Anda di halaman 1dari 42

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA PETANI DI KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL SKRIPSI

oleh
Diwali Sukma Alyani
NIM 162310101004

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA PETANI DI KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pembelajaran di Fakultas Keperawatan (S1) dan memenuhi gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

oleh
Diwali Sukma Alyani
NIM 162310101004

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU MANAJAMEN STRES DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA KELOMPOK PETANI DI KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

oleh:
Diwali Sukma Alyani
NIM 162310101004

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Ns. Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep

Dosen Pembimbing Anggota : Ns. Latifa Aini S, M.Kep., Sp. Kep. Kom.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan
Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Di Agricultural
Area Kecamatan Panti Kabupaten Jember”. Peneliti menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini, terutama kepada:

1. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Jember;
2. Ns. Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ns.
Latifa Aini S, M.Kep., Sp. Kep. Kom., selaku Dosen Pembimbing anggota yang
telah membimbing, memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan
proposal ini;
3. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama melaksanakan studi di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
4. Seluruh civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
5. Kedua orang tua dan adik saya yang selalu memberikan dukungan dan doa
selama proses penyusunan proposal skripsi ini; dan
6. Seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam proposal
skripsi ini, sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Peneliti berharap, semoga proposal
skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, September 2019

Peneliti
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu komunitas masyarakat, perawat keselamatan dan kesehatan
kerja atau occupational health nursing memililiki peranan yang sangat penting
dalam bidang kesehatan para pekerja, yaitu untuk memastikan tenaga kerja
dalam keadaan sehat dan juga produktif. Perawat kesehatan kerja memiliki
peranan yang berfokus pada perawatan penyakit dan pertolongan cedera, hal
tersebut harus didukung dengan pengetahuan dan keterampilan perawat untuk
mengidentifikasi dan membantu pekerja dalam mengelola berbagai faktor-faktor
di lingkungan kerja seperti manajamen fisik, kimia, biologi, posisi ergonomis
dan psikososial yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan juga
keselamatan pada pekerja. Pengawasan lingkungan kerja dan penilaian
kebutuhan kesehatan yang menyeluruh pada pekerja penting dilakukan oleh
perawat keselamatan kerja untuk dapat mengidentifikasi populasi yang beresiko
dan melakukan perencanaan terhadap pencegahan primer (Alender dkk., 2010).
Terdapat berabagai bidang pekerjaan yang dapat dikelola oleh perawat
keselamatan dan kesehatan kerja, salah satunya yaitu pada bidang pertanian,
dengan lebih dari sepertiga tenaga kerja dunia telah bekerja pada sektor
pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor pekerjaan yang paling
berbahaya dengan angka kecelakaan kerja serta status kesehatan yang buruk
setiap tahunnya (ILO, 2011). Pertanian menempati urutan kedua dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas tertinggi di Indonesia pada pekerjanya. Masalah utama
pada pertanian yaitu terkait resiko kesehatan dan gaya hidup masyarakat di
pedesaan (Alender dkk., 2010) .
Kabupaten Jember sendiri menjadikan sektor pertanian sebagai sumber
ekonomi masyarakatnya, yaitu sekitar 51,89%. Pada Kecamatan Panti, petani
menduduki presentase sekitar 55,21% sebagai mata pencaharian penduduknya
(BPS Kabupaten Jember, 2017). Banyaknya penduduk dengan mata
pencaharian petani tersebut memicu berbagai permasalahan kesehatan, 10,6%
obesitas, 62,6% anemia, 50,3% nyeri sendi dan tulang. Salah satu permasalahan
kesehatan yang kerap dialami oleh petani yaitu Hipertensi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada petani di daerah pedesaan jember, didapatkan
presentase pre hipertensi sistolok (20.1%) dan hipertensi sistolik grade 1 dan 2
(25.1%) serta hipertensi diastolik grade 1 dan 2 (35.8%) (Susanto dkk., 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dibagi menjadi 2
faktor, meliputi faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelmain,
umur, genetik dan ras, sedangkan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola
mkan, kebiasaan olahraga, konsumso garam yang tinggi, kopi, minuman
alkohol dan stres (Artiyaningrum, 2016). Terdapat peningkatan masalah
kesehatan perilaku pada petani yang berhubungan dengan stres, termasuk bunuh
diri, dperesi dan penyalahgunaan zat (Tepoel dkk., 2017). Stres yang
berlangsung lama akan memicu pelepasan hormon yang menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan penurunan diameter pembuluh darah, yang
akan menyebabkan peningkatan tekanan darah (Astri dkk., 2018). Berdasarkan
hasil penelitian, stres diketahui berhubungan secara signifikan dengan
hipertensi dan menjadi faktor resiko pada hipertensi (Bhelkar dkk., 2018). Hasil
penelitian menyatakan bahwa individu yang tinggal di daerah perkotaan
memiliki lebih banyak tekanan psikologis dan sosial dibandingkan individu
yang tinggal di pedeaan. Namun, orang yang tinggal di perkotaan memiliki
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi daripada di daerah pedesaan (Islamia,
2012 dalam Pangastuti dkk., 2016).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas diketahui bahwa banyaknya
penduduk indonesia sebagai petani juga diikuti dengan tingginya angka
kejadian hipertensi pada petani. Hipertensi pada petani dapat dipengaruhi oleh
tingkat stres. Oleh karenanya perlu dilakukan pengkajian dan analisa lebih
lanjut mengenai “Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada
petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil
dalam penelitian ini yaitu, apakah ada hubungan tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Umum


Menganalisis dan mengetahui hubungan perilaku manajemen stres dengan
kejadian hipertensi pada petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember Tujuan
Khusus
1.3.1 Mengidentifikasi tingkat stres pada petani Kecamatan Panti Kabupaten
Jember
1.3.2 Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada petani Kecamatan Panti
Kabupaten Jember
1.3.3 Menganalisis hubungan tingkat stres dengan kejadian hiprtensi pada
petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberi gambaran bagi
masyarakat khususnya pada kelompok petani dengan hipertensi untuk
dapat mengetahui tingkatan stres dan cara mengelola stres dari masalah
yang dihadapi sehingga mengontrol tekanan darah yang dialami.
1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi institusi pendidikan dari penelitian ini
adalah sebagai tambahan bahan referensi dan acuan dalam penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai salah satu sumber informasi kepada tenaga kesehatan khusunya
perawat komunitas untuk memberikan pelatihan dan juga penyuluhan
kesehatan terkait tingkat stres dan manajamen stres kepada kelompok
petani dengan sebagai upaya pengendalian hipertensi.
1.4.4 Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian khususnya
terkait hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada kelompok
tani pada petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian mengenai tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada petani di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember ketika dilakukan pencarian menggunakan
google scholar dengan kata kunci “tingkat stres” didapatkan 4.190 hasil di
tahun 2019, dengan kata kunci “kejadian hipertensi pada petani” didapatkan
206 hasil di tahun 2019, dan dengan kata kunci “tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada petani” didapatkan 115 hasil pencarian. Pencarian di Journal
of Hypertension dengan kata kunci “stres level” didapatkan 129 hasil
pencarian dengan kata kunci “hypertension on farmer” didapatkan 36 hasil,
dan dengan kata kunci “stres level with hypertension on farmer” didapatkan
10 hasil.
Penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penelitian saat ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Alviolita Nur Septiani (2019), berjudul
“Gambaran distres psikologi pada petani tembakau di kecamatan Kalisat
Kabupaten Jember”. Dari penelitian tersebut, dibutuhkan keterbaruan
penelitian mengenai hubungan tingkat stres dan kaitannya dengan kejadian
hipertensi pada petani Di Kabupaten Panti Kabupaten Jember. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Perbedaan Penelitian Indriani Penelitian Mahasiswa


Judul Penelitian Gambaran Distres Psikologi Hubungan Tingkat Stres dengan
Pada Petani Tembakau di Kejadian Hipertensi di Kecamatan
Kecamatan Kalisat Panti Kabupaten Jember
Kabupaten Jember
Variabel Gambaran Distres Psikologi Independen : Tingkat Stres
Dependen : Kejadian Hipertensi
Tempat Petani Tembakau di Petani yang ada di Kecamatan Panti
Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember
Kabupaten Jember
Rancangan Rancangan penelitian yang Rancangan penelitian yang
Penelitian digunakan dalam penelitian digunakan dalam penelitian ini
ini adalah cross sectional. adalah cross sectional
Analisa Data Analisa data menggunakan Analisa data menggunakan chi
spearman rank square karena kedua variabel
memiliki jenis data kategorik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres pada Petani


2.1.1 Definisi Stres pada Petani
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan
psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai
kejiwaan. Pengaruh stres menyebabkan penyakit fisik muncul akibat lemah dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut (Wirawan, 2012). Stres merupakan
respon fisik maupun mental dari adanya suatu kejadian yang mengalami perubahan
serta mengancam tatana hidup yang menjadi sumber dari beban keamanan, beban
fisik, emosional dan mental (Carlson et al, 2010) Stres yang dialami petani
merupakan ketidakseimbangan antara usaha dan hasil yang diperoleh dimana hal
tersebut merupakan sebuah ancaman.(Huat Bin (Andy), 2010)

2.1.2 Resiko permasalahan stres pada petani


Pertanian sebagai salah satu sektor pekerjaan yang paling berbahaya dan
beresiko tinggi mengalami cedera fatal dan non-fatal (David dan Kotowski, 2007
dalam TePoel, 2017). Cuaca, beban hutang yang besar, kondisi pasar yang tidak
menentu, peraturan pemerintah, jam kerja yang panjang, hasil panen yang tidak
pasti, mesin rusak dan terpapar bahan-bahan berbahaya seperti kimia pertanian
merupakan beberapa faktor penyebab stres pada petani (National Centre for
Farmer Health, 2016). Berbagai faktor stres tersebut berdampak dengan banyaknya
permasalahan kesehatan pada petani seperti penyakit kardiovaskuler, sindrom
metabolik, obesitas bahkan depresi (Varvogli dan Darviri, 2011).
Gejala stres pada petani dibagi menjadi tiga yitu secara fisik, emosional, dan
perilaku (National Centre for Farmer Health, 2016). Gejala stres secara fisik
meliputi sakit kepala, masalah pada perut (sembelit dan diare), perubahan tekanan
darah, dan menagalami kelelahan. Gejala stres secara emosional berupa
meningkatnya kemarahan, frustasi, tidak sabar, kesulitan dalam mengendalikan
emosi, tingkat percaya diri yang rendah dan depresi. Sementara gejala stres secara
perilaku dapat berupa makan berlebihan, meningkatnya kebiasaan merokok dan
minuman beralkohol, perubahan kebiasaan tidur, gelisah dan mengalami kesulitan
beradaptasi terhadap perubahan pada suatu keadaan (National Centre for Farmer
Health, 2016).
Tingkat stres berdasarkan DASS dibagi menjadi lima kategori yaitu normal,
ringan, sedang, berat, dan sangat berat (Lovibond, S.H & Lovibond, 1995). Stres
normal merupakan stres alamiah yang dirasakan oleh setiap orang seperti kelelahan
setelah mengerjakan tugas dan merasakan detak jantung lebih keras setelah
beraktivitas (Nilamastuti, 2016). Stres ringan terjadi beberapa menit atau jam yang
menimbulkan gejala pernafasan terengah-engah, kesulitan menelan, merasa lemas,
takut tanpa alasan yang tidak jelas, dan merasa lega jika situasi berakhir. Stres
sedang terjadi beberapa jam sampai dengan beberaoa hari dengan gejala mudah
marah, rekais yang berlebihan, sulit istirahat, lelah karena cemas, tidak sabar ketika
mengalami penundaan, mudah tersinggung, gelisah dan tidak dapat memaklumi hal
apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan suatu hal. Stres berat dapat
terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun dikarenakan adanya
penyakit fisik jangka panjang, dapat ditunjukkan dengan merasa tidak dapat
berfikir positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, sedih dan
tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagi
seoarng manusia dan berfikir bahwa hidup tidak lagi bermanfaat. Sementara stres
sangat berat merupakan stres yang terjadi dalam rentang waktu bebrapa bulan
dalam waktu yang tidak dapat ditentukan, biasanya pada tingkat ini seseorang tidak
memiliki motivasi untuk hidup dan teridentifikasi mengalami depresi berat
(Nilamastuti, 2016).
2.1.3 Prevensi Tingkat Stres pada petani
Pencegahan atau prevensi pada maslah kesehatan merupakan bagian utama
dari praktik kesehatan masyarakat. Pencegahan merupakan antisipasi untuk
mencegah masalah atau suatu upaya untuk mempersiapkan deteksi sedini mungkin
dan meminimalkan potensi kecacatan. Pencegahan ini dilakukan pada tingkat
kesehatan masyarakat yang meliputi : pencegahan primer, sekunder dan tersier
(Alender dkk., 2010)
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada stres difokuskan pada pemberian intervensi yang
bersifat dan berorientasi pada pencegahan dengan berfokus pada semua
pekerja, baik yang beresiko maupun tidak beresiko (Tetrick dan Winslow,
2015). Intervensi yang dapat dilakukan berupa manajamen konflik,
pengorganisasian kerja dan menjalani program kesehatan. Pengorganisasian
kerja merupakan salah satu dari intervensi primer yang dinilai kurang
keefektifannya dalam pengukuran tingkat stres bila dibandingkan dengan
pembuatan tingkat organisasi yang dilakukan secara kombinasi pada
individu maupun langsung pada suatu kelompok, intervensi tersebut dinilai
lebih efektif bila diterapakn pada kedua belah pihak baik pada individu
maupun kelompok.
b. Pencegahan Sekunder
Intervensi sekunder yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
terhadap stres yang berfokus pada pekerja yang beresiko, sehingga target
yang dituju adalah pekerja yang telah terpapar faktor-faktor resiko dan
berusaha menghilangkan faktor resiko tersebut dengan memberikan
pengetahuan serta keterampilan untuk mengatasi stressor tersebut.
Cognitive Behavioral Therapy merupakan slaah satu bentuk intervensi
sekunder yang dapat dilakukam untuk mengatasi stres. berdasar hasil
analisis systematic review yang dilakukan, Cognitive Behavioral Therapy
dianggap efektif bila dilakukan bersamaan dengan intervensi alternatif lain
seperti teknik relaksasi (Tetrick dan Winslow, 2015).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya untuk mengurangi tingkat dan
keparahan masalah kesehatan ke tingkat yang paling rendah, sehingga dapat
meminimalkan kecacatan dan mengambalikan atau mempertahankan
fungsi. Dukungan rehabilitasi dan bimbingan atau konseling untuk
memulihkan diri dari beberapa cacat fisik atau mental banyak digunakan
dalam pencegahan tersier terhadap stres (Alender dkk., 2010) Pencegahan
tersier terhadap stres dilakukan pada kelompok pekerja yang mengalami
kesusahan dan membutuhkan bantuan untuk pulih dari gejala yang
berhubungan dengan stres bahkan depresi. Intervensi yang dapat dilakukan
beruap rehabilitasi dan juga konseling (Tetrick dan Winslow, 2015).
2.1.4 Manajamen Stres pada petani
Manajemen stres didefiniskan sebagai suatu keterampilan seseorang untuk
mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari stres yang
dirasakan karena adanya ancaman dan ketidkammapuan dalam coping yang
dilakukan (Smith, 2002 dalam Badri, 2012). Stres tidak dapat disembuhkan akan
tetapi stres dapat ditangani. Petani Tidak dapat mengendalikan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi pertanian dan keluarga akan tetapi seorang petani
mampu untuk mengendalikan dan mengelola stressor yang dihadapi. Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk dapat mengendalikan stres dalam sektor pertanian
seperti pembuatan perencanaan yang matang dengan tidak menunda-nunda
pekerjaan, dan melakukan perawatan peralatan sebelum alat tersebut rusak dan
pemanfaatan waktu secara efisien dalam melakukan kegiatan di pertanian sehari-
hari serta siapa saja yang akan bertugas untuk melakukan kegiatan tersebut
(National Centre for Farmer Health, 2016). Stres pada individu juga dapat
dikendalikan dengan cara membangun sikap, keyakinan dan pikiran yang positif,
bersikap fleksibel, rasional dan adaptif terhadap orang lain. Pengendalian faktor
penyebab stres dengan cara mengasah kemampuan menyadari (awareness skills),
kemampuan untuk menerima (coping skills), dan kemampuan untuk bertindak
(action skills) (Sunaryo, 2013).

2.2 Konsep hipertensi pada Kelompok Petani


Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) dimana
tekanan darah di pembuluh darah seseorang mengalami peningkatan secara kronis
(Riskesdas, 2013). Dikatakan normal apabila <120/80 mmHg, pra-hipertensi (120-
139 mmHg), untuk hipertensi tahap 1 (140-159 mmHg) dan hipertensi tahap 2
(>160 mmHg) (Donham dkk., 2019)
Tabel Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003
Klasifikasi Tekanan Tejanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 160 atau >160 100 atau >100

2.2.1 Faktor Resiko Hipertensi pada Kelompok Petani


Indonesia masih merupakan salah satu negara agraris yang menjadikan
sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Berdasarkan survei
pertanian antar sensus (SUTAS) diketahui bahwa 33.487.806 orang yang memiliki
mata pencaharian sebagai petani di Indonesia. Jawa Timur memiliki jumlah
penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani sebanyak 6.290.107 orang
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.559.572 dan laki- laki 4.730.535
orang. Kabupaten Jember sendiri menjadikan sektor pertanian sebagai sumber
ekonomi masyarakatnya, yaitu sekitar 51,89%. Pada Kecamatan Panti, petani
menduduki presentase sekitar 55,21% sebagai mata pencaharian penduduknya
(BPS Kabupaten Jember, 2017). Banyaknya masyarakat dengan mata pencaharian
petani tersebut memicu berbagai permasalahan kesehatan. Salah satu permasalahan
kesehatan yang kerap dialami oleh petani yaitu Hipertensi. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada petani di daerah pedesaan jember, didapatkan presentase pre
hipertensi sistolok (20.1%) dan hipertensi sistolik grade 1 dan 2 (25.1%) serta
hipertensi diastolik grade 1 dan 2 (35.8%) (Susanto dkk., 2016).
Sektor pertanian dianggap sebagai salah satu pekerjaan paling berbahaya,
dengan resiko lebih tinggi kejadian cedera baik fatal maupun tidak pada pekerjanya
(Tepoel dkk., 2017). Kurangnya pengawasan terkait permasalahan kesehatan pada
petani seperti standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi permasalahan
yang harus ditangani (Susanto dkk., 2016). Terdapat potensi-potensi bahaya
keselamatan yang mungkin didapatkan ketika bekerja, dengan tidak adanya standar
K3 bagi petani, kelompok petani menjadi kelompok resiko di masyarakat.
Pertanian telah banyak dikaitkan dengan dengan permasalahan kesehatan
kerja seperti maslaah pernafasan, gangguan muskuloskeletal, dan stress. Kondisi
tersebut memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kecacatan, konsep sehat-
sakit serta dampak yang merugikan terkait pendapatan usaha tani. Selain itu petani
juga dianggap sebagai kelompok yang sulit dijangkau untuk terlibat dengan
intervensi pencegahan. International Labour Organization (ILO) juga menyatakan
bahwa penyakit kardiovaskuler sebagai kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekejaan,
yang dipengaruhi oleh faktor-faktir seperti paparan bahan kimia, lama jam kerja,
kebisingan dan stress (Diana Van Dorn, 2017).
2.2.2 Screening atau Deteksi Dini Hipertensi pada Petani
Deteksi dini atau screening terhadap kejadian hipertensi pada petani dapat
dilakukan dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Tensimeter
yang dapat digunakan dibagi menjadi tiga jensi yaitu tensimeter digital, tensimeter
raksa dan tensimeter pegas. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil nilai
kappa tekanan darah sistolik menggunakan tensimeter raksa dan tensimeter pegas
adalah κ = 0,872, hal tersebut menunjukkan bahwa konsistensi kesesuaian antara
kedua alat sangat baik. Sedangkan hasil nilai kappa tekanan darah diastolik
menggunakan tensimeter air raksa dan tensimeter pegas adalah κ = 0,629
(Rosinondang, 2019). Pengukuran tekanan darah mengalami perbedaan apabila
diukur pada sore ataupun malam hari (Paz dkk., 2019). Menurut penelitian yang
telah dilakukan, waktu yang tepat untuk mengukur tekanan darah yakni dengan
interval 5 menit dari waktu pengukuran (Tice dkk., 2019). Terdapat beberapa hal
yang harsu diperhatikan dalam melakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter seperti teknik dan lokasi pemasangan manset, posisi
lengan, posisi punggung dan kaki pada klien (John M. Fleck, 2019). Maka dari itu
dibutuhkan waktu yang tepat untuk pengukuran tekanan darah dan memperhatikan
beberapa teknik yang tepat dalam pengukuran sehingga dapat diperoleh hasil
tekanan darah yang akurat untuk membantu mempermudah penegakkan diagnosis
dan meningkatkan kualitas perawatan dan sesuai dengan dengan kebutuhan yang
akan diberikan kepada klien.
2.2.3 Prevensi (Primer, Sekunder, Tersier) pada Petani
Perawatan kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan individu maupun komunitas. Tindakan pencegahan dilakukan untuk
persiapan awal sebelum terkena penyakit. Ilmu kesehatan kerja (Occupational
Health) bertujuan untuk meningkatkan produktifitas kerja, yang meliputi
pencegahan penyakit, pencegahan kelelahan kerja, dan lainnya. Dimana tindakan
yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain dengan kesehatan lingkungan kerja
(hygiene of work’s environment), kesehatan kerja (occupational health) terutama
penyakit akibat kerja serta keselamatan kerja (safety of work) (Mubarak dan
Chayatin, 2013).
Terdapat tiga pencegahan yang dapat dilakukan di masyarakat, antara lain:
a. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Pencegahan primer dilakukan selama fase prepatogenesis suatu masalah
kesehatan dimana pencegahan yang dilakukan sebelum sakit atau
ketidakfungsian dan diaplikasikan ke populasi yang sehat. Pencegahan ini
dilakukan untuk tujuan agar masyarakat berada pada kondisi sehat yang optimal
atau “stage of optimal health” dan tidak ke tahap yang lebih buruk (Mubarak dan
Chayatin, 2013).
1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan kesehatan dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan
(health education), penyuluhan kesehatan (PKM). Masalah kesehatan yang
dapat dicegah bukan hanya penyakit infeksi menular namun juga masalah
kesehatan lainnya seperti kecelakaan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa, dan
sebagainya.
2) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Spesific Protection)
Dilakukan guna memberikan perlindungan khusus pada seseorang atau
masyarakat antara lain dengan imunisasi, kebersihan diri, perlindungan diri
dari sekolah, perlindungan diri dari kecelakaan (accidental safety),
kesehatan kerja (occupational health), serta pengendalian sumber-sumber
pencemaran.
b. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
Pencegahan sekunder dilakukan pada tahapan patogenesis yakni pencegahan yang
dilakukan pada masyarakat yang sedang sakit. Terdapat dua kegiatan dimana
diantaranya deteksi dini (earlly detection) dan pengobatan dini (early curative).
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera/adekuat (early diagnosis and promt
treatment) antara lain dengan cara penemuan kasus secara dini (early case
finding), pemerikasaan umum lengkap (general check up), pemeriksaan
masal (mass screening), survei terhadap kontak, sekolah, rumah (contack
survei, school survei, household survei), penanganan kasus (case holding)
serta pengobatan yang adekuat (adequate treatment).
2) Pembatasan kecacatan (disability limitation) antara lain dengan melalui
penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi,
perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan yang
lainnya.
c. Pencegahan tersier (tertiery prevention)
Pencegahan tersier dilakukan pada tahapan patogenesis yakni pencegahan terhadap
masyarakat yang telah sembuh dari penyakit serta mengalami kecacatan. Kegiatan
yang dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan lanjutan, terapi kerja (work
therapy), perkampungan rehabilitas sosial, penyadaran masyarakat, lembaga
rehabilitasi seerta partisipasi masyarakat, dan yang lainnya. Terdapat dua kegiatan
dimana diantaranya membatasi kecacatan (disabiilty limitation) dan rehabilitas
(rehabilitation). Pada kejadian hipertensi, intervensi tersier yang dapat dilakaukan
adalah dengan pengobatana non farmakologis dan manajamen farmakologis sesuai
dengan keluhan yang mendasari.

2.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani


Sektor pertanian yang dianggap sebagai salah satu pekerjaan paling
berbahaya, dengan resiko tinggi angka kejadian cedera menimbulkan banyak
permasalahan kesehatan baik fisik atau kesehatan mental seperti stres. Terdapat
beberapa faktor pada sektor pertanian seperti cuaca, beban hutang yang besar, pasar
yang tidak menentu, peraturan pemerintah, jam kerja yang panjang, hasil panen
yang tidak pasti, perselisihan antara anggota lain dalam kelompok petani, mesin
rusak atau terpapar dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya menjadi pemicu
adanya tingkat stres pada petani (National Centre for Farmer Health, 2016). Stres
yang terjadi pada petani akibat tingginya tuntutan kerja dalam produktivitas
pertanian dari bercocok tanam, memanen, dan emnjual hasil pertanian yang
berhubungan dengan perubahan iklim yang tidak menentu mengakibatkan sistem
kardiorespirasi bekerja lebih tinggi sehingga berdampak pada kenaikan tekanan
darah (Susanto dkk., 2016)
2.4 Kerangka Teori

Penyebab stres pada petani: Gejala Stres :


a. Cuaca Stres
b. Beban hutang yang besar a. Fisik
c. Pasar yang tidak menentu b. Emosional Tingkat stres Tindakan Preventif
d. Peraturan pemerintah c. Perilaku a.Normal
1. Prevensi Primer
e. Jam kerja yang panjang b.Ringan
c.Sedang 2. Prevensi Sekunder
f. Hasil panen yang terkadang 3. Prevensi Tersier
(National Centre for d. Berat
tidak pasti produksi
Farmer Health, 2016) e. Sangat berat
g. Perselisisihan antar anggota
kelompok petani (Lovibond, 1995)
h. Mesin rusak
i. Terpapar bahan-bahan
berbahaya seperti bahan kimia
pertanian Hipertensi
(National Centre for Farmer
Health, 2016)

Tindakan Preventif Klasifikasi Hipertensi


4. Prevensi Primer a. Normal
b. Prehipertensi
5. Prevensi Sekunder
c. Hipertensi stage 1
6. Prevensi Tersier d. Hipertensi stage 2
(JNC VII 2003)
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Penyebab stres pada petani:


a. Cuaca Hipertensi
b. Beban hutang yang besar
c. Pasar yang tidak menentu
d. Peraturan pemerintah
e. Jam kerja yang panjang Tingkat stres
f. Hasil panen yang terkadang tidak a.Normal
pasti produksi b.Ringan
j. Perselisisihan antar anggota c.Sedang
kelompok petani d. Berat
k. Mesin rusak e. Sangat berat
l. Terpapar bahan-bahan
berbahaya seperti bahan kimia (Lovibond, 1995)
pertanian
(National Centre for Farmer
Health, 2016)

Keterangan:
: diteliti

: tidak diteliti

: diteliti

: tidak diteliti
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang didasarkan pada teori yang telah
dibuat dan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2016). Hipotesis dari penelitian ini yaitu Hipotesis
alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada kelompok petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Tingkat kesalahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,05. Ha diterima jika ρ value < 0,05.
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif bersifat non


eksperimen yaitu analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan
melakukan pengukuran pada responden sebanyak satu kali saja. Dalam peneltian
ini peneliti melakukan analisis tingkat stres dengan kejadian hipertensi di petani
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Variabel independen yang digunakan
adalah tingkat stres dan vaiabel dependen yaitu kejadian hipertensi.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian didapatkan dari keseluruhan petani yang ada di
wilayah Kecamatan Panti Kabupaten Jember jumlah petani yang berjumlah

4.2.2 Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel probability sampling dilakukan dengan


cara cluster sampling, menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan presisi sebesar
10%. Jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak , dengan menggunakan rums data
proporsi:

Keterangan :
n = besar sampel minimum
N = besar populasi
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (10%)
C = jumlah seluruh cluster di populasi
 2 = (ai – mi P)2 /(C’-1) dan P = ai /mi
ai = banyaknya elemen yang masuk kriteria pada cluster ke-i
mi = banyaknya elemen pada cluster ke-i
C’ = jumlah cluster sementara

Jadi, jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak responden.

4.2.3 Kriteria sampel penelitian


Kriteria inklusi adalah kriteria yang membuat individu dapat dijadikan
sampel. Kriteria eksklusi adalah kriteria yang membuat individu tidak dapat untuk
dijadikan sampel penelitian. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Kriteria inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember dengan minimal lama
bekerja selama > 6 bulan
b. Kriteria eksklusi
1) Petani yang menolak dijadikan responden
4.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di ... desa pada petani yang berada di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember.Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
berdasarkan teknik sampling yang akan dilakukan oleh peneliti di Kecamatan
Panti.
4.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini terhitung sejak pembuatan proposal hingga
penyusunan laporan dan publikasi penelitian yaitu dimulai pada bulan September
2019.
4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Hasil

Variabel Tahapan atau ukuran a. Gejala fisik Kuesioner Depression Ordinal Normal
independen: terjadinya perasaan yang b. Gejala psikologis Anxiety Stres 42 Ringan
tingkat stres tidak menyenangkan c. Gejala perilaku (DASS 42) Sedang
yang ditandai dengan Berat
sulit untuk beristirahat, Sangat berat
khawatir, atau gelisah,
perasaan tidak berguna
dan putus asa.
Variabel Tekanan darah yang 1. Sistolik Sphygmomanomeneter Nominal Normal :
dependen: abnormal yaitu lebih dari 2. Diastolik dan sthetoscope < 120/80 mmHg
kejadian 140 mmHg untuk sistolik Hipertensi :
hipertensi dan 90 mmHg untuk >120/90 mmHg
diastolik
4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Sumber data
Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung. Data
primer yang didapatkan pada penelitian ini diperoleh dari pengisian kuisioner
petani tenatng siswa tentang karakteristik responden dan tingkat stres. Sementara
data terkait kejadian hipertensi diperoleh secara langsung dari responden dengan
cara mengukur tekanan darah.
Data sekunder adalah data yang sudah ada dan diperoleh dari sumber lain..
Data sekunder yang didapat peneliti berasal dari pihak lain yang berhubungan
dengan variabel yang akan diteliti melalui studi literatur.
4.6.2 Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data pada untuk variabel independen pada penelitian ini
menggunakan kuesioner yang meliputi karakteristik responden dan tingkat stres.
Sementara untuk variabel dependen menggunakan sthetoscope dan
sphygnomanometer Selanjutnya peneliti memulai langkah penelitian sebagai
berikut:
a. Peneliti menyusun dan mengajukan proposal penelitian kepada dosen
pembimbing untuk disetujui.
b. Peneliti mengajukan surat penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Jember.
c. Selanjutnya peneliti mengajukan surat kepada Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik (BAKESBANGPOL) untuk memperoleh surat rujukan ke Dinas
Kesehatan dan Dinas Pertanian di Jember. Surat rujukan yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan digunakan untuk melihat data daerah yang tinggi dengan
hipertensi. Surat rujukan yang diperoleh dari Dinas Pertanian digunakan untuk
melihat luas lahan pertanian dan menentukan lokasi penelitian yaitu pada petani
di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember.
d. Kemudian peneliti melakukan penelitian kepada responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
e. Peneliti menjelaskan lembar informed dan kuesioner yang akan diisi responden.
f. Responden menandatangani lembar inform consent.
g. Peneliti membagikan lembar kuesioner untuk diisi oleh responden dan
selanjutnya melakukan pengukuran tekanan darah.
h. Responden mengisi kuesioner yang telah diterima didampingi oleh peneliti.
i. Data yang didapatkan diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS dan
hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
j. Peneliti menulis laporan hasil penelitian secara menyeluruh dan melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing.
k. Selanjutnya dilakukan uji kelayakan hasil laporan penelitian oleh dosen
pembimbing dan dosen penguji sesuai bidang keilmuan FKEP UNEJ.
4.6.3 Alat Pengumpul data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk variabel independen dalam
penelitian ini adalah kuesioner DASS yang berisi pertanyaan tentang tingkat stres.
Sementara alat ukur untuk variabel dependen yaitu berupa alat ukur untuk
mengukur tekanan darah dengan menggunakan stethoscope riester dan
sphygmomanometer EBN
a. Instrumen Tingkat Stres
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
Depression Anxiety Stres Scale (DASS) yang dibuat oleh Lovibond dan Lovibond
pada tahun 1995 dan dikembangkan oleh Psychology Foundation of Australia.
Instrumen ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan telah diuji
validitas dan reabilitasnya oleh Damanik (2011). Kuesioner DASS terdiri dari 42
item yang mengukur general psychological distres seperti depresi, kecemasan,
dan stres. Instrumen ini terdiri dari tiga skala yang masing-masing terdiri dari 14
item. Nmaun sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti hanya menggunakan
subskala stres pada kuesioner DASS. Untuk skala stres dinilai dari nomor 1, 6, 8,
11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Masing-masing pertanyaan memiliki
empat pilihan jawaban yang disusun dalam bentuk skala likert dan responden
diminta untuk menilai pada tingkat manakah mereka mengalami setiap kondisi
yang disebutkan (Damanik, 2011). Alternatif jawaban yang digunakan dan skala
penilaiannya dijelaskan pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Skala alternatif jawaban DASS
No Alternatif Jawaban Skor
1. Tidak pernah merasakan 0
2. Pernah merasakan 1
3. Merasakan 2
4. Sering merasakan 3

Interpretasi hasil penilaian kuesioner DASS ini dikategorikan


berdasarakan jenis skalanya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Kategori Depresi Stres Kecemasan
Normal 0-9 0-14 0-7
Ringan 10-13 15-18 8-9
Sedang 14-20 19-25 10-14
Berat 21-27 26-33 15-19
Sangat Berat >28 >34 >20

b. Instrumen Kejadian Hipertensi


Alat pengumpulan data pada variabel depeneden dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah. Alat yang digunakan meliputi
stethoscope riester dan sphygmomanometer pegas EBN dalam satuan mmHg.
Hasil dari pengukuran darah tersebut dicatat dalam lembar observasi pengukuran
tekanan darah yang telah dibuat oleh peneliti.
4.6.4 Uji validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas merupakan ketepatan instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur responden yang akan diukur (Sugiyono, 2014). Uji validitas pada
kuisioner dalam penelitian ini melihat nilai korelasi pada pertanyaan yang
signifikan dengan membandingkan nilai r tabel dan nilai r hitung. Pertanyaan
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel dan dikatakan tidak valid apabila r hitung
< r tabel (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas merupakan suatu indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat dapat digunakan dan memberikan hasil yang tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih pada masalah yang sama
(Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini menggunakan instrumen DASS yang diadopsi dan
dikembangkan oleh Lovibond, P.F (1995) dimana instrumen ini tidak perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya lagi karena telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan hasil cronbarch’s alpha 0,90 (Lovibond & Lovibond, 1995).
Kuesioner DASS yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia juga telah
terbukti valid dan reliabel dengan hasil cronbarch’s alpha 0.88 (Damanik, 2011).
Sedangkan uji reliabilitas alat ukur untuk mengukur tekanan darah yaitu
sphygmomanometer EBN akan dilakukan uji kalibrasi di Laboratorium Kalibrasi
Universitas Jember sebagai standar pemakaian penelitian. Uji validitas instrumen
DSES telah dilakukan oleh Underwood dan Teresi pada 2002 didapatkan nilai r
tabel 0,2104. Serta hasil uji validitas didapatkan nilai r hitung 0,36-0,83, maka
instrumen DSES dikatakan valid. Intrumen DSES telah disajikan dalam bahasa
Indonesia oleh (Underwood, 2006) sehingga peneliti tidak perlu melakukan back
translation. Uji validitas instrumen POI memiliki r hitung yaitu rentang 0,485-0,765
dan r tabel yaitu 0,444. Uji validitas instrumen DASS ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan hasil uji cronbach’s alpha 0,90.

4.7 Pengolahan Data


4.7.1 Editing
Editing merupakan proses pemeriksaan kuisioner yang dibagikan pada
responden dan diserahkan pada pengumpul data untuk diperiksa kembali
(Notoatmodjo, 2012).
4.7.2 Coding
Coding merupakan proses mengkelompokkan jawaban-jawaban
responden ke dalam kategori yang ditentukan peneliti. Biasanya peneliti
mengubah huruf menjadi angka untuk mempermudah analisa data (Notoatmodjo,
2012).
a. Jenis kelamin
Laki-laki :1
Perempuan :2
b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA :4
PT :5
c. Jawaban pertanyaan kuesioner DASS
Tidak pernah merasakan :1
Pernah merasakan :2
Merasakan :3
Sering merasakan :4
d. Karakteristik responden berdasarkan tekanan darah
Normal :1
Hipertensi :2

4.7.3 Processing/entry
Processing/entry merupakan proses memasukkan jawaban ke dalam tabel
kuisioner yang berupa kode melalui program pengolah data seperti SPSS
(Notoatmodjo, 2012).

4.7.4 Cleaning
Cleaning merupakan proses memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan
untuk mengevaluasi adanya kesalahan seperti data yang terlewat atau belum
dimasukkan dan diperbaiki sampai tidak ada kesalahan agar dapat digunakan
(Notoatmodjo, 2012).
4.8 Analisa Data
4.8.1 Analisa univariat
Analisa univariat merupakan analisis deskriptif dengan tujuan menjelaskan
karakteristik variabel yang akan diteliti yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan lama bekerja. Karakteristik responden seperti umur dan lama
bekerja disajikan dalam bentuk mean dan standart deviasi apabila terdistribusi
secara normal, jika tidak maka data yang disajikan berupa median dan persentil
(Notoatmodjo, 2012). Sedangkan data kategorik seperti jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan disajikan dalam bentuk proporsi.
4.8.2 Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kedua
variabel (Notoadmojo, 2012). Analisa bivariat pada penelitian ini memiliki tujuan
untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara tingkat stres dengan
kejadian hipertensi pada petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Skala
pengukuran pada kedua variabel penelitian ini adalah skala kategorik sehingga uji
statistik yang digunakan adalah Chi Square.

4.9 Etika Penelitian


4.9.1 Prinsip kemanfaatan
Penelitian diharapkan mampu memberi manfaat yang maksimal untuk
masyarakat terutama untuk subyek penelitian yaitu petani di Kecamatan Panti
Kabupaten jember. Peneliti diharuskan meminimalisir adanya dampak yang
merugikan bagi subyek penelitian seperti ciders, stres, rasa sakit bahkan kematian
(Notoatmodjo, 2012). Sehingga peneliti perlu menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian terlebih dahulu kepada responden.
4.9.2 Prinsip menghormati harkat dan martabat
Peneliti diharuskan mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk
menerima informasi mengenai tujuan dan manfaat penelitian. Selain itu peneliti
memberikan kebebasan kepada subyek untuk bersedia atau tidak menjadi subyek
penelitian yang dituangkan dalam lembar inform concent (Notoatmodjo, 2012).
4.9.3 Anonimitas
Peneliti menjamin kerahasiaan tentang informasi dan biodata subyek
penelitian dengan hanya menuliskan inisial pada lembar kuisioner. Kuisioner
atau data yang telah diisi subyek penelitian hanya boleh dilihat oleh pihak yang
berkepentingan terhadap penelitian seperti peneliti dan akademisi (Notoadmojo,
2012).
4.9.4 Prinsip keadilan
Peneliti tidak diperbolehkan membeda-bedakan gender, agama, suku,
budaya dan keuntungan yang diperoleh responden selama penelitian berlangsung
(Notoatmodjo, 2012). Sehingga peneliti memperlakukan setiap responden sama,
yaitu berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia.
4.9.5 Prinsip kejujuran
Peneliti diharuskan memberikan informasi yang jujur mengenai penelitian
sehingga diharapkan tidak menimbulkan rasa cemas dan curiga bagi responden
(Notoatmodjo, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Alender, J. A., C. Rector, dan Kristine D. Warner. 2010. Community Health


Nursing. Edisi 7. Philadelphia: Lippincott.
Artiyaningrum. 2016. Aktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianhipertensi
tidak terkendali pada penderita yang melakukan pemeriksaanrutin di
puskesmas kedungmundu kota semarang tahun 2016. Public Health
Prespective Journal. 1(1)
Astri, Farida Hallis Dyah Kusuma, dan E. Widiani. 2018. FAKTOR-faktor yang
mempengaruhi stres pada pasien hipertensi di puskesmas wisata dau malang.
Nursing News. 3(1):348–357.
Badan Pusat Statistik. 2018. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018.
Jakarta: Berita Resmi Statistik.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2017. Kecamatan Panti Dalam Angka
2017. Jember: Katalog BPS.

BPS. 2019. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018. Jakarta: BPS-
Statistics Indonesia.
Bhelkar, S., S. Deshpande, S. Mankar, dan P. Hiwarkar. 2018. Association between
stress and hypertension among adults more than 30 years : a case-control
study. 9(6):430–433.
Damanik, E. D. 2011. The Measurement of Reliability, Validity, Items Analysis and
Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Donham, K. J., S. M. Meppelink, K. M. Kelly, dan D. S. Rohlman. 2019. Health
indicators of a cohort of midwest farmers: health outcomes of participants in
the certified safe farm program. Journal of Agromedicine. 24(3):228–238.
Huat Bin (Andy). 2010. Occupational stress among the new zealand farmers - a
review
ILO. 2011. Safety and Health in Agriculture. France: Geneva.
Lovibond, S.H & Lovibond, S. . 1995. Manual For The Depression Anxiety &
Stress Scales. Edisi 2. Sydney: Psychology Foundation.
Mubarak, W. I. dan N. Chayatin. 2013. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
Dan Teori. jakarta: Salemba Medika.
National Centre for Farmer Health. 2016. Managing Stress on the Farm. Hamilton.
Nilamastuti, M. . 2016. Hubungan Tingkat Spiritual Dengan Tingkat Stres Pada
Narapidana Di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kabupaten Jember.
Universitas Jember.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
Pangastuti, H. S., M. Perdana, D. A. Wati, H. I. Tien, dan U. G. Mada. 2016. THE
difference of sodium intake , physical activities and psychological problems
of patients suffering from. INJEC. 3(1):71–78.
Paz, L. G., B. Kostov, M. C. Alvira-balada, C. Colungo, N. García, S. Roura, E.
Blat, C. Sierra-benito, J. M. Sotoca-momblona, J. Benavent-areu, E. Sánchez,
A. Sisó-almirall, dan E. Sanchez. 2019. Effectiveness ff a new one-hour blood
pressure monitoring method to diagnose hypertension : a diagnostic accuracy
clinical trial protocol. BMJ Open. 9(5):1–6.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Susanto, T., R. Purwandari, dan E. W. Wuryaningsih. 2016. Model kesehatan
keselamatan kerja berbasis agricultural nursing : studi analisis masalah
kesehatan petani (occupational health nursing model-based agricultural
nursing : a study analyzes of farmers health problem). Jurnal Ners. 11(1):45–
50.
Tepoel, M., D. Rohlman, dan M. Shaw. 2017. The impact of work demand and
gender on occupational and psychosocial stress in hispanic farmworkers.
23(2):109–123.
Tetrick, L. E. dan C. J. Winslow. 2015. Workplace stress management interventions
and health promotion. (January):1–21.
Tice, J. R., L. G. Cole, S. M. Ungvary, S. D. George, dan J. S. Oliver. 2019.
Clinician accountability in a primary care clinic time-interval blood pressure
measurements study : practice implications. Applied Nursing Research.
45(2019):69–72.
Underwood, L. G. 2006. Ordinary spiritual experience: qualitative research,
interpretive guidelines, and population distribution for the daily spiritual
experience scale. Archive for the Psychology of Religion. 28(1):181–218.
Varvogli, L. dan C. Darviri. 2011. Stress management techniques: evidence-based
procedures that reduce stress and promote health. 2:74–89.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Bapak/Ibu calon responden
Petani di Kecamatan Panti

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Diwali Sukma Alyani
NIM : 162310101004
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Mastrip Gang Blora n0 27B Sumbersari, Jember

Peneliti bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan


Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember”. Penelitian ini menjamin kemanan dan kenyamanan bagi
Bapak/Ibu sebagai responden maupun keluarga Bapak/Ibu. Kerahasian semua
informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika
Bapak/Ibu bersedia menajdi responden, maka saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab
pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi
responden saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Diwali Sukma Alyani


NIM 162310101004
Lampiran 2. Lembar Consent

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan, pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember, yaitu:
Nama : Diwali Sukma Alyani
NIM : 162310101004
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Mastrip Gang Blora n0 27B Sumbersari, Jember
Judul : Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani
di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan


saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Jember, ........................2019

(..............................................)
Nama terang dan tanda tangan
Lampiran 3. Kuesioner Karakteristik Responden

Karakteristik Responden
1. Umur
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Tingkat Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. PT
4. Lama bekerja men
5. jadi petani :
Lampiran 4. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 42

Depression Anxiety Stres Scales


(versi Bahasa Inggris oleh Psychology Foundation of Australia)

DASS Name: Date:

Please read each statement and circle a number 0, 1, 2 or 3 which indicates how much the statement applied to you
over the past week. There are no right or wrong answers. Do not spend too much time on any statement.

The rating scale is as follows:


0 Did not apply to me at all
1 Applied to me to some degree, or some of the time
2 Applied to me to a considerable degree, or a good part of time
3 Applied to me very much, or most of the time

1 I found myself getting upset by quite trivial things 0 1 2 3


2 I was aware of dryness of my mouth 0 1 2 3
3 I couldn't seem to experience any positive feeling at all 0 1 2 3
4 I experienced breathing difficulty (eg, excessively rapid breathing, 0 1 2 3
breathlessness in the absence of physical exertion)
5 I just couldn't seem to get going 0 1 2 3
6 I tended to over-react to situations 0 1 2 3
7 I had a feeling of shakiness (eg, legs going to give way) 0 1 2 3
8 I found it difficult to relax 0 1 2 3
9 I found myself in situations that made me so anxious I was most relieved 0 1 2 3
when they ended
10 I felt that I had nothing to look forward to 0 1 2 3
11 I found myself getting upset rather easily 0 1 2 3
12 I felt that I was using a lot of nervous energy 0 1 2 3
13 I felt sad and depressed 0 1 2 3
14 I found myself getting impatient when I was delayed in any way (eg, 0 1 2 3
elevators, traffic lights, being kept waiting)
15 I had a feeling of faintness 0 1 2 3
16 I felt that I had lost interest in just about everything 0 1 2 3
17 I felt I wasn't worth much as a person 0 1 2 3
18 I felt that I was rather touchy 0 1 2 3
19 I perspired noticeably (eg, hands sweaty) in the absence of high temperatures or 0 1 2 3
physical exertion
20 I felt scared without any good reason 0 1 2 3
21 I felt that life wasn't worthwhil 0 1 2 3
Reminder of rating scale:
0 Did not apply to me at all
1 Applied to me to some degree, or some of the time
2 Applied to me to a considerable degree, or a good part of time
3 Applied to me very much, or most of the time

22 I found it hard to wind down 0 1 2 3


23 I had difficulty in swallowing 0 1 2 3
24 I couldn't seem to get any enjoyment out of the things I did 0 1 2 3
25 I was aware of the action of my heart in the absence of physical 0 1 2 3
exertion (eg, sense of heart rate increase, heart missing a beat)
26 I felt down-hearted and blue 0 1 2 3
27 I found that I was very irritable 0 1 2 3
28 I felt I was close to panic 0 1 2 3
29 I found it hard to calm down after something upset me 0 1 2 3
30 I feared that I would be "thrown" by some trivial but unfamiliar 0 1 2 3
task
31 I was unable to become enthusiastic about anything 0 1 2 3
32 I found it difficult to tolerate interruptions to what I was doing 0 1 2 3
33 I was in a state of nervous tension 0 1 2 3
34 I felt I was pretty worthless 0 1 2 3
35 I was intolerant of anything that kept me from getting on with what I 0 1 2 3
was doing
36 I felt terrified 0 1 2 3
37 I could see nothing in the future to be hopeful about 0 1 2 3
38 I felt that life was meaningless 0 1 2 3
39 I found myself getting agitated 0 1 2 3
40 I was worried about situations in which I might panic and make a fool 0 1 2 3
of myself
41 I experienced trembling (eg, in the hands) 0 1 2 3
42 I found it difficult to work up the initiative to do things 0 1 2 3
TES DASS subkala stres
(dalam terjemahan Bahasa Indonesia oleh Damanik, 2011 dan telah
dilakukan uji keterbacaan)

Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara


memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena
hal-hal sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi
untuk merasa cemas.
6 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan
lalu lintas, menunggu sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
membuat saya kesal.
11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan
terhadap hal yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

Sumber: diadopsi dari kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres Scales) 42


milik Lovibond (1995) dalam terjemahan Bahasa Indonesia oleh Damanik, 2011)

Anda mungkin juga menyukai