Anda di halaman 1dari 26

REGISTRASI DAN KEWENANGAN PERAWAT

Diajukan sebagai salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah Etika dan
Hukum Keperawatan
Dosen Pengampu : Fauziah Rudhiati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

1. Herman B. Bonay 8. Diny Nur Fauziyah


2. Lilis Sriyani 9. Rosmiati
3. Rozi Buana 10. Fera Melinda
4. Ronalda 11. Syiva Dwi Fatmala
5. Ramdani Fikri 12. Sri Setia
6. Tati Karyawati 13. Oktovina Kpitarauw
7. Yunita Ida R. 14. Nana Suryana

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Mata Kuliah Etik Dan Hukum Keperawatan dengan judul
“Registrasi dan Kewenangan Perawat”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etik Dan Hukum
Keperawatan. di Magister Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih belum sempurna,
hal ini dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
kesempurnaan tugas ini, tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Mulyati, S.Kep.,Ners., M.Kes., selaku dosen koordinator mata kuliah
Etik Dan Hukum Keperawatan.
2. Fauziah Rudhiati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An, selaku dosen pengampu mata
kuliah Etik Dan Hukum Keperawatan
3. Seluruh Rekan-rekan angkatan 2019/2020, Program Magister
Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
Harapan kami semoga tugas makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.

Cimahi, September 2020

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................... 3

C. Manfaat.............................................................................................. 3

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan ..................................................................................... 4

B. Kewenangan Perawat ....................................................................... 5

C. Registrasi Tenaga Kesehatan ........................................................... 10

BAB III : PEMBAHASAN

A. Registrasi Perawat............................................................................. 14

B. Kewenangan Perawat........................................................................ 17

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 20

B. Saran ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan dunia saat ini menjadi acuan bagi perawat
untuk melakukan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Perawat
yang dulu membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan pelayanan klinis, kini mereka menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit belum mencerminkan praktik
pelayanan profesional sehingga para perawat harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan
moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan
yang bermutu (Supriyadi, 2005).
Keperawatan sebagai profesi dimanifestasikan antara lain melalui
praktik profesi yang diatur dalam suatu ketetapan hukum. Jika praktik
keperawatan dilihat sebagai praktik profesional maka harus ada otoritas atau
kewenangan, ada kejelasan batasan, siapa melakukan apa. Karena diberi
kewenangan maka perawat juga dapat digugat, perawat harus bertanggung
jawab terhadap setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Untuk
menjamin klien mendapatkan asuhan keperawatan bermutu tinggi, diperlukan
pengaturan secara hukum tentang praktik keperawatan yaitu ketetapan
(legislasi) praktik keperawatan (Dewi, 2010). Legislasi diperuntukan memberi
perlindungan hukum terhadap masyarakat, dan perawat. Dalam rangka
perlindungan hukum, perawat perlu disertifikasi, memperoleh ijin praktik
(lisensi) dan diregistrasi.
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain
pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat
yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan Registered Nurse. Untuk dapat
terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus
dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Perawat sebagai salah satu

1
2

anggota dari health provider harus mengantisipasi dirinya dengan


meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang aspek-aspek hukum yang
berhubungan dengan jasa pelayanan/praktik keperawatan, demikian juga
kesadaran untuk melakukan tugas sesuai dengan standar profesi.
Keluarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
yang kemudian diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2001 tentang
Tenaga Kesehatan, Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat, Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat,
serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, acuan dalam Kepmenkes RI Nomor 1239
tersebut dicabut, yang mana perawat sudah tidak menggunakan SIP lagi
melainkan diganti dengan Surat Tanda Registrasi (STR) dan menjelaskan
batasan kewenangan profesi perawat. sehingga perawat mempunyai legitimasi
dalam menjalankan praktik profesinya (Tribowo, 2010).
Dalam pelaksanaannya banyak kasus dalam hal pemenuhan hak dan
kewajiban perawat ini tidak berjalan dengan baik. Perihal pemenuhan hak
perawat seperti menerima imbalan jasa profesi masih banyak menimbulkan
ketidakpuasan bagi para perawat. Jika ada ketidakpuasan atas kompensasi yang
diterimanya, serta tidak ada penyelesaian yang baik, maka akan timbul prestasi
kerja yang menurun. Sebagai contoh dalam penelitian yang dilakukan oleh
Husein Kausaha di Puskesmas Labuha Bacan menyebutkan bahwa sistem
insentif yang telah dilaksanakan bagi Petugas Rawat Inap menimbulkan
ketidakpuasan para petugas dan menurunkan motivasi kerja. Terkait dengan
kewajiban perawat, pada kenyataannya masih banyak perawat yang belum
memiliki STR, SIK, maupun SIPP (Rivai, 2008).
Selain itu, banyak perawat yang membuka praktik di luar
kewenangannya. Tidak sedikit perawat yang membuka praktik keperawatan
mandiri bukan asuhan keperawatan yang dilakukan melainkan pelayanan medis
3

yang dilakukan tanpa izin dari pihak medis, dalam hal ini dokter. Dengan
adanya regulasi yang jelas, diharapkan perawat tidak lagi terjebak dalam grey
area. (Rivai, 2008).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa tentang registrasi dan kewenangan perawat
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa tentang registrasi perawat
b. Mampu menganalisa tentang kewenangan perawat

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Memberikan informasi bagi perawat dalam pelaksanaan registrasi dan
kewenangan perawat
2. Bagi Rumah Sakit
Memberikan sumbangan pemikiran untuk pelaksanaan registrasi dan
kewenangan perawat
3. Bagi Organisasi Profesi
Memberikan informasi bagi organisasi Profesi Perawat (PPNI) dalam
pelaksanaan Permenkes RI Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan
1. Pengertian
Keperawatan sebagai profesi modern secara luas diyakini diawali
oleh Florence Nightale adalah seorang perempuan abad 19 yang
berpendidikan baik yang berasal dari keluarga kaya di Inggris. Dia meyakini
keperawatan merupakan kebutuhan dan panggilan sosial yang terhormat
bagi wanita yang saat itu belum banyak pilihan karir (Sullivan, 2013)
Perawat menurut UU No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah
seseorang yang telah selesai serta lulus pendidikan tinggi pada perguruan
tinggi di bidang keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang
berlaku ( UU No 38, 2014).
Perawat dalam UU No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
dikelompokkan pada tenaga kesehatan sebagaimana termaktub pada pasal
11 ayat 1 menyatakan bahwa pengertian Tenaga Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri pada bidang kesehatan serta memeliki
kemampuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memiliki kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (UU No 36 tahun 2014).

2. Fungsi Perawat
Menurut Junaidi (2011) terdapat tiga jenis fungsi perawat dalam
melaksanakan perannya, diantaranya :
a. Fungsi Independen; dalam fungsi ini tindakan perawat tidak
memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri
berdasarkan kiat keperawatan.
b. Fungsi Interdependen; tindakan perawat berdasar pada kerja sama
dengan tim perawatan atau tim kesehatan.

5
6

c. Fungsi Dependen ; dalam fungsi ini perawat bertindak membantu


dokter dalam memberikan pelayanan medik.

3. Standar Kompetensi Perawat


Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati,
sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang
dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja
(performance) yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan
atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja
di bidang pelayanan keperawatan (PPNI, 2005).

B. Kewenangan Perawat
1. Pengertian
Wewenang adalah hak untuk melakukan atau memerintahkan kegiatan
kepada orang lain, terdapat pada pekerjaan dan diperlukan perawat untuk
melaksanakan praktik. Tanpa wewenang perawat tidak dapat berfungsi
memenuhi kebutuhan klien. Wewenang memiliki tingkatan - tingkatan dan
diperlukan dalam pelaksanaan tugas.
Wewenang adalah otoritas yang datang bersama dengan pekerjaan
yang dilakukan oleh perawat dalam melakukan kegiatan praktiknya di area
keperawatan. Kewenangan menggambarkan kewenangan klinik (clinical
privilege) yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tempat perawat
tersebut bekerja dan diakui oleh klien, teman sejawat perawat, dokter
dantenaga kesehatan lain serta memperoleh izin secara hukum. Dalam
melaksanakan tugasnya, perawat yang bekerja memiliki kewenangan antara
lain :
a. Wewenang Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
individu,keluarga, kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan untuk pencapaian derajat kesehatan
7

klien yang optimal. Berdasarkan Undang-Undang nomor 38 tahun


2014, pasal 30, dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan
di bidang upaya kesehatan perorangan, perawat berwenang :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
2) Menetapkan diagnosis keperawatan.
3) Merencanakan tindakan keperawatan.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan.
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
6) Melakukan rujukan.
7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat.
8) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
9) Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep
tenaga/obat bebas/ obat bebas terbatas).
Dalam melaksanakan tugas pemberi asuhan keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat berwenang:
1) Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkatkeluarga dan kelompok masyarakat.
2) Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat.
3) Membantu penemuan kasus penyakit.
4) Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
5) Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
6) Melakukan rujukan kasus.
7) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.
8) Melakukan pemberdayaan masyarakat.
9) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat.
10) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
11) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
12) Mengelola kasus.
13) Melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan
alternatif.
b. Wewenang Sebagai Penyuluh Dan Konselor
8

Tugas perawat dalam membimbing dan mendidik individu,


keluarga,kelompok dan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan klien, menanamkan kebiasaan perilaku hidup sehat,
membantu mengatasi masalah psikososial klien, serta memberikan
dukungan emosional dan intelektual sesuai kondisi klien.
Dalam Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan,
pada pasal 31 mengenai pelaksanaan tugas penyuluh dan konselor,
perawat berwenang :
1) Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik pada individu
dankeluarga serta di tingkat kelompok masyarakat.
2) Melakukan pemberdayaan masyarakat.
3) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
4) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
5) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

c. Wewenang Sebagai Pengelola Pelayanan Keperawatan


Tugas perawat dalam pengelolaan pelayanan keperawatan terdiri
dari pengelolaan langsung klien individu dan atau kelompok, unit ruang
rawat dan pengelolaan di tingkat institusi pelayanan kesehatan.
Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan pengelolaan
pelayanan keperawatan. Merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan, serta mengelola kasus.

d. Wewenang sebagai peneliti keperawatan


Tugas Perawat dalam penelitian keperawatan bertujuan mencari
fakta dan bukti baru secara empiris, mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang keperawatan untuk diaplikasikan dalam praktik
keperawatan sehingga pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan
secara efektif - efisien sesuai pengetahuan dan teknologi terkini.
Dalam menyelenggarakan tugasnya sebagai peneliti keperawatan,
perawat berwenang :
9

1) Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika.


2) Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atas izin pimpinan.
3) Menggunakan klien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Wewenang sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang


Tugas berdasarkan pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan
secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat dengan cara :
1) Tenaga medis menulis tugas pelimpahan wewenang pada setiap
saat diperlukan (situasional).
2) Tenaga medis (komite medik) bersama perawat (komite
keperawatan) menyusun daftar tugas pelimpahan wewenang
disetujui oleh pimpinan institusi pelayanan kesehatan.
Terdapat 2 (dua) cara pelimpahan wewenang yaitu delegatif dan
mandat, diantaranya :
1) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat
dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. Pelimpahan
wewenang secara delegatif hanya diberikan kepada perawat profesi
atau vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan tugas limpah.
2) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah
pengawasan.
Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang,
perawat berwenang :
1) Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis.
2) Melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat.
10

3) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program


Pemerintah.

f. Wewenang sebagai Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan


tertentu
Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
merupakan penugasan pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan
tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu
wilayah tempat perawat bertugas.
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu,
Perawat berwenang (pasal 33 UU Keperawatan):
1) Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak
terdapat tenaga medis;
2) Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak
terdapat tenaga kefarmasian.

2. Penyelenggaraan Praktik Perawat


Praktik keperawatan yang memenuhi kebutuhan dan harapan dapat
diselenggarakan pada semua sarana/tatanan pelayanan kesehatan, baik
dirumah sakit umum maupun khusus, Puskesmas, praktik keperawatan di
rumah (home care), praktik keperawatan berkelompok/ bersama (nursing
home, klinik bersama), dan praktik keperawatan perorangan, serta praktik
keperawatan yang mobile/ambulatory. Praktik keperawatan diselenggarakan
dengan memperhatikan keterjangkauan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan keperawatan dalam konteks pelayanan kesehatan (PPNI,
2005).
Perawat dalam menyelenggarakan praktiknya harus berdasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor : HK.02.02/Menkes/ 148/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat (Permenkes, 2010).
Intinya kewenangan perawat adalah pada asuhan keperawatan, perawatan
11

komplementer dan pemberian obat bebas dan obat bebas terbatas, serta
diluar kewenangan dalam keadaan darurat. Sebagai bahan perbandingan
dengan Kewenangan Perawat, maka Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, maka
wewenang dokter sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki
adalah :
a. Mewawancarai pasien
b. Memeriksa fisik dan mental pasien
c. Menentukan pemeriksaan penunjang
d. Menegakkan diagnosis
e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
f. Melakukan tindakan kedokteran dan kedokteran gigi
g. Menulis resep obat dan alat kesehatan
h. Menerbitkan surat keterangan dokter dan dokter gigi
i. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan
j. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di
daerah terpencil yang tidak ada apotek (Undang-Undang Nomor 29,
2004).

C. Registrasi Tenaga Kesehatan


1. Pengertian
Registrasi Berasal dari bahasa Inggris ‘registration’ yang memiliki
arti daftar. Registrasi merupakan proses melakukan pengisian sejumlah hal
atau memenuhi persyaratan dari suatu objek yang nantinya dibutuhkan
untuk mengikuti suatu kegiatan. Nurachman (2000) mengatakan bahwa
registrasi keperawatan merupakan proses administrasi yang harus ditempuh
oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan keperawatan kepada orang
lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya.
Kompetensi ini tidak dapat diterapkan apabila belum divalidasi dan
diverifikasi oleh badan yang berwenang (Tribowo, 2011).
12

Untuk registrasi tenaga kesehatan, termasuk perawat telah diatur


dalam Permenkes Nomor 1796/ Menkes/ PER/ VIII/2011 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. Permenkes tersebut intinya mengatur :
a. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib
memiliki STR.
b. Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan
sertifikat kompetensi. Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana
dimaksud diatas, diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan
lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi (Permenkes, 2011).

2. Tujuan Registrasi
a. Menjamin kemamapuan perawat untuk melakukan praktik keperawatan
sesuaidengan kewenangan dan kompetensinya.
b. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif terhadap
kasus kelalaian tugas atau ketidak mampuan melaksanakan tugas sesuai
denganstandar kompetensi.
c. Mengidentifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional dan
vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan sesuai dengan
kewenangan dan kompetensi masing-masing.

3. Jenis Tenaga Kesehatan yang Melakukan Registrasi


a. Semua tenaga kesehatan (kecuali dokter,dokter gigi, dan tenaga
kefarmasian) yang sertifikasinya telah/akan berakhir wajib mengikuti
sertifikasi untuk memperoleh sertifikasi kompetensi sebagai dasar untuk
memperoleh STR.
b. Tenaga kesehatan sebagai dimaksud pada butir 1 adalah Perawat ,Bidan
Fisioterafi, Perawat Gigi, Refraksionis Optisien, Terapis wicara,
Radiografi, Okupasi Terapis,Ahli gizi, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Teknisi Gigi, Sanitarian, Teknis Elektromedis, Analis
kesehatan, Perawat Anastesi, Akupuntur Terapis, Fisikawan Medis dan
13

Ortotis Prostetik serta Teknisi Transfusi Darah yang menjalankan


praktik/ kerja profesinya.
c. Peserta didik pada perguruan tinggi bidang kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan lain yang diusulkan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan
mengikuti registrasi melalui sistem paket uji kompetensi (Permenkes,
2011).

4. Alur Registrasi
Registrasi meliputi 2 kegiatan berikut :
a. Registrasi administrasi adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan
vokasional.
b. Registrasi kompetensi adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan ,mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.

Pasca ujian Akhir

Sertifikasi Registrasi Lisensi

Ujian Kompetensi STR SIP


SIK

Gambar 2.1 : Alur Registrasi


Mekanisme registrasi terdiri dari mekanisme registrasi administratif
dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur, yaitu :
a. Ujian registrasi nasional.
b. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
14

Registrasi yang dilakukan perawat yang baru lulus disebut registrasi


awal dan registrasi selanjutnya di sebut registrasi ulang. Tenaga kesehatan
yang STRnya telah habis masa berlakunya dapat mengajukan perpanjangan
STR yang merupakan suatu rangkaian proses (paket permohonan
perpanjangan/pembaharuan sertifikat kompetensi. Setiap permohonan
perpanjangan kompetensi ditindaklanjuti dengan perpanjangan STR kecuali
diinta lain.
Sertifikat kompetensi diperoleh setelah lulus uji kompetensi yang
ditandatangani oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
Registrasi tenaga kesehatan juga merupakan kebijakan public terkait
pengaturan tenaga kesehatan di negaranya masing-masing dengan system
yang berbeda-beda (Fatmawati, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Registrasi Perawat
1. Landasan Hukum
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya
disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, selanjutnya disingkat
MTKI adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan (Permenkes, 2001).
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, selanjutnya disingkat MTKP
adalah lembaga yang melaksanakan uji kompetensi di daerah dalam
rangka proses registrasi. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1796
Tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan berlaku bagi seluruh
perawat di Indonesia yang berisi ketentuan prosedur registrasi yang harus
dilakukan oleh perawat, baik yang akan melakukan praktik perawat
perorangan/kelompok maupun yang tidak berpraktik (bekerja di sarana
pelayanan kesehatan, dengan berstatus sebagai pegawai). Perawat yang
bermaksud untuk menjalankan praktik keperawatan baik perorangan
maupun kelompok, harus mengajukan permohonan kepada pejabat
berwenang, yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Setiap
Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya
wajib memiliki STR. Sertifikat Kompetensi diperoleh melalui Uji
Kompetensi. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi
ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan.

15
16

Permohonan tersebut diterima atau ditolak harus disampaikan oleh


pejabat berwenang kepada pemohon selambatnya satu bulan sejak
permohonan diterima. Permohonan yang diterima harus segera diikuti
dengan pemberian Surat Ijin Praktik Keperawatan, sedangkan
permohonan yang ditolak pejabat yang berwenang harus memberikan
alasan penolakan. Kewenangan pembinaan dan pengawasan terhadap
praktik keperawatan dan pekerjaan keperawatan berada pada Organisasi
Profesi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Majelis Disiplin
atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis
(Permenkes, 2001).
Pedoman lebih lanjut bagi perawat untuk menerapkan kompetensi
keperawatannya berdasarkan Kepmenkes Nomor 1796 Tahun 2011
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, tentang Registrasi dan Praktik
Perawat. Dalam juklak tersebut ditentukan tindakan-tindakan yang harus
dan boleh dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan pelayanan kesehatan, baik perawat yang menjalankan
tugasnya pada sarana pelayanan kesehatan maupun perawat yang
melakukan praktik keperawatan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1796 tahun
2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan sebagai pengganti PMK
nomor 161 tahun 2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Dalam
peraturan menteri kesehatan tersebut tercantum bahwasanya seluruh
tenaga kesehatan diwajibkan memiliki surat tanda registrasi yang disebut
sebagai STR, bagi yang belum memiliki STR atau surat izin dan lulus
dari pendidikan sebelum tahun 2012 dapat diberikan STR berdasarkan
peraturan ini atau yang dimasyarakat umum dikenal dengan pemutihan
tanpa dilakukan uji kompetensi.
Adapun persyaratan pembuatan STR bagi para lulusan sekolah
kesehatan sebelum tahun 2012 atau disebut dengan istilah “pemutihan
STR” ini adalah sebagai berikut :
17

a. Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir (cap basah) sebanyak 2


lembar.
b. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm dengan latar belakang merah 3 lembar.
c. Apabila telah memiliki Surat Izin seperti halnya Surat Ijin Perawat
d. (SIP,SIB,dan lain-lain) dan sudah habis masa berlakunya dapat
dilampirkan dalam berkas.
e. Apabila sudah memilki sertifikat kompetensi boleh dilampirkan
f. Apabila Surat Izin (SIP, SIB, dan lain-lain) masih berlaku sesuai
dengan PMK 1796 pasal 36 ayat (1) dinyatakan telah memiliki
STR sampai masa berlakunya berakhir (artinya Surat Izin saudara
masih barlaku dan tidak diharuskan membuat STR, namun bila
tetap ingin membuat STR juga tidak salah).
Khusus untuk syarat pembuatan STR perawat selain hal tersebut di
atas ditambah dengan :
a. Pemutihan STR perawat diajukan langsung ke MTKI secara
kolektif oleh organisasi profesi, Institusi Pelayanan, dan Institusi
Pendidikan.
b. STR berlaku selama 5 tahun, dan dan diperpanjang setelah 5 tahun
sesuai dengan tanggal kelahiran, dengan syarat Sertifikat
Kompetensi yang diperpanjang..
c. Persyaratan Perpanjangan sertifikat Kompetensi adalah Perawat
harus mengumpulkan Satuan Kredit Profesi (SKP) sebanyak 25
SKP selama 5 tahun sesuai dengan ketentuan PPNI, SKP
didapatkan melalui partisipasi kegiatan Pendidikan/Pelatihan dan
Kegiatan ilmiah keperawatan lainnya. Dan STR perawat ini adalah
pengganti dari Surat Ijin Perawat

2. Jurnal Terkait
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan Dewi tahun 2010
yang berjudul “Implementasi Registrasi Dan Praktik Perawat Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin Tentang
18

Registrasi Dan Praktik Perawat” menyatakan kewajiban perawat


memiliki SIP, SIK dan SIPP, meningkatkan kemampuan keilmuan
bidang keperawatan, menghormati hak pasien, merujuk kasus yang tidak
dapat ditanganinya, meyimpan rahasia pasien, memberikan informasi
kepada pasien, meminta persetujuan tindakan keperawatan dan
melakukan mendokumentasian asuhan keperawatan yang baik,
sedangkan hak perawat meliputi hak jaminan perlindungan terhadap
resiko kerja, hak diperlakukan adil, hak imbalan jasa pelayanan
keperawatan, hak mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan
informasi dari pasien, hak mengembangkan karier sesuai profesinya, dan
hak meningkatkan pengetahuan berdasarkan iptek bidang keperawatan
(Dewi, 2010).

B. Kewenangan Perawat
1. Landasan Hukum
Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya
secara prinsip diatur dalam keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia No.1293/mentri kesehatan/SK/XI/2001, tentang Registrasi dan
praktek keperawatan maka dalam menjalankan profesinya maka perawat
tidak akan terlepas dari batasan kewenangan yang dimilikinya Pada Pasal
15 keputusan menteri No. 1293/mentri kesehatan /SK/XI/2001
menyebutkan tentang batasan kewenangan yaitu :
a. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan
b. Tindakan perawat sebagaimana dimaksud pada butir (a) meliputi
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan, dan
konseling kesehatan
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud
huruf (a) dan (b) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan
yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
19

d. Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan


perintah dokter.
Dalam Kepmenkes RI Nomor 1239 tersebut dicabut, yang mana
perawat sudah tidak menggunakan SIP lagi melainkan diganti dengan
Surat Tanda Registrasi (STR) dan menjelaskan batasan kewenangan
profesi perawat. sehingga perawat mempunyai legitimasi dalam
menjalankan praktik profesinya yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan (Tribowo, 2010).
Dalam menjalankan kewenangan tersebut ada kewajiban yang perlu
diingat oleh perawat. Kewajiban tersebut terdapat pada Pasal 16 Undang-
undang Keperawatan yaitu :
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
d. Memberi informasi
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Pengecualian terhadap kewenangan yang masuk didalam Pasal 15
Undang-undang Keperawatan, pengecualian tersebut dimaksudkann untuk
memberikan perlindungan hukum yang lebih luas terhadap penyelengaraan
dan pelayanan kesehatan yang dilakukan seorang perawat, ketentuan
tentang pengecualian tersebut terdapat dalam, Pasal 20 Undang-undang
Keperawatan yaitu;
a. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan.
b. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
20

2. Jurnal Terkait
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Larenggam tahun
2013 yang berjudul “Ketentuan Hukum Sebagai Acuan Dalam
Pelaksanaan praktik Perawat” menyebutkan bahwa ketentuan Hukum
sebagai acuan dalam pelaksanaanpraktik perawat pengaturannya telah ada,
baik dari segi perizinan maupun kewenangannya, tetapi belum sepenuhnya
menjadi acuan yang baik bagi perawat dalam menjalankan
tugas/praktiknya terutama di daerah tertinggal, perbatasan.
Penerapan sanksi administrasi dalam pelaksanaan praktik perawat
yang tidak sesuai ketentuan hukum belum dilaksanakan secara tegas oleh
penegak hukum administrasi (pimpinan), hal itu terlihat dari tindakan
sanksi yang diberikan kepada perawat yang melanggar ketentuan hukum
praktik perawat belum maksimal. Pelaksanaan ketentuan hukum sebagai
acuan dalam pelaksanaan praktik perawat belum sepenuhnya terlaksana
dengan baik, karena terdapat faktor yang menghambatnya, seperti :
Substansi Hukum yang belum jelas dan sesuai kondisi khusus di daerah
DTPK (Larenggam, 2013).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, adalah sebegai berikut :
1. Fungsi dari registrasi yang dilakukan oleh perawat yang hendak
melakukan praktik keperawatannya kepada masyarakat adalah untuk
menjamin tingkat kemampuan perawat memenuhi standar mutu
pelayanan keperawatan kepada masyarakat agar masyarakat dapat
terpenuhi haknya yaitu mendapatkan perawatan yang terbaik
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, acuan dalam Kepmenkes RI Nomor 1239
tersebut dicabut, yang mana perawat sudah tidak menggunakan SIP lagi
melainkan diganti dengan Surat Tanda Registrasi (STR) dan menjelaskan
batasan kewenangan profesi perawat. sehingga perawat mempunyai
legitimasi dalam menjalankan praktik profesinya sesuai dengan
kewenangannya

B. Saran
1. Bagi Perawat
Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum,
tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan
masyarakat pada penyelenggara pelayanan keperawatan yang
profesional.
2. Bagi Organisasi Profesi
Meningkatkan sosialisasi kebijakan pemerintah khususnya
pentingnya pelaksanaan registrasi tenaga kesehatan bagi anggotanya di
setiap daerah.
3. Bagi Rumah Sakit

21
22

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama baik dengan Organisasi


Profesi sebagai stakeholder dalam formulasi kebijakan yang terkait dengan
pengaturan tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rosliana. 2010. Implementasi Registrasi Dan Praktik Perawat Di Ruang


Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, SH Kota
Sukabumi. STIKes Kota Sukabumi.

Fatmawati, Anny. 2012. Analisis Formulasi Kebijakan Registrasi


Tenagakesehatan Di Luar Dokter, Dokter Gigi Dantenaga Kefarmasian.
Tesis : Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan .2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:161 Tahun


2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

Kementerian Kesehatan .2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:1796 Tahun


2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.

Langgerham. 2013. Ketentuan Hukum Sebagai Acuan Dalam Pelaksanaan praktik


Perawat. Universitas Hsanudin.

PPNI. 2005. Standar Kompetensi Perawat.

Rivai, Ahmad. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Registrasi dan Praktik


Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon, Tesis
Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Supriyadi .2005. Praktik Pribadi Perawat ditinjau dari Regulasi, Konteks Praktik
dan Budaya Masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi.

Tribowo .2010. Hukum Keperawatan, Panduan Hukum dan Etika bagi Perawat,
Pustaka Book Publisher, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang –undangan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai