Tugas Renstra Pak Ikhsan
Tugas Renstra Pak Ikhsan
SULAWESI UTARA
Oleh :
Npp. 26.05.83
Jakarta, 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Renstra daerah Kota
Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara.
Tugas ini merupakan salah satu tugas terstruktur dan persyaratan untuk
mengikuti mata kuliah Manajemen Strategis Prodi Manajemen Pemerintahan Fakultas
Manajemen Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Program S1.
Penulis
2.1 INTERNAL
Pada tanggal 23 Mei 2009 Kota Kotamobagu genap berusia dua tahun. Usia
daerah yang tergolong relatif muda masih diperhadapkan pada berbagai permasarahan
khususnya yang berkaitan dengan petetakan kerangka dasar pembangunan sebagai
fondasi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan
kemasyarakatan. Kegagalan didalam meletakkan kerangka dasar akan berakibat
terhambatnya program pembangunan Kota Kotamobagu dimasa datang. untuk
memperbesar peruang tercapainya masa depan Kota Kotamobagu yang gemilang,
diperlukan perencanaan pelaksanaan pembangunan berdasarkan tahapan yang diatur
di dalam perundangan-undangan, Dokumen perencanaan harus dengan tepat
merumuskan permasalahan - permasalahan yang akan dihadapi saat ini dan yang akan
datang. Dengan demikian dapat diproyeksikan tujuan dan target-target pembangunan
yang hendak dicapai melarui serangkaian program dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan waktu yang terukur berdasarkan dukungan anggaran yang memadai. Kota
Kotamobagu yang pemerintahannya baru berusia dua tahun, telah mencapai tingkat
pembangunan sosial yang retatif memadai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota
Kotamobagu pada tahun 2007 mencapai 74,6- IPM atau Human Development Index
(HDI) merupakan gabungan antara usia harapan hidup, tingkat merek hurul tingkat
kematian bayi, dan pendapatan perkapita. IPM yang tinggi menggambarkan capaian
pembangunan sosiaf dan ekonomi suatu daerah. Dengan angka 74,6 menunjukkan
IPM Kota Kotamobagu tetah berada di atas rata-rata IPM Nasionaf dan nomor dua di
Sulut. Kota Kotamobagu merupakan sarah satu daerah di surut yang hampir nihil
penduduknya yang tergorong buta huruf. Tingkat merek huruf di Kota Kotamobagu
mencapai 99,43 persen. sementara usia harapan hidup mencapai 70,9, masih di bawah
rata-rata usia harapan hidup sulut yang mencapai 71 tahun pada tahun 2007.
pendapatan per kapita mencapai Rp.3,5 juta pada 2007, dan tingkat kematian bayi
hanya 10 dari 6.157 kelahiran, atau 1,6 dari 1.000 kelahiran. Hal ini mencerminkan
tingkat kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di Kota Kotamobagu relatif
mencapai kondisi yang memadai. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu
mencapai 7,83% pada tahun 2007. Tingkat pertumbuhan ekonomi ini refatif lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sulut, bahkan lebih tinggi dari
tingkat pertumbuhan ekonomi Sulut dan secara Nasional pada tahun 2007. Kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB diberikan oteh sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 61
,O5%, disusul sektor sekunder (industri manufaktur) sebesar 25,8% dan sektor primer
(pertanian) sebesa r 13,06%. Struktur ekonomi seperti ini menunjukkan perekonomian
Kota Kotamobagu dominan digerakkan oleh sektor jasa-jasa (tersier), dengan
ditopang oleh sektor industri manufaktur dan pertanian. Dengan kenyataan ini, Kota
Kotamobagu ke depan memiliki dasar-dasar perekonomian yang kuat untuk
dikembangkan sebagai kota jasa. Akan tetapi, besarnya kontribusi sektor tersier (jasa-
jasa) terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu relatif memberi manfaat
ekonomi yang terbatas kepada penduduk. sektor tersier hanya menampung 4.984
tenaga -kerja, sektor industri mempekerjakan 134 orang, sementara sektor pertanian
menampung 10.365 tenaga kerja. Beban sektor pertanian sangat besar, padahal output
sektor primer tersebut di Kota Kotamobagu tergolong kecil. Hal ini tercermin dari
kontribusi sektor primer terhadap PDRB yang hanya 13,06%. Dengan output yang
terbatas itu, sektor pertanian menampung 66,04% dari total penyerapan tenaga kerja
di semua sektor ekonomi. sudah pasti, penduduk yang bekerja di sektor pertanian
tersebut juga menanggung beban atas mereka yang tidak bekerja, atau sudah bukan
usia produktif dan sedang bersekolah. Angka-angka tersebut menunjukan kondisi
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi atau kemajuan ekonomi di Kota Kotamobagu dalam
beberapa tahun terakhir rebih banyak dinikmati oleh sekelompok masyarakat.
2. Pertumbuhan ekonomi yang relatif Kotamobagu dalam dua tahun terakhir
ekonomiyang tak bisa dibiarkan. tinggi dicapai oleh Kota menimbulkan
kesenjangan
3. Pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu yang relatif tinggi belum mampu
menyerap banyak tenaga kerja.
4. Pertumbuhan ekonomi tersebut justru justru berpotensi melahirkan kemiskinan
baru.
5. Pembangunan ekonomi yang dilakukan belum diorientasikan pada
transformasi lapangan pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke non
pertanian. Kondisi inilah yang membuat pengangguran meningkat dari 2.610
orang pada tahun 2007 menjadi 3.063 orang pada tahun 2008, dan jumlah
penduduk miskin mencapai 27.990 orang atau 28,12 persen dari total
penduduk Kota Kotamobagu. Memperbaiki kondisi ini akan diperhadapkan
pada kebutuhan pembangunan yang harus disinergikan. Untuk mendorong
transformasi pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
secara lebih besar memerlukan dukungan fasilitas dan kualitas lembaga
pendidikan yang memadai dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Disamping
itu meningkatkan pertumbuhan sektor jasa dan industri manufaktur
membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan iklim berusaha yang kondusif
dan kompetitif, Mengkorelasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dapat
dilakukan perencanaan dengan memberi fokus pada pengembangan identitas
dan tatanan ekonomi Kotamobagu sebagai kota jasa di tengah masyarakat
yang kebanyakan hidup di sektor pertanian dan berkultur agraris. Hal ini
menuntun kebijakan dan program pembangunan yang mendorong
perkembangan Kotamobagu kearah memperkuat identitas dan tatanannya
sebagai kota jasa yang ditopang oleh peningkatan produksi dan nilai tambah
sektor pertanian, disertai terbuka luasnya berbagai peluang dan kemungkinan
terjadinya transformasi lapangan pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian. Program ini hasrus didukung oleh birokrasi yang
melaksanakan prinsip-prinsip good govemance dan clean government, serta
peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada semua jenjang pendidikan.
Termasuk di sini peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparatur
pemerintah kota. Hal lain yang tak kalah pentingnya, peningkatan ketersedaian
dan kulitas rumah sakit, penciptaan lingkungan yang berkualitas, dan
pengembangan budaya Bolaang Mongondow yang menjadi perekat dan jati
diri masyarakat, serta modal sosial untuk memajukan Kota Kotamobagu.
2.2 EKSTERNAL
- Penindakan tegas berupa hukuman yang sesuai dengan hukum yang berlaku bagi
yang melanggar aturan.
4.2 Program Transisi Dalam mengisi RPJMD tahun 2013, dibutuhkan adanya
pedoman sebagai acuan dalam menyusun RKPD tahun 20013 yang sekaligus
akan dijadikan dasar dalam penyusunan RAPBD Kota Kotamobagu tahun
2013. Mengingat keterbatasan waktu bagi Walikota terpilih hasil PILWAKO
tahun 2013 dalam menyusun RPJMD tahun 2013 - 2018 dan RKPD tahun
2013, maka BAPPEDA Kota Kotamobagu akan memprakarsai penyusunan
rancangan RKPD tahun 2013 sesuai dengan jadwal pelaksanaan
MUSRENBANG dengan agenda menyelesaikan masalah-masalah
pembangunan yang belum tertangani dan terselesaikan sampai dengan tahun
2012 serta masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dafam tahun
2013 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil PEMILU tahun 2009 dan
Walikota terpilih tahun 2013, tetap akan mempunyai ruang gerak yang luas
untuk menyempurnakan rancangan RKPD tahun 2013 dan rancangan RAPBD
tahun 2013 yang sudah disusun untuk pelaksanan program pembangunan di
Kota Kotamobagu.