Anda di halaman 1dari 23

Seminar Hasil Pascasarjana

IDENTIFIKASI FAKTOR DAN STRATEGI


PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN
BOGOR
IRMAIDA
I151170371
KELOMPOK ILMU: SOSIAL HUMANIORA

KOMISI PEMBIMBING
Prof Dr Ir DODIK BRIAWAN,
OUTLINE

Metode Hasil dan


Pendahuluan Simpulan
Penelitia Pembahasa
n n
PENDAHULUA
N
Stunting

37.2% 28%
TB/U <-2 SD dari
median standar
(Kemenkes 2013) (TNP2K 2017)
pertumbuhan

Gerakan Nasional Percepatan


Perbaikan Gizi
Kebijaka
100 Kab/Kota Prioritas
n Penanganan Stunting
PENDAHULUA
N
UU 32/2004
pemerintah daerah
Jawa Barat berwenang menentukan
(13 Kab/Kota Prioritas strategi/kebijakan daerah
Intervensi Stunting)

Kab. Bogor Eksternal


stunting (peluang dan ancaman)
Riskesdas 2013

28.29% 148 ribu Internal


jiwa (kekuatan dan kelemahan)
(TNP2K 2017)
PENDAHULUA
N
Rumusan Masalah: Tujuan Penelitian:

(1) kondisi
lingkunga
bagaimana internal dan (1) mengidentifikasi
n Pemkab
internal
faktor dan
dalam
eksternalupaya menjalankan
Bogor
Pemkab Bogor dalam upaya
eksternal
program penurunan stunting
penurunan stunting;
(2) bagaimana strategi
(2) merumuskan
dapat dikembangkan
yang penurunan
strategi stunting di
mendukung
untuk Kabupaten Bogor
program penurunan stunting
pelaksanaan
di Kabupaten Bogor
METODE PENELITIAN
Deskriptif kualitatif, Kabupaten Bogor,
Cross-sectional study Jawa Barat
Mei-September
2019

No Institusi
1 Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes
2 Kasi Kelembagaan dan Sarana Prasarana Disdik
3 Kasi Bina Mutu dan Pemasaran Diskanak
4 Kasi Pemberdayaan, Ketahanan dan Kesejahteraan BP3AP2KB
Purposive 5 Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan DKP
6 Kasi Air Minum DPUPR
sampling 7 Kasubid Kesehatan Sosial Bappeda
8 Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos
9 Kasi Pendapatan dan Kekayaan Daerah DPMD
METODE PENELITIAN

Jenis Data Analisis Data


Data primer Analisis IFE dan EFE

• In-depth interview • Identifikasi dan analisis faktor


internal dan eksternal

Data sekunder Analisis SWOT

• Review dokumen • Merumuskan alternatif strategi


HASIL DAN PEMBAHASAN
Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor internal Bobot Rating Nilai
Kekuatan (Strength)
Tersedianya kebijakan dan regulasi pemerintah daerah 0.08 4 0.33
Implementasi kebijakan berupa program/kegiatan 0.13 4 0.50
Tersedianya laporan kegiatan 0.07 3 0.22
Tersedianya pelatihan SDM 0.09 3 0.28
Data stunting yang dikumpulkan by name by address 0.14 4 0.54
Kelemahan (Weakness)
Kuantitas SDM pelaksana program belum terpenuhi 0.13 2 0.25
Sinkronisasi/sinergitas kegiatan lintas sektor belum optimal 0.13 2 0.27
Belum semua Organisasi Perangkat Daerah yang 0.11 3 0.32
terkait
memiliki dana khusus penanganan stunting
Upaya edukasi/sosialisasi stunting ke masyarakat 0.12 2 0.25
masih
terbatas
Jumlah 1.00 2.96
Faktor Kekuatan

• Faktor kekuatan yang memiliki kepentingan


tertinggi adalah data stunting yang dikumpulkan by
name by address
• Kelebihan data yang dikumpulkan dengan aplikasi:
 akurat
 memudahkan pemantauan
 deteksi masalah gizi
 memudahkan pengambil keputusan
 meningkatkan tingkat keberhasilan program
Faktor Kelemahan
• Faktor kelemahan yang memiliki kepentingan tertinggi adalah
SDM pelaksana program secara kuantitas belum terpenuhi dan
sinkronisasi/sinergitas kegiatan lintas sektor belum optimal.
• Kekurangan tenaga gizi/nakes dan penyuluh menyebabkan tidak
optimalnya pelaksanaan intervensi di lapangan serta sangat
berpengaruh terhadap upaya perbaikan gizi masyarakat (Nefy et
al. 2019).
• Sinkronisasi/sinergitas kegiatan lintas sektor terkait dengan SK
tim/kelompok kerja dalam upaya penanggulangan stunting masih
berbentuk draft sehingga menghambat proses koordinasi.
• Sinergitas memerlukan komunikasi dan koordinasi (Rahmawati et
al. 2014)
• Tujuan sinergitas: alokasikan sumber daya difokuskan pada
wilayah prioritas (TNP2K 2017).
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor eksternal Bobot Rating Nilai
Peluang (Opportunities)
Komitmen kepala daerah berupa janji politis 0.13 4 0.54
Anggaran pendukung pelaksanaan program stunting 0.12 4 0.49
Dukungan dari swasta/NGO/akademisi 0.10 3 0.31
Pemberdayaan masyarakat/kader dalam 0.12 4 0.49
menjalankan
program pemerintah
Panduan/pedoman konvergensi penanganan stunting di 0.11 4 0.45
tingkat kabupaten
Ancaman (Threaths)
Pergantian pejabat/penanggung jawab program 0.04 4 0.16
Kurangnya motivasi dan kesadaran masyarakat 0.13 1 0.13
terkait
kualitas asupan/dampak stunting
Pertumbuhan ekonomi belum merata 0.12 1 0.12
Geografis wilayah luas 0.06 2 0.13
Budaya/mitos di masyarakat seperti larangan konsumsi 0.05 3 0.14
makanan tertentu/menikah muda
Faktor Peluang
• Faktor peluang dengan kepentingan tertinggi yaitu ada
komitmen kepala daerah berupa janji politis Karsa
Bogor Sehat
• Karsa Bogor Sehat menjadi landasan dan arah kebijakan
dalam merancang sasaran dan program penurunan
stunting melalui Gerakan Bogor Bebas Stunting.
Gerakan ini menandakan adanya peluang untuk
melaksanakan upaya penurunan stunting selama 5
tahun ke depan.
• Konsistensi dan komitmen politik untuk mendukung
secara finansial dan pelaksanaan program sebagai
faktor yang memengaruhi keberhasilan program
penanganan perbaikan gizi (Saragih 2010).
Faktor Ancaman

• Faktor ancaman dengan kepentingan tertinggi yaitu


kurangnya motivasi dan kesadaran masyarakat.
• Isu stunting masih baru di masyarakat. Orang
Indonesia memiliki tubuh yang kecil, “pendek”
sering dianggap normal (IMA World Health 2014).
• Motivasi dan kesadaran yang rendah dapat
dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan
masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat
khususnya orang tua terkait pola asuh anak yang
baik dapat memicu kejadian stunting.
Nilai Matriks IFE-EFE

• Total nilai matriks IFE adalah 2.96  kondisi faktor


internal Pemkab Bogor mendukung upaya
penurunan stunting.
• Total nilai matriks EFE adalah 2.97  Pemkab
Bogor mampu menarik keuntungan dari peluang
yang ada dan menghindari pengaruh ancaman
dalam upaya penurunan stunting
MATRIKS SWOT
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang Peningkatan kapasitas Peningkatan komitmen dan
(O) SDM (S4, O2, O3, O4) koordinasi lintas sektor
(W2, W3, O1, O2, O3, O5)
Ancaman - Kampanye, pemberian - Peningkatan peran
(T) motivasi serta sosialisasi stakeholder
terkait stunting (S1, S2, (W1, W2, W4, T3, T4)
S3, S5, T2, T4, T5) - Membangun mindset
- Komunikasi gizi masyarakat terkait stunting
partisipasi sosial (S2, S4, (W4, T2, T5)
S5, T2, T5)
STRATEG
I
1. Peningkatan komitmen, partisipasi stakeholder
lintas sektor dan koordinasi melalui pembentukan
lembaga koordinasi
• Lembaga mengembangkan materi terkait
stunting  pemahaman  kesadaran
 komitmen
• Pertemuan/rapat/sosialisasi  komitmen dan
keikutsertaan stakeholder
• Koordinasi: diskusi dan kesepakatan mengatasi
masalah
STRATEG
I
2. Pengembangan komunikasi dan perubahan perilaku
masyarakat
• Tujuan: penyebaran informasi untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat
• Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada
kelompok sasaran dapat mengarah ke perubahan
perilaku yang mendukung pencegahan stunting
(Kemenkes 2018)
• Komunikasi perubahan perilaku dapat dilakukan
melalui komunikasi antar pribadi, serta didukung
oleh kampanye media massa/sosial media
STRATEG
I
3. Peningkatan kapasitas SDM
• pengembangan sumber daya manusia melalui
pelatihan, diskusi dan seminar
• Peningkatan kapasitas SDM Kesehatan:
meningkatkan kemampuan dan keterampilan
yang mendukung pelaksanaan intervensi gizi
spesifik agar target intervensi berhasil dicapai
• Peningkatan kapasitas SDM non-Kesehatan:
membantu meng-edukasi masyarakat
KESIMPULAN
Kondisi internal Pemkab Bogor dalam upaya penurunan
stunting:
Kekuatan terpenting: data stunting yang dikumpulkan by
name by address
 Kelemahan utama: kuantitas SDM dan sinkronisasi
kegiatan

Kondisi eksternal Pemkab Bogor dalam upaya penurunan


stunting:
 Peluang terbesar: komitmen kepala daerah
 Ancaman tertinggi: motivasi dan kesadaran masyarakat

Strategi penurunan stunting yang direkomendasikan untuk Pemkab Bogor:


1.Peningkatan komitmen, partisipasi stakeholder lintas sektor dan
koordinasi melalui lembaga koordinasi
2.Pengembangan komunikasi dan perubahan perilaku masyarakat
3.Peningkatan kapasitas SDM
SARAN

 Penetapan payung hukum berupa


peraturan tingkat daerah untuk
mendorong timbulnya peningkatan
komitmen dan peran stakaholder di luar
instansi pemerintah
 Penelitian melibatkan kepala daerah,
DPRD, puskesmas, kepala desa dan
rekanan di luar pemerintahan yang
terkait program stunting agar
mendapatkan hasil yang lebih
komprehensif
DAFTAR PUSTAKA
IMA World Health. 2014. NNCC Model and Lessons Learned 2014–2018. Jakarta (ID): IMA World
Health.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI (ID). 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta (ID): Kemenkes RI.
_ _. 2018. Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku dalam Percepatan Pencegahan Stunting di Indonesia. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Nefy N, Lipoeto NI, Edison. 2019. Implementasi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan di
Kabupaten Pasaman 2017. Media Gizi Indonesia. 14(2):186-196.
Rahmawati T, Noor I, Wanusmawatie I. 2014. Sinergitas stakeholders dalam inovasi daerah (Studi
pada Program Seminggu di Kota Probolinggo (SEMIPRO)). JAP: 2(4):635-641.
Saragih B. 2010. Analisis Kebijakan Penanganan Masalah Gizi di Kalimantan Timur berdasarkan
Pengalaman Berbagai Negara. Jurnal Administrator Borneo LAN. 6(3):2118-2203.
[TNP2K] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (ID). 2017. 100
Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting): Volume I. Jakarta (ID):
TNP2K.
TERIMA
KASIH
Penelitia
didanai
n ini
oleh:

Anda mungkin juga menyukai