Oleh:
Nim. (6411414023)
Rombel 01
Masalah
Tingginya angka kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekalongan
Kurangnya jumlah
tenaga surveilans DBD
Kurangnya sumber
dana untuk Rendahnya
surveilans DBD pengetahuan dan
partisipasi masyarakat
pada praktek
Kurangnya ketersediaan pencegahan DBD
Kurangnya jumlah
tenaga terlatih dalam
alokasi dana
manajemen program dan
untuk program
teknis P2DBD
DBD
Tingginya
Angka
Kematian
Kurangnya ketersediaan
Kurangnya pelatihan DBD
sarpras seperti: ATK, alat
petugas untuk telekomunikasi dan formulir
program P2DBD surveilans DBD
Kurangnya
ketersediaan SOP dan
pedoman evaluasi Kurangnya fogging
dan bubuk abate
surveilans DBD
METHODE MATERIALS
4. Mencari faktanya, menemukan apa yang terjadi dan penilaian kita tentang
apa yang mungkin berpotensi terjadi. Peroleh informasi dari internal
maupun eksternal yang berdampak terhadap situasi.
Fakta- fakta yang berkaitan dengan dugaan yang menyebabkan tinginta
angka kematian DBD:
a. Menurut hasil penelitian yang dilakuakn Marwah (2012) tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan praktek masyarakat dalam pencegahan
DBD dikelurahan pengasianan Kota Bekasi bahwa lebih dari setengah
responden tidak mengetahui penyekit DBD dan cara pencegahannya,
selain itu lebih dari setengah responden jugan memilki sikap negatif
terhadap pemberantasan sarang nyamuk dan masih adanya responden
yang tidak yakin bahwa PSN dapat mencegah DBD.
b. Menurut hasil penelitian dari Ekawati (2009) tentang beberapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian DBD di kecamatan pacitan bahwa
pengetahuan yang kurang memepunyai hubungan dengan kejadian DBD
pada responden yang pernah sakit DBD
c. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwa
untuk pendanaan surveilans DBD di Dinkes Kabupaten Tegal sudah
sesuai karena jumlah dana sudah mencukupi dan sumber dana program
surveilans bersal dari APBD walaupun tidak ada dana alokasi untuk
program surveilans DBD akan tetapi pada kenyataanya dana tersebut juga
digunakan untuk kegiatan surveilans DBD
d. Menurut hasil penelitian dari Budiyono dkk (2014) tentang evalausi
program penegndalian DBD di kota Semarang bahwa di kota semarang
terdapat kurangnya pelaksanaan fogging yang <5 hari sebanyak 64,1%
dan itu belum sesuai dengan target yang ditentukan yaitu fogging <5 hari
sebesar 100%.
e. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwauntuk
alat tulis tulis kantor yang digunkan untuk kegiatan surveilans dbd
jumlahnya sudah mencukupi dan dalam kondisi siap untuk digunakan.
Untuk ketersediaan alat komunikasi sudah sesuai, akan tetapi dari 5 alat
komunikasi yang terdapat diprogram P2DBD, 2 diantaranya dalam
kondisi rusak. Sedangkan untuk jumlah formulir surveilans yang
digunakan sudah mencukupi dan jumlahnya juga disesuaikan dengan
kebutuhan setiap kodisi.
f. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwa
untuk ketersediaan SOP dan pedoman surveilans DBD di dinkes tersebut
sudah memakai SOP yang terdiri dari modul pengendalian DBD dan SPO
program P2DBD No kode 440 terbutan tahun 2014.
g. Menurut hasil penelitaian dari Rohani (2005) tentang evaluasi
pelaksanaan PSN dalam rangka upaya peningkatan ABJ di puskesmas
Buaran Kabupaten Pekalongan, sebesar 43% petugas pengelola program
P2DBD belum pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
P2DBD
Tindakan:
a. Memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD serta praktik
pencegahannya.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan sekali dalam setahun di empat
kecamatan yang ada di kota Pekalongan. Sasaran dari kegiatan penyuluhan
ini yaitu perwakilan kader sekitar 2 orang tiap desa yang dikumpulkan
menjadi satu di tiap kecamatan. Setelah perwakilan kader tersebut
mendapatkan penyuluhan, kader dapat menyampaikan penyuluhan yang
didapat kepada para ibu pkk yang ada di desanya. Kota Pekalongan terdiri
dari 27 kelurahan dengan 4 kecamatan, 1.627 RT serta 82.473 KK
rincian anggaran untuk kegiatan penyuluhan tentang DBD dan cara
pencegahannya tiap kecamatan sekali dalam setahun sebagai berikut:
Keterangan:
*setiap kelurahan terdapat dua koordinator jumantik dan satu supervisor
jumantik
b. Tujuan khusus:
1) Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD,
bahaya dari penyakit DBD serta pencegahannya
2) Untuk mengubah perilaku masyarakat yang sadar akan hidup bersih dan
sehat
10. Mengadopsi suatu pendekatan untuk menghadapi situasi yang rumit
dengan menyusun langkah-langkah penerapan yang bermanfaat untuk
jangka panjang untuk mencapai tujuan.
11. Merencanakan rencana, menyiapkan rancangan waktu pengerjaan dan
mengidentifikasi serta memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.
Langkah nomor 10 dan 11 di halaman selanjutnya