Serangga di Sawah Padi (Oryza sativa)) Dusun Balong,
Karanglo, Malang. Biotropika, 5, 54–58.

Soekartawi. (1998). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press Jakarta.

Sudaramawan, H. P. A. (2011). Hubungan Antara Faktor-Faktor Sosial Ekonomi


Petani Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Padi Organik Di
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. In UNS - Skripsi.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,kualitatif, dan R&D. Bandung


Alfabeta.

Susanti, A. (2018). Manajemen Tanaman Perkebunan Menuju Komoditi Sehat


(Zulfika (ed.); 1st ed.). Fakultas Pertanian Universitas KH. A. Wahab
Hasbullah.

Susanti, A., Hidayat, R., & Prasetjono, H. (2018). Implementasi Mikoriza sebagai
Sarana Pengetahuan Konservasi Mandiri Lahan Marginal di Kecamatan
Kabuh Kabupaten Jombang. Jurnal Agroradix, 1(2), 9–17.

Untung, K. (2000). Pelembagaan Konsep Pengendalian Hama Terpadu di


Indonesia. In Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia (Vol. 6, Issue 1, pp.
1–8). https://doi.org/10.22146/jpti.12392

Untung, K. (2006). Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah


Mada University Press Yogyakarta.

Yuantari, M. G. C., Widiarnako, B., & Sunoko, H. R. (2013). Tingkat


Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida ( Studi Kasus di Desa
Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan ). Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan 2013, 142–148.

38
LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
Variabel Faktor Sosial Ekonomi Petani
No. Data Diri Responden R S T Skor

a. Umur

1. < 40 Tahun

2. 40-60 Tahun

3. >60 Tahun

b. Pendidikan

1. ≤ SD

2. SMP – SMA

3. > SMA

c. Lama Berusaha Tani

1. < 10 Tahun

2. 10 – 20 Tahun

3. >20 Tahun

Indikator Tingkat Implementasi PHT Tanaman Padi


NO. PERTANYAAN R S T SKOR
a. Pengolahan Lahan
1. Saya mengetahui tentang manfaat
pemberoan tanah
b. Pembibitan
2. Saya mengetahui tentang perlakuan
benih

39
c. Penanaman
3. Saya mengetahui tentang manfaat pergiliran
tanaman untuk pengendalian hama&penyakti
pada tanaman
d. Pemupukan
4. Saya mengetahui berbagai jenis pupuk yang
digunakan dalam usahatani
E. Pengelolaan Hama&Penyakit Terpadu
5. Saya mengetahui istilah PHT
F. Pengamatan OPT (organisme Pengganggu
Tanaman) dan Musuh alami
6. Saya mengetahui tentang pengamatan OPT dan
musuh alami

40
LAMPIRAN 2. Data Jawaban Responden

Tingk
Lama Impleme
Umur Pendidika Usahatan PHT
a (X1) n (X2) i (X3) P1 P2 P3 P4 P5 P6 (Y Tot
min 2 1 3 3 2 2 3 3 2
mini 1 2 2 3 3 2 2 2 2
irin 2 1 3 3 3 2 3 2 3
midi 2 1 2 2 2 3 2 2 2
n 1 2 2 2 2 2 2 2 1
rmin 2 1 3 2 3 2 2 2 2
mat 2 2 2 2 3 2 3 1 2
an 2 2 2 2 2 1 1 2 2
holiq 2 1 2 3 3 3 3 2 2
msul Huda 3 2 2 3 3 2 3 2 3
ono 2 2 2 3 3 3 3 2 3
Rosyid 2 1 2 3 3 3 3 2 2
ri 3 1 2 2 3 1 2 1 2
man 2 2 2 1 3 2 3 2 1
hul Amin 3 1 3 2 2 1 3 2 2
rul Anwar 2 2 1 2 2 2 3 2 2
munah 3 1 3 1 2 1 2 2 2
h. Mahmudi 2 2 2 3 2 2 3 2 2
mujiono 2 2 2 2 3 2 3 2 2
adi 2 2 2 2 3 3 3 2 2

41
LAMPIRAN 3. Output SPSS Uji Korelasi Rank Spearman

Uji Korelasi Rank Spearman X1 (Umur) denga Y Total (Tingkat Implementasi


PHT)

Correlations
Umur YTOT
Spearman's rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .724**
Sig. (2-tailed) . .000
N 20 20
**
YTOT Correlation Coefficient .724 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji
Korelasi
Rank Spearman X2 (Pendidikan) dengan Y Total (Tingkat Implementasi PHT)

Correlations
Pendidikan YTOT
Spearman's rho Pendidikan Correlation Coefficient 1.000 .817**
Sig. (2-tailed) . .000
N 20 20
**
YTOT Correlation Coefficient .817 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Lamanya Usaha
tani YTOT
Spearman's rho Lamanya Usaha tani Correlation Coefficient 1.000 .653**
43

Sig. (2-tailed) . .002


N 20 20
**
YTOT Correlation Coefficient .653 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uji Korelasi Rank Spearman X3 (Lama Usahatani) dengan Y Total (Tingkat


Implementasi PHT)

Anda mungkin juga menyukai