STUNTING
TINGKAT
KECAMATAN
PABEDILAN
KABUPATEN CIREBON
Jum’at, 23 September
PERMASALAHAN STUNTING DI INDONESIA
• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi Stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia,
angkanya masih tinggi. yang pada akhirnya akan:
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia • Menurunkan produktivitas SDM
dan di seluruh kelompok sosial ekonomi. • Bonus demografi tidak termanfaatkan dengan baik
• Penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak
hanya kemiskinan dan akses pangan tetapi juga
pola asuh dan pemberian makan pada balita.
PIC: Dinkes PIC: Sekda Aksi 5: Kader Pembangunan Manusia (KPM) adalah kader yang membantu desa
dalam memfasilitasi pelaksanaan integrasi intervensi
PIC: Aksi 7: Upaya kabupaten/kota untuk memperoleh data prevalensi stunting terkini
PIC: BPMD
BAPPEDA pada skala layanan puskesmas, kecamatan, dan desa
PIC: BPMD
Aksi 8: Review yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota terhadap kinerja
program penurunan stunting selama satu tahun terakhir
8 AKSI INTEGRASI INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
AKSI 3 REMBUK STUNTING
Penanggungjawab : SEKDA
Definisi
Rembuk Stunting merupakan suatu Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk memastikan pelaksanaan
rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dilakukan secara Bersama-sama antara OPD penanggungjawab layanan
dengan sector/Lembaga non-pemerintah dan masyarakat
Tujuan
1. Menyampaikan hasil Analisis Situasi (Aksi 1) dan Rancangan Rencana Kegiatan penurunan stunting kabupaten/kota
2. Deklarasi komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi
3. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di kabupaten/kota
Output
4. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota, Perwakilan DPRD, Kepala Desa, Pimpinan OPD dan
perwakilan sektor non pemerintah dan masyarakat
5. Rencana Kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor untuk dimuat dalam
RKPD/Renja OPD tahun berikutnya
7
Aksi 4 Peran Desa/Kelurahan
• Peraturan Bupati yang memperjelas kewenangan desa/Keluarahan dalam pencegahan stunting
terintegrasi. Dapat berupa peraturan baru atau hasil revisi peraturan yang ada
Definisi
• untuk memberikan kepastian hukum yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi desa/Keluarahan
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pencegahan
Tujuan dan penurunan stunting
• Kewenangan desa/Kelurahan dalam pelaksanaan intervensi gizi melalui APBDesa/Dana Keluarahan, Peran kecamatan dalam
mendukung pemerintah desa/Kelurahan , Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif bagi Kader Pembangunan Manusia (KPM),
Koordinasi Pemerintah Desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program, Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu,
Muatan PAUD, PKK, dan lainnya), dan Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku di tingkat desa/Kelurahan
• Sosialisasi dan penyebarluasan Peraturan Bupati/Walikota ini perlu dilakukan seintensif mungkin untuk bisa menjangkau sampai ke
pelosok desa. Dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Sosialisasi
14 Target prevalensi
12.99
11.58 11.64 angka Stunting
12
(Menurut TB/U
10 9.7 9.57 9.34 kategori pendek
dan sangat
8 pendek) balita di
Indonesia pada
6 tahun 2024 harus
dibawah angka
4 14%
0
13.0 12.8
12.6
12.5
12.0 11.9
11.6
11.4 Target prevalensi
11.5
angka Stunting
11.0 (Menurut TB/U
11.0
kategori pendek
10.5 dan sangat
pendek) balita di
10.0 Indonesia pada
H R L
NA SI L ON
L E
T AN
DU tahun 2024 harus
A A
R S IH KU KA
W
E KI dibawah angka
TE SI
L
A
N AN N AN
14%
L IL L A IL
I I D
E D
B ED E D
B E
B A B A
PA P PA P
70
60
50
38.8 39.7
40 34.78 34.44 32.32 32.24 33.65
30 25.14 28.01 28.16
22.63
19.33
20
10
0
U
L N R N
SI
H A N RA TU TI I RI R
ID TA LE LO N A
A N K SM SA LO
U LI
A SA RU U RE
K E A K I R
SU
ID BU M LO
S
P. .W P .K P S TE H
W L I LI D
A
B LO
P PA A A SI B
K
U K K BA BA
U
D
• Keluarga Beresiko Stunting adalah pendataan yang dilaksanakan oleh
BKKBN. Keluarga Berisiko Stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau
lebih factor resiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak
remaja putri/ calon pengantin/ ibu Hamil/ anak usia 0-23 bulan/ anak usia 24-
59 bulan berasal dari keluarga miskin, Pendidikan orang tua rendah, sanitasi
lingkungan buruk, dan air minum tidak layak. Untuk grafik diatas desa
Pabedilan Kaler punya Keluarga Resiko Stunting tertinggi sebesar 82,87%.
Hasil dari Pendataan Keluarga Resiko Stunting ini akan menjadi salah satu
acuan Penentuan Desa Lokus Stunting berikutnya.
REMAJA
Remaja putri yang Remaja putri yang menerima
mengonsumsi Tablet Tambah TARGET layanan pemeriksaan status TARGET
Desa/Kelurahan KET (%) KET
Darah (TTD) (%) anemia (hemoglobin)
(%) (%)
CATATAN :
SASARAN REMATRI BERDASARKAN WILAYAH SEKOLAH SMP/SMA
INDIKATOR YANG TIDAK TERCAPAI :
- REMAJA YANG MENERIMA LAYANAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
PENYEBAB :
- RENDAHNYA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT
ANEMIA DAN PENTINGNYA PEMERIKSAAN HB
- KURANGNYA SARANA FASILITAS PELAYANAN PEMERIKSAAN HB
• Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri pada SMP dan SMA atau
sedrajat adalah salah satu Intervensi Gizi Insentif yaitu upaya-upaya untuk
mencegah dan mengurangi secara tidak langsung. Karena Remaja dengan bebas
Anemia akan menjadi calon Ibu yang akan melahirkan generasi yang sehat dan
kuat untuk generasi yang akan datang. Mengingat pola makan remaja sekarang
yang tidak sesuai dengan gizi seimbang sehingga rawan terjadinya anemia. Dari
grafik di atas, dapat dilihat bahwa Remaja putri yang meminum Tablet Tambah
Darah sudah memenuhi target sebesar 58%. Tapi untuk Remaja Putri yang
menerima layanan status anemia (hemoglobin) masih nol semua. Maka diperlukan
pengadaan adanya alat dan bahan untuk mengukur hemoglobin remaja putri ini.
CALON PENGANTIN
NO DESA CATIN MENDAPAT CATIN
TABLET TAMBAH MENDAPATKAN
DARAH (TTD) LAYANAN
KESEHATAN
1 P. KIDUL 38 38
2 P. WETAN 25 25
3 P. KULON 24 24
4 P. KALER 17 17
5 SILIH ASIH 20 20
6 TERSANA 27 27
7 PASURUAN 1 1
8 DUKUHWIDARA 2 2
9 KALIBUNTU 1 1
10 KALIMUKTI 0 0
11 SIDARESMI 1 1
12 BAB LOSARI 0 0
13 BAB LOS LOR 0 0
• Indikator Strategi Nasional yang melibatkan Kerjasama antara Kantor Urusan Agama dan Kesehatan adalah:
1.Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
nikah
2.Cakupan calon PUS yang menerima pendampingan kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pra-
nikah
3.Pasangan calon pengantin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting
4.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan
tunai bersyarat
5.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan
pangan non-tunai
6.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
• Dan melihat daftar table diatas dapt disimpukna klo Kerjasama adntara KUA dan Puskesmas Pabedilan terjalin
dengan baik, Tapi Kerjasam antara KUA dan Puskesmas Kalimukti perlu ditingkatkan Kembali.
IBU HAMIL
Ibu hamil yang
Ibu hamil Kurang
mengonsumsi Tablet
Energi Kronik (KEK)
Tambah Darah (TTD)
DESA/KELURAHAN yang mendapatkan
minimal 90 tablet
tambahan asupan gizi
selama masa kehamilan
(TARGET 90%)
(TARGET 80%)
P. KULON 100 91,3
P. KIDUL 100 91,2
P. KALER 100 91,5
P. WETAN 100 91,1
SILIH ASIH 100 90,5
TERSANA 100 91,7
PASURUAN 5,00 100,00
DUKUHWIDARA 5,00 74,63
KALIBUNTU 3,00 75,31
KALIMUKTI 2,00 98,81
SIDARESMI 1,00 88,89
BAB LOSARI 2,00 89,19
BAB LOS LOR 2,00 83,58
• Dari table diatas, Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan
tambahan asupan gizi untuk puskesmas Pabedilan cukup banyak Tapi untuk
Puskesmas Kalimukti masih sedikit. Hal ini dikarenakan untuk Puskesmas
Pabedilan masih punya banyak stok PMT Biskuit ibu Hamil.
• Sedangkan untuk Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet selama masa kehamilan yang masih belum mencapai target
adalah desa Dukuhwidara dan Kalibuntu.
BALITA
Anak berusia di Anak berusia di Anak berusia di
Anak usia 6-23 bulan
Bayi usia kurang dari bawah lima tahun bawah lima tahun bawah lima tahun
yang mendapat
6 bulan mendapat air (balita) gizi buruk (balita) yang (balita) gizi kurang Balita yang memperoleh
Makanan
DESA/KELURAHAN susu ibu (ASI) yang mendapat dipantau yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Pendamping Air
eksklusif pelayanan tata pertumbuhan dan tambahan asupan (TARGET 90%)
Susu Ibu (MP-ASI)
(TARGET 80%) laksana gizi buruk perkembangannya gizi
(TARGET 80%)
(TARGET 90%) (TARGET 90%) (TARGET 90%)
Instansi : Desa X
Rencana Kegiatan : PMT balita stunting dan ibu hamil KEK
Sasaran : 30 orang balita stunting dan 5 ibu hamil KEK
Pelaksana : Kader dan bidan desa
TERIMA KASIH