Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENYULUHAN PETERNAKAN

“Minimnya Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Penanganan


Kesehatan Ternak sebagai Penunjang Perkembangbiakan Ternak
di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur”

Disusun Oleh:
 Icha Purnama Sari : 05041181722028
 Pusparini Ambarwati : 05041181722006

Dosen Pembimbing :
Dr. Riswani, S.P., M.Si.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018

Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Minimnya Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Penanganan Kesehatan Ternak
sebagai Penunjang Perkembangbiakan Ternak di Kecamatan Sekampung
Kabupaten Lampung Timur”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
penyuluhan pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan tugas ini penulis berterimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yaitu Dr. Riswani, S.P., M.Si. yang telah
mencurahkan segenap ilmu maupun dedikasinya sehingga penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Dan juga kami berterimakasih kepada narasumber dari
salah satu tempat yang menjadi tempat tujuan kami melakukan penyuluhan atas
informasi mengenai permasalahan yang disampaikan,semoga sedikit penyuluhan
secara tidak langsung ini bisa diterima dan bermanfaat untuk masyarakat
disekitarnya.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan tugas ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran semua pihak untuk membantu melengkapi kekurangan dari tugas ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Indralaya, 03 November 2018

Penulis

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Kesehatan Ternak
2.1.1. Peranan Pendidikan Kesehatan
2.1.2. Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.3. Proses Pendidikan Kesehatan
2.1.4. Tingkat Pelayanan Kesehatan
2.2. Tindakan Pencegahan Penyakit Pada Ternak
2.2.1. Perlu Gerakan Sanitasi Kandang
2.2.2. Pemusnahan Total
2.2.3.Vaksinasi
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbagai penyakit yang muncul di masyarakat saat ini banyak berasal dari
hewan. Hal ini menjadi sangat penting karena penyakit dari hewan tersebut
sewaktu – waktu dapat mewabah hingga jangkauannya luas. Sehingga diperlukan
langkah – langkah terpadu untuk mencegah dan menanggulanginya. Mewabahnya
penyakit asal hewan terkait dengan populasi manusia, lingkungan, dan agen
penyakit itu sendiri yang dapat berimplikasi pada kemunculan suatu penyakit
zoonosis. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Umunya penyakit zoonosis bersifat fatal baik pada
hewan maupun manusia. Penyakit zoonosis menurut agen penyebabnya yaitu
zoonosis akibat virus, bakteri, protozoa, dan arthropoda, parasit serta jamur.
Hewan atau ternak harus diperlihara dengan cara yang sehat agar potensi
genetik maksimal dapat dicapai baik berupa daging, susu atau telur. Demikian
pula hewan kesayangan akan memberikan kebahagiaan tertentu kepada
pemiliknya, apabila kondisi sehat dan menyehatkan. Hewan atau ternak yang
tidak sehat dapat menimbulkan banyak kerugian seperti pertambahan bobot badan
menurun, produktivitas berkurang dan untuk hewan kesayangan tingkat
kelucuannya berkurang, bahkan tidak mustahil malah bisa mengganggu tingkat
kesehatan manusia.
Beberapa masalah kesehatan ternak dapat dicegah misalnya dengan sanitasi
dan higyene yang baik, dengan vaksinasi dan dengan manajemen kesehatan
dengan baik. Keberhasilan seorang peternak dapat diukur dengan sukses tidaknya
menerapkan program kesehatan pada ternaknya sehingga akan dihasilkan ternak
dalam keadaan sehat dan produktif. Oleh karena itu seorang peternak harus
memiliki bekal pengetahuan dasar kesehatan ternak. Meskipun dalam hal ini
dokter hewan ataupun mahasiswa peternakan dapat dijakian konsultan ataupun
pekerja dalam melaksanakan program kesehatan ternak, tetapi keberhasilan atau
kekagalan program sepenuhnya menjadi tanggungan peternak (Undang Santosa,
2006).

Universitas Sriwijaya
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang sering menjadi permasalahan pada kesehatan ternak dan yang
dibutuhkan masyarakat dalam pengembangbiakan ternaknya dari
seorang mantri hewan ?
2. Mengapa dilingkungan masyarakat yang bukan merupakan pemukiman
perkotaan jarang sekali ditemui seorang dokter hewan ataupun mantri
hewan, sedangkan banyak sekali masyarakat di perdesaan yang masih
berada di tempat yang banyak melakukan aktivitas beternak?
3. Bagaimana seorang mahasiswa peternakan dapat melakukan penyuluhan
atau sosialisasi untuk masalah yang dialami oleh masyarakat sekitar
mengenai kesehatan ternak ataupun kebutuhan lainnya seperti cara
pengembangbiakkan yang baik melalui inseminasi buatan atau nama lain
disebuah perdesaan yaitu kawin suntik, peran aapa yang akan digunakan
untuk sosialisasi dari penyuluhan yang dilakukan?

1.3. Tujuan Penyuluhan


1. Memberikan materi dan pembelajaran kepada peternak yang di dasarkan
pada kebutuhan peternak itu sendiri dalam upaya pengembangan
peternakannya.
2. Menjalin kerjasama seorang mahasiswa peternakan bersama dengan
mantri hewan di lingkungan tersebut untuk bisa bersosialisasi kepada
masyarakat atau bukan hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan
untuk ternak tetapi juga berbagi ilmu mengenai bagaimana cara
menangani kesehatan dan juga bagaimana cara bisa mencegah terjadinya
penyakit tersebut.
3. Menjalin kerjasama seorang mahasiswa peternakan bersama dengan
mantri hewan di lingkungan tersebut untuk memberikan kebutuhan atau
memberikan ilmu yang bisa dipergunakan untuk pengembangbiakan
ternak secara baik seperti inseminasi buatan atau kata lain di desa
setempat yaitu kawin suntik dan seorang mahasiswa peternakan
memberikan wawasan mengenai bagaimana cara masyarakat bisa
mengembangakan ternaknya dengan lebih efisien waktu.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Kesehatan Ternak


Pendidikan kesehatan menjadi hal yang sangat menunjang program-
program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini
tidaklah didukung oleh kenyataannya. Artinya dalam program-program
pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun
program itu telah melibatkan pendidikan kesehatan, tetapi kurang berbobot.
Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan
jelas memperlihatkan hasil. Dengan perkataan itu pendidikan kesehatan tidak
segera membawa manfaat bagi masyarakat dan mudah dilihat atau diukur. Hal
ini memang benar karena pendidikan adalah merupakan behavior investment
jangka panjang. Hasil intervensi pendidikan kesehatan baru dapat dilihat
beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (Immediate Impact)
pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningktan
pengetahaun masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum
akan berpengaruh langsung terhadapa indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan
akan berpengaruh padaperilaku sebagai hasil jangka menengah ( Intermediate
Impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan
berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran (Outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program
pengobatan yang dapat langsung memebrikan hasil terhadap penurunan kesehatan.
2.1.1. Peranan Pendidikan Kesehatan
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status
kesehatan mengacu pada konsep HL. Dari hasil penelitiannya di Amerika
Serikat, belum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang
sangat besar terhadap status kesehatan kemudian berturut-turut disusul oleh
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan yang mempunyai andil yang
paling kecil terhadap status kesehatan. Selanjutnya Lawrence Green
menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

Universitas Sriwijaya
1. Faktor Predisposisi ( Predisposing Factor)
2. Faktor Pendukung ( Enabling Factor)
3. Faktor yang memperkuat atau mendorong ( Reinforcing Factor)
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi
perilaku harus diarahkan kepada tiga faktor tersebut.
2.1.2. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adakah
suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh sebab itu konesp
pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar. Hal ini berarti di
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau nperubahan
ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok dan masyarkat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia
sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup
didalam mastyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai
kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebh tahu dan sebagianya).
Dalam mencapai tujuan tersebut seseorang individu, kelompok, masyarkat tidak
terlepas dari kegiatan belajar.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh
siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu
menjadi dapat.
Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri
 Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada sasaran
 Perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku
untuk waktu relatif lama
 Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.
Jadi konsep pendidikan kesehatan juga merupakan proses belajar pada
individu, kelompok, masyarakat dari yang tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan menjadi
mampu dan lain sebagainya.

Universitas Sriwijaya
2.1.3. Proses Pendidikan Kesehatan
Seperti yang telah diketahui bahwa didalam peroses belajar terdapat tiga
persoalan pokok :
1. Masukan, adalah menyangkut sasaran belajar (individu, kelompok,
masyarakat) dengan berbagai latar belakangnya.
2. Proses, mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(perilaku) pada diri subyek sasaran. Didalam proses ini terjadi pengaruh
timbal balik antar berbagai faktor, subyek belajar, pengajar, metode dan
teknik belajar, alat bantu belajar , dan materi atau bahan pelajaran.
3. Keluaran, hasil belajar yang bisa berupa perubahan perilaku dan
kemampuan.
2.1.4. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan
(five levels of preventions).
1. Promosi kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini pendidikan
kesehatan di perlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi, hygiene perorangan dan lainnya.
2. Perlindungan khusus (spesifik protection). contoh dalam program
imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus perlu
diikutsertakan juga pendidikan tentang imunisasi.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment). Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, anak sering sulit
mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan
terkadang masyarakat sulit atau tidak mau periksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini bisa berakibat masyarakat tidak memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan
sangat diperlukan pada tahap ini.
4. Pembatasan kecacatan (disability limitation). Kurangnya pengertian
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali
berakibat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Pengobatan yang tidak tuntas tersebut dapat berakibat pada kecacatan

Universitas Sriwijaya
atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh sebab
itu pendidikan pada tahap ini penting di perlukan.
5. Rehabilitasi ( rehabilitaion). Setelah sembuh dari suatu penyakit
tertentu, kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya
kadang diperlukan latihan tertentu, oleh karena pengetahuan dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak atau dengan melakukan latihan yang
dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang kadang mau untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyakarat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tapi perlu juga
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
2.2.Tindakan Pencegahan Penyakit Pada Ternak
2.2.1. Perlu Gerakan Sanitasi Kandang
 28.000 Ayam Mati Kena AI
BREBES - Wabah baru avian influenza atau lebih mudah disebut AI,
berbeda dari penyakit flu burung. Flu burung dapat menularkan virus dari unggas
ke manusia, sedangkan AI menular sesama unggas tetapi tidak membahayakan
manusia.
“Kendati demikian, penyakit ini berkembang luas ke peternak lain, para
peternak perlu segera melakukan langkah pencegahan,” kata YMT Kepala Kantor
Peternakan Kabupaten Brebes, Ir Nono Setyawan, menanggapi kemerembakan
wabah baru pada unggas di wilayah Brebes selatan.
Guna menghindari penularan pada unggas sehat, cara terbaik menurut Nono
adalah dengan membakar bangkai ayam yang terserang AI sehingga virus tidak
menyebar ke mana-mana. Cara lainnya, dilakukan dengan mengubur bangkai
unggas yang terkena AI pada lubang sedalaman 1,5 meter, kemudian ditaburi
kapur.
Peternak harus dengan cepat melakukan bio security secara ketat, yakni
menjaga lalu lintas ternak dan orang yang masuk ke kandang. Hal ini penting agar
virus tidak menyebar ke mana-mana. Setelah itu lokasi kandang harus disemprot
desinfektan (suci hama) supaya virus tidak menular ke unggas lainnya.

Universitas Sriwijaya
Menurut Nono, kini pihaknya belum perlu melakukan vaksinasi pada ayam.
Sebab, vaksin hanya dilakukan pada ayam yang sehat. Karena itu sebelum
dilakukan vaksinasi massal, ayam perlu diberikan vitamin supaya sehat. “Setelah
benar-benar sehat, baru dilakukan vaksinasi,”.
2.2.2. Pemusnahan Total
Idealnya, upaya pemberantasan total wabah AI atau wabah lain, seperti flu
burung, kandang, ayam yang mati dan yang terinfeksi harus dimusnahkan.
Namun persoalannya, usaha ternak yang dilakukan masyarakat Desa
Pakujati dan Kedungoleng merupakan satu-satunya tumpuan hidup. “Sangat tidak
mungkin Pemkab membantu seluruh biaya yang dikeluarkan para peternak bila
dilakukan pemusnahan total,” katanya.
Melihat persoalan itu, Kantor Peternakan dalam waktu dekat akan
mengusahakan cara preventif melalui gerakan penyemprotan hama dengan
desinfektan di kandang peternak. Diharapkan, kegiatan tersebut mengurangi
penyebaran virus ke kandang lain yang masih aman.
Diakui oleh Nono, sekitar September 2003 hingga Februari 2004, kawasan
ternak unggas di wilayah Brebes dinyatakan bebas wabah flu burung. Hal itu
dilihat dari angka kematian unggas peternak yang relatif kecil, di bawah 5%.
Namun mendekati Maret, kematian unggas meningkat. Karena itu bangkai
unggas petelur tersebut dibawa ke Balai Penyelidikan Penyakit Hewan (BPPH)
Yogyakarta. Hasilnya positif terserang AI sehingga tingkat kematian mencapai
3.000 ekor.
Ketua Koperasi Perwangga (Persatuan Pemuda Dukuh Karangbawang dan
Karanggandul) Desa Pakujati, Muhail SH, justru menampik data yang disodorkan
Kantor Peternakan Brebes menyangkut angka kematian ayam petelur anggotanya.
Sebab, sejak Februari-Maret sudah sekitar 28.000 ekor ayam mati dengan
nilai kerugian mencapai Rp 850 juta. Anggota koperasi yang berprofesi sebagai
peternak 79 orang dengan populasi ternak mencapai 90.000 ekor.(wh-17i) .
2.2.3. Vaksinasi
jenis vaksin yang digunakan tidak jauh berbeda yaitu:
Vaksin Marek. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Marek dan
diberikan secara subcutan atau intramuskular pada DOC. Biasanya vaksin ini

Universitas Sriwijaya
sudah dilakukan oleh breeder. Menurut literature vaksinasi dilakukan dengan
injeksi subcutan di bawah leher.
Vaksin ND + IB. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit
Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada 2
cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian dada.
Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan
divaksin.
Vaksin IB. Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam
terhadap Infectious Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu dengan
mencampurkannya dalam air minum.
Vaksin ND. Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit
Newcastle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 cara yaitu
dengan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler
pada dada.
Vaksin Cocci. Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga
kadangkala banyak peternak yang melewati vaksin ini karena dalam beberapa
pakan ayam jadipun sudah mengandung koksidiostat. Cara pemberian vaksin ini
terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya melalui air minum dan ada juga
yang menyemprotkannya ke pakan.
Vaksin Gumoro. Vaksin gumoro juga diberikan pada air minum.
Vaksin Coryza. Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbulnya
wabah Snot atau Coryza. Cara pemberian vaksin ini dilakukan dengan injeksi
intramuskuler pada dada atau paha.
Menurut SHS, petunjuk pemakaian vaksin ini adalah sbb:
Double injeksi 0,5-1 ml pada ayam umur 10 minggu
Initial dose 0,5-1 ml pada ayam umur 4-6 minggu
Booster 0,5-1 ml pada ayam umur 14-16 minggu
Injeksi dilakukan pada otot paha untuk mendapatkan kekebalan
Vaksin Fowl Pox/Cacar . Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan
vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk
sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi.

Universitas Sriwijaya
Petunjuk pemakaian dan dosisnya menurut Vaksindo adalah sebagai
berikut:
1. Kocok vaksin sampai emulsinya menjadi rata (homogen) sebelum
dipakai.
2. Bentangkan sayap ayam sedemikian rupa sehingga “wingweb”nya
terlihat jelas.
3. Celupkan jarum yang tersedia ke dalam vaksin
4. Tusuk wingweb dengan jarum tersebut hingga tembus.
5. Satu dosis vaksin setara dengan 0,01 ml
6. Vaksinasi dilakukan pada ayam umur 4-7 minggu dan dapat diulang
pada umur 8-12 minggu.
7. Lima sampai tujuh hari setelah vakinasi akan terjadi kekebalan ditandai
dengan terbentuknya sarang pox. Sarang pox akan mengecil dan menghilang
setelah 21 hari.
Vaksin ILT. Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh
ayam terhadap terjadinya infeksi pada saluran laringotracheal. Cara pemberian
vaksin ini adalah tetes mata, tetes hidung dan pemberian pada air minum.
Vaksin EDS. Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB, vaksin
ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom pada ayam
layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan melakukan injeksi intramuskuler pada dada.
Vaksin AI. Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat
adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di
beberapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung. Penyakit ini juga
membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena harus
dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan melakukan
vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak ayam atau pada
ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap serangan flu burung yang
dicurigai disebarkan melalui burung-burung liar yang melakukan migrasi. Vaksin
ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan injeksi subcutan dan injeksi
intramuskuler pada otot dada. Perbedaan ini didasari oleh umur ayam yang akan
dilakukan vaksinasi.

Universitas Sriwijaya
BAB III
PEMBAHASAN

Masyarakat di kecamatan sekampung kabupaten lampung timur, umunya


masih minim sekali penanganan mengenai tentang peternakan terutama pada
penanganan kesehatan ternak. Khususnya di lingkup perdesaan yang masih
banyak sekali masyarakatnya selain bekerja sebagai buruh tani ataupun berkebun
mereka mempunyai pekerjaan sampingan yaitu beternak yang memang ternak
tersebut terkadang masih digunakan untuk membantu tenaga kerja manusia seperti
membajak ataupun mengangkat barang. Banyak yang masih bertahan untuk tetap
memperkembangbiakkan ternak di perdesaan itu sebab untuk kebutuhan pakan
ternak tersebut masih lumayan banyak tersedia walaupun pada musim penghujan
yang berkelanjutan, masyarakat sulit untuk mencari rumput karena rumput banyak
terkena hujan dan mengandung air yang cukup banyak yang dapat membuat
ternak tersebut mengalami kembung. Ketika ternak tersebut sudah mengalami hal
seperti itu biasanya masyarakat jarang sekali untuk meminta bantuan kepada
seorang dokter hewan ataupun mantri hewan karena minimnya tenaga kerja dan
jaraknya yang sangat jauh. Pada akhirnya masyarakat menangani ternaknya
layaknya menangani manusia pada saat terkena penyakit tersebut dan ada yang
memang berhasil tapi tidak menutup kemungkinan banyak yang sering gagal dan
ternak tersebut mati karena tidak tertangani.
Masyarakat juga masih minim sekali untuk menangani masalah penyakit
pada ternaknya, karena kurangnya ataupun malah tidak ada sama sekali
penyuluhan di perdesaan mengenai peternakan bukan lagi pertanian. Masyarakat
juga jarang sekali mempergunakan tenaga kerja dokter hewan ataupun mantri
hewan ketika ternaknya mengalami masalah kesehatan. Kurangnya penyluhan
peternakan untuk memberikan wawasan ataupun informasi mengenai tindakan
pencegahan penyakit pada ternak. Seharusnya mantri hewan bukan hanya sekedar
memberikan pelayanan kesehatan namun mereka juga harus memberikan
pengetahuan mengenai tindakan pencegahan, kebersihan kandang untuk
kesehatan ternak tersebut. Dan juga biasanya seorang mantri hewan di minta
masyarakat untuk melakukan kawin suntik ternaknya.

Universitas Sriwijaya
Tenaga kerja dokter hewan jarang sekali ditemui di sebuah perdesaan, di
perkotaan pun masih jarang sekali. Seorang mantri hewan pun ternyata masih
seorang yang tahu tentang penyuluhan peternakan, yang mempunyai pengetahuan
saja bukan orang yang lulusan sarjana peternakan. Dan masih jarang sekali karena
masih banyak lulusan peternakan yang memang mereka tidak melakukkan
penyuluhan peternakan melainkan lebih memilih bekerja di industri – industri
yang berkaitan tentang peternakan. Kurangnya kesadaran bahwa masyarakat
banyak membutuhkan penyuluhan – penyuluhan mengenai peternakan tetapi
minimnya tenaga kerja yang mau turun untuk melakukan kegiatan tersebut
membuat masyarakat hanya bisa memangani permasalahan dengan sebisa dan
sepengetahuan mereka saja, tanpa sepengetahuan yang memang benar.
Sebagai mahasiswa peternakan kita harus mampu melakukan kerjasama
bersama dengan orang yang memang sudah pernah melakukan pelayanan
kesehatan. Melakukan kerjasama, saling sharing mengenai peternakan, mencari
informasi mengenai permasalahan yang sering dialami oleh masyarakatnya
tentang peternakan pastinya, kemudian membuat sosialisasi atau penyuluhan
kepada masyarakat. Kami mempunyai rencana untuk membuat penyuluhan –
penyuluhan peternakan, bukan lagi penyuluhan mengenai pertanian saja
melainkan kami akan membuat penyuluhan mengenai peternakan yang membahas
mengenai tindakan pencegahan penyakit ternak, mengetahui penyakit – penyakit
ternak, mengetahui ciri – ciri ternak sehat dan ternak sakit, dan yang pasti cara
penyembuhan ternak tersebut. Kami juga ingin melakukan penyuluhan mengenai
pengembangbiakan ternak dengan cara yang baik yaitu menggunakan inseminasi
buatan atau kawin suntik yang memang sudah banyak terdengar di masyarakat
tetapi masih jarang di gunakan oleh masyarakat karena beberapa faktor terutama
faktor biaya yang memang tidak murah untuk melakukan kawin suntik.
Masyarakat juga masih sering melakukan pengembangbiakan ternaknya dengan
cara kawin alami yang memang kawin tersebut dapat merusak salah satu
ternaknya terutama betina dari ternak tersebut. Dengan inseminasi buatan
sekarang masyarakat bisa memilih ternak unggul untuk di kembangbiakan.
Namun masyarakat belom sadar akan hal itu, hanya terdengar biasa saja di telinga
masyarakat dan mereka belom mengetahui keunggulannya.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Pendidikan kesehatan menjadi hal yang sangat menunjang program-
program kesehatan yang lain.
2. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adakah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan.
3. Hewan harus dipelihara dengan cara yang sehat agar potensi genetik
maksimal dapat dicapai, baik berupa daging, susu atau telur.
4. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Umunya penyakit zoonosis bersifat fatal baik
pada hewan maupun manusia. Penyakit zoonosis menurut agen
penyebabnya yaitu zoonosis akibat virus, bakteri, protozoa, dan
arthropoda, parasit serta jamur.
5. Hewan atau ternak yang tidak sehat dapat menimbulkan banyak
kerugian seperti pertambahan bobot badan menurun, produktivitas
berkurang dan untuk hewan kesayangan tingkat kelucuannya berkurang,
bahkan tidak mustahil malah bisa mengganggu tingkat kesehatan
manusia.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Dina. 2010. Buku Ajar Kesehatan Ternak. https://www.scribd.com. Buku


Ajar Kesehatan Ternak.

Khasanah, Kurniati. 2016. Makalah Kesehatan Ternak. https://www.scribd.com.


Makalah Kesehatan Ternak.

Undang Santosa. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penerbit Penebar


Swadaya. Jakarta.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai