Anda di halaman 1dari 13

LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMECAHAN MASALAH

TENTANG TINGGINYA ANGKA KEMATIAN DBD


DI KOTA PEKALONGAN

Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Pemecahan Masalah dan Sistem

Dosen pengampu: Bertakalswa Hermawati, S.Psi.,M.Si

Oleh:

Nisrina Dwi Risqi

Nim. (6411414023)

Rombel 01

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMECAHAN MASALAH

Masalah
Tingginya angka kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekalongan

1. Mendefinisikan situasi, memperbaiki yang salah atau yang berpotensi salah.


Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi permasalahan yang serius
di provinsi Jawa Tengah. Dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah pada tahun
2016 yang memiliki angka kematian DBD tertinggi yaitu Kota Pekalongan
sebesar 10,7%. Angka kematian tersebut masih jauh dari target nasional, dengan
target nasional sebesar <1%.
2. Menyusun tujuan yang spesifik, mendefiniskan apa yang ingin dicapai
sekarang dan yang akan datang dalam penyesuaian pada actual atau
masalah potensial atau perubahan lingkungan
Tujuan dari pemecahan masalah ini agar dapat menekan atau mengurangi
angka kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue sehingga dapat
mencapai target nasional yaitu <1%.
3. Mengembangkan dugaan, mengembangkan dugaan apa saja yang menjadi
penyebab masalah.
MAN
MONEY

Kurangnya jumlah
tenaga surveilans DBD
Kurangnya sumber
dana untuk Rendahnya
surveilans DBD pengetahuan dan
partisipasi masyarakat
pada praktek
Kurangnya ketersediaan pencegahan DBD
Kurangnya jumlah
tenaga terlatih dalam
alokasi dana
manajemen program dan
untuk program
teknis P2DBD
DBD

Tingginya
Angka
Kematian
Kurangnya ketersediaan
Kurangnya pelatihan DBD
sarpras seperti: ATK, alat
petugas untuk telekomunikasi dan formulir
program P2DBD surveilans DBD

Kurangnya
ketersediaan SOP dan
pedoman evaluasi Kurangnya fogging
dan bubuk abate
surveilans DBD

METHODE MATERIALS
4. Mencari faktanya, menemukan apa yang terjadi dan penilaian kita tentang
apa yang mungkin berpotensi terjadi. Peroleh informasi dari internal
maupun eksternal yang berdampak terhadap situasi.
Fakta- fakta yang berkaitan dengan dugaan yang menyebabkan tinginta
angka kematian DBD:
a. Menurut hasil penelitian yang dilakuakn Marwah (2012) tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan praktek masyarakat dalam pencegahan
DBD dikelurahan pengasianan Kota Bekasi bahwa lebih dari setengah
responden tidak mengetahui penyekit DBD dan cara pencegahannya,
selain itu lebih dari setengah responden jugan memilki sikap negatif
terhadap pemberantasan sarang nyamuk dan masih adanya responden
yang tidak yakin bahwa PSN dapat mencegah DBD.
b. Menurut hasil penelitian dari Ekawati (2009) tentang beberapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian DBD di kecamatan pacitan bahwa
pengetahuan yang kurang memepunyai hubungan dengan kejadian DBD
pada responden yang pernah sakit DBD
c. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwa
untuk pendanaan surveilans DBD di Dinkes Kabupaten Tegal sudah
sesuai karena jumlah dana sudah mencukupi dan sumber dana program
surveilans bersal dari APBD walaupun tidak ada dana alokasi untuk
program surveilans DBD akan tetapi pada kenyataanya dana tersebut juga
digunakan untuk kegiatan surveilans DBD
d. Menurut hasil penelitian dari Budiyono dkk (2014) tentang evalausi
program penegndalian DBD di kota Semarang bahwa di kota semarang
terdapat kurangnya pelaksanaan fogging yang <5 hari sebanyak 64,1%
dan itu belum sesuai dengan target yang ditentukan yaitu fogging <5 hari
sebesar 100%.
e. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwauntuk
alat tulis tulis kantor yang digunkan untuk kegiatan surveilans dbd
jumlahnya sudah mencukupi dan dalam kondisi siap untuk digunakan.
Untuk ketersediaan alat komunikasi sudah sesuai, akan tetapi dari 5 alat
komunikasi yang terdapat diprogram P2DBD, 2 diantaranya dalam
kondisi rusak. Sedangkan untuk jumlah formulir surveilans yang
digunakan sudah mencukupi dan jumlahnya juga disesuaikan dengan
kebutuhan setiap kodisi.
f. Menurut hasil penelitian dari Muhfidz (2015) tentang evaluasi input
sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, bahwa
untuk ketersediaan SOP dan pedoman surveilans DBD di dinkes tersebut
sudah memakai SOP yang terdiri dari modul pengendalian DBD dan SPO
program P2DBD No kode 440 terbutan tahun 2014.
g. Menurut hasil penelitaian dari Rohani (2005) tentang evaluasi
pelaksanaan PSN dalam rangka upaya peningkatan ABJ di puskesmas
Buaran Kabupaten Pekalongan, sebesar 43% petugas pengelola program
P2DBD belum pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
P2DBD

5. Menganalisa fakta, menetukan apa yang relevan dan tidak relevan.


Mendiagnosa penyebab masalah , mengalihkan perhatian atau fokus pada
gejala yang bukan akar masalah. Menegcek semua dugaan, membedakan
antara pendapat dan fakta. Menggali apa yang ada di balik masalah.
Berdasarkan fakta-fakta yang yang ditemukan mengenai peneybab
tingginya angka kematian DBD yang relevan dengan dugaan-dugaan yang
menjadi penyebab maslah adalah:
a. Man
Rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat pada praktik penecgahan
DBD
b. Materials
Kurangnya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD seperti
fogging dan pemberian bubuk abate
c. Methode
Kurangnya pelatihan bagi petugas untuk mengelola program P2DBD

6. Mengidentifikasi beberapa kemungkinan tindakan, menguraikan apa saja


yang diperlukan pada setiap masing-masing tindakan.
a. Rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat pada praktik
penecgahan DBD
Tindakan:
1) Memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD serta praktik
pencegahannya
2) Membentuk program gerakan 1 rumah 1 jumantik
b. Kurangnya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD seperti
fogging dan pemberian bubuk abate
Tindakan:
Penambahan penyediaan saran penunjang seperti bubuk abate dan
penyemprotan (fogging)
c. Kurangnya pelatihan bagi petugas untuk mengelola program P2DBD
Tindakan:
Menambah kegiatan pelatihan bagi petugas sehingga dapat meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan mengenai pengendalian DBD
7. Mengevalusi beberapa alternative tindakan, menilai untuk mencapai tujuan,
biaya implementasi dan kesulitan dalam mempraktekan yang mungkin
berpotensi terjadi dan kemungkinan reaksi pihak-pihak yang
berkepentingan
 Dugaan:
Rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat pada praktik penecgahan
DBD
 Fakta:
Menurut hasil penelitian yang dilakuakn Marwah (2012) tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan praktek masyarakat dalam pencegahan DBD
dikelurahan pengasianan Kota Bekasi bahwa lebih dari setengah responden tidak
mengetahui penyakit DBD dan cara pencegahannya, selain itu lebih dari setengah
responden jugan memilki sikap negatif terhadap pemberantasan sarang nyamuk
dan masih adanya responden yang tidak yakin bahwa PSN dapat mencegah DBD.

 Tindakan:
a. Memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD serta praktik
pencegahannya.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan sekali dalam setahun di empat
kecamatan yang ada di kota Pekalongan. Sasaran dari kegiatan penyuluhan
ini yaitu perwakilan kader sekitar 2 orang tiap desa yang dikumpulkan
menjadi satu di tiap kecamatan. Setelah perwakilan kader tersebut
mendapatkan penyuluhan, kader dapat menyampaikan penyuluhan yang
didapat kepada para ibu pkk yang ada di desanya. Kota Pekalongan terdiri
dari 27 kelurahan dengan 4 kecamatan, 1.627 RT serta 82.473 KK
 rincian anggaran untuk kegiatan penyuluhan tentang DBD dan cara
pencegahannya tiap kecamatan sekali dalam setahun sebagai berikut:

No Jenis Keperluan Jumlah Harga Total


. Satuan
1. Proyektor 1buah Rp. Rp. 3.800.000,-
3.800.000,-
2. Sound system+ 2 Mic 1 buah Rp.2.200.000 Rp. 2.200.000.-
(wireless)
3. Sticker 3M plus 54 buah Rp. 1.500,- Rp. 81.000,-

4. Spanduk Pencegahan 2 buah Rp. 125.000,- Rp. 250.000,-


Demam Berdarah

5. Konsumsi peserta 54 buah Rp. 5.000 Rp. 270.000

6. Konsumsi narasumber 2 buah Rp. 10.000 Rp. 20.000

7. Honor narasumber 2 orang Rp. Rp. 3.000.000


1.500.000

Total Biaya Rp.9.621.000,-

Jadi anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan tentang


DBD dan cara pencegahannya di semua kecamatan yang ada di Kota
Pekalongan adalah: Rp. 9.621.000 x 4 Kecamatan = Rp. 38. 484.000,-
per tahun
 kelemahan kegiatan penyuluhan tentang DBD dan cara pencegahannya
ini sebagai berikut:
1. ada kader yang kurang antusias dalam kegiatan penyuluhan ini,
karena kader sendiri dalam kegiatan ini tidak dibayar mereka
bersifat sukarela (volunteer).
2. ada masyarakat yang masih tidak mau menerapkan pengetahuan
yang didapat dari kader ke dalam perilaku mereka sehari-hari
karena kegiatan penyuluhan ini hanya sebatas pemberian
pengetahuan saja dan tidak ada monitoring/ pemantauan perilaku
mereka jadi tidak dapat diketahui secara langsung masyarakat
yang sudah menerapkan pengetahuan tersebut.
 reaksi dari pihak yang berkepentingan dari kegiatan penyuluhan tentang
DBD dan cara pencegahannya ini:
1. Pihak puskesmas yang ada di wilayah kerja dinkes Kota
Pekalongan menerima adanya kegiatan penyuluhan ini karena
pekerjaan mereka dalam hal upaya promotive terbantu dengan
kegiatan ini yang diselenggarakan oleh dinkes
2. Masyarakat sendiri ada yang menerima dan menolak karena ada
ada masyarakat yang masih tidak mau menerapkan pengetahuan
yang didapat dari kader ke dalam perilaku mereka sehari-hari
karena kegiatan penyuluhan ini hanya sebatas pemberian
pengetahuan dan tidak monitoring/ pemantauan perilaku mereka
jadi tidak dapat diketahui secara langsung masyarakat yang sudah
menerapkan pengetahuan tersebut.
b. Membentuk program gerakan 1 rumah 1 jumantik
Gerakan satu rumah satu jumantik ini adalah kegiatan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatakan peran serta dari keluarga
dan masyarakat dalam pemeriksaan pemantauandan pemberantasan jentik
dan nyamuk untuk pengendalian penyakit DBD melalui pembudayaan
PSN 3M plus.
Program ini melibatkan satu orang didalam keluarga sebagai
pemantau jentik, mencatat jumlah jentik yang ada dilingkungan rumah
serta menggerakkan anggota keluarga/penghuni rumah untuk melakukan
PSN 3M Plus seminggu sekali. Selain itu, dalam program ini juga
melibatkan koordinator jumantik dan supervisor jumantik.
Koordinator jumantik bertugas untuk melakukan sosialisasi PSN
3M Plus secara kelompok kepada masyarakat, melakukan kunjungan dan
pembinaan ke rumah/tempat tinggal, TTU dan TTI setiap 2 minggu, serta
melaporkan hasil pemantauan jentik kepada supervisor Jumantik sebulan
sekali. Supervisor jumantik bertugas untuk memeriksa dan mengarahkan
rencana kerja Koordinator Jumantik, melakukan pengolahan data
pemantauan jentikmenjadi data Angka Bebas Jentik (ABJ) serta
melaporkan ABJ ke puskesmas setiap bulan sekali.
 rincian anggaran untuk program gerakan 1 rumah 1 jumantik sebagai
berikut:

No Jenis Keperluan Jumlah Harga Satuan Total


.
1. Honor koordinator 54 orang Rp. 1000.000,- Rp. 54.000.000,-
jumantik
2. Honor supervisor 27 orang Rp.1.200.000,- Rp.32.400.000,-
jumantik
3. Honor pelatih untuk 2 orang Rp. Rp. 3.000.000,-
supervisor dan 1.500.000,-
koordinator jumantik

4. Percetakan kartu jentik, 82.473 Rp. 300,- Rp. 24.741.900,-


lembar/
semua
KK

5. Percetakan formulir 1.627 Rp. 500,- Rp. 812.000,-


laporan Koordinator dan lembar/
Supervisor Jumantik semua RT

6. Percetakan pedoman 54 buah Rp. 10.000,- Rp. 540.000,-


pelaksanaa.

7. topi, rompi, tas kerja, 54 buah Rp. 110.000 Rp. 5.940.000


dan alat tulis untuk
semua kordinator
jumantik

8. senter, pipet dan plastik 54 buah Rp.100.000 Rp.5.400.000


tempat jentik untuk
semua kordinator
jumantik

Total Biaya Rp.


126.833.900,-

Keterangan:
*setiap kelurahan terdapat dua koordinator jumantik dan satu supervisor
jumantik

Jadi anggaran yang dibutuhkan untuk program gerakan 1 rumah 1 jumantik di


semua wilayah yang yang ada di Kota Pekalongan sebesar Rp. 126.833.900,- per
tahun.

 kelemahan dari program gerakan 1 rumah 1 jumantik sebagai berikut:


1. banyak dana yang dikeluarkan
2. membutuhkan waktu yang lama untuk pelaksanaan program ini dibandingkan
dengan waktu pelaksanaan program penyuluhan
3. kesulitan dalam menentukan/ mencari/ merekrut koordinator dan supervisor
jumantik karena perekrutan ini bersifat sukarelawan dan adanya keterbatasan
honor bagi mereka.
4. Ada masyarakat yang tidak melakukan pemantauan jentik secara rutin
5. Selain itu, juga ada kesulitan bagi koordinator jumantik karena ada tempat
tinggal masyarakat ketika didatangi tidak ada penghuninya sehingga tidak
bisa dilakukan pemantauan dan pembinaan.
 reaksi dari program gerakan 1 rumah 1 jumantik sebagai berikut:
1. pihak pemerintah daerah menerima adanya program ini, karena dengan
adanya program ini bisa mengurangi angka kesakitan dan kematian DBD.
Selain itu juga bisa mengangkat nama baik kota pekalongan dilihati dari
tingkat derajat kesehatan masyarakatnya yang tinggi.
2. Masyarakat bisa menolak program ini karena malas untuk melakukan
pemantauan jentik secara rutin. Akan tetapi mereka juga bisa menerima
program ini, dikarenakan mereka dapat melakukan kegiatan PSN 3M plus di
lingkungan mereka sevara bersama-sama atau denagn semangat gotong
royong.
8. Menimbang dan memutuskan, menentukan alternative pemecahan maslah
yang dapat dipraktekkan dan diterima sebagai solusi oleh banyak pihak.
Ini memerlukan pertimbangan yang adil.
Berdasarkan pertimbangan pada langkah nomor tujuh maka solusi yang
tepat untuk menekan angka kematian DBD yaitu dengan menyelenggarakan
program gerakan 1 rumah 1 jumantik di semua tempat tinggal/ rumah/ sarana
tempat umum yang ada di daerah Kota Pekalongan, program ini bisa mengubah
perilaku masyarakat dan menjadikan lingkungan yang sehat, karena adanya
peran serta dan pemberdayaan masyarakat secara langsung dengan melibatkan
setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik
nyamuk untuk pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD melalui
pembudayaan PSN 3M PLUS. Selain itu, dari program ini bisa diketahui siapa
saja yang belum melakukan perilaku hidup sehat serta dapat mengurangi Angka
Bebas Jentik (ABJ) sehingga dapat mencegah atau mengurangi angka kesakitan
dan angka kematian akibat DBD.

9. Memutuskan tujuan untuk mengimplementasikan keputusan.


Tujuan dari menyelengarakan program gerakan 1 rumah 1 jumantik antara
lain:
a. Tujuan umum:
Untuk meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan
dan pengendalian DBD melalui pembudayaan PSN 3M Plus sehingga dapat
menekan atau menurunkan angka kesakitan dan kematian DBD

b. Tujuan khusus:
1) Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD,
bahaya dari penyakit DBD serta pencegahannya
2) Untuk mengubah perilaku masyarakat yang sadar akan hidup bersih dan
sehat
10. Mengadopsi suatu pendekatan untuk menghadapi situasi yang rumit
dengan menyusun langkah-langkah penerapan yang bermanfaat untuk
jangka panjang untuk mencapai tujuan.
11. Merencanakan rencana, menyiapkan rancangan waktu pengerjaan dan
mengidentifikasi serta memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.
Langkah nomor 10 dan 11 di halaman selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai