Anda di halaman 1dari 20

RENSTRA KOTA KOTAMOBAGU PROVINSI

SULAWESI UTARA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Manajemen Strategis

Oleh :

Mustika Syafira Tubagus

Npp. 26.05.83

Program Studi : Manajemen Pemerintahan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Jakarta, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Renstra daerah Kota
Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara.

Tugas ini merupakan salah satu tugas terstruktur dan persyaratan untuk
mengikuti mata kuliah Manajemen Strategis Prodi Manajemen Pemerintahan Fakultas
Manajemen Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Program S1.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis.

Cilandak, Januari 2018

Penulis

Mustika Syafira Tubagus


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota


Kotamobagu adalah dokumen perencanan untuk lima tahun dan merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota Wakil walikota yang disusun
berdasarkan referensi aturan perundang undang-undangan yang berlaku. Kota
Kotamobagu Sebagai daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang
Mongondow berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 2007 dan diresmikan pada
tanggal 23 Mei 2007, memertukan perencanaan pembangunan yang menjadi lanflasan
dan fondasi awal bagi pelaksanaan pembangunan di segala bidang. RPJMD adalah
rujukan dan landasan yuridis-formal bagi pelaksanaan pembangunan, serta sekatigus
merupakan pengejawSntahan cita-cita dan tujuan pembentukan Kota Kotamobagu
sebagai daerah otonom sesuai dengan fungsi dan kebutuhan tersebut, RPJMD
diperlukan sebagai arah dari pelaksanaan pembangunan lima tahun ke depan, guna
meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan Kota Kotamobagu.
Penyusunan RPJMD, merupakan kewajiban Wali Kota /Wakil Wali Kota terpilih
yang dikembangkan berdasarkan visi, misi dan program kerja yang diajukan pada saat
pencalonan pada pemilihan Walikota /Wakil Walikota. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) menggariskan, RPJM Daerah ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik oleh Gubernur atas nama
Menteri Dalam Negeri Repubtik Indonesia. Disamping itu undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan, RPJP
Daerah dan RJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada peraturan
Pemerintah khususnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2008 Tentang Tahapan, Tata cara penyusunan, pengendalian. Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah yang menegaskan bahwa RPJMD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri. Selanjutnya ditegaskan pula
dalam PP tersebut, bahwa Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6
(enam) bulan setelah Kepala Daerah dilantik serta Peraturan Daerah tentang RPJMD
Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri.
Penyusunan RPJMD Kota Kotamobagu tahun 2013-2018 tidak hanya memenuhi
kewajiban legal-formal dari seorang Walikota/Wakil Walikota, namun isinya
terkandung alasan dan tujuan yang lebih substansial dan melebihi dari sekadar
kebutuhan pragmatis dan praktis bagi Walikota dan Wakil Walikota Kotamobagu
periode 2013-2018. Oleh sebab itu, substansi dan cakupan dalam RPJMD selain
memuat visi, misi, dan program kerja walikota dan waki walikota, juga mencakup
sendi-sendi dasar yang menjadi fondasi awal yang kokoh bagi pembangunan Kota
Kotamobagu. Keberhasilan pada tahapan pembangunan 5 tahun kedepan merupakan
kerangka landasan dan modal dasar yang akan membawa terwujudnya Kota
Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional menuju masyarakat
sejahtera, sehat, cerdas dan berbudaya. RPJMD sebagai dokumen perencanaan lima
tahunan, juga merupakan penjabaran dari Rencana pembangunan Jangka panjang
Daerah (RPJP-Daerah) yang berkedudukan sebagai perencanaan induk dengan
orientasi waktu 20 tahun. selain itu, RPJMD mengacu pula pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Dengan demikian penyusunan
Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kotamobagu
merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari program nasional,
provinsi dan program daerah yang secara teknis diturunkan pada rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) periode satu tahunan, Rencana strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RENSTRA-SKPD) lima tahunan dan Rencana Keria SKPD Kota
Kotamobagu, untuk satu tahunan. Uraian tersebut menggambarkan sistem
perencanaan pembangunan daerah (RPJMD) sebagai proses penyusunan tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan
dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam jangka waktu tertentu demi
meningkatkan kesejahteraan sosial di lingkungan wilayah Kota Kotamobagu.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


menggariskan, proses penyusunan RPJMD mengacu pada sistem perencanaan
pembangunan nasional yang disusun dengan memperhatikan lima pendekatan yang
saling terintergrasi :
a. Pendekatan politis;
b. Pendekatan teknokratis;
c. Pendekatan partisipatif
d. Pendekatan atas-bawah (top-down); dan
e. Pendekatanbawah-atas (boftom-up).
Pendekatan politis memandang bahwa Walikota dan Wakil Walikota Kota
Kotamobagu merupakan hasil pemilihan demokratis yang dilaksanakan secara umum,
bebas, rahasia, langsung, jujur dan adil. Rakyat yang memilih telah melihat dan
tertarik pada visi, misi dan program-program pembangunan yang ditawarkan
Walikota dan WakilWalikota terpilih pada masa kampanye. Perencanaan dengan
pendekatan teknokratis menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah yang
dilakukan oleh lembaga atau satuan kerja yang _ secara fungsional bertugas dan
berkewajiban untuk itu yang didalam prosesnya memerlukan partsipasi dan peran
serta masyarakat dan semua pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap
pembangunan. Pendekatan partisipatif menghendaki keterlibatan masyarakat sejak
pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, agar dokumen RPJMD ini
dapat menyerap aspirasi dan harapan-harapan masyarakat, disamping membangun
rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kelangsung pembangunan di Kota
Kotamobagu. Dalam pelaksanaannya, ketiga pendekatan tersebut dikombinasikan
dengan pendekatan top-down dan bottom-up, yang dilaksanakan menurut jenjang
pemerintahan yang diselaraskan melalui musyawarah pembangunan di
Keluharan/Desa, Kecamatan, Kota, Provinsi dan tingkat Nasional. Penyusunan
RPJMD Kota Kotamobagu, mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Menjadi acuan pembangunan bagi seluruh masyarakat kelompok masyarakat
di Kota Kotamobagu, karena memuat seluruh kebijakan publik;
2. Menjadi pedoman dan rujukan dalam menyusun Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), karena memuat arah kebijakan pembangunan daerah.
3. Menjamin kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah;
4. Memperkuat koordinasi pelaksanaan pembangunan daerah;
5. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar
ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah;
6. Menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan pembangunan;
7. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya pembangunan secara efisien,
efektif dan berkesinambungan.

1.3 LANDASAN HUKUM

Penyusunan RPJMD periode 2013-2018 Kota Kotamobagu mengacu pada:


1. UU Rl No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 4286)
2. UU Rl No. Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara.
3. UU Rl No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
4. UU Rl No.25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan Nasional;
5. UU Rl No- 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah, khususnya pasal 150
tentang Perencanaan;
6. UU Rl No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan pusat dan Daerah;
7. UU Rl No. 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Kotamobagu. PP No. 20
tahun 2004 tentang Rencana Kerja pemerintah (RKp);
8. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor
8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, pengendarian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
9. Surat Edaran Mendagri No. 050/s20za/S,J, tanggal 11 Agustus 2005 tentang
Petunjuk Penyusunan Dokumen RpJp Daerah dan RpJM Daerah;
10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara tentang RPJMD Provinsi Sulawesi
Utara.
1.4 HUBUNGAN RPJM DAERAH DENGAN DOKUMEN
PERENCANAAN LAINNYA

Dokumen perencanaan pembangunan daerah terdiri dari : RPJPD, RPJMD,


Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), dan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD). RPJPD
merupakan dokumen perencanaan jangka panjang (20 tahun), RPJMD dan Renstra-
SKPD bersifat jangka menengah (5 tahun), sementara RKPD dan Renja SKPD
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka pendek (1 tahun). RPJMD
merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kerja Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah terpilih. RPJMD disusun berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJMD provinsi. RPJMD dijabarkan dalam Rencana Kerja pemerintah (RKPD) yang
menjadi pedoman satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana
strategis (Renstra SKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan Rencana Kerja dan
Anggaran (Rl(A) SKPD. RKP Daerah dan RIG-SKPD inilah yang menjadi pedoman
dan rujukan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD). Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut diatas
memiliki sifat hierarkis dalam arti, dokumen yang dikeluarkan pemerintah yang lebih
tinggi menjadi rujukan bagi dokumen perencanaan yang dikeluarkan pemerintah di
bawahnya.
BAB II
ANALISIS LINGKUNGAN

2.1 INTERNAL

Pada tanggal 23 Mei 2009 Kota Kotamobagu genap berusia dua tahun. Usia
daerah yang tergolong relatif muda masih diperhadapkan pada berbagai permasarahan
khususnya yang berkaitan dengan petetakan kerangka dasar pembangunan sebagai
fondasi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan
kemasyarakatan. Kegagalan didalam meletakkan kerangka dasar akan berakibat
terhambatnya program pembangunan Kota Kotamobagu dimasa datang. untuk
memperbesar peruang tercapainya masa depan Kota Kotamobagu yang gemilang,
diperlukan perencanaan pelaksanaan pembangunan berdasarkan tahapan yang diatur
di dalam perundangan-undangan, Dokumen perencanaan harus dengan tepat
merumuskan permasalahan - permasalahan yang akan dihadapi saat ini dan yang akan
datang. Dengan demikian dapat diproyeksikan tujuan dan target-target pembangunan
yang hendak dicapai melarui serangkaian program dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan waktu yang terukur berdasarkan dukungan anggaran yang memadai. Kota
Kotamobagu yang pemerintahannya baru berusia dua tahun, telah mencapai tingkat
pembangunan sosial yang retatif memadai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota
Kotamobagu pada tahun 2007 mencapai 74,6- IPM atau Human Development Index
(HDI) merupakan gabungan antara usia harapan hidup, tingkat merek hurul tingkat
kematian bayi, dan pendapatan perkapita. IPM yang tinggi menggambarkan capaian
pembangunan sosiaf dan ekonomi suatu daerah. Dengan angka 74,6 menunjukkan
IPM Kota Kotamobagu tetah berada di atas rata-rata IPM Nasionaf dan nomor dua di
Sulut. Kota Kotamobagu merupakan sarah satu daerah di surut yang hampir nihil
penduduknya yang tergorong buta huruf. Tingkat merek huruf di Kota Kotamobagu
mencapai 99,43 persen. sementara usia harapan hidup mencapai 70,9, masih di bawah
rata-rata usia harapan hidup sulut yang mencapai 71 tahun pada tahun 2007.
pendapatan per kapita mencapai Rp.3,5 juta pada 2007, dan tingkat kematian bayi
hanya 10 dari 6.157 kelahiran, atau 1,6 dari 1.000 kelahiran. Hal ini mencerminkan
tingkat kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di Kota Kotamobagu relatif
mencapai kondisi yang memadai. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu
mencapai 7,83% pada tahun 2007. Tingkat pertumbuhan ekonomi ini refatif lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sulut, bahkan lebih tinggi dari
tingkat pertumbuhan ekonomi Sulut dan secara Nasional pada tahun 2007. Kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB diberikan oteh sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 61
,O5%, disusul sektor sekunder (industri manufaktur) sebesar 25,8% dan sektor primer
(pertanian) sebesa r 13,06%. Struktur ekonomi seperti ini menunjukkan perekonomian
Kota Kotamobagu dominan digerakkan oleh sektor jasa-jasa (tersier), dengan
ditopang oleh sektor industri manufaktur dan pertanian. Dengan kenyataan ini, Kota
Kotamobagu ke depan memiliki dasar-dasar perekonomian yang kuat untuk
dikembangkan sebagai kota jasa. Akan tetapi, besarnya kontribusi sektor tersier (jasa-
jasa) terhadap pembentukan PDRB Kota Kotamobagu relatif memberi manfaat
ekonomi yang terbatas kepada penduduk. sektor tersier hanya menampung 4.984
tenaga -kerja, sektor industri mempekerjakan 134 orang, sementara sektor pertanian
menampung 10.365 tenaga kerja. Beban sektor pertanian sangat besar, padahal output
sektor primer tersebut di Kota Kotamobagu tergolong kecil. Hal ini tercermin dari
kontribusi sektor primer terhadap PDRB yang hanya 13,06%. Dengan output yang
terbatas itu, sektor pertanian menampung 66,04% dari total penyerapan tenaga kerja
di semua sektor ekonomi. sudah pasti, penduduk yang bekerja di sektor pertanian
tersebut juga menanggung beban atas mereka yang tidak bekerja, atau sudah bukan
usia produktif dan sedang bersekolah. Angka-angka tersebut menunjukan kondisi
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi atau kemajuan ekonomi di Kota Kotamobagu dalam
beberapa tahun terakhir rebih banyak dinikmati oleh sekelompok masyarakat.
2. Pertumbuhan ekonomi yang relatif Kotamobagu dalam dua tahun terakhir
ekonomiyang tak bisa dibiarkan. tinggi dicapai oleh Kota menimbulkan
kesenjangan
3. Pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu yang relatif tinggi belum mampu
menyerap banyak tenaga kerja.
4. Pertumbuhan ekonomi tersebut justru justru berpotensi melahirkan kemiskinan
baru.
5. Pembangunan ekonomi yang dilakukan belum diorientasikan pada
transformasi lapangan pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke non
pertanian. Kondisi inilah yang membuat pengangguran meningkat dari 2.610
orang pada tahun 2007 menjadi 3.063 orang pada tahun 2008, dan jumlah
penduduk miskin mencapai 27.990 orang atau 28,12 persen dari total
penduduk Kota Kotamobagu. Memperbaiki kondisi ini akan diperhadapkan
pada kebutuhan pembangunan yang harus disinergikan. Untuk mendorong
transformasi pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
secara lebih besar memerlukan dukungan fasilitas dan kualitas lembaga
pendidikan yang memadai dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Disamping
itu meningkatkan pertumbuhan sektor jasa dan industri manufaktur
membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan iklim berusaha yang kondusif
dan kompetitif, Mengkorelasikan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dapat
dilakukan perencanaan dengan memberi fokus pada pengembangan identitas
dan tatanan ekonomi Kotamobagu sebagai kota jasa di tengah masyarakat
yang kebanyakan hidup di sektor pertanian dan berkultur agraris. Hal ini
menuntun kebijakan dan program pembangunan yang mendorong
perkembangan Kotamobagu kearah memperkuat identitas dan tatanannya
sebagai kota jasa yang ditopang oleh peningkatan produksi dan nilai tambah
sektor pertanian, disertai terbuka luasnya berbagai peluang dan kemungkinan
terjadinya transformasi lapangan pekerjaan penduduk dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian. Program ini hasrus didukung oleh birokrasi yang
melaksanakan prinsip-prinsip good govemance dan clean government, serta
peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada semua jenjang pendidikan.
Termasuk di sini peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparatur
pemerintah kota. Hal lain yang tak kalah pentingnya, peningkatan ketersedaian
dan kulitas rumah sakit, penciptaan lingkungan yang berkualitas, dan
pengembangan budaya Bolaang Mongondow yang menjadi perekat dan jati
diri masyarakat, serta modal sosial untuk memajukan Kota Kotamobagu.
2.2 EKSTERNAL

Globalisasi dan kapitalisme global telah membuat dunia menjadi "pasar


tunggal' dan ekonomi antar negara saling terintegrasi. Kompetisi antar negara
berlangsung dengan sangat ketat, dan untuk memenangkan kompetisi tersebut setiap
negara harus memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dan
keunggulan kompetitif (competitive advantage). Pada era sekarang kekayaan
sumberdaya alam tidak lagi menjadi keunggulan, karena kehebatan dan keandalan
sebuah negara ditentukan oleh keunggulan manajemen, teknorogi, network,
sumberdaya manusia, finansial, dan social capital. Dilain pihak teknologi komunikasi
dan informasi (TlK) telah membuat dunia makin kecil, perubahan bertangsung dengan
sangat cepat, dan tingkat ketidakpastian sangat tinggi.. Kota Kotamobagu tidak dapat
menghind ari dan kenyataan itu. Banyak hal yang perlu disesuaikan, diubah dan
direncanakan agar Kotamobagu mampu mengikuti dinamika perubahan yang bergerak
cepat. Datam pembangunan ekonomi sulit menampik pengaruh globalisasi dan
integrasi ekonomi ke dalam pasar dunia, tetapi juga tersedia pilihan-pilihan untuk
membangun ekonomi yang tahan terhadap goncangan dan gejotak dari luar. sebagai
daerah yang memiliki kemampuan dan daya saing relatif terbatas, Kota Kotamobagu
harus dapat memilih dengan tepat strategi dan kebijakan pembangunan daerah yang
membuat maju secara ekonomi dan memberdayakan masyarakat lokal. Dalam
lingkup Provinsi Sulawesi Utara, persaingan merebut peluang-peluang ekonomi akan
terjadi antar sesama Kabupaten/kota .Demikian juga dalam lingkup Bolaang
Mongondow (Bolmong) Raya yang mencakup Kota Kotamobagu, Bolmong,
Bolmong utara, Bolmong selatan dan Bolmong Timur. Kota Kotamobagu potensial
memenangkan persaingan tersebut. Akan tetapi, persaingan tidak hanya berlangsung
dalam lingkup Kab/Kota se-Sulut, atau lingkup Bolmong Raya, melainkan persaingan
akan terjadi antar Kab/Kota di Provinsi-Provinsi di sekitar Sulut. Bahkan, jika ingin
punya akses pada pasar ASEAN Timur di kawasan BIMP-EAGA (Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippine - East ASEAN GroMh Area),
Kotamobagu harus bersaing dengan daerah-daerah lain di masing-masing negara di
kawasan ini. saat ini dan di masa datang, kawasan Asia pasifik menjadi pusat
pergerakan ekonomi dunia. Kawasan ini bertumbuh sangat cepat dan merupakan
pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Semua negara hingga daerah-daerah beriorientasi
untuk merebut peluang ekonomi di kawasan ini, karena masa depan dunia berada di
kawasan Asia pasifik. Kota Kotamobagu merupakan salah satu kota yang berpeluang
berinteraksi langsung dan mengambil manfaat dari kemajuan ekonomi di kasawan
Asia Pasifik. Strategi dan kebijakan pembangunan yang tepat akan membuat Kota
Kotamobagu dapat menarik keuntungan dari pergerakan ekonorni di kawasan Asia
Pasifik. Untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut terletak pada kemarnpuan daya
saing masyarakat dan daya saing daerah. Tantangan terbesar bagi Kota Kotamobagu
untuk meraih peluang yang terbuka di kawasan Asia Pasifik adalah meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, membangun infrastruktur ekonomi dan sosial,
penguasaan teknologi dan manajemen modern, serta membangun networking yang
luas dan efektil Di tengah berbagai tantangan dan peluang tersebut, Kotamobagu
diperhadapkan pada keterbatasan dana sehingga memerlukan strategi perencanaan
yang baik untuk menyelesaikan masalah-masalah krusiat tainnya. Alternatif strategi
yang tepat harus didasarkan atas karakteristik dan jati diri ekonomi Kota Kotamobagu
sebagai kota jasa, sambil meningkatkan upaya yang menjadikan Kotamobagu benar-
benar menjadi kota yang menarik minat dan menguntungkan secara ekonomi. pada
saat yang bersamaan, Kota Kotamobagu memiliki daya pikat untuk layanan sosial di
bidang pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, di samping penciptaan iklim
keamanan dan kenyamanan yang menampilkan jati diri kesatuan masyarakat Kota
Kotamobagu yang menjunjung tinggi warisan leluhur dan etos budaya yang
mendorong masyarakat menggapai kecemerlangan di masa depan.
BAB III
FORMULASI STRATEGI/PROGRAM

3.1 PERLUASAN DAN PEMERATAAN PENDIDTKAN BERMUTU

Program dan Kegiatan

Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan masyarakat


dijabarkan dafam program-program pembangunan sebagai berikut:

1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas


melaluipendidikan anak usia dini (pAUD). Program ini ditujukan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkuafitas
melatuipendidikan anak usia dini. Kegiatan:
- Pengadaan buku-buku dan alat tulis siswa.
- Pengadaan alat praktik dan peraga siswa.
2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas melaluiWajib
Belajar 9 (sembilan) tahun Kegiatan:
- Pembangunan raboratorium dan ruang praktikum sekorah
- Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah (UKS)
3. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkuaritas melafui
pendidikan menengah. Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pendidikan yang berkuaritas merarui pendidikan menengah.
Kegiatan:
- Penambahan ruang kelas sekolah

3.2 PEMBANGUNAN KESEHATAN

Program Dan Kegiatan Kebijakan dalam rangka meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai
berikut:

1. Program peningkatan jumlah, mutu, pemanfaatan dan pembenahan sarana dan


prasarana kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat kepada pelayanan
kesehatan yang bermutu. program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah,
mutu, pemanfaatan dan pembenahan sarana dan prasarana kesehatan untuk
meningkatkan akses masyarakat kepada peayanan kesehatan yang bermutu.
Kegiatan:

- Peningkatan jumlah, mutu, pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan


masyarakat.
- Peningkatan perbaikan/pembenahan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat

2. Program peningkatan jumrah dan mutu tenaga kesehatan dan pemerataan


distribusinya. Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dan mutu tenaga
kesehatan dan pemerataan distribusinya. Kegiatan:
- Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan.
- Peningkatan mutu tenaga kesehatan masyarakat dan pemerataan distribusinya

3.3 PENGEMBANGAN BUDAYA HUKUM DI SEMUA LAPISAN


MASYARAKAT

Program dan Kegiatan Kebijakan dalam rangka mengembangkan budaya hukum di


semua lapisan masyarakat dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai
berikut:

1. Program pembinaan aparat penegak hukum di ringkungan Program ini ditujukan


untuk membina aparat penegak hukum di lingkungan masyarakat. Kegiatan:

- Pemberian apresiasi berupa kenaikan pangkat atau penghargaan lainnya kepada


aparat penegak hukum yang berprestasi.

- Penindakan tegas berupa hukuman yang sesuai dengan hukum yang berlaku bagi
yang melanggar aturan.

2. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur di bidang hukum. Program ini


ditujukan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur di bidang hukum.
Kegiatan:

- Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan.

- Pelatihan dan sekolah penjenjangan

3.4 PEMANTAPAN KOMITMEN KEBANGSAAN

Program Dan Kegiatan Kebijakan dalam rangka memantapkan komitmen


kebangsaan , dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan sebagai berikut:

1. Program Peningkatan rasa nasionalisme dalam pelaksanaan otonomi daerah dan


penguatan perilaku dan budaya politik yang rasional, inklusif, pragmatis, nasionalis-
religius dan visioner. Program ini ditujukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme
dalam pelaksanaan otonomi daerah dan penguatan perilaku dan budaya politik yang
rasional, inklusif, pragmatis, nasionalis-retigius dan visioner. Kegiatan:

- Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi program pembangunan,


pemerintahan dan kemasyarakatan dalam implementasi otonomi daerah
- Mendorong dan mengapresiasi kegiatan-kegiatan orkemas, LSM dan perguruan
tinggi yang berorientasi pada penguatan kohesivitas lintas budaya, adat dan komunitas
di dalam masyarakat.

2. Penguatan wawasan kebangsaan di berbagai kalangan masyarakat, khususnya


kalangan generasi muaa. Kegiatan:

- Mendorong dan mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada


penguatan wawasan kebangsaan, terutama di kalangan generasi muda.

- Memfasilitasi kegiatan-kegiatan kepemudaan yang bersifat membangun


kepercayaan diri, self respect, dan keterampitan berinteraksi dengan
komponen masyarakat lainnya.

3.5 PEMANTAPAN FUNGSI, PERAN, DAN KEDUDUKAN AGAMA


SEBAGAI LAI'IDASAN SPIRITUAL, MORAL, DAN ETIKA.

Program Dan Kegiatan

1. Program peningkatan pemahaman nilai-nilai keagamaan serta pelayanan


kehidupan beragama lewat berbagai wadah pembinaan, penyuluhan, dan
konseling. Kegiatan:

- Memutakhirkan data secara statistik jumlah penduduk pemetuk agama serta


sarana dan prasarana peribadatan.

- Memfasilitasi pembinaan iman dan konsering oreh pemimpinpemimpin umat


beragama kepada instansi-instansi pemerintah maupun non-pemerintah,
lembaga-lembaga fungsional, sampai pada lapisan masyarakat yang paling
bawah, baik secara langsung maupun melalui media massa.

2. Program peningkatan dan pengembangan pendidikan agama dan keagamaan


melalui lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga-lembaga pendidikan
keagamaan. Kegiatan:
- Meningkatkan mutu pendidikan keagamaan kepada warga masyarakat dalam
pendidikan formal maupun informal.
- Menyalurkan tenaga-tenaga pendidik untuk perajaran agama pada sekolah-
sekolah yang masih membutuhkan

3.6 PEMBANGUNAN MASYARAKAT YANG MEMPUNYAI BUDAYA


MODERN DAN AGAMAIS

Program Dan Kegiatan


1. Program tatakrama bennrawasan kultural. Program ini bertujuan untuk
memberdayakan sekolah-sekolah guna mengembangkan kurikulum
dengan muatan lokal budi pekerti: tatakrama (lokal-internasional,
tradisional-modern). Kegiatan:
- Melaksanakan penyusunan kurikulum pendidikan mengenai tatakrama
berwawasan budaya modern yang tidak bertentangan dengan nilainilai
agama dan budaya lokal di sekolah-sekolah (PG,TK,SD, SLTP, SLU, dan
SMK).
- Melakukan rekrutmen dan/atau penataran tenaga pendidik, baik guru
agama dan budipekerti, maupun guru€uru tentang kepariwisataan
2. Program pelestarian bahasa lokal dan pengembangan bahasa internasional.
Program ini ditujukan untuk pemberdayaan sarana dan prasarana bagi
pelestarian bahasa lokal dan pengembangan/pembudayaan bahasa
pengantar internasional (lnggris), baik lewat kurikuler dan ekstrakurikuler
di sekolah dan perguruan tinggi. Kegiatan:
- Mendirikan laboratorium bahasa-bahasa daerah dan internasional di
sekolah-sekolah SLTP dan SLTA.
- Melaksanakan penataran guru{uru bahasa-bahasa internasional,
khususnya bahasa inggris

3.7 PEMBANGIAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN


REFORMASI BIROKRASI

Program dan kegiatan

Kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas ,tata pernerintahan


yang baik dan reformasi birokrasi dijabarkan dalam program-program
pembangunan sebagai berikut :

1. Program penurunan secara nyata praktik KKN di lingkungan birokrasi.


Program ini ditujukan untuk menurunkan secara nyata praktik KKN di
lingkungan birokrasi. Kegiatan:
- Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua
tingkat dan rini pemerintahan dan pada semua kegiatan.
- Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi peraku KKN sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Program peningkatan kapasitas tembaga di ringkungan birokrasi yang
bersih, efektif, transparan, profesionaf dan akuntabel. Program
iniditujukan untuk meningkatkan kapasitas rembaga di lingkungan
birokrasi yang bersih, efektil transparan, profesionar dan akuntabel.
Kegiatan:
- Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi caron PNS daerah.
- Pendidikan dan peratihan strukturaL bagi PNS daerah
3.8 PEMBANGUNAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN YANG
BERSINERGI

Program dan kegiatan

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi sistem


perencanaan pembangunan daerah maka dijabarkan dalam program dan kegiatan
pembangunan sebagai berikut:

1. Program perencanaan pembangunan Daerah Program ini ditujukan untuk


mendukung dan meningkatkan penyelenggaraan perencanaan metatui suatu
mekanisme proses perencanaan pembangunan nasional, Kegiatan:
- Penyusunan rancangan rencana pembangunan jangka panjang daerah(RPJPD)
- Penyelenggaraanmusrenbang
2. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan perencanaan Pembangunan
Daerah. Program ini ditujukan untuk rneningkatkan kualitas, kemampuan
aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan tugas. Kegiatan:
- Peningkatan kemampuan teknis aparat perencana
- Bimbingan teknis tentang perencanaan pembangunan

3.9 PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Program Dan Kegiatan

1. Program peningkatan sumber Daya Manusia pengelola Keuangan Daerah


Kegiatan:

- pendidikan formal (terlebih khusus: bidang akuntansi) maupun non format


bagi pengelota keuangan daerah.

- Bimbingan teknis imprementasi paket regulasi tentang pengelofaan keuangan


Daerah.

2. Program Rekruitmen pegawai yang kompeten sebagai pengerota keuangan


daerah Kegiatan:

- Rekruitmen pegawai dengan memprioritaskan yang memifiki keirmuan


dibidang akuntansi dan manajemen keuangan daerah

3.10 PEMBANGUNAN OTONOMI DAERAH

Program Dan Kegiatan


1. Program peningkatan hubungan kekeluargaan pengembangan nifai
kuttur dan budaya (pogogutat) Program ini bertujuan untuk memperat
masyarakat lewat Kultur dan Budaya. Kegiatan:
- peningkatan rasa soridaritas dan ikatan sosiaf di karangan orang
Mongondow.
- Peningkatan kesadaran orang Mongondow akan nilai-nilai kultur dan
budaya Mogondow

2. Program peningkatan fasiritasi untuk menjembatani penyeresaian tapaf


batas dengan kabupaten/kota sekitarnya. Program ini bertujuan untuk
menyelesaikan tapal batas antara Kota Kotamobagu dengan kabupaten
Kota sekitarnya. Kegiatan:

- Penyelesaian tapal batas daerah

- Memfasifitasi penanganan masalah tapat batas desa


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kaidah Pelaksanaan Kaidah pelaksanaan Rencana Pembangunan


JangkaMenengah Daerah (RPJMD) Kota Kotamobagu adalah standar yang
digunakan sebagai referensi normatif dalam penyusunan maupun dalam
implementasi program termasuk penjabaran program sampai pada tingkat
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kotamobagu tahun 2013-2018 merupakan
hasil penjabaran dari visi, misi dan program Walikota/Wakil Walikota Kota
Kotamobagu sebagai hasil pemilihan Walikota/WakilWalikota secara
langsung pada tanggal 19 Agustus tahun 2013 yang kemudian dilantik oleh
Gubernur Sulawesi Utara atas nama Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia pada tanggal 12 September 2013. Secara normatif penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Kotamobagu didasarkan pada, ketentuan peraturan yang berlaku yaitu
disamping sebagai penjabaran visi, misi dan program Walikota/Wakilwalikota
Kotamobagu maka didasarkan pula pada Rencana Pembangunan jangka
menengah Nasional (RPJMN) tahun 2013- 2018 yang diatur dengan Peraturan
Presiden Republik lndonesia Nomor 7 tahun 2005, serta Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Utara (RPJMD) tahun
2010-2015, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota
Kotamobagu tahun 2013 - 2O18 yang dilandasi oleh Undang-Undang No. 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor;
05O/2O20/SJ tanggal 11 Agustus 2005. Sebagaimana yang diatur dalam
keketentuan pengelolaan keuangan daerah bahwa RPJMD Kota Kotamobagu
2013-2018 akan menjadi , pedoman dalam penyusunan program dan kegiataan
Dinas/Badan/Kantor/Bagian di lingkungan pemerintahan Kota Kotamobagu,
maka penyusunan program dan kegiatan yang termuat dalam RPJMD ini
mengacu pula pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor; 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka semua Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) di lingkungan
Pemerintahan Kota Kotamobagu harus menyusun visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pokok pembangunan, yang selanjutnya
disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD)
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing SKPD selama 5 tahun yang
disusun dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka menengah
Daerah (RPMD) Kota Kotarnobgau tahun 2013-2018, dibawah pengawasan
dan pemantauan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Kotamobagu..
Disamping itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Kotamobagu tahun 2013-2018 yang memuat tentang visi, misi, tujuan,
strategi dan kebijakan serta program dan kegiatan pokok pembangunan lima
tahun, akan menjadi acuan oleh setiap SKPD dalam penyusunan Rencana
Kinerja (RENJA) rahunan SKPD yang kemudian akan menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah.

4.2 Program Transisi Dalam mengisi RPJMD tahun 2013, dibutuhkan adanya
pedoman sebagai acuan dalam menyusun RKPD tahun 20013 yang sekaligus
akan dijadikan dasar dalam penyusunan RAPBD Kota Kotamobagu tahun
2013. Mengingat keterbatasan waktu bagi Walikota terpilih hasil PILWAKO
tahun 2013 dalam menyusun RPJMD tahun 2013 - 2018 dan RKPD tahun
2013, maka BAPPEDA Kota Kotamobagu akan memprakarsai penyusunan
rancangan RKPD tahun 2013 sesuai dengan jadwal pelaksanaan
MUSRENBANG dengan agenda menyelesaikan masalah-masalah
pembangunan yang belum tertangani dan terselesaikan sampai dengan tahun
2012 serta masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dafam tahun
2013 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil PEMILU tahun 2009 dan
Walikota terpilih tahun 2013, tetap akan mempunyai ruang gerak yang luas
untuk menyempurnakan rancangan RKPD tahun 2013 dan rancangan RAPBD
tahun 2013 yang sudah disusun untuk pelaksanan program pembangunan di
Kota Kotamobagu.

Anda mungkin juga menyukai