Anda di halaman 1dari 33

REMBUK

STUNTING
TINGKAT
KECAMATAN
PABEDILAN
KABUPATEN CIREBON
Jum’at, 23 September
PERMASALAHAN STUNTING DI INDONESIA
• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi Stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia,
angkanya masih tinggi. yang pada akhirnya akan:
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia • Menurunkan produktivitas SDM
dan di seluruh kelompok sosial ekonomi. • Bonus demografi tidak termanfaatkan dengan baik
• Penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak
hanya kemiskinan dan akses pangan tetapi juga
pola asuh dan pemberian makan pada balita.

Perkembangan Prevalensi Stunting,


Tahun 2010-2019

Gagal tumbuh (berat lahir rendah, stunting, kecil, kurus)

Hambatan perkembangan kognitif dan motorik


36,8 37,2 30,8 27,67 Gangguan metabolik pada saat dewasa  risiko
2010 2013 2018 2019 penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke,
penyakit jantung)
Sumber: Riskesdas (2010-2018) dan SSGB 2019
Sumber:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017. Unleashing Gains
in Economic Productivity with Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
• www.GlobalNutritionSeries.org 2
TANTANGAN PENURUNAN STUNTING
“Berbagai program penurunan Intervensi belum terintegrasi dengan baik
sehingga belum sepenuhnya efektif untuk
stunting telah diselenggarakan,
percepatan penurunan stunting.
namun belum efektif dan belum
terjadi dalam skala yang Kebijakan dan program penurunan stunting belum
memadai” diterjemahkan dengan baik ke dalam perencanaan
dan penganggaran daerah.
Kapasitas pelaksana program di daerah masih
lemah.

Kelembagaan dan koordinasi di pusat dan daerah


masih belum optimal.

Perilaku masyarakat belum sejalan dengan upaya


percepatan penurunan stunting dan dukungan sosial
masih rendah.
KONTRIBUSI INTERVENSI STUNTING
30%
INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF
 Upaya-upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara langsung.  Upaya-upaya untuk mencegah dan
 Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh mengurangi gangguan secara tidak langsung.
sektor kesehatan.  Berbagai kegiatan pembangunan pada
 Kegiatannya antara lain seperti imunisasi, umumnya non kesehatan.
PMT ibu hamil dan balita, monitoring  Kegiatannya antara lain penyediaan air
pertumbuhan balita di Posyandu. bersih, penyediaan Jamban keluarga PAUD,
 Sasaran khusus kelompok 1.000 HPK (Ibu
PKH dll
Hamil, Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan)  Sasaran masyarakat umum, tidak khusus
untuk 1.000 HPK.
70%
8 Aksi Integrasi di Tingkat Kab/Kota
Aksi 1: Mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting, situasi ketersediaan
“Merupakan instrumen dalam bentuk kegiatan untuk program, dan praktik manajemen layanan saat ini
meningkatkan integrasi intervensi dalam penurunan stunting”
Aksi 2: Rencana tindak lanjut kabupaten/kota dalam merealisasikan
PIC:
rekomendasi hasil analisis situasi
BAPPEDA

PIC: Sekda PIC:


& BAPPEDA BAPPEDA Aksi 3: Memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi antara OPD
dengan non-pemerintah dan masyarakat luas secara

Aksi 4: Peraturan yang menjelaskan peran dan kewenangan desa dalam


merencanakan dan mengalokasikan anggaran dari APBDes termasuk dana
desa

PIC: Dinkes PIC: Sekda Aksi 5: Kader Pembangunan Manusia (KPM) adalah kader yang membantu desa
dalam memfasilitasi pelaksanaan integrasi intervensi

Aksi 6: Upaya pengelolaan data di tingkat kabupaten/kota sampai tingkat


desa untuk mendukung pelaksanaan aksi integrasi

PIC: Aksi 7: Upaya kabupaten/kota untuk memperoleh data prevalensi stunting terkini
PIC: BPMD
BAPPEDA pada skala layanan puskesmas, kecamatan, dan desa

PIC: BPMD
Aksi 8: Review yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota terhadap kinerja
program penurunan stunting selama satu tahun terakhir
8 AKSI INTEGRASI INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
AKSI 3 REMBUK STUNTING
Penanggungjawab : SEKDA

Definisi

Rembuk Stunting merupakan suatu Langkah penting yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk memastikan pelaksanaan
rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dilakukan secara Bersama-sama antara OPD penanggungjawab layanan
dengan sector/Lembaga non-pemerintah dan masyarakat

Tujuan

1. Menyampaikan hasil Analisis Situasi (Aksi 1) dan Rancangan Rencana Kegiatan penurunan stunting kabupaten/kota
2. Deklarasi komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi
3. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di kabupaten/kota
Output

4. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota, Perwakilan DPRD, Kepala Desa, Pimpinan OPD dan
perwakilan sektor non pemerintah dan masyarakat
5. Rencana Kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor untuk dimuat dalam
RKPD/Renja OPD tahun berikutnya

7
Aksi 4 Peran Desa/Kelurahan
• Peraturan Bupati yang memperjelas kewenangan desa/Keluarahan dalam pencegahan stunting
terintegrasi. Dapat berupa peraturan baru atau hasil revisi peraturan yang ada
Definisi

• untuk memberikan kepastian hukum yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi desa/Keluarahan
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pencegahan
Tujuan dan penurunan stunting

• Kewenangan desa/Kelurahan dalam pelaksanaan intervensi gizi melalui APBDesa/Dana Keluarahan, Peran kecamatan dalam
mendukung pemerintah desa/Kelurahan , Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif bagi Kader Pembangunan Manusia (KPM),
Koordinasi Pemerintah Desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program, Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu,
Muatan PAUD, PKK, dan lainnya), dan Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku di tingkat desa/Kelurahan

• Sosialisasi dan penyebarluasan Peraturan Bupati/Walikota ini perlu dilakukan seintensif mungkin untuk bisa menjangkau sampai ke
pelosok desa. Dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Sosialisasi

Penanggungjawab : DPMD/OPD bidang Pemberdayaan Masyarakat


ANALISIS SITUASI
DATA CAKUPAN BEBERAPA INDIKATOR
DI WILAYAH KECAMATAN PABEDILAN
Stunting di wilayah Kerja Puskesmas Kalimukti
18
16.2
16

14 Target prevalensi
12.99
11.58 11.64 angka Stunting
12
(Menurut TB/U
10 9.7 9.57 9.34 kategori pendek
dan sangat
8 pendek) balita di
Indonesia pada
6 tahun 2024 harus
dibawah angka
4 14%

0
13.0 12.8
12.6
12.5

12.0 11.9
11.6
11.4 Target prevalensi
11.5
angka Stunting
11.0 (Menurut TB/U
11.0
kategori pendek
10.5 dan sangat
pendek) balita di
10.0 Indonesia pada
H R L
NA SI L ON
L E
T AN
DU tahun 2024 harus
A A
R S IH KU KA
W
E KI dibawah angka
TE SI
L
A
N AN N AN
14%
L IL L A IL
I I D
E D
B ED E D
B E
B A B A
PA P PA P

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Pabedilan


• Target prevalensi Stunting (Katagori Sangat Pendek dan Pendek) Tahun 2024
adalah14%, sedangkan Tahun 2021 adalah 21,21%. Jadi diperlukan penurunan
prevalensi selama 3 tahun sebesar 10,4% atau sebesar 10,4% : 3 = 3,13% per
tahun. Melihat prevalensi dari grafik diatas, maka perlu diwaspadai untuk
desa Babakan Losari Lor karena prevalensinya sebesar 16,2%. Perlu
diadakannya Intervensi Gizi Spesifik dan Intensif. Begitu juga desa yang
lainnya, mengingat angka prevalensi pada digrafik ditas, bisa berubah
sewaktu waktu. Sehingga perlu adanya Inervensi juga agar perubahan yang
terjadi adalah prevalensi stunting yang menurun bukan tambah naik.
Persentase jumlah keluarga beresiko stunting
90
82.87
80

70

60

50
38.8 39.7
40 34.78 34.44 32.32 32.24 33.65
30 25.14 28.01 28.16
22.63
19.33
20

10

0
U
L N R N
SI
H A N RA TU TI I RI R
ID TA LE LO N A
A N K SM SA LO
U LI
A SA RU U RE
K E A K I R
SU
ID BU M LO
S
P. .W P .K P S TE H
W L I LI D
A
B LO
P PA A A SI B
K
U K K BA BA
U
D
• Keluarga Beresiko Stunting adalah pendataan yang dilaksanakan oleh
BKKBN. Keluarga Berisiko Stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau
lebih factor resiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak
remaja putri/ calon pengantin/ ibu Hamil/ anak usia 0-23 bulan/ anak usia 24-
59 bulan berasal dari keluarga miskin, Pendidikan orang tua rendah, sanitasi
lingkungan buruk, dan air minum tidak layak. Untuk grafik diatas desa
Pabedilan Kaler punya Keluarga Resiko Stunting tertinggi sebesar 82,87%.
Hasil dari Pendataan Keluarga Resiko Stunting ini akan menjadi salah satu
acuan Penentuan Desa Lokus Stunting berikutnya.
REMAJA
Remaja putri yang Remaja putri yang menerima
mengonsumsi Tablet Tambah TARGET layanan pemeriksaan status TARGET
Desa/Kelurahan KET (%) KET
Darah (TTD) (%) anemia (hemoglobin)
(%) (%)

P. KULON 65,4 TERCAPAI  0 BLM TERCAPAI


P. KIDUL  0  0 BLM TERCAPAI
P. KALER 0  0 BLM TERCAPAI
P. WETAN 0  0 BLM TERCAPAI
SILIASIH 85 TERCAPAI  0 BLM TERCAPAI
TERSANA 0  0 BLM TERCAPAI
PASURUAN 71 58 TERCAPAI  0
90 BLM TERCAPAI
DUKUHWIDARA 0    0 BLM TERCAPAI
KALIBUNTU 0  0 BLM TERCAPAI
KALIMUKTI 67,7 TERCAPAI  0 BLM TERCAPAI
SIDARESMI 0  0 BLM TERCAPAI
BAB LOSARI 98 TERCAPAI  0 BLM TERCAPAI
BAB LOS LOR 0  0 BLM TERCAPAI
 0 BLM TERCAPAI

CATATAN :
SASARAN REMATRI BERDASARKAN WILAYAH SEKOLAH SMP/SMA
INDIKATOR YANG TIDAK TERCAPAI :
- REMAJA YANG MENERIMA LAYANAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
PENYEBAB :
- RENDAHNYA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT
ANEMIA DAN PENTINGNYA PEMERIKSAAN HB
- KURANGNYA SARANA FASILITAS PELAYANAN PEMERIKSAAN HB
• Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri pada SMP dan SMA atau
sedrajat adalah salah satu Intervensi Gizi Insentif yaitu upaya-upaya untuk
mencegah dan mengurangi secara tidak langsung. Karena Remaja dengan bebas
Anemia akan menjadi calon Ibu yang akan melahirkan generasi yang sehat dan
kuat untuk generasi yang akan datang. Mengingat pola makan remaja sekarang
yang tidak sesuai dengan gizi seimbang sehingga rawan terjadinya anemia. Dari
grafik di atas, dapat dilihat bahwa Remaja putri yang meminum Tablet Tambah
Darah sudah memenuhi target sebesar 58%. Tapi untuk Remaja Putri yang
menerima layanan status anemia (hemoglobin) masih nol semua. Maka diperlukan
pengadaan adanya alat dan bahan untuk mengukur hemoglobin remaja putri ini.
CALON PENGANTIN
NO DESA CATIN MENDAPAT CATIN
TABLET TAMBAH MENDAPATKAN
DARAH (TTD) LAYANAN
KESEHATAN
1 P. KIDUL 38 38
2 P. WETAN 25 25
3 P. KULON 24 24
4 P. KALER 17 17
5 SILIH ASIH 20 20
6 TERSANA 27 27
7 PASURUAN 1 1
8 DUKUHWIDARA 2 2
9 KALIBUNTU 1 1
10 KALIMUKTI 0 0
11 SIDARESMI 1 1
12 BAB LOSARI 0 0
13 BAB LOS LOR 0 0
• Indikator Strategi Nasional yang melibatkan Kerjasama antara Kantor Urusan Agama dan Kesehatan adalah:
1.Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
nikah
2.Cakupan calon PUS yang menerima pendampingan kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pra-
nikah
3.Pasangan calon pengantin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting
4.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan
tunai bersyarat
5.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan
pangan non-tunai
6.Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
• Dan melihat daftar table diatas dapt disimpukna klo Kerjasama adntara KUA dan Puskesmas Pabedilan terjalin
dengan baik, Tapi Kerjasam antara KUA dan Puskesmas Kalimukti perlu ditingkatkan Kembali.
IBU HAMIL
Ibu hamil yang
Ibu hamil Kurang
mengonsumsi Tablet
Energi Kronik (KEK)
Tambah Darah (TTD)
DESA/KELURAHAN yang mendapatkan
minimal 90 tablet
tambahan asupan gizi
selama masa kehamilan
(TARGET 90%)
(TARGET 80%)
P. KULON 100 91,3
P. KIDUL 100 91,2
P. KALER 100 91,5
P. WETAN 100 91,1
SILIH ASIH 100 90,5
TERSANA 100 91,7
PASURUAN 5,00 100,00
DUKUHWIDARA 5,00 74,63
KALIBUNTU 3,00 75,31
KALIMUKTI 2,00 98,81
SIDARESMI 1,00 88,89
BAB LOSARI 2,00 89,19
BAB LOS LOR 2,00 83,58
• Dari table diatas, Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan
tambahan asupan gizi untuk puskesmas Pabedilan cukup banyak Tapi untuk
Puskesmas Kalimukti masih sedikit. Hal ini dikarenakan untuk Puskesmas
Pabedilan masih punya banyak stok PMT Biskuit ibu Hamil.
• Sedangkan untuk Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet selama masa kehamilan yang masih belum mencapai target
adalah desa Dukuhwidara dan Kalibuntu.
BALITA
Anak berusia di Anak berusia di Anak berusia di
Anak usia 6-23 bulan
Bayi usia kurang dari bawah lima tahun bawah lima tahun bawah lima tahun
yang mendapat
6 bulan mendapat air (balita) gizi buruk (balita) yang (balita) gizi kurang Balita yang memperoleh
Makanan
DESA/KELURAHAN susu ibu (ASI) yang mendapat dipantau yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Pendamping Air
eksklusif pelayanan tata pertumbuhan dan tambahan asupan (TARGET 90%)
Susu Ibu (MP-ASI)
(TARGET 80%) laksana gizi buruk perkembangannya gizi
(TARGET 80%)
(TARGET 90%) (TARGET 90%) (TARGET 90%)

P. KIDUL 93 100 100 97,24 88,9 60,6


P. WETAN 70 100 100 96,97 87,5 50,6
P. KULON 97 100 0 96,90 85,7 53,2
P. KALER 93 100 0 94,86 88,9 73,2
SILIH ASIH 91 100 100 99,23 83,3 59,6
TERSANA 97 100 0 95,32 83,3 60
PASURUAN 11,11 100 1,00 100,00 3,00 62,00
DUKUHWIDARA 25 100 2,00 70,08 3,00 85,00
KALIBUNTU 57,1 100 0,00 79,40 3,00 49,00
KALIMUKTI 30,8 100 0,00 90,71 3,00 62,00
SIDARESMI 50 100 0,00 64,94 3,00 22,00
BAB LOSARI 40 100 1,00 86,89 3,00 36,00
BAB LOS LOR 50 100 0,00 75,85 3,00 41,00
BELUM TERCAPAI
• Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif untuk wilayah Puskesmas Pabedilan
sudah mencapai Target, sedangkan untuk Puskesmas Kalimukti masih banyak yang belum mencapai
target.Hal ini dikarenakan adanya faktor social budaya, ekonomi, Pendidikan, dan pola asuh dari orang
tuanya.
• Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi pada balita
gizi kurang untuk puskesmas Pabedilan cukup banyak Tapi untuk Puskesmas Kalimukti masih sedikit.
Hal ini dikarenakan untuk Puskesmas Pabedilan masih punya banyak stok PMT Biskuit ibu Hamil.
• Sedangkan untuk Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap masih belum mencapai target semua.
Hal ini terjadi karena factor ketersediaan vaksin, Tingkat Pengetahuan orang tua dan kekhawatiran
terhadap efek samping setelah divaksin.
KELUARGA BERISIKO
Keluarga berisiko Keluarga berisiko
stunting yang Keluarga berisiko stunting yang
Pelayanan Keluarga
Keluarga yang Stop Keluarga yang mendapatkan stunting yang mendapatkan manfaat
DESA/ Berencana (KB)
BABS melaksanakan PHBS promosi peningkatan memperoleh sumber daya pekarangan
KELURAHAN pascapersalinan
(TARGET 90%) (TARGET 70%) konsumsi ikan pendampingan untuk peningkatan
(TARGET 70%)
dalam negeri (TARGET 90%) asupan gizi
(TARGET 90%) (TARGET 50%)

P. KIDUL 98,70 85 47,6 100  


P. WETAN 99,10 96,3 70 100  
P. KULON 99,20 95,2 57,6 100  
P. KALER 98,70 97,8 53,5 100  
SILIH ASIH 99,70 92 58,1 100  
TERSANA 99,70 96,6 64,3 100  
PASURUAN 99,10 30 70 100  
DUKUHWIDARA 99,60 32 89 100  
KALIBUNTU 99,50 30 47 100  
KALIMUKTI 99,20 31 64 100  
SIDARESMI 99,30 33 26 100
BAB LOSARI 100,00 30 44 100
BAB LOS LOR 100,00 31 46 100

BELUM TERCAPAI INDIKATOR YANG BELUM ADA ATAU BELUM TERLAKSANA


• Keluarga yang Stop BABS sudah menunjukan hasil yang bagus. Sehingga dampak
dari BAB sembarangan dapat diminimalisirkan. Contohnya penyakit diare.
Sedangkan Keluarga yang melaksanakan PHBS(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
diwilayah Puskesmas Kalimukti masih rendah. Hal ini dipengaruhi factor kondisi
ekonomi saat ini yang membuat banyak masyarakat tidak makan dengan gizi
seimbang. Pengadaan buah dalam menu sehari harinya masih tidak tercukupi. Selain
itu juga, masih banyak Anggota keluarga yang merokok, menjadi penyebab kelurga
tersebut tidak bisa PHBS.
• Kondisi ini sangat berpengaruh dengan kondisi Kesehatan balita yang ada dalam
keluarga tersebut. Hal ini akan berpengaruh pula dengan Pertumbuhan dan
perkembangan balita di kemudian hari.
AIR MINUM DAN SANITASI
Rumah tangga yang Rumah tangga yang
mendapatkan akses mendapatkan akses sanitasi (air
DESA/KELURAHAN KET KET
air minum layak limbah domestik) layak
(TARGET 100%) (TARGET 90%)
P. KIDUL 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
P. WETAN 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
P. KULON 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
P. KALER 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
SILIASIH 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
TERSANA 100 TERCAPAI 100 TERCAPAI
PASURUAN 100 TERCAPAI 58 BELUM TERCAPAI
DUKUHWIDARA 100 TERCAPAI 55 BELUM TERCAPAI
KALIBUNTU 100 TERCAPAI 68 BELUM TERCAPAI
KALIMUKTI 100 TERCAPAI 59 BELUM TERCAPAI
SIDARESMI 100 TERCAPAI 97 TERCAPAI
BAB LOSARI 100 TERCAPAI 75 BELUM TERCAPAI
BAB LOS LOR 100 TERCAPAI 68 BELUM TERCAPAI
• Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak sudah bagus semua.
Hal ini terlihat dari banyaknya tempat usaha Air isi ulang. Sedangkan Rumah
tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layak di
Puskesmas Kalimukti masih rendah terlihat dari banyak Rumah Tangga yang
pembuangan air besarnya masih ke sungai, tidak pada penampungan
tersendiri. Hal ini akan berdampak pada Kesehatan lingkungan yang bisa
berpengaruh terhadap Kesehatan keluarga. Lingkungan yang kotor,
berdampak erat kaitanya dengan diare, yang bisa berpengaruh terhadap
Pertumbuhan dan perkembangan balita juga.
PENGGALANGAN KOMITMEN
UNTUK PENCEGAHAN SERTA
PENANGGULANGAN
PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
DI WILAYAH KECAMATAN
SUMBER
REKAPITULASI JUMLAH STUNTING DAN BUMIL KEK
TAHUN 2022
NO DESA JUMLAH STUNTING JUMLAH IBU
< 2 TAHUN HAMIL KEK
1 P. KIDUL 14 11
2 P. WETAN 21 8
3 P. KULON 13 11
4 P. KALER 7 6
5 SILIH ASIH 11 5
6 TERSANA 9 3
7 PASURUAN 10 11
8 DUKUHWIDARA 12 14
9 KALIBUNTU 8 7
10 KALIMUKTI 8 8
11 SIDARESMI 4 5
12 BAB LOSARI 7 6
13 BAB LOS LOR 11 10
Total 135 94
• Jumlah stunting di Puskesmas Kalimukti terjadi peningkatan, pada Hasil BPB
Agustus 2021 jumlah stunting dada 160 balita. Dari jumlah tersebut hanya ada
11 balita di bawah dua tahun yang mengalami stunting. Tapi Hasil BPB tahun
2022 terjadi peningkatan sebesar 273 dengan balita dibawah dua tahun ada 60.
Hal ini terjadi karena pada tahun 2021 ada anggaran PMT Pemulihan dari
dana BOK puskesmas, sedang tahun 2022 sudah tidak ada dana sama sekali,
hanya ada kiriman sedikit biscuit dari Dinas Kesehatan Pusat.
KONVERGENSI ANGGARAN PELAKSANAAN TAHUN 2022
DAN RENCANA TAHUN 2023 INTERVENSI PENCEGAHAN STUNTING
KECAMATAN PABEDILAN
Konsolidasi Anggaran
Porsi (%) pembiayaan 2022
Kecamatan
No INSTANSI RENCANA KEGIATAN
Pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Rencana
Tahun 2023
Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2022
1          
2          
         
3
         
4
       
5
         
6
         
 7
         
 8
         
 9
Konsolidasi Anggaran
Porsi (%) pembiayaan 2022
Kecamatan
No INSTANSI RENCANA KEGIATAN
Pelaksanaan Rencana Tahun Pelaksanaan Rencana
Tahun 2023
Tahun 2022 2023 Tahun 2022
10          
11          
         
12
         
13
       
14
         
15
         
16
         
17
         
18
HASIL KESEPAKATAN DAN KOMITMEN DALAM REMBUK STUNTING

Instansi : Desa X
Rencana Kegiatan : PMT balita stunting dan ibu hamil KEK
Sasaran : 30 orang balita stunting dan 5 ibu hamil KEK
Pelaksana : Kader dan bidan desa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai