Anda di halaman 1dari 2

Pemuda! Nama yang begitu gagah didengar, begitu kharismatik dibayangan.

Pemuda, sebuah
definisi yang begitu indah bila dijelaskan. Ir. Soekarno pernah berkata “beri aku sepuluh
orang pemuda maka akan ku guncang dunia!”. Jadi jika kita mendeskripsikan apa itu pemuda
dari pernyataan Soekarno, maka pemuda adalah tangan tangan yang akan mengguncang
dunia. Adalah generasi yang akan membangun peradaban melalui semangat dan juangnya,
melalui prestasi dan ide cemerlangnya. Betapa hebatnya manusia atas nama pemuda.

Ada yang tahu dengan Benjamin Franklin, George Washington, John Adams, Thomas
Jefferson, John Jay, James Madison dan Alexander Hamilton? Tentu tahu! Mereka semua
adalah pemuda. Negara adidaya dibangun oleh mereka. Revolusi kemerdekaan Amerika lahir
dari tangan-tangan pemuda. Gerakan perlawanan dan upaya membangun bangsa dan negara
pada paruh kedua abad 18 itu telah mempengaruhi gerakan serupa di Eropa. Di paruh abad ke
20 kita menyaksikan John Fitzgerald Kennedy menjadi pemimpin muda di Era 1960an,
menjadi harapan Amerika dan warga dunia yang dicekam oleh ketakutan Perang Dingin.

Perjalanan sejarah, kita kenal Muhammad Al Fatih, seorang pemuda yang masih terbilang
muda berhasil memperbesar pengaruh Turki Utsmaniah di abad ke-15. Ia baru berusia 21
tahun ketika bersama pasukannya tiba di Konstantinopel yang kini dikenal dengan nama
Istanbul. Sebagai raja yang memimpin pasukan perang, Fatih sangat cerdas dalam mengatur
strategi. Setelah menguasai Konstantinopel, ia tidak merusak simbol-simbol agama Nasrani,
sebaliknya ia menjaga bangunan-bangunan itu dan memberikan kebebasan kepada kaum
Nasrani dan umat agama lain untuk tetap memeluk dan menjalankan ibadah agama mereka.

Pada Era kemerdekaan Indonesia, Ir Soekarno atau yang akbar disapa Bung Karno lahir
sebagai penggerak, sebagai proklamator dan pelopor lahirnya bangsa Indonesia.  Kemampuan
pidatonya di khalayak umum mulai ia perlihatkan ketika menyampaikan pembelaannya yang
berjudul “Indonesia Menggugat” di depan Pengadilan Pemerintah Hindia Belanda di
Bandung pada akhir Desember 1931. Keahlian Bung Karno dipertegas ketika ia berpidato
tanpa teks yang menyampaikan pemikirannya tentang dasar-dasar negara merdeka Indonesia
pada tanggal 1 Juni 1945, momen tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Lahir
Pancasila.

Pertanyaannya adalah, Apakah masih ada pemuda seperti mereka? Dimana? Ada di dalam
diri masing-masing! Hidup adalah pilihan, menjadi pemenang atau menjadi pecundang. Akan
tetap terpuruk atau tergerak dan mencoba bergerak.

Bangsa Indonesia khususnya rakyat Indonesia saat ini tahun 2016 sedang mengalami situasi
keterperukan dalam pedoman hidup. Bung Karno mengatakan "Suatu bangsa apabila
kehilangan jati dirinya, maka bangsa tersebut tidak akan mampu bertahan hidup, bahkan akan
punah". Rakyat Indonesia mulai buta akan namanya persatuan Indonesia. Korupsi semakin
menjalar bahkan dari pusat pemerintahan hingga ke badan pemerintahan terkecil.  Bangsa
Indonesia semakin dipenuhi dengan masyarakat-masyarakat yang hanya ingin mementingkan
kepentingan dan tujuan kelompoknya. Illegal Logging, pembakaran hutan untuk pengalihan
fungsi lahan, bahkan mereka tak sungkan untuk mencuri hasil-hasil dari pertanian masyarakat
kecil yang ada. Pemuda sibuk dengan dunianya, apatis, tawuran, Napza, kebebasan menjadi
tidak terarahkan atas nama hak asasi manusia dan karya seni. Menyeramkan!

Jika kita kembali melihat ke masa lalu, betapa jayanya Indonesia. Rakyat Indonesia di
melenium pertama, leluhur kita berhasil membangun sebuah Candi, yang sekarang menjadi
Candi terbesar dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban di dunia yaitu, Candi Borobudur.
Di melenium kedua rakyat Indonesia, dibawah naungan Kerajaan Majapahit berhasil
menguasai dan menjadi pelaku penting  dunia. Semua itu mulai luntur ketika Bangsa Belanda
mulai datang. Mereka menjadi tuan ditanah Nusantara. Seluruh rakyat Indonesia harus
menurut apa yang mereka inginkan. Diikuti oleh masuknya Jepang yang menjajah negara kita
dengan kebijakan yang tidak manusiawi.

Masuk ke akhir masa-masa penjajahan di Indonesia. Para penjajah mulai mendapatkan


perlawanan dari segala penjuru Indonesia. Hingga mulai muncul tokoh-tokoh pemikir dan
penggerak massa. Seperti Oemar Said Tjokroaminoto, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka,
Sutan Syahrir, Kiai Hasyim Ashari, Moh Yamin, Prof. Soepomo, Ki Hajar Dewantara, dll.
Rakyat Indonesia mulai bergerak dan para pemikir mulai mencanangkan sebuah dasar negara
Indonesia. Kemerdekaan pun didapatkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Indonesia yang lahir, lalu berkembang dan berjaya yang sempat terpuruk lalu bangkit
kembali melalui kemerdekaan, semua itu tidak terlepas dari peran pemuda. Akankah
Indonesia kembali berjaya? Jawabannya adalah “tergantung peran pemudanya”

Di dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia


(MP3EI) yang disusun oleh Menko Perekonomian, dicanangkan bahwa pada 2025 Indonesia
menjadi negara mandiri, maju, adil, dan makmur berpendapatan per kapita sekitar 15.000
dollar AS. Saat itu, Indonesia diharapkan menjadi kekuatan ekonomi 12 besar dunia. Lebih
jauh, pada 2045 Indonesia diproyeksikan menjadi satu dari tujuh kekuatan ekonomi di dunia
dengan pendapatan per kapita 47.000 dollar AS.  Selain itu, di dalam kurun 2015-2045
piramida penduduk Indonesia akan sangat ideal dengan penduduk mayoritas berusia 15-45
tahun, usia produktif. Indonesia saat itu akan menikmati apa yang disebut jendela demografi.
Masalahnya, seperti apa kualitas mereka, penduduk usia produktif itu, kelak? Lagi-lagi peran
pemuda dipertanyakan.

Jika kunci dari bagaimana menjadi Indonesia emas 2045 ada pada bagaimana peran pemuda,
maka pemuda tersebut tentu bukanlah pemuda yang biasa saja, tapi pemuda tersebut adalah
pemuda yang hebat seperti tertera di atas. Pemuda yang hebat tidak lahir begitu saja, tentunya
butuh bimbingan, butuh dorongan, butuh pembelajaran dan butuh proses. Salah satunya
proses dalam bidang pendidikan sebagai pondasi utama. Karena seorang pemuda yang hebat
adalah pemuda dengan wawasan yang luas, yang cerdas dan inovatif, yang mampu membuat
karya nyata serta mandiri.

Menurut Saleh Mukadar, cara melahirkan pemuda yang hebat tersebut adalah yang pertama,
saatnya para pemuda diberi kesempatan serta dibina untuk mampu bertanggung jawab atas
berbagai persoalan kebangsaan yang ada. Kedua, para generasi tua secara terus menerus
memberikan pembinaan terkait dengan visi kebangsaan yang menjadi cita-cita para pendiri
bangsa. Terakhir, pentingnya menanamkan rasa optimis dan keyakinan terhadap para pemuda
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai