Anda di halaman 1dari 60

DRAFT 29 JUNI 2022

i
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
KATA PENGANTAR
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang pada anak usia di bawah dua tahun, yang ditandai dengan panjang
atau tinggi badannya berada di bawah standar. Stunting merupakan ancaman utama terhadap
kualitas hidup, produktivitas dan daya saing manusia Indonesia sebagai dampak dari
terganggunya pertumbuhan otak dan perkembangan metabolisme tubuh dalam jangka
panjang. Untuk itu pemerintah menetapkan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu
program prioritas nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 menetapkan bahwa target penurunan stunting pada anak bawah usia 2 tahun adalah
14% pada tahun 2024.
Untuk mencegah dan menangani permasalahan stunting dilakukan pendekatan
multisektor melalui intervensi layanan spesifik dan sensitif yang terintegrasi dan dilakukan di
tingkat pusat, daerah, hingga desa/kelurahan. Sebagai panduan pemerintah daerah khususnya
kabupaten/kota dalam mengawal kualitas intervensi untuk percepatan penurunan stunting bagi
sasaran prioritas stunting maka pada sejak tahun 2018 disusun Petujuk Teknis (Juknis)
Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan
Penurunan Stunting dan Peraturan BKKBN Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Angka Stunting Indonesia, semakin memperkuat landasan hukum dan
kebijakan percepatan penurunan stunting karena memuat beberapa penyesuaian kebijakan
strategis di antaranya terkait sasaran prioritas, penguatan kelembagaan, intervensi layanan
serta sistem pelaporan dan evaluasi. Atas dasar itu maka diperlukan revisi/penyesuaian
Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten/Kota.
Petunjuk Teknis (Juknis) ini dimaksudkan sebagai rujukan bagi para pihak, khususnya
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Konvergensi
Percepatan Penurunan Stunting. 8 (delapan) Aksi Konvergensi merupakan instrumen dalam
bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan intervensi percepatan penurunan
stunting terintegrasi oleh lintas pelaku di tingkat daerah secara sistematis, terintegrasi dan
berkelanjutan. Pendekatan pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi berorientasi pada proses
pembinaan dan pengawasan pemerintah daerah atas capaian beberapa aspek konvergensi
termasuk kualitas intervensi secara komprehensif.

Dirjen Bina Pembangunan Daerah - Kemendagri


Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan - Bappenas
Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi - BKKBN

Jakarta, Juli 2022


Tim Penyusun

i
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR DEFINISI PETUNJUK TEKNIS
8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
NO ISTILAH KETERANGAN

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak


akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai
1. Stunting dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang
ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan (sumber : Perpres 72 Tahun 2021)

Layanan untuk mencegah/mengatasi faktor-faktor penyebab Stunting.


Terdiri dari intervensi gizi spesifik dan sensitif. Daftar intervensi gizi
2. Intervensi
selengkapnya dapat dilihat pada Pedoman Pelaksanaan Intervensi
Penurunan Stunting Terintegrasi.

Cakupan pelaksanaan intervensi. Umumnya dikenal dengan istilah


3. Cakupan intervensi
cakupan layanan.

Indikator cakupan pelaksanaan intervensi. Umumnya dinyatakan


dalam persentase. Contoh: cakupan ibu hamil mendapat Tablet
Indikator cakupan Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan, cakupan
4.
intervensi rumah tangga yang menggunakan air minum layak, cakupan rumah
tangga menggunakan sanitasi yang layak, cakupan orangtua yang
mengikuti kelas parenting.

Indikator outcome/hasil pelaksanaan intervensi. Misalnya: proporsi


Indikator outcome anemia pada ibu hamil, proporsi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
5.
intervensi cakupan ASI eksklusif, tingkat kejadian diare, tingkat kejadian
kecacingan, prevalensi gizi buruk.

Instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk


meningkatkan konvergensi/integrasi intervensi gizi dalam penurunan
Aksi konvergensi/
6. Stunting. Terdapat 8 aksi konvergensi/integrasi yang selengkapnya
integrasi
dapat dilihat pada Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan
Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota.

Rumah Tangga 1000


Kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan anak
7. Hari Pertama
berusia 0-23 bulan.
Kehidupan (HPK)

Segala hal yang bisa memberikan inspirasi, pengaruh, dorongan,


8. Inspiratif
semangat, kekuatan untuk melakukan atau membuat sesuatu.

9. Target lokasi intervensi Daftar desa/kelurahan lokasi pelaksanaan intervensi.

Kader yang berfungsi untuk membantu desa/kelurahan dalam


memfasilitasi pelaksanaan integrasi penurunan Stunting di tingkat
Kader Pembangunan desa/kelurahan. Kader tersebut berasal dari masyarakat sendiri seperti
10.
Manusia (KPM) kader Posyandu, guru PAUD, dan kader lainnya yang terdapat di
desa/kelurahan. Penjelasan lebih rinci tentang KPM dapat dilihat pada
Pedoman Umum Kader Pembangunan Manusia.

ii
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
NO ISTILAH KETERANGAN

Sebaran Stunting Data prevalensi dan jumlah kasus Stunting yang dirinci dalam wilayah
11. (prevalensi dan jumlah kabupaten/kota, seperti per desa/kelurahan, per kecamatan, atau per
kasus) Stunting wilayah Puskesmas.

Prosedur variabel independen yang digunakan bersama untuk


memeriksa. apakah suatu produk, layanan, atau sistem memenuhi
12. Verifikasi
persyaratan dan spesifikasi dan memenuhi tujuan atau hasil kerja
yang telah ditetapkan.

Monitoring adalah kegiatan pemantauam untuk memperoleh informasi


secara terus-menerus sehingga hasil sesuai dengan tujuan yang telah
13. Monitoring dan Evaluasi
ditetapkan. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan penilaian di akhir
kegiatan untuk melihat pencapaian dari program yang dijalankan.

Pembinaan Usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan


14. Penyelenggaraan tercapainya tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam
Pemerintah Daerah kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengawasan Usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin


15. Penyelenggaraan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan
Pemerintah Daerah efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Variabel-variabel yang dapat menunjukkan ataupun mengindikasikan


16. Indikator kepada penggunanya tentang kondisi tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur perubahan yang terjadi.

Prestasi adalah unjuk kerja yang diperoleh melalui pembelajaran yang


17. Prestasi melibatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah proses
tertentu dalam ber-interaksi dengan pihak-pihak terkait.

Transparansi adalah keterbukaan dan kemudahan informasi


18. Transparansi penyelenggaran pemerintahan memberikan pengaruh untuk
mewujudkan berbagai indikator lainnya.

Akuntabilitas adalah dapat dipertanggungjawabkan sebagai umpan


19. Akuntabilitas balik bagi pimpinan organisasi untuk lebih meningkatkan kinerja
organisasi pada masa yang akan datang

Integritas adalah tindakan yang dilakukan secara konsisten antara apa


20. Integritas yang dikatakan dengan tingkah yang dilakukan, sesuai nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat

Replikasi adalah proses mengembangkan suatu keberhasilan yang


21. Replikasi
dinyatakan unjuk kerja pada suatu lokasi pada lokasi lainya.

Keluarga Berisiko Stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau


lebih faktor risiko Stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki
Keluarga Berisiko anak remaja putri/calon pengantin/Ibu Hamil/Anak Usia 0 (nol) 23
22.
Stunting (dua puluh tiga) bulan/anak usia 24 (dua puluh empat) bulan-59 (lima
puluh Sembilan) bulan berasal dari keluarga miskin, Pendidikan orang
tia rendah, sanitasi lingkungan buruk dan air minum tidak layak.

Audit Stunting adalah identifikasi risiko dan penyebab risiko pada


23. Audit Stunting
kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya.

iii
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR I
DAFTAR DEFINISI PETUNJUK TEKNIS 8 (DELAPAN) AKSI II
KONVERGENSI
DAFTAR ISI IV

AKSI 6 SISTEM MANAJEMEN DATA STUNTING


6.1. DEFINISI 1
6.2. TUJUAN 1
6.3. PENANGGUNG JAWAB 2
6.4. JADWAL 2
6.5. TAHAPAN KEGIATAN 2

AKSI 7 PENGUKURAN DAN PUBLIKASI STUNTING


7.1. DEFINISI 25
7.2. TUJUAN 25
7.3. PENANGGUNG JAWAB 26
7.4. JADWAL 26
7.5. TAHAPAN KEGIATAN 26

AKSI 8 REVIU KINERJA TAHUNAN


8.1. DEFINISI 34
8.2. TUJUAN 34
8.3. OUTPUT 34
8.4. PENANGGUNG JAWAB 35
8.5. JADWAL 35
8.6. TAHAPAN KEGIATAN 35

iv
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR TABEL
HAL

Tabel 6.1 CONTOH SISTEM PELAPORAN DAN MANAJEMEN DATA 16


TERKAIT INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
Tabel 6.2 CONTOH MATRIKS INVENTORI SISTEM PENYEDIAAN DATA 17
Tabel 7.1 STANDAR ANTHROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK 27

Tabel 7.2 PLATFORM PENGUKURAN PERTUMBUHAN DAN 28


PERKEMBANGAN ANAK UNTUK PENURUNAN STUNTING
Tabel 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA 37

DAFTAR GAMBAR
HAL
Gambar 6.1 PEMETAAN DATA KESEHATAN 1 6
Gambar 6.2. PEMETAAN DATA KESEHATAN 2 10
Gambar 6.3 HASIL PEMETAAN DATA KESEHATAN 10
Gambar 6.4 RENCANA TINDAK OPD 11
Gambar 6.5 PEMETAAN DATA KB 1 11
Gambar 6.6 PEMETAAN DATA KB 2 12
Gambar 6.7 HASIL PEMETAAN DATA KB 12
Gambar 6.8 RENCANA TINDAK OPD 12
Gambar 6.9 PEMETAAN DATA SOSIAL 1 13
Gambar 6.10 PEMETAAN DATA SOSIAL 2 13
Gambar 6.11 HASIL PEMETAAN DATA SOSIAL 13
Gambar 6.12. RENCANA TINDAK OPD 14
Gambar 6.13 PEMETAAN DATA PUPR 14
Gambar 6.14 PEMETAAN DATA PMD 15
Gambar 6.15 PEMETAAN TARGET TP2S 15
Gambar 6.16 PEMETAAN DATA PENDIDIKAN 15
Gambar 6.17 PEMETAAN DATA KOMINFO 16
Gambar 6.18 PEMETAAN DATA AGAMA 16
ALUR ALIRAN INFORMASI DALAM AKSI INTEGRASI DI
Gambar 6.19 20
KABUPATEN/KOTA
Gambar 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA 48
Gambar 8.2. ALUR PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN DAERAH 49

Gambar 8.3. ALUR PELAKSANAAN TINDAKAN INTERVENSI TERKAIT 49


STUNTING

v
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
AKSI 6

SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING

vi
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 6
SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING

6.1 DEFINISI
Sistem manajemen data intervensi penurunan Stunting adalah upaya pengelolaan
data di tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Desa/kelurahan yang akan
digunakan untuk mendukung pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi dan digunakan untuk
membantu pengelolaan program dan/atau kegiatan percepatan penurunan Stunting.

Sistem manajemen data adalah bagian dari manajemen sumber daya informasi yang
mencakup semua kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan data hingga
pemanfaatan data, untuk memastikan adanya informasi yang akurat dan mutakhir. Kegiatan-
kegiatan dalam sistem manajemen data akan bersinggungan dengan aspek kebijakan.
Manajemen data akan menggunakan dan mendukung mekanisme yang berjalan di
Kabupaten/Kota sesuai dengan alur pelaksanaan, serta tidak terlepas dari dukungan
teknologi informasi dalam pengumpulan dan pengelolaan data.

Kebutuhan data yang akan digunakan dalam pelaksanaan intervensi cakupan


layanan yang akan disesuaikan dengan kegiatan di setiap tingkatan pemerintahan.

1. Di tingkat desa, data akan digunakan untuk analisis situasi tingkat desa, proses
perencanaan, penentuan sasaran program, pemantauan pelaksanaan kegiatan
intervensi, dan penilaian kinerja;

2. Di tingkat kecamatan, data akan digunakan untuk sosialisasi dan advokasi kepada
Kepala Desa/lurah, penentuan target desa/kelurahan, dan pemantauan kemajuan
kegiatan melalui rembuk Stunting kecamatan.

3. Di tingkat Kabupaten/kota, masing-masing OPD yang membidangi sektor yang


memerlukan data untuk melakukan perencanaan kegiatan seperti dalam Analisis
Situasi, Rembuk, melihat dan melakukan reviu capaian layanan program mereka/kinerja
program, dan mengambil keputusan untuk perbaikan dan peningkatan program mereka.

6.2 TUJUAN

Tujuan umum dari pelaksanaan perbaikan sistem manajemen data Stunting adalah
untuk membantu penyediaan dan mempermudah akses data untuk pengelolaan program
penurunan Stunting. Secara khusus, sistem manajemen data ini harus dapat memastikan
kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya terpenuhi, yaitu: Aksi 1 (Analisis Situasi
Program Penurunan Stunting), Aksi 2 (Rencana Kegiatan), Aksi 7 (Pengukuran dan
publikasi Stunting) dan Aksi #8 terkait dengan Reviu Kinerja.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Pengelola program di Kabupaten/Kota melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting
(TP2S)/Bappeda dapat menggunakan data integrasi penurunan Stunting untuk keperluan
advokasi kepada Kepala Daerah dan juga memenuhi fungsi pelaporan ke provinsi dan
pusat. Tujuan aksi perbaikan sistem manejemen data bukan untuk membangun sistem
manajemen data baru untuk Stunting, tetapi juga untuk memperkuat sistem-sistem yang
ada di OPD, guna meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas maupun kualitas data tentang
intervensi penurunan Stunting.

6.3 PENANGGUNG JAWAB


Penanggung jawab untuk mengkoordinir Aksi ini adalah Ketua Tim Percepatan
Penurunan Stunting tingkat Kabupaten/Kota/Bappeda. Sementara OPD terkait akan
bertanggung jawab terhadap ketersediaan data untuk masing-masing kegiatan program.

6.4 JADWAL
Kegiatan aksi ini dilaksanakan sepanjang tahun anggaran untuk mendukung
keseluruhan proses perencanaan penganggaran, serta pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan intervensi cakupan layanan.

6.5 TAHAPAN KEGIATAN


Sistem manajemen data ini harus dapat memastikan kebutuhan data dalam Aksi
Integrasi lainnya terpenuhi, yaitu: Aksi 1 (Analisis Situasi), Aksi 2 (Rencana Kegiatan), Aksi
7 (Pengukuran dan Publikasi Stunting), dan aksi 8 terkait dengan Reviu Kinerja Tahunan.

TAHAP 1: Pemetaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data yang Dibutuhkan

TAHAP 2: Identifikasi Kesenjangan Data

TAHAP 3: Menyusun Rencana Tindak Lanjut Perbaikan Sistem Data

TAHAP 4: Melakukan Reviu terhadap Perbaikan dan Pemanfaatan Sistem Data

Tahap Pertama: Pemetaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data

Pada tahap pertama, Ketua TP2S, bersama anggota Tim melakukan pengisian pada
form 6.1 (pemetaan sistem) yang berisi tentang pencatatan dan pelaporan masing-masing
indikator esensial maupun supply yang merupakan tanggung jawab dari OPD masing-
masing. Melalui proses pemetaan ini diharapkan adanya informasi terkait dengan
bagaimana sebuah data pada indikator cakupan layanan dapat dilihat secara kualitas,
ketersediaan dan secara aksesbilitas. Masing-masing OPD yang membidangi program
intervensi Stunting untuk melakukan pemetaan kebutuhan dan penggunaan data
berdasarkan siapa pengguna data, jenis keputusan yang perlu didukung dengan data, dan
jenis data yang dibutuhkan. Sistem manajemen data dibagi dalam beberapa urusan sesuai
dengan data yang dipenuhi oleh OPD penanggung jawab dalam pemenuhan cakupan
esensial dan cakupan supply pada master analisis situasi (Aksi 1). Adapun contoh dari
daftar indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut;

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
3

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
4

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Data awal yang dikumpulkan pada tahap Aksi 1 (Analsis Situasi) di tahun pertama
juga merupakan data baseline untuk indikator cakupan intervensi Stunting yang akan
dimonitor secara berkala oleh tim percepatan penurunan Stunting. Untuk memenuhi
kebutuhan melakukan Aksi 1 (Analisa Situasi) dan Aksi 8 (Review Kinerja Tahunan), perlu
rencana monitoring penurunan Stunting secara lintas sektor.

Hasil identifikasi kebutuhan data dan rekomendasi kesenjangan data dari Aksi 1
(Analisis Situasi) merupakan informasi awal untuk mengidentifikasi masalah dengan
ketersediaan, aksesibilitas dan/atau kualitas data intervensi Stunting. Hasil ini juga dapat
digunakan sebagai bahan diskusi pada kegiatan penyusunan rencana Aksi 6 Sistem
Manajemen Data) untuk mengajak lintas sektor berkolaborasi meningkatkan kualitas dan
memperbaiki sistem data yang ada di Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaksanaan
penurunan Stunting. Disarankan untuk tahun pertama, kegiatan Pemetaan atau Penilaian
Sistem Manajemen Data dan Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sistem Data menjadi
salah satu kegiatan dalam Rencana Kegiatan di Aksi.

Pada tahapan pelaksanaan Aksi 1 (Analisis Situasi), Bappeda meminta masing-


masing OPD yang membidangi program intervensi Stunting untuk melakukan pemetaan
kebutuhan dan penggunaan data berdasarkan siapa pengguna data, jenis keputusan yang
perlu didukung dengan data, dan jenis data yang dibutuhkan. Sistem manajemen data
mencakup data-data dari setiap indikator mulai dari data Stunting sampai dengan cakupan
intervensi gizi spesifik dan sensitif. Adapun contoh dari daftar indikator tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut;

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data
Keterangan Metoda Frekuensi Frekuensi Pelaporan Metoda
Metode Pencatatan (sebutkan jika ada sumber alternatif Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet
Pencatatan Pencatatan ke OPD Pengelolaan Data
untuk data yang ditanyakan) Petunjuk
Status Ketersediaan
Penanggung Jawab Rincian Data Saat
No Data Data (Ada/Tidak Sumber Data sebutkan apakah sebutkan apakah
Data ini (sebutkan apakah sebutkan sistem
Ada) (sebutkan nama tidak rutin, apakah tidak rutin, apakah
melalui informasi yang saat Penanggungjawab
form/laporan/aplik per per Sumber Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
form/laporan/aplik ini digunakan Data
asi yang digunakan) bulan/triwulan/sem bulan/triwulan/sem
asi) menyimpan data
ester/dll) ester/dll)
1 Keluarga Berisiko Stunting
2 Prevalensi Stunting
Remaja putri yang

Perepatan Penurunan Stunting


3 mengonsumsi Tablet Tambah
Darah (TTD)
Remaja putri yang menerima
4 layanan pemeriksaan status
anemia (hemoglobin)
Calon pengantin /calon ibu yang
5 menerima Tablet Tambah Darah
(TTD)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Persentase catin/caPUS anemia
6 yang mengonsumsi 90 Tablet
Tambah Darah (TTD)
Calon pasangan usia subur
(PUS) yang memperoleh
7 pemeriksaan kesehatan sebagai
bagian dari pelayanan nikah

Cakupan calon Pasangan Usia


Subur (PUS) yang melakukan
8
pemeriksaan kesehatan dalam 3
bulan pra nikah
Cakupan calon Pasangan Usia
Subur (PUS) yang menerima
9 pendampingan kesehatan
reproduksi dan edukasi gizi
sejak 3 bulan pranikah
Pasangan calon pengantin yang
mendapatkan bimbingan
10 perkawinan dengan materi
GAMBAR 6.1 PEMETAAN DATA KESEHATAN 1

pencegahan stunting

Persentase catin/caPUS yang


11 mendapatkan tatalaksana
kesehatan dan gizi
Cakupan Pasangan Usia Subur
(PUS) fakir miskin dan orang
12 tidak mampu yang menjadi
Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Jaminan Kesehatan

6
Persentase Ibu hamil yang
13
menerima pendampingan
Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data
Keterangan Metoda Frekuensi Frekuensi Pelaporan Metoda
Metode Pencatatan (sebutkan jika ada sumber alternatif Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet
Pencatatan Pencatatan ke OPD Pengelolaan Data
untuk data yang ditanyakan) Petunjuk
Status Ketersediaan
Penanggung Jawab Rincian Data Saat
No Data Data (Ada/Tidak Sumber Data sebutkan apakah sebutkan apakah
Data ini (sebutkan apakah sebutkan sistem
Ada) (sebutkan nama tidak rutin, apakah tidak rutin, apakah
melalui informasi yang saat Penanggungjawab
form/laporan/aplik per per Sumber Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
form/laporan/aplik ini digunakan Data
asi yang digunakan) bulan/triwulan/sem bulan/triwulan/sem
asi) menyimpan data
ester/dll) ester/dll)
Ibu hamil Kurang Energi Kronik
14 (KEK) yang mendapatkan
tambahan asupan gizi
Ibu hamil yang mengonsumsi
Tablet Tambah Darah (TTD)
15
minimal 90 tablet selama masa

Perepatan Penurunan Stunting


kehamilan
Persentase Ibu hamil dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat
16
(PJT) yang mendapat tata
laksana kesehatan
Bayi usia kurang dari 6 bulan
17 mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


mendapat Makanan
18
Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI)
Anak berusia di bawah lima
tahun (balita) gizi buruk yang
19
mendapat pelayanan tata
laksana gizi buruk
Persentase keluarga anak usia 0-
23 bulan dengan gizi buruk
20
yang mendapatkan tata laksana
gizi buruk
Persentase keluarga dengan
anak usia 0-23 bulan dengan
21 infeksi kronis yang
mendapatkan tatalaksana
kesehatan
Persentase anak usia 24-59
bulan dengan gizi buruk yang
22
mendapatkan tata laksana gizi
buruk
Persentase anak usia 24-59
bulan dengan infeksi kronis
23
yang mendapatkan tatalaksana
kesehatan
Anak berusia di bawah lima
tahun (balita) yang dipantau
24
pertumbuhan dan
perkembangannya
Persentase keluarga dengan
anak usia 0 bulan dengan
25 panjang < 48 cm yang
mendapatkan tatalaksana
kesehatan dan gizi
Persentase keluarga dengan
anak usia 0 bulan dengan berat
26 badan < 2.500 gram yang

7
mendapatkan tatalaksana
kesehatan dan gizi
Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data
Keterangan Metoda Frekuensi Frekuensi Pelaporan Metoda
Metode Pencatatan (sebutkan jika ada sumber alternatif Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet
Pencatatan Pencatatan ke OPD Pengelolaan Data
untuk data yang ditanyakan) Petunjuk
Status Ketersediaan
Penanggung Jawab Rincian Data Saat
No Data Data (Ada/Tidak Sumber Data sebutkan apakah sebutkan apakah
Data ini (sebutkan apakah sebutkan sistem
Ada) (sebutkan nama tidak rutin, apakah tidak rutin, apakah
melalui informasi yang saat Penanggungjawab
form/laporan/aplik per per Sumber Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
form/laporan/aplik ini digunakan Data
asi yang digunakan) bulan/triwulan/sem bulan/triwulan/sem
asi) menyimpan data
ester/dll) ester/dll)
Persentase Balita 0-23 bulan

Perepatan Penurunan Stunting


dengan berat badan dan
27
panjang/tinggi badan sesuai
standard (10)
Persentase balita 0-23 bulan
yang dipantau
28
perkembangannya sesuai
standard (11)
Persentase Balita 0-59 bulan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


dengan berat badan dan
29
panjang/tinggi badan sesuai
standard
Persentase balita 0-59 bulan
yang dipantau
30
perkembangannya sesuai
standard
Anak berusia di bawah lima
tahun (balita) gizi kurang yang
31
mendapat tambahan asupan
gizi
Persentase keluarga dengan
anak usia 0-23 bulan dengan
32
gizi kurang yang mendapatkan
tambahan asupan gizi
Persentase anak usia 24-59
bulan dengan gizi kurang yang
33
mendapatkan tambahan asupan
gizi
Balita yang memperoleh
34
imunisasi dasar lengkap
Persentase keluarga dengan
anak usia 0-23 bulan yang
35
mendapatkan imunisasi dasar
lengkap
36 Keluarga yang Stop BABS
Keluarga yang melaksanakan
37

8
PHBS
Keterangan :

Kolom C Diisikan OPD penangung jawab data pada cakupan layanan;


Kolom D Diisikan dengan Ada/Tidak ada;
Diisikan dengan rincian data saat ini di level
Kolom E
Desa/Kecamatan/Kabupaten/Kota;
Kolom F Diisikan Sumber data penyedia cakupan layanan pada sistem pencatatan;
Diisikan dengan metode pencatatan apakah melalui form/laporan atau
Kolom G
aplikasi;
Diisikan rincian nama sistem pencatatan sesuai dengan yang diisikan
Kolom H pada kolom G jika form maka sebutkan form apa saja, jika aplikasi
sebutkan aplikasi apa saja;
Diisikan sesuai dengan frekuensi pencatatan apakah per bulan, triwulan,
Kolom I
semester atau tahunan;
Diisikan sesuai dengan frekuensi pelaporan kepada OPD apakah per
Kolom J
bulan, tri semester, semesteran, tahunan;
Diisikan dengan sistem informasi yang melakukan pengolahan data atau
Kolom K
menyimpan data dalam melakukan rekap (manual/sistem);
Diisikan dengan nama form/sistem/laporan yang memiliki indikator yang
Kolom L & M sama pada OPD lain atau Institusi lain, sumber data dan Penangung
jawab;
Kolom N, M Untuk mendeteksi isu, Bappeda dan OPD dapat menggunakan beberapa
dan O pertanyaan berikut:
a. Ketersediaan data: pada data-data yang belum tersedia, apa
penyebabnya?
Mis: definisi operasional kurang dipahami, tidak pernah dicatat, belum
pernah diminta untuk dilaporkan, dll
b. Kualitas data: pada data-data yang tersedia, apakah data tersebut
telah mencakup total sasaran?
Apakah telah mencakup data dari seluruh sumber data? Apakah data
selalu dimutakhirkan?
Apakah telah dirinci pada tingkat desa/kelurahan? Apakah pencatatan dan
rekap data selalu sesuai dengan data yang diperoleh dari sumber data?
c. Aksesibilitas data: pada data-data yang tersedia, apakah OPD/pihak
lain mudah mengakses atau memperoleh data tersebut? Apakah data
tersebut mudah disiapkan untuk disirkulasikan?

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.2. PEMETAAN DATA KESEHATAN 2

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Cakupan Bantuan Jaminan Nasional
1 112,9 Juta Jiwa 2024
Penerima Iuran (PBI) Kesehatan
Persentase desa/kelurahan yang
2 melaksanakan Sanitasi Total Berbasis 100% desa/kelurahan 2024
Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang
mengimplementasikan sistem data
3 Surveilans gizi elektronik dalam 100% 2023
pemantauan intervensi gizi untuk
penurunan stunting
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah
4 tebebas dari buang air besar sembarangan 90% 2024
(ODF)
Persentase target sasaran yang memiliki
5 pemahaman yang baik tentang stunting di 70% 2024
lokasi prioritas
Publikasi data stunting tingkat
6 1 kali Tiap Tahun
Kabupaten/Kota
Terpenuhinya standar pelayanan
7 pemantauan tumbuh kembang di 90% 2024
posyandu

Terselenggaranya audit anak berusia


8 50% 2024
dibawah dua tahun (baduta) Stunting

Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai


9 100% desa/kelurahan 2024
kebutuhan

Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti


10 75% 2024
oleh pelaku usaha

Gambar 6.3 HASIL PEMETAAN DATA KESEHATAN

A. Sistem Pencatatan dan Alternatif Sumber Data


Kebutuhan Data (pada pemetaan data kesehatan 1)
Pelaporan Data (sistem untuk
No yang Belum disediakan atau Sudah Tersedia namun Kesiapan Sumber Data
merekam dan Melaporkan data Sumber Data Penanggung Jawab data
kualitasnya masih diragukan untuk Digunakan
yang masuk)
1 Nama Sistem 1
2 Nama Sistem 2
3 Nama Sistem dst

B. Hasil Pemetaan Indikator yang Rencana Program Pemenuhan Target Nasional


No Belum Memiliki Baseline atau Keterangan
Program/Kegiatan Penanggung Jawab Kesiapan Program/Kegiatan
Target
1
2

10

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.4 RENCANA TINDAK OPD
No Isu-Isu Manajemen Data Kegiatan Perbaikan Target Kinerja Lokasi Anggaran OPD Penanggung Jawab Jadwal Penyelesaian
I Perbaikan Kualitas Sistem Pencatatan dan Pelaporan
1
2
3
dst
II Perbaikan Ketersediaan Data Sampai Level Desa/Kelurahan/Posyandu
1
2
3
dst
III Perbaikan Aksesbilitas Terhadap Data Pelaporan
1
2
3
dst
IV Pemenuhan Target Capaian Kabupaten/Kota
1
2
3
dst

GAMBAR 6.5 PEMETAAN DATA KB 1

Keterangan Metoda
Metode Pencatatan Frekuensi Pencatatan
Pencatatan
Status Ketersediaan Data
No Data Penanggung Jawab Data Rincian Data Saat ini Sumber Data
(Ada/Tidak Ada)

(sebutkan nama sebutkan apakah tidak rutin,


(sebutkan apakah melalui
form/laporan/aplikasi yang apakah per
form/laporan/aplikasi)
digunakan) bulan/triwulan/semester/dll)

1 Keluarga Berisiko Stunting


Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
2
pascapersalinan
Keluarga berisiko stunting yang
3
memperoleh pendampingan
Keluarga berisiko stunting yang
mendapatkan manfaat sumber daya
4
pekarangan untuk peningkatan asupan
gizi
Persentase keluarga berisiko stunting
5 yang mempunyai jamban sehat

Persentase keluarga berisiko stunting


6
yang memiliki rumah layak huni
Persentase keluarga berisiko Stunting
7 yang mendapatkan KIE interpersonal
sesuai standar (4)
Persentase keluarga berisiko stunting
8 yang mengakses air minum layak

Pusat Informasi dan Konseling (PIK)


Remaja dan Bina Keluarga Remaja
9 (BKR) yang melaksanakan edukasi
kesehatan reproduksi dan gizi bagi
remaja
Desa/Kelurahan yang melaksanakan
10 kelas Bina Keluarga Balita (BKB)
tentang pengasuhan 1000 HPK

Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data

Frekuensi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD Metoda Pengelolaan Data


(sebutkan jika ada sumber alternatif untuk data yang
Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet Petunjuk
ditanyakan)

sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan sistem informasi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll) menyimpan data

11

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.6 PEMETAAN DATA KB 2

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Tersedianya data hasil surveilans keluarga
1 2 kali Tiap Tahun
berisiko stunting

Tersedianya data keluarga risiko Stunting


2 2 kali Tiap Tahun
melalui Sistem Informasi Keluarga

Persentase Kabupaten/kota yang


menerima pendampingan percepatan
3 1 kerjasama 2024
penurunan stunting melalui Tri Dharma
Perguruan tinggi

GAMBAR 6.7 HASIL PEMETAAN DATA KB


A. Sistem Pencatatan dan Alternatif Sumber Data
Kebutuhan Data (pada pemetaan data kesehatan 1)
Pelaporan Data (sistem untuk
No yang Belum disediakan atau Sudah Tersedia namun Kesiapan Sumber Data
merekam dan Melaporkan data Sumber Data Penanggung Jawab data
kualitasnya masih diragukan untuk Digunakan
yang masuk)
1 Nama Sistem 1
2 Nama Sistem 2
3 Nama Sistem dst

B. Hasil Pemetaan Indikator yang Rencana Program Pemenuhan Target Nasional


No Belum Memiliki Baseline atau Keterangan
Program/Kegiatan Penanggung Jawab Kesiapan Program/Kegiatan
Target
1
2
3

GAMBAR 6.8 RENCANA TINDAK OPD


No Isu-Isu Manajemen Data Kegiatan Perbaikan Target Kinerja Lokasi Anggaran OPD Penanggung Jawab Jadwal Penyelesaian
I Perbaikan Kualitas Sistem Pencatatan dan Pelaporan
1
2
3
dst
II Perbaikan Ketersediaan Data Sampai Level Desa/Kelurahan/Posyandu
1
2
3
dst
III Perbaikan Aksesbilitas Terhadap Data Pelaporan
1
2
3
dst
IV Pemenuhan Target Capaian Kabupaten/Kota
1
2
3
dst

12

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.9 PEMETAAN DATA SOSIAL 1

Kete rangan Met oda


Metode Pencat atan Frekuensi Pencatatan
Pencatatan
St at us Ketersediaan Data
No Data P enanggung Jawab Data Rincian Data Saat i ni Sumber Data
(Ada/Tidak Ada)

(se butkan nama sebutkan apakah tidak ruti n,


(se butkan apakah melalui
form/laporan/aplikasi yang apakah per
form/laporan/ aplikasi)
digunakan) bulan/triwulan/semeste r/ dll)

Pas a nga n Us ia Subur (P US) dengan


s tat us mis kin da n penya n da ng
1
mas a la h kes eja htera a n s os ia l yan g
mene rima ba ntua n tun ai bers yar a t
Cakupa n PUS mis kin ya ng m emper oleh
2
bant ua n tuna i bers yara t
Cakupa n Pa s a nga n Us i a Sub ur (PUS)
denga n s ta tus mis kin da n p enya nda ng
3 mas a la h kes eja htera a n s os ia l yan g
mene rima ba ntua n pa nga n no ntun a i

Cakupa n PUS ya ng memp erole h


4
bant ua n pa nga n non tu na i
Kelom pok Kelua rga Pene rima Ma nfa a t
(KPM) Progra m Kelua rga Ha rapa n (PKH)
ya ng mengikuti Pertemua n
5
Penin gka ta n Kema mpu an Kelua rga
(P2K2 ) denga n modul kes eha ta n da n
gizi
Cakupa n kelua rga pra s eja h ter a
6 pene rima ma nfa a t varia s i ba n tua n
panga n s ela in bera s da n telur
Kelua rga Penerima Ma nfa a t (KPM)
denga n ibu ha mil, ib u m enyus ui, da n
7 badu ta ya ng menerima va r ia s i
bant ua n pa nga n s ela in ber a s da n telur

Alte rnati f Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data

Fre kue nsi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD Metoda Pengelolaan Data
(seb utkan jika ada sumber alte rn ati f untuk data yang
Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet Pet unjuk
ditanyakan)

seb utkan apakah ti dak ruti n, sebu tkan apakah ti dak ruti n, se butkan sistem infor masi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibi ltas
bulan/t ri wulan/semester/dll) bulan/triwu lan /se mester/dll) menyimpan data

GAMBAR 6.10 PEMETAAN DATA SOSIAL 2

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan yang
1 2 kali Tiap Tahun
memperoleh bantuan tunai bersyarat
Jumlah keluarga miskin dan rentan yang
2 menerima bantuan sosial pangan 2 kali Tiap Tahun

Jumlah pendampingan Program Keluarga


3 Harapan (PKH) yang terlatih modul 1 kerjasama 2024
kesehatan dan gizi

GAMBAR 6.11 HASIL PEMETAAN DATA SOSIAL


A. Sistem Pencatatan dan Alternatif Sumber Data
Kebutuhan Data (pada pemetaan data kesehatan 1)
Pelaporan Data (sistem untuk
No yang Belum disediakan atau Sudah Tersedia namun Kesiapan Sumber Data
merekam dan Melaporkan data Sumber Data Penanggung Jawab data
kualitasnya masih diragukan untuk Digunakan
yang masuk)
1 Nama Sistem 1
2 Nama Sistem 2
3 Nama Sistem dst

B. Hasil Pemetaan Indikator yang Rencana Program Pemenuhan Target Nasional


No Belum Memiliki Baseline atau Keterangan
Program/Kegiatan Penanggung Jawab Kesiapan Program/Kegiatan
Target
1
2
3

13

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.12. RENCANA TINDAK OPD
No Isu-Isu Manajemen Data Kegiatan Perbaikan Target Kinerja Lokasi Anggaran OPD Penanggung Jawab Jadwal Penyelesaian
I Perbaikan Kualitas Sistem Pencatatan dan Pelaporan
1
2
3
dst
II Perbaikan Ketersediaan Data Sampai Level Desa/Kelurahan/Posyandu
1
2
3
dst
III Perbaikan Aksesbilitas Terhadap Data Pelaporan
1
2
3
dst
IV Pemenuhan Target Capaian Kabupaten/Kota
1
2
3
dst

GAMBAR 6.13 PEMETAAN DATA PUPR

Keterangan Metoda
Metode Pencatatan Frekuensi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD
Pencatatan
Status Ketersediaan Data
No Data Penanggung Jawab Data Rincian Data Saat ini Sumber Data
(Ada/Tidak Ada)

(sebutkan nama sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin,
(sebutkan apakah melalui
form/laporan/aplikasi yang apakah per apakah per
form/laporan/aplikasi)
digunakan) bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll)

Rumah tangga yang mendapatkan


1
akses air minum layak
Rumah tangga yang mendapatkan
2 akses sanitasi (air limbah domestik)
layak

Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data

Frekuensi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD Metoda Pengelolaan Data


(sebutkan jika ada sumber alternatif untuk data
Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet Petunjuk
yang ditanyakan)

sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan sistem informasi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll) menyimpan data

14

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.14 PEMETAAN DATA PMD

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah pemerintah desa yang
1 mendapatkan peningkatan kapasitas 100% desa/kelurahan 2022
dalam penanganan percepatan penurunan
stunting
Persentase desa/kelurahan yang kader
2 pembangunan manusianya mendapatkan 90% Kader 2024
pembinaan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang
mengintegrasikan program dan kegiatan
percepatan penurunan stunting dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran
3 100% desa/kelurahan 2022
desa/kelurahan (Rencana Pembangunan
Jangka menengah Desa, Rencana Kerja
pemerintah desa, serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa dan Rencana
Persentase desa/kelurahan yang
4 meningkatkan alokasi dana 90% desa/kelurahan 2024
desa/kelurahan yang melakukan
konvergensidesa/kelurahan
Persentase percepatan penurunan
yang
5 melakukan konvergensi percepatan 80% desa/kelurahan 2024
penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan
6 evaluasi percepatan penurunan stunting di 2 kali Tiap tahun
pemerintahan desa
7 Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting 1 2024
Persentase pemerintah desa yang
8 memiliki kinerja baik dalam konvergensi 0,9 2024
penurunan stunting

GAMBAR 6.15 PEMETAAN TARGET TP2S

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Terselenggaranya rembuk stunting tingkat
1 Min 1 kali Tiap Tahun
kabupaten/kota
Terselenggarannya rembuk stunting
2 tingkat kecamatan Min. 2 kali Tiap Tahun

Tersedianya kebijakan/peraturan
3 bupati/walikota tentang kewenangan 100% Kab/Kota 2022
desa/kelurahan dalam penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan
4 evaluasi percepatan penurunan stunting di 2 kali Tiap tahun
pemerintah daerah kabupaten/kota

GAMBAR 6.16 PEMETAAN DATA PENDIDIKAN

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki
minimal 20 tenaga pelatih berjenjang
1 tingkat dasar serta pendidikan dan 100% Kab/Kota 2024
pelatihan pengasuhan stimulasi
penanganan stunting bagi guru Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD
terlatih pengasuhan stimulasi penanganan
2 0,9 2024
stunting sebagai hasil pendidikan dan
pelatihan di Kabupaten/Kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan
3 Pendidikan Anak Usia Dini Holistik 70% 2024
Integratif (PAUD HI)

15

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
GAMBAR 6.17 PEMETAAN DATA KOMINFO
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Terlaksanannya Kampanye nasional
1 pencegahan Stunting 3 kanal/metode Tiap Bulan

GAMBAR 6.18 PEMETAAN DATA AGAMA

Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Terlaksananya forum komunikasi
1 perubahan perilaku dalam penurunan 2 kali Tiap Tahun
stunting lintas agama

Tahap Kedua: Identifikasi Kesenjangan Data


1. Identifikasi Sistem Manajemen Data yang Tersedia

Untuk memenuhi kebutuhan data terkait monitoring dan evaluasi upaya penurunan
Stunting, TP2S bersama Unit Statistik Kabupaten/Kota , perlu mengidentifikasi sistem data
apa saja yang dimiliki oleh OPD yang digunakan untuk mengelola data tentang intervensi
Stunting. Identifikasi awal sistem-sistem yang menjadi sasaran dilakukan dalam tahap
Analisis Situasi (Aksi 1).

TABEL 6.1 CONTOH SISTEM PELAPORAN DAN MANAJEMEN DATA TERKAIT


INTERVENSI PENURUNAN STUNTING

No. OPD Sistem Data Data yang tersedia Indikator


1. Dinas Kesehatan  e-Puskesmas Data cakupan program, Sistem data
 e-PPGBM status gizi, data penyakit, mencakup sejumlah
 Smart STBM data akses sanitasi, (misalnya 11)
 PIS-PK penggunaan data obat, dll. indikator integrasi
Intervensi
2. Dinas Pekerjaan  SIM air minum Data akses air minum Mencakup sejumlah
Umum/Permukiman (PAMSIMAS) (misalnya 1)
Indikator
3. BKKBN  SIGA Data keluarga berisiko Mencakup sejumlah
 L-Simil Stunting, data Catin/PUS (misalnya 6)
Indikator

Selanjutnya TP2S dan Unit Statistik Kabupaten/Kota bersama OPD perlu


mengidentifikasi data apa saja yang tersedia di dalam sistem tersebut yang terkait dengan
intervensi prioritas penurunan Stunting. Contoh matriks berikut dapat digunakan untuk
melakukan identifikasi sistem manajemen data yang telah tersedia saat ini:

16

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
TABEL 6.2 CONTOH MATRIKS INVENTORI SISTEM PENYEDIAAN DATA

No Jenis Data Sumber Data Pengelola Frekuensi


Indikator Sistem /
Sistem Sistem Pengumpulan Pelaporan Data
OPD – Unit
Monitoring/ Informasi/ Data ke OPD
Pelaporan Database
Rutin

1. 1.… Laporan XX DinKes – Kontinu Bulanan


2.… Puskesmas Unit X
– Gizi (F3)

2. SIM Air DinasPUPR


Minum

Dst….

2. Identifikasi Kesenjangan Sistem Manajemen Data

Setelah OPD melakukan analisis ketersediaan data di sektornya masing-masing dan


mengumpulkan data terkait cakupan intervensi penurunan Stunting, Bappeda mengundang
OPD untuk mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Disarankan kunjungan ke fasilitas
layanan dilakukan dalam proses penilaian untuk melihat permasalahan atau hambatan
(bottleneck) yang terjadi dalam manajemen atau aliran data.

Beberapa hal yang perlu didiskusikan dalam identifikasi kesenjangan data:

1. Data apa saja yang tersedia dan yang tidak tersedia?


2. Apakah data yang ada, tersedia secara berkala (analisis bulanan/ triwulan/ tahunan)
dan dalam skala wilayah tertentu, misalnya kecamatan atau desa? Apakah mudah
memperoleh data tersebut secara cepat?
3. Apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kecukupan data? Apakah pengelola data
yang ada telah memiliki kapasitas yang cukup dan diharapkan? Apakah cukup
tersedia sumber daya untuk pengumpulan dan pengelolaan data?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas data? Apakah sistem
manajemen data telah memanfaatkan Teknologi Informasi? Apakah perlu ada
peningkatan sistem manajemen data berbasis TI?
5. Apakah ada penanggungjawab untuk manajemen data di unit OPD terkait?
6. Apakah ada panduan atau SOP tertulis mengenai tata cara pengumpulan, pelaporan
dan manajemen data (untuk OPD, untuk fasilitas layanan, untuk petugas lapangan
(e.g. kader, bidan)?
7. Apakah anggaran dialokasikan untuk kegiatan pengumpulan, pelaporan dan
manajemen data?
8. Apakah semua staf yang relevan telah dapat pelatihan mengenai proses dan alat
manajemen data?
9. Apakah ada form standar untuk pencatatan dan pelaporan data? Apakah ini
digunakan secara konsisten di seluruh fasilitas layanan?
10. Apakah ada prosedur kontrol qualitas ketika data dientri kedalam sistem Informasi?

17

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Ada beberapa permasalahan yang mungkin terjadi dalam qualitas data seperti:

1. Data tidak dikumpulkan (misalnya: ada balita yang tidak dibawa ke posyandu dan tidak
tercatat dalam sistem pemantauan);
2. Data dikumpulkan, tetapi terjadi distorsi dalam transmisi (misalnya: terjadi perubahan
data dalam transfer dari catatan di posyandu ke laporan puskesmas ke laporan OPD);
3. Data dikumpulkan oleh lebih dari satu sistem, dan sistem-sistem tersebut tidak
terintegrasi dengan baik;
4. Penyimpanan data atau penyearahan (handover) yang kurang baik (misalnya: data
disimpan dalam komputer).

Untuk tahap awal, penilaian qualitas data disarankan fokus pada dimensi Akurasi
(validity), Keandalan (reliability), Kelengkapan (completeness), serta Ketepatan
Waktu (timeliness). Beberapa dimensi qualitas data yang lain mencakup aspek
Precision (ketepatan) dan Integritas.

1. Akurasi / Validitas
• Apakah data mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di fasilitas;
2. Keandalan
• Apakah data dikumpulkan menurut protokol dan prosedur standar yang tidak
dapat berubah menurut siapa atau kapan pengumpulan data dilaksanakan (i.e.
data diukur dan dikumpulkan secara konsisten)?
3. Kelengkapan
• Apakah semua fasilitas melapor?
• Apakah semua elemen data yang wajib dilaporkan ada?
4. Ketepatan Waktu
• Apakah semua fasilitas melapor pada atau sebelum tenggat waktu / deadline
yang ditentukan?

3. Kesepatan dalam Perbaikan Sistem Manajemen Data

A. Bappeda mengadvokasi OPD untuk memastikan ketersediaan data secara


rutin untuk indikator terkait Stunting yang sudah tersedia.

Sebagai contoh:

Data prevalensi Stunting tingkat desa sudah tersedia di Puskesmas, namun masih belum
rutin diperbarui dan dikompilasi. Oleh karena itu, Bappeda meminta Dinas Kesehatan
untuk memastikan bahwa data tersebut dapat dilengkapi dan diperbarui secara rutin.

B. Bappeda mengajak OPD untuk menyepakati perbaikan sistem data untuk indikator
terkait Stunting yang belum tersedia. Beberapa hal yang perlu disepakati adalah:
• Kekurangan data apa saja yang akan dilengkapi?
18

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
• OPD dan sistem data mana yang akan ditingkatkan?
• Kapan waktu pelaksanaan untuk memperbaiki data sistem?
• Berapa anggaran yang perlu disiapkan?

C. Setelah Bappeda bersama OPD sepakat untuk memastikan ketersediaan data


secara rutin dan memperbaiki sistem data yang ada, Bappeda bersama Unit
Statistik Kabupaten/Kota dan OPD bekerjasama untuk meningkatkan sistem
manajemen data.

Tahap Ketiga: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Perbaikan


Sistem Manajemen Data
1. Penyusunan Rencana Perbaikan Sistem Manajemen data

Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan data pada tahap kedua (2)
serta hasil penilaian sistem manajemen data, Bappeda memfasilitasi OPD menyusun
langkah-langkah perbaikan untuk mendapatkan solusi jangka pendek.

Sebagai contoh:

Dinas Sosial memiliki data terkait penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
berdasarkan nama dan alamat. Data BPNT hanya mencatat data rumah tangga penerima
tetapi belum mengidentifikasi apakah rumah tangga tersebut termasuk ke dalam kategori
rumah tangga.

2. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas untuk Sistem Manajemen Data

Bappeda memfasilitasi OPD untuk melakukan identifikasi kebutuhan pengembangan


kapasitas yang dibutuhkan dan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

• Apa yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman OPD, fasilitas layanan, atau
petugas lapangan terkait dengan sistem manajemen data?
• Apa saja alat bantu yang diperlukan?
• Apakah diperlukan pelatihan? Untuk siapa? Siapa penyelenggaranya? Siapa
pelatihnya? Bagaimana pembiayaannya?

3. Sosialisi Rancangan Perbaikan Sistem Manajemen Data

Bappeda mengundang OPD untuk mensosialisasikan rencana perbaikan system


manajeman data untuk penurunan Stunting. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan
pada kegiatan sosialisasi ini:

19

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
a. Pra-sosialisasi
• Menyiapkan undangan sosialisasi. Kepada selurig OPD yang terkait dengan
upaya intervensi gizi terintegrasi untuk penurunan Stunting.

Sebagai contoh:

OPD yang membidangi: kesehatan, pendidikan dan budaya, keluarga berencana,


pemberdayaan perempuan dan anak, sosial, perindustrian, pekerjaan umum,
pembangunan desa, pertanian, perdagangan, kelautan dan perikanan, kantor agama, obat
dan makanan, dan komunikasi dan informasi.

• Menyiapkan materi awal, termasuk hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan


data dan hasil identifikasi sistem data.

b. Sosialisasi
• Bappeda memberikan penjelasan terkait dengan:
- Jenis kebutuhan dan ketersediaan data berdasarkan hasil pemetaan awal di
Langkah kedua (2).
- Alur pengumpulan data/aliran informasi (lihat Gambar).
- Tugas dan peran yang diharapkan dari OPD dalam memperkuat sistem data
untuk penurunan Stunting.

GAMBAR 6.19 ALUR ALIRAN INFORMASI DALAM AKSI INTEGRASI DI


KABUPATEN/KOTA

20

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Berdasarkan pada hasil penilaian sistem, temuan-temuan tentang masalah
kualitas data dapat dirangkum dalam matrix pada masing-masin sistem manajemen
data yang diperlukan untuk melakukan analisis perencanaan dan monitoring
intervensi Stunting. Ini menjadi bahan untuk menyusun Rencana Aksi Perbaikan
Sistem Data intervensi Penurunan Stunting.

• Bappeda memfasilitasi pemetaan ketersediaan data dengan pendekatan


partisipatif. Bappeda mengonfirmasikan pemetaan awal yang sudah dilakukan
bersama Unit Statistik Daerah kepada OPD terkait.
• Bappeda meminta semua OPD terkait untuk melanjutkan analisis ketersediaan
data dan mengumpulkan data terkait dengan cakupan intervensi penurunan
Stunting di sektornya masing-masing.

c. Pasca Sosialisasi
OPD melakukan analisis ketersediaan data dan mengumpulkan data terkait
cakupan intervensi prioritas sebagai tindak lanjut dari pertemuan sosialisasi. Hasil
dari analisis data sektor akan dibahas kembali bersama pada pertemuan berikutnya
untuk mengidentifikasi kesenjangan data.

Tahap Keempat: Reviu Terhadap Perbaikan Dan Pemanfaatan


Sistem Data
1. Pemantauan terhadap pelaksanaan Rencana Aksi Perbaikan Sistem Data

Idealnya, Rencana Aksi Perbaikan Sistem Manajemen Data menjadi Bagian daripada
Rencana Kegiatan Penurunan Stunting (Aksi 2) dan dimonitor secara bersamaan.. Pada
saat Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting (Aksi 8), kemajuan atau realisasi terhadap
Rencana Aksi Perbaikan Sistem data juga akan direview. Ini mencakup: 1) reviu
peningkatan pada ketersediaan dan kualitas data intervensi Stunting yang diperlukan untuk
kegiatan Reviu Kinerja Tahunan sendiri, maupun untuk proses Analisis Situasi dan
Perencanaan untuk tahun berikutnya dan 2) reviu pelaksanaan aksi-aksi yang disepakati
oleh OPD terkait. Berdasarkan pada hasil review tersebut, rencana perbaikan akan diupdate
untuk tahun berikutnya.

2. Legalisasi Kelembagaan untuk Sistem Manajemen Data

Untuk memastikan fungsi sistem manajemen terpadu dapat berjalan baik, termasuk
kegiatan pemutakhiran data masing-masing program, Bupati/Walikota mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) Tim Teknis Lintas Sektor untuk mengawal keterpaduan sistem.

Adapun peran dan tugas Tim Teknis Lintas Sektor untuk mengawal keterpaduan sistem
ini adalah:

a. Memastikan pelaksanaan sistem manajemen data terpadu berjalan dengan baik;


b. Memantau pemanfaatan sistem manajemen terpadu oleh para pihak di kabupaten/kota
dan/atau tingkatan lainnya;
c. Melakukan analisis data pemanfaatan sistem sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan
pemeliharaan dan peningkatan sistem.

21

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
3. Koordinasi dan Keterpaduan Sistem Manajemen Data

Dalam rangka melayani kebutuhan data dan memberikan informasi perkembangan


program penurunan Stunting di Kabupaten/Kota dan integrasi intervensi, Bappeda dapat
mendorong pemanfaatan sebuah dashboard sistem manajemen data terpadu yang telah
ada di Kabupaten/Kota. Dashboard sistem manajemen terpadu adalah portal atau pintu
gerbang data dari sistem monitoring sektoral untuk program penurunan Stunting. Dashboard
ini tidak disarankan untuk menggantikan sistem monitoring sektoral yang ada, tapi dapat
berupa pengembangan dari sistem yang ada.

Dashboard sistem manajemen data terpadu sebaiknya mencakup fungsi untuk:

a. Menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pengguna data untuk memenuhi
kebutuhan pengambil keputusan;

b. Menyajikan informasi yang menjadi indikator capaian dan kinerja dari setiap OPD yang
terlibat dalam program penurunan Stunting;

c. Menyajikan data dalam bentuk yang menarik orang agar mau membaca dan
memahaminya, misal disajikan dalam bentuk peta yang berisi angka-angka capaian,
kinerja sektor dalam melaksanakan aksi, dan data hasil integrasi di setiap tingkatan
pelaksanaaan.

Dashboard ini akan menjadi alat bantu bagi kepala daerah dalam memantau
pelaksanaan integrasi intervensi penurunan Stunting dan sebagai acuan dalam mengatur
strategi percepatan pencapaian target program penurunan Stunting kabupaten/kota.
Dengan demikian, dashboard ini akan diberikan atau bahkan diletakkan di kantor kepala
daerah dan mudah diakses oleh yang bersangkutan.

Bappeda mengkoordinasikan pemanfaatan dashboard sistem manajemen data terpadu


ini yang meliputi kegiatan:

a. Pengenalan adanya dashboard manajemen data terpadu untuk meningkatkan integrasi


intervensi penurunan Stunting ini kepada stakeholder (pemangku kepentingan) di
kabupaten/kota.

b. Memastikan setiap OPD memasukkan semua data sektor yang dibutuhkan dan
disepakati ke dalam sistem manajemen terpadu, baik secara manual maupun
menghubungkan data dalam sistem monitoring masing-masing ke dalam sistem
manajemen terpadu tersebut.

c. Memantau pemutakhiran data sektor terkait secara rutin oleh masing-masing OPD
penanggung jawab.

4. Pemantauan terhadap Pemanfaatan Data yang tersedia pada Sistem

Pemantauan terhadap pemanfaatan data ini digunakan untuk mengukur seberapa


banyak pengunjung sistem manajemen terpadu dan sebagai proxy (indikator penghubung)
untuk mengukur berapa manfaat data yang disajikan melalui dashboard sistem ini. Tim
teknis dapat memantau informasi pemanfaatan data yang diperoleh dari sistem manajemen
data dari jumlah pengguna berdasarkan:

a. Jenis data yang diakses;


22

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
b. Jenis data yang diunduh;
c. Wilayah dan lembaga pengguna. Informasi tentang institusi mana yang mengunduh
dapat diketahui dengan pra-kondisi: setiap pengguna yang datang ke dashboard perlu
mengisi informasi data pengguna.

5. Analisis terhadap Tingkat Pemanfaatan Sistem Manajemen Data

Tim teknis dapat membuat analisis sederhana trend pemanfaatan data dalam bentuk
grafik untuk kerangka waktu tertentu. Kemudian Bappeda dapat memberikan masukan
kepada OPD lintas sektor terkait hasil analisis data ini. Masukan ini mengandung umpan
balik terhadap jenis data-data yang jarang diakses/dilihat dan dapat dikaitkan dengan kapan
pemutakhiran data tersebut terakhir dilakukan.

6. Penyusunan tindak lanjut peningkatan pemanfaatan dan pemeliharaan sistem


manajemen data

Bappeda bersama Tim Teknis Lintas Sektor menyusun aksi tindak lanjut peningkatan
pemanfaatan dan pemeliharaan sistem manajemen data berdasarkan hasil analisis
pemanfaatan data yang telah dijadikan umpan balik kepada setiap OPD dan telah mendapat
respon dari masing-masing OPD.

23

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
AKSI 7

PENGUKURAN DAN
PUBLIKASI STUNTING

24

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 7
PENGUKURAN DAN
PUBLIKASI STUNTING

7.1 DEFINISI
Pengukuran dan publikasi angka Stunting adalah upaya Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota untuk memperoleh data prevalensi Stunting terkini pada skala layanan
puskesmas, kecamatan, dan desa. Hasil pengukuran tinggi badan anak di bawah lima tahun
serta publikasi angka Stunting digunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah
dan masyarakat dalam gerakan bersama bagi upaya percepatan penurunan Stunting. Tata
cara pemantauan pertumbuhan anak tetap berpedoman pada regulasi Kementerian
Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku.

7.2 TUJUAN
Tujuan pengukuran dan publikasi angka Stunting adalah:

1. Mengetahui status gizi anak sesuai umur, sehingga Kabupaten/Kota mampu:

• Memantau kemajuan pada tingkat individu.


• Mengembangkan program/kegiatan yang sesuai untuk peningkatan kesadaran
dan partisipasi keluarga, pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga
pertumbuhan anak balita yang optimal.
• Menyediakan upaya tindak lanjut terintegrasi dan konseling dalam rangka
komunikasi perubahan perilaku.

2. Mengukur prevalensi Stunting di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten/kota secara


berkala yang dilaporkan secara berjenjang mulai dari posyandu ke Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sebagai bahan untuk:

• Peningkatan efektivitas penentuan target layanan dan pengalokasian sumber


daya;
• Pemecahan masalah dan memantu proses perencanaan di
level desa hingga kabupaten/kota;
• Advokasi kepada unit-unit terkait di pemerintah daerah untuk integrasi program.

25

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
7.3 PENGANGGUNG JAWAB
Kegiatan pengukuran tinggi badan anak di bawah lima tahun dan publikasi data
Stunting di Kabupaten/Kota menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan. Dalam
pelaksanaannya, Dinas Kesehatan sebagai bagian dari TPPS mengkoordinasikan kegiatan
tersebut dengan OPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan desa/Kelurahan.

7.4 JADWAL
Mempertimbangkan pentingnya ketersediaan dan keandalan data Stunting (dan
status gizi secara umum) di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan maka kegiatan ini
dilakukan secara rutin.

7.5 TAHAPAN KEGIATAN


TAHAP 1: Mempersiapkan Rencana Jadwal Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan

TAHAP 2: Melaksanakan Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan

TAHAP 3: Mengelola Penyimpanan Data Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan

TAHAP 4: Memanfaatkan Hasil Data Pengukuran untuk Memantau Kemajuan

TAHAP 5: Desiminasi dan Publikasi Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan

Tahap Pertama: Mempersiapkan Rencana Jadwal Pengukuran

1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana kerja pengukuran Stunting sesuai


dengan opsi platform yang dipilih (lihat tabel Platform Pemantauan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak yang dapat dimanfaatkan untuk Penurunan Stunting).

2. Rencana kerja mencakup rencana pengumpulan data, frekuensi, waktu pelaksanaan,


dan sumber daya yang diperlukan.

Contoh Sumber Daya yang mungkin diperlukan:

Pembiayaan, Sumber Daya Manusia, Pelatihan, Pengumpulan Data, Sistem Kendali Mutu,
Dan Pelaporan Serta Diseminasi Hasil Pengukuran.

3. Identifikasi berbagai sumber daya yang diperlukan, seperti:


a. Sumber Daya Manusia adalah: tenaga kesehatan terlatih seperti Bidan, Tenaga
Pelaksana Gizi dan kader Posyandu serta keterlibatan dari pelaku percepatan
penurunan stunting tingkat Desa/Kelurahan.
b. Alat-alat yang diperlukan termasuk: alat-alat ukur Anthropometri panjang badan dan
tinggi badan, tabel konversi umur anak, dan bukti otentik umur anak seperti akta
kelahiran dan buku KIA.

26

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
4. Pelatihan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan balita.
a. Modul Pelatihan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan sudah tersedia dan
terakreditasi oleh badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM)
Kementerian Kesehatan.
b. Tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan pengukuran pertumbuhan dan
perkembangan balita, mampu melakukan interpretasi indikator pertumbuhan balita,
dan mampu melakukan konseling pertumbuhan dan pemberian makan
sebagai tindak lanjut hasil pengukuran.

5. Pengukuran status gizi dapat dilakukan melalui data rutin maupun data survei.
Pengukuran status gizi mengikuti aturan standar anthopometri penilaian status gizi anak
yang tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010.

TABEL 7.1 STANDAR ANTHROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK

NO INDIKATOR STATUS GIZI Z-SCORE


1. BB/U Gizi Buruk <-3SD
Gizi Kurang -3 SD s/d <-2 SD
Gizi Baik -2SD s/d 2SD
Gizi Lebih > 2SD
2. TB/U Sangat Pendek <-3SD
Pendek -3 SD s/d <-2 SD
Normal >= -2SD
3. BB/TB Sangat Kurus <-3SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2SD s/d 2SD
Gemuk > 2SD

Idealnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak di Posyandu dilakukan


rutin setiap bulan sekali oleh tenaga kesehatan dibantu oleh Pelaku Percepatan
Penurunan Stunting dan kader Posyandu. Namun untuk pengukuran panjang badan bayi
dan Baduta (0-23 bulan) atau tinggi badan Balita (24-59 bulan) dapat dilakukan minimal tiga
bulan sekali sesuai ketentuan yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 66
tahun 2014.

Pengukuran Stunting dilakukan dengan mengukur panjang badan untuk anak di


bawah dua (2) tahun dan tinggi badan untuk anak berusia dua tahun ke atas dengan
menggunakan alat antropometri yang tersedia di Puskesmas (length board and microtoise).
Diharapkan dalam kurun waktu tiga (3) bulan, semua anak balita di desa sudah dapat diukur
status gizinya.

27

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
TABEL 7.2 PLATFORM PENGUKURAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK UNTUK PENURUNAN STUNTING
NO. PLATFORM KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Pada kegiatan Posyandu, pertumbuhan dan  Kegiatan Posyandu dilakukan setiap bulan  Tidak semua Posyandu aktif
perkembangan dipantau rutin tiga bulan sekali  Ada tenaga kesehatan dan kader terlatih yang  Tidak semua tenaga kesehatan dan kader
oleh tenaga kesehatan. Sedangkan untuk dapat melakukan pengukuran dengan benar sudah mendapat pelatihan untuk
pelaku percerpatan penurunan stunting dilatih  Modul pelatihan pemantauan pertumbuhan pengukuran tinggi badan
terkait dengan pelaksanaan teknis dan dan perkembangan untuk tenaga kesehatan
mekanisme pelaporan hasil pengukuran sudah tersedia dan terakreditasi
 Hasil pengukuran dapat digunakan untuk
pintu masuk komunikasi perubahan perilaku
termasuk konseling
2. Kegiatan pengukuran panjang badan atau tinggi  Data tersedia dalam waktu cepat  Alat pengukuran tinggi badan
badan bersamaan dengan bulan penimbangan  Kualitas pengukuran lebih mudah dipantau  Pembiayaan dan logistik tersendiri
balita (dan distribusi kapsul vitamin A) dilakukan  Sumber daya manusia yang lebih banyak
dua kali dalam setahun yang dikoordinasikan  Pelatihan dan pelatihan ulang/penyegaran
oleh dinas kesehatan tersendiri sebelum pengumpulan data dan
standarisasi untuk quality assurance
3. Data survei gizi kabupaten/kota setahun sekali  Dapat menentukan prevalensi  Tidak tersedia data Stunting desa sehingga
atau lima tahun sekali. kabupaten/kota, sulit untuk menentukan target dan
 Dapat mengetahui informasi faktor-faktor melakukan prioritas wilayah dan
penyebab Stunting. intervensi.
 Data diperoleh secara independen dan  Alat pengukuran tinggi badan.
objektif bila dilakukan oleh tim peneliti  Pembiayaan dan logistik tersendiri.
(surveyor), sehingga kualitas data lebih  Sumber daya manusia yang lebih banyak.
terjamin.  Tidak rutin dilakukan.
 Jeda antar survei yang lama seperti setiap
tiga tahun atau setiap lima tahun.

28
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
Tahap Kedua: Pelaksanaan Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berpedoman pada tata laksana pengukuran
pertumbuhan dan perkembangan anak yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan
Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak serta
memastikan alur informasi masuk dalam sistem data, termasuk untuk penyusunan laporan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pemerintah Pusat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu memastikan ketersediaan alat ukur sesuai standar
yang secara rutin dikalibrasi, serta memastikan keakuratan umur anak melalui catatan
resmi seperti akta kelahiran atau buku KIA.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu memastikan bahwa Tenaga Petugas Gizi, Bidan,
dan Pelaku percepatan penurunan stunting tingkat Desa/Kelurahan telah mendapatkan
pelatihan anthropometri pengukuran panjang/tinggi badan anak Balita.
4. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu melakukan kendali mutu ke Posyandu. Kendali
mutu perlu dilakukan secara acak dengan melakukan pengukuran ulang dalam waktu yang
berdekatan dengan hari pengukuran sebelumnya yang dilakukan oleh Bidan, tenaga
pelaksana gizi, Pelaku PPS dan kader kesehatan lainnya.
5. Pengukuran Stunting di Posyandu secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan data
prevalensi Stunting baik di tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota dan
dilaporkan secara berjenjang dari Posyandu ke Puskesmas, dan dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan.
6. Semua anak berumur di bawah lima tahun di Desa/Kelurahan harus diukur di Posyandu
untuk mendapatkan data prevalensi Stunting yang akurat.
7. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak Balita menggalang partisipasi aktif
masyarakat untuk akuntabilitas sosial, yakni bertindak bersama-sama dan meningkatkan
perhatian serta pengawasan terhadap integrasi dan kinerja tenaga kesehatan dan gizi dan
kader lainnya.

Tahap Ketiga: Pengelolaan Penyimpanan Data Pengukuran


Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus membangun sistem informasi yang memuat hasil
pengukuran tumbuh kembang Balita terutama Stunting secara berjenjang dari Posyandu ke
tingkat yang lebih tinggi, baik secara manual maupun online.
2. Data-data tersebut harus terus diperbarui agar selalu mutakhir, sesuai dengan perubahan
yang terjadi pada balita yang dijumpai pada saat dilakukan pengukuran di platform
pemantauan tumbuh kembang balita.

29

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Tahap Keempat: Pemanfaatan Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan data hasil pengukuran tumbuh


kembang anak Balita untuk melakukan analisis sebagai berikut:
1. Menilai kemajuan pada tingkat individu
Untuk mengidentifikasikan bahwa seorang anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan
secara normal atau bermasalah sehingga harus segera dinilai ulang.
2. Menilai kemajuan pada tingkat keluarga
Untuk menunjukkan pola persoalan kesehatan di tingkat keluarga yang yang berkontribusi
pada kejadian Stunting.
3. Menilai kemajuan pada tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa
Untuk menunjukkan kemajuan masalah kesehatan prioritas yang dihadapi oleh masing-
masing RT/RW/Kelurahan/Desa dan untuk menentukan RT/RW/Kelurahan/Desa mana
yang memerlukan perhatian khusus.
4. Menilai kemajuan pada Kecamatan
Untuk mengidentifikasi faktor pemicu Stunting dan potensi yang dimiliki untuk mengatasi
atau mengurangi faktor risiko.
5. Menilai kemajuan pada Kabupaten/Kota
Hasil penilaian kemajuan pada Kabupaten/Kota menjadi masukan dalam Analisis Situasi,
terutama untuk menunjukkan kecamatan dan Desa yang perlu mendapat perhatian khusus
dan mengindikasikan kegiatan yang perlu dimasukkan dalam Rencana Kegiatan intervensi
penurunan Stunting terintegrasi.

Tahap Kelima: Diseminasi dan Publikasi Hasil Pengukuran


Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengolah data hasil pengukuran dengan
mengikuti kaidah-kaidah pengolahan data yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
melalui pedoman penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

Contoh analisis daya yang dapat dilakukan:

1. Analisis trend: menghitung prevalensi anak Stunting dibandingkan prevalensi bulan/tahun lalu.
2. Analisis menurut demografi dan geografi (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan KK, tingkat
Pendidikan KK, status ekonomi KK, desa/kota, dll.) sehingga dapat dilihat perbandingan
kejadian pada masing-masing kelompok sehingga dapat dipetakan kelompok mana yang lebih
berisiko Stunting.
3. Analisis komparatif: menjelaskan hasil pengukuran satu wilayah dibandingkan dengan wilayah
lain atau dibandingkan target/standar tertentu (misalnya angka prevalensi nasional).
4. Analisis hubungan dalam program/antar program: data prevalensi Stunting dapat disajikan
dengan mengemukakan hasil analisis hubungannya dengan data capaian program-program
intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitif pada wilayah yang sama. Dengan demikian dapat
dinilai faktor-faktor yang berkontribusi pada keberhasilan (atau kegagalan). Hasil pengukuran
selanjutnya dapat dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber daya,
dan masalah-masalah lain yang berkaitan.

30

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
2. Langkah-langkah yang dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
publikasi adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi target audiens
Audiens umum meliputi pemangku kepentingan dan pengambil keputusan
(misalnya, Ketua TPPS, Bappeda, Dinas dan OPD, anggota DPRD), kelompok
masyarakat sipil dan lain-lain yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak
mengenai prevalensi Stunting dan penyebab yang mendasarinya.

b. Menentuan tujuan diseminasi dan publikasi


Meningkatkan kesadaran akan hasil yang dicapai, mempengaruhi perilaku pembuat
keputusan, advokasi untuk reformasi di antara pembuat kebijakan, atau
menginformasikan kepada tim tentang langkah-langkah selanjutnya.

c. Menyusun rencana publikasi sesuai platform pengawasan dan pengendalian yang


tersedia. Publikasi dapat digunakan sebagai pemicu bagi pemangku kepentingan
untuk meninjau proses kegiatan yang sudah berjalan maupun melihat kembali hasil
kegiatan dalam mengidentifikasi hambatan dan penyimpangan dari yang sudah
direncanakan. Publikasi juga bisa menjadi bahan untuk proses penetapan tindakan
koreksi yang akan diambil dalam rangka menjamin tercapainya target sesuai
dengan yang direncanakan.

3. Hasil analisis data selanjutnya digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil
pengukuran. Berbagai saluran penyebaran informasi yang tersedia di Kabupaten/Kota
dapat digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil pengukuran tumbuh kembang
Balita terutama angka Stunting. Diseminasi dan publikasi hasil pengukuran Stunting
dapat dilakukan di berbagai tingkat sebagai berikut:

a. Tingkat Desa

Angka Stunting dapat menjadi bagian dari instrumen Suvey Mawas Diri (SMD) yang
pendataannya dapat dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat
Desa/Kelurahan, Pelaku Percepatan Penurunan Stunting tingkat Desa serta wakil
masyarakat. Melalui SMD masyarakat dapat mengenal masalah Stunting dan
memetakan potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
Hal ini penting untuk didentifikasi oleh masyarakat sendiri, selanjutnya masyarakat
dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya- upaya
perbaikannya, sesuai batas kewenangannya.

b. Tingkat Kecamatan

Diseminasi angka Stunting dalam Lokakarya Mini Bulanan dapat dilakukan pada
tingkat Puskesmas Kecamatan dan forum-forum yang ada di tingkat Kecamatan
untuk menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan terkait Stunting yang akan
dilaksanakan selama bulan berjalan, menggalang kerja sama dan koordinasi antar-
petugas Puskesmas (lintas program), TPPS Kecamatan dan meningkatkan
motivasi petugas- petugas Puskesmas dalam pelaksanaan integrasi kegiatan
Stunting.

31

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Diseminasi prevalensi angka Stunting di Lokakarya Mini Tribulanan Lintas Sektor
dapat dimanfaatkan Puskesmas dan TPPS Kecamatan untuk:

• Menetapkan secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan selama
bulan berjalan, melalui sinkronisasi/harmonisasi RKP antar-sektor (antar-
instansi) dan kesatupaduan tujuan penurunan Stunting;

• Menggalang kerja sama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam


pelaksanaan kegiatan intervensi Stunting terintegrasi di tingkat kecamatan;

• Meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan


pembangunan masyarakat kecamatan.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

Pada tingkat Kabupaten/Kota analisis data Stunting dapat didiseminasikan melalui


Buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yang dapat didistribusikan kepada:

• Bupati/Walikota/Gubernur dan DPRD Kabupaten/Kota.


• Instansi tingkat Kabupaten/Kota termasuk Bappeda dan sektor terkait.
• Puskesmas dan UPT kesehatan lainnya, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.
• Dinas Kesehatan Provinsi.
• Kementerian Kesehatan c.q. Pusat Data dan Informasi.
• Pemangku Kepentingan lainnya (contoh: akademisi, Lembaga Swadaya
Masyarkat, swasta).

32

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
AKSI 8

REVIU KINERJA
TAHUNAN

33

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 8
REVIU KINERJA
TAHUNAN

8.1 DEFINISI
Reviu Kinerja Tahunan adalah penilaian yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota terhadap kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting selama satu tahun terakhir.
Reviu kinerja mengukur capaian semua kegiatan selama satu tahun terakhir
terhadap pelaksanaan program percepatan penurunan Stunting mulai dari aksi 1 sampai
aksi 7.
Kinerja dinyatakan dalam indikator hasil tiap Aksi Integrasi. Hasil reviu kinerja
menjadi masukan dalam pelaksanaan Analisis Situasi (Aksi 1) untuk penyusunan Rencana
Kegiatan (Aksi 2) tahun berikutnya dan menjadi bahan dalam penilaian kinerja yang
dilakukan provinsi.

8.2 TUJUAN
Reviu kinerja tahunan bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang capaian kinerja program dan kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting satu tahun berjalan;
2. Mendapatkan informasi tentang kemajuan pelaksanaan Kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting yang telah direncanakan;
3. Mengidentifikasi pembelajaran dan merumuskan masukan perbaikan sebagai umpan
balik untuk perencanaan dan penganggaran program/kegiatan prioritas, penetapan
lokasi fokus, serta desain dan upaya perbaikan penyampaian layanan pada tahun
berikutnya.

8.3 OUTPUT
Output dari kegiatan ini adalah dokumen yang berisikan informasi mengenai:
1. Kinerja program/kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting dalam hal realisasi
output (target kinerja cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif);
2. Realisasi Rencana Kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting;
3. Realisasi anggaran program/kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting;
4. Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja dan identifikasi alternatif solusi;
5. Perkembangan capaian outcome (prevalensi Stunting), dan
6. Rekomendasi perbaikan, berupa efektifitas kegiatan yang berperan dalam pencegahan
dan penurunan Stunting.
34

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
35

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Adapun cakupan reviu kinerja tahunan meliputi:
1. Pelaksanaan Aksi Integrasi kabupaten/kota;
2. Realisasi Rencana Kegiatan penurunan Stunting tahunan daerah;
3. Pelaksanaan anggaran program dan kegiatan intervensi Stunting.

8.4 PENANGGUNG JAWAB


Penanggung jawab reviu kinerja ini adalah Sekretaris Daerah dan Bappeda.
Sekretaris Daerah bertanggung jawab untuk memimpin dan mensupervisi proses dan hasil
reviu. Bappeda bertanggung jawab untuk mengoordinasikan penyiapan materi reviu. Dalam
pelaksanaannya, dibentuk Tim Pelaksana Reviu Kinerja yang melibatkan seluruh OPD yang
bertanggung jawab untuk penyediaan intervensi gizi spesifik dan sensitif.

8.5 JADWAL
Reviu kinerja dilakukan setelah tahun anggaran berakhir. Idealnya dilakukan pada
bulan Januari sampai dengan Februari tahun n+1 sehingga informasi hasil reviu kinerja
dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk proses penyusunan rencana kegiatan tahun
berikutnya.

8.6 TAHAPAN KEGIATAN


Tahap 1 : Identifikasi Sumber Data dan pengumpulan Data Kinerja Program/Kegiatan;
Tahap 2 : Pelaksanaan Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting Terintegrasi;
Tahap 3 : Menyusun Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan.

Tahap Pertama: Identifikasi Sumber Data dan Pengumpulan Data


Kinerja Program/Kegiatan

Reviu Kinerja Tahunan pencegahan dan penurunan Stunting dilaksanakan dengan


menggunakan informasi/ data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, antara lain:

1. Pelaksanaan 8 aksi konvergensi;


2. Rencana Kegiatan (Aksi 2);
3. Dokumen perencanaan tahunan daerah: KUA PPAS, Renja OPD;
4. Dokumen anggaran daerah: APBD, APBD Perubahan (jika ada);
5. Data realisasi capaian target kinerja program dan kegiatan terkait Stunting;
6. Laporan realisasi anggaran;
7. Hasil publikasi Stunting (Aksi 7);
8. Skor integrasi tingkat desa (village score card).

Untuk memperkaya informasi pada laporan kinerja, dapat digunakan sumber


data lain di luar dokumen pemerintah daerah termasuk informasi yang berasal
dari organisasi masyarakat sipil, universitas, dan masyarakat.

36

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Data yang dikumpulkan sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai:

1. Realisasi output kegiatan dan perbandingannya terhadap target;


2. Cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif;
3. Perkembangan cakupan keluarga sasaran yang mengakses intervensi gizi secara
simultan pada tingkat desa dan tingkat kecamatan;
4. Perkembangan prevalensi dan kasus Stunting;
5. Penyerapan anggaran, dan;
6. Penggunaan dana desa untuk penurunan Stunting.

Data dan informasi untuk bahan perbandingan tersebut didapatkan dari beberapa
sumber, seperti:

1. Laporan rutin OPD terkait;


2. Laporan pelaksanaan anggaran dan capaian target kegiatan dari masing-masing Badan
Pengelola Keuangan, Bagian Administrasi Pembangunan, atau instansi lain yang
melakukan kegiatan pengumpulan data capaian.

Kegiatan Reviu Kinerja Tahunan ini tidak mengharuskan OPD untuk membuat
laporan tersendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi Reviu Kinerja.
Informasi yang dikumpulkan bersumber dari laporan rutin yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban pelaporan Pemda. Namun, jika diperlukan Bappeda dapat
meminta informasi secara khusus kepada OPD terkait.

Pelaporan untuk Reviu Kinerja Tahunan Stunting


Untuk kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik atau Non-Fisik,
maka OPD bisa mengumpulkan laporan realisasi penggunaan anggaran dan realisasi
output kegiatan DAK kepada Tim Pelaksana dengan menggunakan laporan yang
dikumpulkan melalui OM SPAN (untuk DAK Fisik) dan pelaporan kepada Kementerian
Keuangan dan Kementerian Teknis (untuk DAK Non-Fisik).

Tahap Kedua: Pelaksanaan Reviu Kinerja Tahunan Penurunan


Stunting Terintegrasi

1. Melakukan Perbandingan antara Dokumen Rencana dan Realisasi

Tim Pelaksana Reviu Kinerja membuat perbandingan antara:

a. Target dan realisasi output (kinerja) dari setiap program/kegiatan yang tercantum
dalam Rencana Kegiatan (Aksi 2);
b. Target dan capaian cakupan intervensi gizi;
c. Target dan perkembangan capaian outcome (kasus Stunting);
d. Rencana dan realisasi pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi;
e. Alokasi anggaran dan realisasi penyerapan program/kegiatan terkait penurunan
Stunting.

37

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
I. Matriks Rencana dan Realisasi APBD

I.
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

1 Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


Remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia
2 (hemoglobin)
3 Calon pengantin /calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD)
Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan

Perepatan Penurunan Stunting


4 sebagai bagian dari pelayanan nikah
Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang menerima pendampingan
5 kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pranikah
Pasangan calon pengantin yang
6 mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting
Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


7 kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
8 masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan nontunai
Matriks Rencana dan Realisasi APBD

Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang
9 menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan tambahan asupan
10 gizi
Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
11 selama masa kehamilan
12 Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana
13 Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan
14 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
seperti contoh di bawah ini disesuaikan dengan kebutuhan di daerah.

15 ASI)
TABEL 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA

Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat
16 pelayanan tata laksana gizi buruk
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan
17 perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat
18 tambahan asupan gizi
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap

38
20 Keluarga yang Stop BABS
Untuk memudahkan analisis kinerja, Tim Pelaksana dapat menggunakan matriks bantu

21 Keluarga yang melaksanakan PHBS

22
23
24

25
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

21 Keluarga yang melaksanakan PHBS


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi
22 ikan dalam negeri
23 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
24 Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan

Perepatan Penurunan Stunting


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya
25 pekarangan untuk peningkatan asupan gizi
26 Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak
Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layak
27
Kelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


(PKH) yang mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
28 dengan modul kesehatan dan gizi
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan
29 baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur
30 Cakupan Bantuan Jaminan Nasional Penerima Iuran (PBI) Kesehatan
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai
31 bersyarat
32 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial pangan
Jumlah pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH) yang terlatih modul
33 kesehatan dan gizi
34 Terselenggaranya rembuk stunting tingkat kabupaten/kota
35 Terselenggarannya rembuk stunting tingkat kecamatan
Tersedianya kebijakan/peraturan bupati/walikota tentang kewenangan
36 desa/kelurahan dalam penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
37 di pemerintah daerah kabupaten/kota
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
38 Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang mengimplementasikan sistem data
Surveilans gizi elektronik dalam pemantauan intervensi gizi untuk penurunan
39 stunting

39
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

Persentase target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang


41 stunting di lokasi prioritas
42 Publikasi data stunting tingkat Kabupaten/Kota
Terpenuhinya standar pelayanan pemantauan tumbuh kembang di posyandu
43
44 Terselenggaranya audit anak berusia dibawah dua tahun (baduta) Stunting
45 Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai kebutuhan
Jumlah pemerintah desa yang mendapatkan peningkatan kapasitas dalam
46 penanganan percepatan penurunan stunting

Perepatan Penurunan Stunting


Persentase desa/kelurahan yang kader pembangunan manusianya
47 mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang mengintegrasikan program dan kegiatan
percepatan penurunan stunting dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran desa/kelurahan (Rencana Pembangunan Jangka menengah
Desa, Rencana Kerja pemerintah desa, serta Anggaran Pendapatan dan
48 Belanja Desa dan Rencana Kerja dan Anggaran Desa)
Persentase desa/kelurahan yang meningkatkan alokasi dana desa/kelurahan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


yang melakukan konvergensi percepatan penurunan stunting
49
Persentase desa/kelurahan yang melakukan konvergensi percepatan
50 penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
51 di pemerintahan desa
52 Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting
Persentase pemerintah desa yang memiliki kinerja baik dalam konvergensi
53 penurunan stunting
54 Terlaksanannya Kampanye nasional pencegahan Stunting
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 20 tenaga pelatih berjenjang
tingkat dasar serta pendidikan dan pelatihan pengasuhan stimulasi
55 penanganan stunting bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD terlatih pengasuhan stimulasi
penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di
56 Kabupaten/Kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik
57 Integratif (PAUD HI)
Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan
58 stunting lintas agama
59 Tersedianya data hasil surveilans keluarga berisiko stunting
Tersedianya data keluarga risiko Stunting melalui Sistem Informasi Keluarga
60
Persentase Kabupaten/kota yang menerima pendampingan percepatan
61 penurunan stunting melalui Tri Dharma Perguruan tinggi
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR)
yang melaksanakan edukasi kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
62
Desa/Kelurahan yang melaksanakan kelas Bina Keluarga Balita (BKB) tentang

40
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
II.
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

1 Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


Remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia
2 (hemoglobin)
3 Calon pengantin /calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD)
Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan

Perepatan Penurunan Stunting


4 sebagai bagian dari pelayanan nikah
Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang menerima pendampingan
5 kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pranikah
Pasangan calon pengantin yang
6 mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah
7 kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
8 masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan nontunai
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang
9 menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan tambahan asupan
10 gizi
Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
11 selama masa kehamilan
Matriks Rencana dan Realisasi Kegiatan Non APBD

12 Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana


13 Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan
14 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
15 ASI)
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat
16 pelayanan tata laksana gizi buruk
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan
17 perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat

41
18 tambahan asupan gizi
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
20 Keluarga yang Stop BABS
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

21 Keluarga yang melaksanakan PHBS


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi
22 ikan dalam negeri
23 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
24 Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan

Perepatan Penurunan Stunting


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya
25 pekarangan untuk peningkatan asupan gizi
26 Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak
Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layak
27
Kelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


(PKH) yang mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
28 dengan modul kesehatan dan gizi
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan
29 baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur
30 Cakupan Bantuan Jaminan Nasional Penerima Iuran (PBI) Kesehatan
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai
31 bersyarat
32 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial pangan
Jumlah pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH) yang terlatih modul
33 kesehatan dan gizi
34 Terselenggaranya rembuk stunting tingkat kabupaten/kota
35 Terselenggarannya rembuk stunting tingkat kecamatan
Tersedianya kebijakan/peraturan bupati/walikota tentang kewenangan
36 desa/kelurahan dalam penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
37 di pemerintah daerah kabupaten/kota
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
38 Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang mengimplementasikan sistem data
Surveilans gizi elektronik dalam pemantauan intervensi gizi untuk penurunan
39 stunting

42
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889

Persentase target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang


41 stunting di lokasi prioritas
42 Publikasi data stunting tingkat Kabupaten/Kota
Terpenuhinya standar pelayanan pemantauan tumbuh kembang di posyandu
43
44 Terselenggaranya audit anak berusia dibawah dua tahun (baduta) Stunting
45 Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai kebutuhan
Jumlah pemerintah desa yang mendapatkan peningkatan kapasitas dalam
46 penanganan percepatan penurunan stunting

Perepatan Penurunan Stunting


Persentase desa/kelurahan yang kader pembangunan manusianya
47 mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang mengintegrasikan program dan kegiatan
percepatan penurunan stunting dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran desa/kelurahan (Rencana Pembangunan Jangka menengah
Desa, Rencana Kerja pemerintah desa, serta Anggaran Pendapatan dan
48 Belanja Desa dan Rencana Kerja dan Anggaran Desa)
Persentase desa/kelurahan yang meningkatkan alokasi dana desa/kelurahan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


yang melakukan konvergensi percepatan penurunan stunting
49
Persentase desa/kelurahan yang melakukan konvergensi percepatan
50 penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
51 di pemerintahan desa
52 Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting
Persentase pemerintah desa yang memiliki kinerja baik dalam konvergensi
53 penurunan stunting
54 Terlaksanannya Kampanye nasional pencegahan Stunting
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 20 tenaga pelatih berjenjang
tingkat dasar serta pendidikan dan pelatihan pengasuhan stimulasi
55 penanganan stunting bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD terlatih pengasuhan stimulasi
penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di
56 Kabupaten/Kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik
57 Integratif (PAUD HI)
Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan
58 stunting lintas agama
59 Tersedianya data hasil surveilans keluarga berisiko stunting
Tersedianya data keluarga risiko Stunting melalui Sistem Informasi Keluarga
60
Persentase Kabupaten/kota yang menerima pendampingan percepatan
61 penurunan stunting melalui Tri Dharma Perguruan tinggi
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR)
yang melaksanakan edukasi kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
62
Desa/Kelurahan yang melaksanakan kelas Bina Keluarga Balita (BKB) tentang

43
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
III.
III. Matriks Rencana dan Anggaran Tahun Rencana
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889

1 Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


Remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia
2 (hemoglobin)
3 Calon pengantin /calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD)

Perepatan Penurunan Stunting


Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan
4 sebagai bagian dari pelayanan nikah
Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang menerima pendampingan
5 kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pranikah
Pasangan calon pengantin yang
6 mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang masalah
7 kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan status miskin dan penyandang
8 masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan nontunai
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang
9 menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan tambahan asupan
10 gizi
Matriks Rencana dan Anggaran Tahun Rencana

Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
11 selama masa kehamilan
12 Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana
13 Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan
14 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
15 ASI)
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat
16 pelayanan tata laksana gizi buruk
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan
17 perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat
18 tambahan asupan gizi

44
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
20 Keluarga yang Stop BABS
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889

21 Keluarga yang melaksanakan PHBS


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi
22 ikan dalam negeri
23 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
24 Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan

Perepatan Penurunan Stunting


Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya
25 pekarangan untuk peningkatan asupan gizi
26 Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak
Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layak
27
Kelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


(PKH) yang mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
28 dengan modul kesehatan dan gizi
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan
29 baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur
30 Cakupan Bantuan Jaminan Nasional Penerima Iuran (PBI) Kesehatan
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai
31 bersyarat
32 Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial pangan
Jumlah pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH) yang terlatih modul
33 kesehatan dan gizi
34 Terselenggaranya rembuk stunting tingkat kabupaten/kota
35 Terselenggarannya rembuk stunting tingkat kecamatan
Tersedianya kebijakan/peraturan bupati/walikota tentang kewenangan
36 desa/kelurahan dalam penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
37 di pemerintah daerah kabupaten/kota
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
38 Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang mengimplementasikan sistem data
Surveilans gizi elektronik dalam pemantauan intervensi gizi untuk penurunan
39 stunting

45
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889

Persentase target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang


41 stunting di lokasi prioritas
42 Publikasi data stunting tingkat Kabupaten/Kota
Terpenuhinya standar pelayanan pemantauan tumbuh kembang di posyandu
43
44 Terselenggaranya audit anak berusia dibawah dua tahun (baduta) Stunting
45 Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai kebutuhan
Jumlah pemerintah desa yang mendapatkan peningkatan kapasitas dalam
46 penanganan percepatan penurunan stunting

Perepatan Penurunan Stunting


Persentase desa/kelurahan yang kader pembangunan manusianya
47 mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang mengintegrasikan program dan kegiatan
percepatan penurunan stunting dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran desa/kelurahan (Rencana Pembangunan Jangka menengah
Desa, Rencana Kerja pemerintah desa, serta Anggaran Pendapatan dan
48 Belanja Desa dan Rencana Kerja dan Anggaran Desa)
Persentase desa/kelurahan yang meningkatkan alokasi dana desa/kelurahan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


yang melakukan konvergensi percepatan penurunan stunting
49
Persentase desa/kelurahan yang melakukan konvergensi percepatan
50 penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting
51 di pemerintahan desa
52 Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting
Persentase pemerintah desa yang memiliki kinerja baik dalam konvergensi
53 penurunan stunting
54 Terlaksanannya Kampanye nasional pencegahan Stunting
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 20 tenaga pelatih berjenjang
tingkat dasar serta pendidikan dan pelatihan pengasuhan stimulasi
55 penanganan stunting bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD terlatih pengasuhan stimulasi
penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di
56 Kabupaten/Kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik
57 Integratif (PAUD HI)
Terlaksananya forum komunikasi perubahan perilaku dalam penurunan
58 stunting lintas agama
59 Tersedianya data hasil surveilans keluarga berisiko stunting
Tersedianya data keluarga risiko Stunting melalui Sistem Informasi Keluarga
60
Persentase Kabupaten/kota yang menerima pendampingan percepatan
61 penurunan stunting melalui Tri Dharma Perguruan tinggi
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR)
yang melaksanakan edukasi kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
62
Desa/Kelurahan yang melaksanakan kelas Bina Keluarga Balita (BKB) tentang

46
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
IV. MATRIK PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI
Aksi
Komponen Kegiatan Aksi Pemenuhan (%) Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
Konvergensi
Aks i 1
Ide nti fi ka s i Da ta Sa s a ra n
Ide nti fi ka s i Da ta Ca kupa n
Penentua n Loka s i Des a / Ke l ura ha n
pri ori ta s
Ide nti fi ka s i pe meta a n progra m ta hun
be rja l a n
Ide nti fi ka s i pe rma s a l a ha n ca kupa n
l a ya na n
Re komenda s i

Aks i 2

Ide nti fi ka s i s emua renca na kegi a ta n


untuk ta hun berja l a n, ta hun re nca na
pe mbi a ya a n APBD ma upun non APBD
Ide nti fi ka s i s emua renca na kegi a ta n
untuk ta hun berja l a n, ta hun re nca na
pe mbi a ya a n APBD des a /ke l uraha n
l okus pri ori ta s
Ide nti fi ka s i moni tori ng Renca na
Kegi a ta n APBD ta hun be rja l a n
Ide nti fi ka s i moni tori ng Renca na
Kegi a ta n APBD ta hun renca na
Aks i 3

Pel a ks a na a n Rembuk Stunti ng

Sos i a l i s a s i ha s i l Re mbuk Stunti ng

Aks i 4

Terbi t Perbup/Perwa l i

Sos i a l i s a s i perbub/perwa l

Aksi 5

Pembi na a n Ka der

Honor..

Aksi 6

Perba i ka n Da ta

Aksi 7

Publ i ka s i s tunti ng

Penjelasan permasalahan/kendala:
1. Identifikasi permasalahan/kendala dilakukan terhadap program/kegiatan yang capaian kinerja serta serapan yang
rendah.
2. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui penyebab atas rendahnya capaian kinerja atau serapan anggaran suatu
program/kegiatan. Identifikasi dilakukan terhadap:
a. Kualitas dan/atau kualitas input (masukan) antara lain SDM, alat/material, panduan, SoP, waktu/durasi) yang
digunakan pada kegiatan;
b. Proses yang dilaksanakan pada kegiatan, antara lain pengadaan, penganggaran, mutasi, koordinasi antar
program;
c. Faktor lain atau demand side factor seperti : respon masyarakat yang menolak imunisasi karena pengaruh
budaya lokal
Penjelasan Solusi:
1. Solusi bertujuan untuk menghilangkan penyebab sehingga permasalahan/kendala tidak terjadi di masa yang akan
datang.
2. Dalam solusi dapat juga disampaikan apakah program/kegiatan dapat diteruskan atau diganti dengan
program/kegiatan yang lain.
3. Solusi perlu direview berkala.
Penjelasan Simpulan:
Simpulan merupakan keputusan yang ditetapkan atas program/kegiatan setelah reviu dilakukan, yaitu:
1. 1. Program/kegiatan dilanjutkan setelah mempertimbangkan bahwa faktor penyebab terjadinya
permasalahan/kendala dapat dicarikan solusinya
2. 2. Program/kegiatan diganti dengan Program/kegiatan lain setelah mempertimbangkan bahwa faktor penyebab
terjadinya permasalahan/kendala tidak dapat dicarikan solusinya

47

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
48

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
V. STATUS TINDAK LANJUT REKOMENDASI PENILAIAN KINERJA YANG
DILAKSANAKAN OLEH PROVINSI
Status Tindak Lanjut
No Rekomendasi Provinsi Alasan
Sudah Sebagian/ Belum
1 ……………………………………………………………………
2 ……………………………………………………………………
3 ……………………………………………………………………
4 ……………………………………………………………………
5 ……………………………………………………………………
dst

Penjelasan:
1. Kolom Sudah = apabila satu rekomendasi sudah ditindaklanjuti secara lengkap.
2. Kolom Belum/Sebagian = apabila satu rekomendasi belum ditindaklanjuti atau baru ditindaklanjuti
sebagian.
3. Kolom Alasan = untuk menjelaskan alasan belum/baru sebagian ditindaklanjutinya suatu
rekomendasi.

2. Mengidentifikasi Capaian Kinerja

Berdasarkan informasi yang telah terkumpul, Tim Pelaksana melakukan identifikasi:

a. Kegiatan dalam Rencana Kegiatan yang belum terealisasi;


b. Daftar Aksi Integrasi yang belum terealisasi;
c. Intervensi terkait pencegahan dan penurunan Stunting yang capaiannya rendah;
d. Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja kegiatan nya rendah;
e. Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja kegiatannya tinggi;
f. Catatan atas pelaksanaan program/kegiatan berupa hambatan pelaksanaan kegiatan
atau saran- saran lain dari OPD.

Tim Pelaksana kemudian membuat kompilasi/menghimpun hasil identifikasi dalam


bentuk dokumen tertulis. Diharapkan dokumen yang dihasilkan mencakup informasi
sebagai berikut:

CAKUPAN DOKUMEN CAPAIAN KINERJA


Kinerja pelaksanaan Rencana Kegiatan:
 Apakah kegiatan yang tercantum dalam rencana kegiatan dilaksanakan (Ya/Tidak)?
 Berapa persen tingkat realisasi pelaksanaan kegiatan?
Kinerja pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Integrasi Daerah
 Apakah Daerah sudah melaksanakan Aksi Integrasi yang direncanakan? (Ya/Tidak untuk delapan
komponen Aksi Integrasi)?
 Berapa persen tingkat kesesuaian hasil pelaksanaan Aksi Integrasi dengan tujuan masing-masing
aksi sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan?
Kinerja pelaksanaan intervensi, program/kegiatan terkait Stunting:
 Bagaimana capaian realisasi target intervensi utama penurunan Stunting?
 Berapa anggaran yang dialokasikan untuk program/kegiatan terkait penurunan Stunting?
 Berapa persen realisasi anggaran program/kegiatan terkait penurunan Stunting?
 Berapa persen cakupan output program/kegiatan terkait penurunan Stunting?
 Berapa persen tingkat kenaikan cakupan layanan pada program prioritas?
 Berapa persen tingkat kenaikan integrasi layanan pada sasaran (dibandingkan baseline tahun
sebelumnya/hasil monitoring kader atau pendamping)?
49

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
3. Pertemuan Konsultasi Hasil Reviu Kinerja Bersama Lintas OPD

Setelah menyelesaikan reviu kinerja, Sekretariat Daerah dan Bappeda sebagai


penanggung jawab menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan OPD
pelaksana kegiatan terkait Stunting. Dalam kegiatan ini, Tim Pelaksana akan
menyampaikan hasil reviu yang sudah dilaksanakan dan berdiskusi lebih lanjut dengan
OPD untuk mendapat penjelasan lebih lanjut (kendala/permasalahan maupun faktor
keberhasilan) dari setiap kinerja kegiatan tersebut.

Dalam FGD ini, Tim Pelaksana meminta masukan dari OPD mengenai:
a. Pelaksanaan Aksi Integrasi Daerah ditunjukkan sebagaimana pada gambar 8.1 di
halaman berikut:

GAMBAR 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA

Apakah 8 Aksi Integrasi berikut


dilaksanakan:
1. Analisis Situasi
2. Rencana Kegiatan
3. Rembuk Stunting
Identifikasi penyebab tidak
4. Perbup/Perwali tentang
Tidak dilaksanakannya Aksi Integrasi
Kewenangan Desa Pembinaan
KPM Identifikasi dukungan yang
5. Mobilisasi KPM dibutuhkan
6. Sistem Manajemen Data
7. Stunting Pengukuran dan
Publikasi Stunting
8. Reviu Kinerja tahunan
(dilengkapi dengan laporan
konsolidasi)

 Identifikasi tantangan
Kurang  Identifikasi tindakan perbaikan
 Identifikasi dukungan yang
dibutuhkan

Kualitas Cukup Baik  Identifikasi faktor pendukung


 Identifikasi tindakan perbaikan
Pelaksanaan  Identifikasi dukungan yang
Aksi Integrasi dibutuhkan
Sangat Baik

 Identifikasi faktor pendukung


 Identifikasi pembelajaran yang
bisa ditiru oleh kegiatan lain

50

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
b. Pelaksanaan Rencana Kegiatan Daerah (lihat Gambar 8.1)

GAMBAR 8.2. ALUR PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN DAERAH

Daftar Rencana Kegiatan yang


belum ditindaklanjuti: • Identifikasi penyebab
• Identifikasi dukungan yang
1)…. dibutuhkan
2) ….
3) … Dst

Ya
Masukkan ke dalam Rencana Apakah kegiatan tersebut masih
Kegiatan Tahun Berikutnya dibutuhkan?

Tidak

Identifikasi Rencana Kegiatan


lain

c. Pelaksanaan tindakan intervensi terkait pencegahan dan penurunan Stunting

GAMBAR 8.3. ALUR PELAKSANAAN TINDAKAN INTERVENSI TERKAIT STUNTING

Apakah Capaian Intervensi


Tidak Identifikasi penyebab tidak
Sudah Sesuai Target
tercapainya target Identifikasi
1)….
dukungan yang dibutuhkan
2) ….
3) … Dst

Ya

Seberapa jauh dari target


optimal Identifikasi faktor
pendukung Identifikasi
pembelajaran yang bisa ditiru
oleh kegiatan lain

51

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
Dari hasil reviu kinerja dan FGD dengan OPD terkait, maka Tim Pelaksana mendapat
gambaran lengkap mengenai hal sebagai berikut:

1. Kinerja kegiatan terkait Stunting dari segi anggaran dan output kegiatan;
2. Butir Rencana Kegiatan yang sebaiknya dimasukkan kembali dalam Rencana
Kegiatan tahun berikut dan yang tidak perlu lagi dibutuhkan di tahun mendatang;
3. Tantangan yang dihadapi kegiatan yang kinerjanya kurang baik, rencana perbaikan,
dan dukungan yang diperlukan untuk perbaikan;
4. Faktor pendukung kegiatan yang kinerjanya baik dan pembelajaran yang bisa ditiru oleh
kegiatan lain.

Hasil kegiatan ini akan menjadi umpan balik bagi perencanaan dan pelaksanaan
program terkait Stunting untuk tahun anggaran berikutnya.

Tahap Ketiga: Menyusun Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan

Hasil dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan dituangkan dalam Dokumen Hasil Reviu
Kinerja Tahunan yang disiapkan oleh Tim Koordinasi Pencegahan dan Penurunan Stunting
untuk disampaikan kepada Kepala Daerah dan didiseminasikan kepada seluruh OPD dan
pemangku kepentingan terkait. Dokumen ini dapat berupa presentasi power point ataupun
dituangkan dalam narasi tertulis.

Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan merupakan laporan konsolidasi yang memuat:

1. Penilaian terhadap capaian target kinerja pelaksanaan intervensi, program, dan


kegiatan terkait penurunan Stunting;
2. Daftar Rencana Kegiatan yang sudah ditindaklanjuti;
3. Butir Rencana Kegiatan yang akan diteruskan dan yang dipertimbangkan untuk
dihapuskan di tahun berikutnya;
4. Daftar Aksi Integrasi Daerah yang sudah dilakukan beserta laporan hasil
pelaksanaannya;
5. Penilaian terhadap kinerja pelaksanaan Aksi Integrasi dan hambatan serta peluangnya,
dan;
6. Rekomendasi untuk menjadi input pada Aksi Analisis Situasi dan Aksi Rencana
Kegiatan tahun berikutnya.

Dokumen ini bersifat singkat karena hanya menyampaikan kesimpulan dan umpan balik
dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan. Umpan balik akan digunakan untuk memperbaiki
perencanaan program/kegiatan terkait Stunting di tahun berikutnya.

52

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting
53

Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi


Perepatan Penurunan Stunting

Anda mungkin juga menyukai