i
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
KATA PENGANTAR
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang pada anak usia di bawah dua tahun, yang ditandai dengan panjang
atau tinggi badannya berada di bawah standar. Stunting merupakan ancaman utama terhadap
kualitas hidup, produktivitas dan daya saing manusia Indonesia sebagai dampak dari
terganggunya pertumbuhan otak dan perkembangan metabolisme tubuh dalam jangka
panjang. Untuk itu pemerintah menetapkan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu
program prioritas nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 menetapkan bahwa target penurunan stunting pada anak bawah usia 2 tahun adalah
14% pada tahun 2024.
Untuk mencegah dan menangani permasalahan stunting dilakukan pendekatan
multisektor melalui intervensi layanan spesifik dan sensitif yang terintegrasi dan dilakukan di
tingkat pusat, daerah, hingga desa/kelurahan. Sebagai panduan pemerintah daerah khususnya
kabupaten/kota dalam mengawal kualitas intervensi untuk percepatan penurunan stunting bagi
sasaran prioritas stunting maka pada sejak tahun 2018 disusun Petujuk Teknis (Juknis)
Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan
Penurunan Stunting dan Peraturan BKKBN Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Angka Stunting Indonesia, semakin memperkuat landasan hukum dan
kebijakan percepatan penurunan stunting karena memuat beberapa penyesuaian kebijakan
strategis di antaranya terkait sasaran prioritas, penguatan kelembagaan, intervensi layanan
serta sistem pelaporan dan evaluasi. Atas dasar itu maka diperlukan revisi/penyesuaian
Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten/Kota.
Petunjuk Teknis (Juknis) ini dimaksudkan sebagai rujukan bagi para pihak, khususnya
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Konvergensi
Percepatan Penurunan Stunting. 8 (delapan) Aksi Konvergensi merupakan instrumen dalam
bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan intervensi percepatan penurunan
stunting terintegrasi oleh lintas pelaku di tingkat daerah secara sistematis, terintegrasi dan
berkelanjutan. Pendekatan pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi berorientasi pada proses
pembinaan dan pengawasan pemerintah daerah atas capaian beberapa aspek konvergensi
termasuk kualitas intervensi secara komprehensif.
i
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR DEFINISI PETUNJUK TEKNIS
8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
NO ISTILAH KETERANGAN
ii
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
NO ISTILAH KETERANGAN
Sebaran Stunting Data prevalensi dan jumlah kasus Stunting yang dirinci dalam wilayah
11. (prevalensi dan jumlah kabupaten/kota, seperti per desa/kelurahan, per kecamatan, atau per
kasus) Stunting wilayah Puskesmas.
iii
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR I
DAFTAR DEFINISI PETUNJUK TEKNIS 8 (DELAPAN) AKSI II
KONVERGENSI
DAFTAR ISI IV
iv
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
DAFTAR TABEL
HAL
DAFTAR GAMBAR
HAL
Gambar 6.1 PEMETAAN DATA KESEHATAN 1 6
Gambar 6.2. PEMETAAN DATA KESEHATAN 2 10
Gambar 6.3 HASIL PEMETAAN DATA KESEHATAN 10
Gambar 6.4 RENCANA TINDAK OPD 11
Gambar 6.5 PEMETAAN DATA KB 1 11
Gambar 6.6 PEMETAAN DATA KB 2 12
Gambar 6.7 HASIL PEMETAAN DATA KB 12
Gambar 6.8 RENCANA TINDAK OPD 12
Gambar 6.9 PEMETAAN DATA SOSIAL 1 13
Gambar 6.10 PEMETAAN DATA SOSIAL 2 13
Gambar 6.11 HASIL PEMETAAN DATA SOSIAL 13
Gambar 6.12. RENCANA TINDAK OPD 14
Gambar 6.13 PEMETAAN DATA PUPR 14
Gambar 6.14 PEMETAAN DATA PMD 15
Gambar 6.15 PEMETAAN TARGET TP2S 15
Gambar 6.16 PEMETAAN DATA PENDIDIKAN 15
Gambar 6.17 PEMETAAN DATA KOMINFO 16
Gambar 6.18 PEMETAAN DATA AGAMA 16
ALUR ALIRAN INFORMASI DALAM AKSI INTEGRASI DI
Gambar 6.19 20
KABUPATEN/KOTA
Gambar 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA 48
Gambar 8.2. ALUR PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN DAERAH 49
v
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
AKSI 6
SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING
vi
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
AKSI INTEGRASI 6
SISTEM MANAJEMEN
DATA STUNTING
6.1 DEFINISI
Sistem manajemen data intervensi penurunan Stunting adalah upaya pengelolaan
data di tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Desa/kelurahan yang akan
digunakan untuk mendukung pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi dan digunakan untuk
membantu pengelolaan program dan/atau kegiatan percepatan penurunan Stunting.
Sistem manajemen data adalah bagian dari manajemen sumber daya informasi yang
mencakup semua kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan data hingga
pemanfaatan data, untuk memastikan adanya informasi yang akurat dan mutakhir. Kegiatan-
kegiatan dalam sistem manajemen data akan bersinggungan dengan aspek kebijakan.
Manajemen data akan menggunakan dan mendukung mekanisme yang berjalan di
Kabupaten/Kota sesuai dengan alur pelaksanaan, serta tidak terlepas dari dukungan
teknologi informasi dalam pengumpulan dan pengelolaan data.
1. Di tingkat desa, data akan digunakan untuk analisis situasi tingkat desa, proses
perencanaan, penentuan sasaran program, pemantauan pelaksanaan kegiatan
intervensi, dan penilaian kinerja;
2. Di tingkat kecamatan, data akan digunakan untuk sosialisasi dan advokasi kepada
Kepala Desa/lurah, penentuan target desa/kelurahan, dan pemantauan kemajuan
kegiatan melalui rembuk Stunting kecamatan.
6.2 TUJUAN
Tujuan umum dari pelaksanaan perbaikan sistem manajemen data Stunting adalah
untuk membantu penyediaan dan mempermudah akses data untuk pengelolaan program
penurunan Stunting. Secara khusus, sistem manajemen data ini harus dapat memastikan
kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya terpenuhi, yaitu: Aksi 1 (Analisis Situasi
Program Penurunan Stunting), Aksi 2 (Rencana Kegiatan), Aksi 7 (Pengukuran dan
publikasi Stunting) dan Aksi #8 terkait dengan Reviu Kinerja.
6.4 JADWAL
Kegiatan aksi ini dilaksanakan sepanjang tahun anggaran untuk mendukung
keseluruhan proses perencanaan penganggaran, serta pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan intervensi cakupan layanan.
Pada tahap pertama, Ketua TP2S, bersama anggota Tim melakukan pengisian pada
form 6.1 (pemetaan sistem) yang berisi tentang pencatatan dan pelaporan masing-masing
indikator esensial maupun supply yang merupakan tanggung jawab dari OPD masing-
masing. Melalui proses pemetaan ini diharapkan adanya informasi terkait dengan
bagaimana sebuah data pada indikator cakupan layanan dapat dilihat secara kualitas,
ketersediaan dan secara aksesbilitas. Masing-masing OPD yang membidangi program
intervensi Stunting untuk melakukan pemetaan kebutuhan dan penggunaan data
berdasarkan siapa pengguna data, jenis keputusan yang perlu didukung dengan data, dan
jenis data yang dibutuhkan. Sistem manajemen data dibagi dalam beberapa urusan sesuai
dengan data yang dipenuhi oleh OPD penanggung jawab dalam pemenuhan cakupan
esensial dan cakupan supply pada master analisis situasi (Aksi 1). Adapun contoh dari
daftar indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut;
Hasil identifikasi kebutuhan data dan rekomendasi kesenjangan data dari Aksi 1
(Analisis Situasi) merupakan informasi awal untuk mengidentifikasi masalah dengan
ketersediaan, aksesibilitas dan/atau kualitas data intervensi Stunting. Hasil ini juga dapat
digunakan sebagai bahan diskusi pada kegiatan penyusunan rencana Aksi 6 Sistem
Manajemen Data) untuk mengajak lintas sektor berkolaborasi meningkatkan kualitas dan
memperbaiki sistem data yang ada di Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaksanaan
penurunan Stunting. Disarankan untuk tahun pertama, kegiatan Pemetaan atau Penilaian
Sistem Manajemen Data dan Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sistem Data menjadi
salah satu kegiatan dalam Rencana Kegiatan di Aksi.
pencegahan stunting
6
Persentase Ibu hamil yang
13
menerima pendampingan
Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data
Keterangan Metoda Frekuensi Frekuensi Pelaporan Metoda
Metode Pencatatan (sebutkan jika ada sumber alternatif Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet
Pencatatan Pencatatan ke OPD Pengelolaan Data
untuk data yang ditanyakan) Petunjuk
Status Ketersediaan
Penanggung Jawab Rincian Data Saat
No Data Data (Ada/Tidak Sumber Data sebutkan apakah sebutkan apakah
Data ini (sebutkan apakah sebutkan sistem
Ada) (sebutkan nama tidak rutin, apakah tidak rutin, apakah
melalui informasi yang saat Penanggungjawab
form/laporan/aplik per per Sumber Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
form/laporan/aplik ini digunakan Data
asi yang digunakan) bulan/triwulan/sem bulan/triwulan/sem
asi) menyimpan data
ester/dll) ester/dll)
Ibu hamil Kurang Energi Kronik
14 (KEK) yang mendapatkan
tambahan asupan gizi
Ibu hamil yang mengonsumsi
Tablet Tambah Darah (TTD)
15
minimal 90 tablet selama masa
7
mendapatkan tatalaksana
kesehatan dan gizi
Alternatif Sumber Data Identifikasi Awal Isu Manajemen Data
Keterangan Metoda Frekuensi Frekuensi Pelaporan Metoda
Metode Pencatatan (sebutkan jika ada sumber alternatif Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet
Pencatatan Pencatatan ke OPD Pengelolaan Data
untuk data yang ditanyakan) Petunjuk
Status Ketersediaan
Penanggung Jawab Rincian Data Saat
No Data Data (Ada/Tidak Sumber Data sebutkan apakah sebutkan apakah
Data ini (sebutkan apakah sebutkan sistem
Ada) (sebutkan nama tidak rutin, apakah tidak rutin, apakah
melalui informasi yang saat Penanggungjawab
form/laporan/aplik per per Sumber Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
form/laporan/aplik ini digunakan Data
asi yang digunakan) bulan/triwulan/sem bulan/triwulan/sem
asi) menyimpan data
ester/dll) ester/dll)
Persentase Balita 0-23 bulan
8
PHBS
Keterangan :
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Cakupan Bantuan Jaminan Nasional
1 112,9 Juta Jiwa 2024
Penerima Iuran (PBI) Kesehatan
Persentase desa/kelurahan yang
2 melaksanakan Sanitasi Total Berbasis 100% desa/kelurahan 2024
Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang
mengimplementasikan sistem data
3 Surveilans gizi elektronik dalam 100% 2023
pemantauan intervensi gizi untuk
penurunan stunting
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah
4 tebebas dari buang air besar sembarangan 90% 2024
(ODF)
Persentase target sasaran yang memiliki
5 pemahaman yang baik tentang stunting di 70% 2024
lokasi prioritas
Publikasi data stunting tingkat
6 1 kali Tiap Tahun
Kabupaten/Kota
Terpenuhinya standar pelayanan
7 pemantauan tumbuh kembang di 90% 2024
posyandu
10
Keterangan Metoda
Metode Pencatatan Frekuensi Pencatatan
Pencatatan
Status Ketersediaan Data
No Data Penanggung Jawab Data Rincian Data Saat ini Sumber Data
(Ada/Tidak Ada)
sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan sistem informasi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll) menyimpan data
11
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Tersedianya data hasil surveilans keluarga
1 2 kali Tiap Tahun
berisiko stunting
12
Fre kue nsi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD Metoda Pengelolaan Data
(seb utkan jika ada sumber alte rn ati f untuk data yang
Contoh hasil identifikasi awal sebagaimana pada sheet Pet unjuk
ditanyakan)
seb utkan apakah ti dak ruti n, sebu tkan apakah ti dak ruti n, se butkan sistem infor masi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibi ltas
bulan/t ri wulan/semester/dll) bulan/triwu lan /se mester/dll) menyimpan data
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan yang
1 2 kali Tiap Tahun
memperoleh bantuan tunai bersyarat
Jumlah keluarga miskin dan rentan yang
2 menerima bantuan sosial pangan 2 kali Tiap Tahun
13
Keterangan Metoda
Metode Pencatatan Frekuensi Pencatatan Frekuensi Pelaporan ke OPD
Pencatatan
Status Ketersediaan Data
No Data Penanggung Jawab Data Rincian Data Saat ini Sumber Data
(Ada/Tidak Ada)
(sebutkan nama sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin,
(sebutkan apakah melalui
form/laporan/aplikasi yang apakah per apakah per
form/laporan/aplikasi)
digunakan) bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll)
sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan apakah tidak rutin, sebutkan sistem informasi
apakah per apakah per yang saat ini digunakan Sumber Data Penanggungjawab Data Ketersediaan Kualitas Aksesibiltas
bulan/triwulan/semester/dll) bulan/triwulan/semester/dll) menyimpan data
14
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah pemerintah desa yang
1 mendapatkan peningkatan kapasitas 100% desa/kelurahan 2022
dalam penanganan percepatan penurunan
stunting
Persentase desa/kelurahan yang kader
2 pembangunan manusianya mendapatkan 90% Kader 2024
pembinaan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang
mengintegrasikan program dan kegiatan
percepatan penurunan stunting dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran
3 100% desa/kelurahan 2022
desa/kelurahan (Rencana Pembangunan
Jangka menengah Desa, Rencana Kerja
pemerintah desa, serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa dan Rencana
Persentase desa/kelurahan yang
4 meningkatkan alokasi dana 90% desa/kelurahan 2024
desa/kelurahan yang melakukan
konvergensidesa/kelurahan
Persentase percepatan penurunan
yang
5 melakukan konvergensi percepatan 80% desa/kelurahan 2024
penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan
6 evaluasi percepatan penurunan stunting di 2 kali Tiap tahun
pemerintahan desa
7 Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting 1 2024
Persentase pemerintah desa yang
8 memiliki kinerja baik dalam konvergensi 0,9 2024
penurunan stunting
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Terselenggaranya rembuk stunting tingkat
1 Min 1 kali Tiap Tahun
kabupaten/kota
Terselenggarannya rembuk stunting
2 tingkat kecamatan Min. 2 kali Tiap Tahun
Tersedianya kebijakan/peraturan
3 bupati/walikota tentang kewenangan 100% Kab/Kota 2022
desa/kelurahan dalam penurunan stunting
Terselenggaranya pemantauan dan
4 evaluasi percepatan penurunan stunting di 2 kali Tiap tahun
pemerintah daerah kabupaten/kota
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki
minimal 20 tenaga pelatih berjenjang
1 tingkat dasar serta pendidikan dan 100% Kab/Kota 2024
pelatihan pengasuhan stimulasi
penanganan stunting bagi guru Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD
terlatih pengasuhan stimulasi penanganan
2 0,9 2024
stunting sebagai hasil pendidikan dan
pelatihan di Kabupaten/Kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan
3 Pendidikan Anak Usia Dini Holistik 70% 2024
Integratif (PAUD HI)
15
Target Kabupaten/Kota
No Indikator Target Nasional Tahun Baseline Data Satuan
2022 2023 2024
Terlaksananya forum komunikasi
1 perubahan perilaku dalam penurunan 2 kali Tiap Tahun
stunting lintas agama
Untuk memenuhi kebutuhan data terkait monitoring dan evaluasi upaya penurunan
Stunting, TP2S bersama Unit Statistik Kabupaten/Kota , perlu mengidentifikasi sistem data
apa saja yang dimiliki oleh OPD yang digunakan untuk mengelola data tentang intervensi
Stunting. Identifikasi awal sistem-sistem yang menjadi sasaran dilakukan dalam tahap
Analisis Situasi (Aksi 1).
16
Dst….
17
1. Data tidak dikumpulkan (misalnya: ada balita yang tidak dibawa ke posyandu dan tidak
tercatat dalam sistem pemantauan);
2. Data dikumpulkan, tetapi terjadi distorsi dalam transmisi (misalnya: terjadi perubahan
data dalam transfer dari catatan di posyandu ke laporan puskesmas ke laporan OPD);
3. Data dikumpulkan oleh lebih dari satu sistem, dan sistem-sistem tersebut tidak
terintegrasi dengan baik;
4. Penyimpanan data atau penyearahan (handover) yang kurang baik (misalnya: data
disimpan dalam komputer).
Untuk tahap awal, penilaian qualitas data disarankan fokus pada dimensi Akurasi
(validity), Keandalan (reliability), Kelengkapan (completeness), serta Ketepatan
Waktu (timeliness). Beberapa dimensi qualitas data yang lain mencakup aspek
Precision (ketepatan) dan Integritas.
1. Akurasi / Validitas
• Apakah data mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di fasilitas;
2. Keandalan
• Apakah data dikumpulkan menurut protokol dan prosedur standar yang tidak
dapat berubah menurut siapa atau kapan pengumpulan data dilaksanakan (i.e.
data diukur dan dikumpulkan secara konsisten)?
3. Kelengkapan
• Apakah semua fasilitas melapor?
• Apakah semua elemen data yang wajib dilaporkan ada?
4. Ketepatan Waktu
• Apakah semua fasilitas melapor pada atau sebelum tenggat waktu / deadline
yang ditentukan?
Sebagai contoh:
Data prevalensi Stunting tingkat desa sudah tersedia di Puskesmas, namun masih belum
rutin diperbarui dan dikompilasi. Oleh karena itu, Bappeda meminta Dinas Kesehatan
untuk memastikan bahwa data tersebut dapat dilengkapi dan diperbarui secara rutin.
B. Bappeda mengajak OPD untuk menyepakati perbaikan sistem data untuk indikator
terkait Stunting yang belum tersedia. Beberapa hal yang perlu disepakati adalah:
• Kekurangan data apa saja yang akan dilengkapi?
18
Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan data pada tahap kedua (2)
serta hasil penilaian sistem manajemen data, Bappeda memfasilitasi OPD menyusun
langkah-langkah perbaikan untuk mendapatkan solusi jangka pendek.
Sebagai contoh:
Dinas Sosial memiliki data terkait penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
berdasarkan nama dan alamat. Data BPNT hanya mencatat data rumah tangga penerima
tetapi belum mengidentifikasi apakah rumah tangga tersebut termasuk ke dalam kategori
rumah tangga.
• Apa yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman OPD, fasilitas layanan, atau
petugas lapangan terkait dengan sistem manajemen data?
• Apa saja alat bantu yang diperlukan?
• Apakah diperlukan pelatihan? Untuk siapa? Siapa penyelenggaranya? Siapa
pelatihnya? Bagaimana pembiayaannya?
19
Sebagai contoh:
b. Sosialisasi
• Bappeda memberikan penjelasan terkait dengan:
- Jenis kebutuhan dan ketersediaan data berdasarkan hasil pemetaan awal di
Langkah kedua (2).
- Alur pengumpulan data/aliran informasi (lihat Gambar).
- Tugas dan peran yang diharapkan dari OPD dalam memperkuat sistem data
untuk penurunan Stunting.
20
c. Pasca Sosialisasi
OPD melakukan analisis ketersediaan data dan mengumpulkan data terkait
cakupan intervensi prioritas sebagai tindak lanjut dari pertemuan sosialisasi. Hasil
dari analisis data sektor akan dibahas kembali bersama pada pertemuan berikutnya
untuk mengidentifikasi kesenjangan data.
Idealnya, Rencana Aksi Perbaikan Sistem Manajemen Data menjadi Bagian daripada
Rencana Kegiatan Penurunan Stunting (Aksi 2) dan dimonitor secara bersamaan.. Pada
saat Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting (Aksi 8), kemajuan atau realisasi terhadap
Rencana Aksi Perbaikan Sistem data juga akan direview. Ini mencakup: 1) reviu
peningkatan pada ketersediaan dan kualitas data intervensi Stunting yang diperlukan untuk
kegiatan Reviu Kinerja Tahunan sendiri, maupun untuk proses Analisis Situasi dan
Perencanaan untuk tahun berikutnya dan 2) reviu pelaksanaan aksi-aksi yang disepakati
oleh OPD terkait. Berdasarkan pada hasil review tersebut, rencana perbaikan akan diupdate
untuk tahun berikutnya.
Untuk memastikan fungsi sistem manajemen terpadu dapat berjalan baik, termasuk
kegiatan pemutakhiran data masing-masing program, Bupati/Walikota mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) Tim Teknis Lintas Sektor untuk mengawal keterpaduan sistem.
Adapun peran dan tugas Tim Teknis Lintas Sektor untuk mengawal keterpaduan sistem
ini adalah:
21
a. Menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pengguna data untuk memenuhi
kebutuhan pengambil keputusan;
b. Menyajikan informasi yang menjadi indikator capaian dan kinerja dari setiap OPD yang
terlibat dalam program penurunan Stunting;
c. Menyajikan data dalam bentuk yang menarik orang agar mau membaca dan
memahaminya, misal disajikan dalam bentuk peta yang berisi angka-angka capaian,
kinerja sektor dalam melaksanakan aksi, dan data hasil integrasi di setiap tingkatan
pelaksanaaan.
Dashboard ini akan menjadi alat bantu bagi kepala daerah dalam memantau
pelaksanaan integrasi intervensi penurunan Stunting dan sebagai acuan dalam mengatur
strategi percepatan pencapaian target program penurunan Stunting kabupaten/kota.
Dengan demikian, dashboard ini akan diberikan atau bahkan diletakkan di kantor kepala
daerah dan mudah diakses oleh yang bersangkutan.
b. Memastikan setiap OPD memasukkan semua data sektor yang dibutuhkan dan
disepakati ke dalam sistem manajemen terpadu, baik secara manual maupun
menghubungkan data dalam sistem monitoring masing-masing ke dalam sistem
manajemen terpadu tersebut.
c. Memantau pemutakhiran data sektor terkait secara rutin oleh masing-masing OPD
penanggung jawab.
Tim teknis dapat membuat analisis sederhana trend pemanfaatan data dalam bentuk
grafik untuk kerangka waktu tertentu. Kemudian Bappeda dapat memberikan masukan
kepada OPD lintas sektor terkait hasil analisis data ini. Masukan ini mengandung umpan
balik terhadap jenis data-data yang jarang diakses/dilihat dan dapat dikaitkan dengan kapan
pemutakhiran data tersebut terakhir dilakukan.
Bappeda bersama Tim Teknis Lintas Sektor menyusun aksi tindak lanjut peningkatan
pemanfaatan dan pemeliharaan sistem manajemen data berdasarkan hasil analisis
pemanfaatan data yang telah dijadikan umpan balik kepada setiap OPD dan telah mendapat
respon dari masing-masing OPD.
23
PENGUKURAN DAN
PUBLIKASI STUNTING
24
7.1 DEFINISI
Pengukuran dan publikasi angka Stunting adalah upaya Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota untuk memperoleh data prevalensi Stunting terkini pada skala layanan
puskesmas, kecamatan, dan desa. Hasil pengukuran tinggi badan anak di bawah lima tahun
serta publikasi angka Stunting digunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah
dan masyarakat dalam gerakan bersama bagi upaya percepatan penurunan Stunting. Tata
cara pemantauan pertumbuhan anak tetap berpedoman pada regulasi Kementerian
Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku.
7.2 TUJUAN
Tujuan pengukuran dan publikasi angka Stunting adalah:
25
7.4 JADWAL
Mempertimbangkan pentingnya ketersediaan dan keandalan data Stunting (dan
status gizi secara umum) di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan maka kegiatan ini
dilakukan secara rutin.
Pembiayaan, Sumber Daya Manusia, Pelatihan, Pengumpulan Data, Sistem Kendali Mutu,
Dan Pelaporan Serta Diseminasi Hasil Pengukuran.
26
5. Pengukuran status gizi dapat dilakukan melalui data rutin maupun data survei.
Pengukuran status gizi mengikuti aturan standar anthopometri penilaian status gizi anak
yang tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010.
27
28
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
Perepatan Penurunan Stunting
Tahap Kedua: Pelaksanaan Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berpedoman pada tata laksana pengukuran
pertumbuhan dan perkembangan anak yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan
Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak serta
memastikan alur informasi masuk dalam sistem data, termasuk untuk penyusunan laporan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pemerintah Pusat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu memastikan ketersediaan alat ukur sesuai standar
yang secara rutin dikalibrasi, serta memastikan keakuratan umur anak melalui catatan
resmi seperti akta kelahiran atau buku KIA.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu memastikan bahwa Tenaga Petugas Gizi, Bidan,
dan Pelaku percepatan penurunan stunting tingkat Desa/Kelurahan telah mendapatkan
pelatihan anthropometri pengukuran panjang/tinggi badan anak Balita.
4. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu melakukan kendali mutu ke Posyandu. Kendali
mutu perlu dilakukan secara acak dengan melakukan pengukuran ulang dalam waktu yang
berdekatan dengan hari pengukuran sebelumnya yang dilakukan oleh Bidan, tenaga
pelaksana gizi, Pelaku PPS dan kader kesehatan lainnya.
5. Pengukuran Stunting di Posyandu secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan data
prevalensi Stunting baik di tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota dan
dilaporkan secara berjenjang dari Posyandu ke Puskesmas, dan dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan.
6. Semua anak berumur di bawah lima tahun di Desa/Kelurahan harus diukur di Posyandu
untuk mendapatkan data prevalensi Stunting yang akurat.
7. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak Balita menggalang partisipasi aktif
masyarakat untuk akuntabilitas sosial, yakni bertindak bersama-sama dan meningkatkan
perhatian serta pengawasan terhadap integrasi dan kinerja tenaga kesehatan dan gizi dan
kader lainnya.
29
1. Analisis trend: menghitung prevalensi anak Stunting dibandingkan prevalensi bulan/tahun lalu.
2. Analisis menurut demografi dan geografi (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan KK, tingkat
Pendidikan KK, status ekonomi KK, desa/kota, dll.) sehingga dapat dilihat perbandingan
kejadian pada masing-masing kelompok sehingga dapat dipetakan kelompok mana yang lebih
berisiko Stunting.
3. Analisis komparatif: menjelaskan hasil pengukuran satu wilayah dibandingkan dengan wilayah
lain atau dibandingkan target/standar tertentu (misalnya angka prevalensi nasional).
4. Analisis hubungan dalam program/antar program: data prevalensi Stunting dapat disajikan
dengan mengemukakan hasil analisis hubungannya dengan data capaian program-program
intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitif pada wilayah yang sama. Dengan demikian dapat
dinilai faktor-faktor yang berkontribusi pada keberhasilan (atau kegagalan). Hasil pengukuran
selanjutnya dapat dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber daya,
dan masalah-masalah lain yang berkaitan.
30
3. Hasil analisis data selanjutnya digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil
pengukuran. Berbagai saluran penyebaran informasi yang tersedia di Kabupaten/Kota
dapat digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil pengukuran tumbuh kembang
Balita terutama angka Stunting. Diseminasi dan publikasi hasil pengukuran Stunting
dapat dilakukan di berbagai tingkat sebagai berikut:
a. Tingkat Desa
Angka Stunting dapat menjadi bagian dari instrumen Suvey Mawas Diri (SMD) yang
pendataannya dapat dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat
Desa/Kelurahan, Pelaku Percepatan Penurunan Stunting tingkat Desa serta wakil
masyarakat. Melalui SMD masyarakat dapat mengenal masalah Stunting dan
memetakan potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
Hal ini penting untuk didentifikasi oleh masyarakat sendiri, selanjutnya masyarakat
dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya- upaya
perbaikannya, sesuai batas kewenangannya.
b. Tingkat Kecamatan
Diseminasi angka Stunting dalam Lokakarya Mini Bulanan dapat dilakukan pada
tingkat Puskesmas Kecamatan dan forum-forum yang ada di tingkat Kecamatan
untuk menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan terkait Stunting yang akan
dilaksanakan selama bulan berjalan, menggalang kerja sama dan koordinasi antar-
petugas Puskesmas (lintas program), TPPS Kecamatan dan meningkatkan
motivasi petugas- petugas Puskesmas dalam pelaksanaan integrasi kegiatan
Stunting.
31
• Menetapkan secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan selama
bulan berjalan, melalui sinkronisasi/harmonisasi RKP antar-sektor (antar-
instansi) dan kesatupaduan tujuan penurunan Stunting;
c. Tingkat Kabupaten/Kota
32
REVIU KINERJA
TAHUNAN
33
8.1 DEFINISI
Reviu Kinerja Tahunan adalah penilaian yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota terhadap kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting selama satu tahun terakhir.
Reviu kinerja mengukur capaian semua kegiatan selama satu tahun terakhir
terhadap pelaksanaan program percepatan penurunan Stunting mulai dari aksi 1 sampai
aksi 7.
Kinerja dinyatakan dalam indikator hasil tiap Aksi Integrasi. Hasil reviu kinerja
menjadi masukan dalam pelaksanaan Analisis Situasi (Aksi 1) untuk penyusunan Rencana
Kegiatan (Aksi 2) tahun berikutnya dan menjadi bahan dalam penilaian kinerja yang
dilakukan provinsi.
8.2 TUJUAN
Reviu kinerja tahunan bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang capaian kinerja program dan kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting satu tahun berjalan;
2. Mendapatkan informasi tentang kemajuan pelaksanaan Kegiatan pencegahan dan
penurunan Stunting yang telah direncanakan;
3. Mengidentifikasi pembelajaran dan merumuskan masukan perbaikan sebagai umpan
balik untuk perencanaan dan penganggaran program/kegiatan prioritas, penetapan
lokasi fokus, serta desain dan upaya perbaikan penyampaian layanan pada tahun
berikutnya.
8.3 OUTPUT
Output dari kegiatan ini adalah dokumen yang berisikan informasi mengenai:
1. Kinerja program/kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting dalam hal realisasi
output (target kinerja cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif);
2. Realisasi Rencana Kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting;
3. Realisasi anggaran program/kegiatan pencegahan dan penurunan Stunting;
4. Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja dan identifikasi alternatif solusi;
5. Perkembangan capaian outcome (prevalensi Stunting), dan
6. Rekomendasi perbaikan, berupa efektifitas kegiatan yang berperan dalam pencegahan
dan penurunan Stunting.
34
8.5 JADWAL
Reviu kinerja dilakukan setelah tahun anggaran berakhir. Idealnya dilakukan pada
bulan Januari sampai dengan Februari tahun n+1 sehingga informasi hasil reviu kinerja
dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk proses penyusunan rencana kegiatan tahun
berikutnya.
36
Data dan informasi untuk bahan perbandingan tersebut didapatkan dari beberapa
sumber, seperti:
Kegiatan Reviu Kinerja Tahunan ini tidak mengharuskan OPD untuk membuat
laporan tersendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi Reviu Kinerja.
Informasi yang dikumpulkan bersumber dari laporan rutin yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban pelaporan Pemda. Namun, jika diperlukan Bappeda dapat
meminta informasi secara khusus kepada OPD terkait.
a. Target dan realisasi output (kinerja) dari setiap program/kegiatan yang tercantum
dalam Rencana Kegiatan (Aksi 2);
b. Target dan capaian cakupan intervensi gizi;
c. Target dan perkembangan capaian outcome (kasus Stunting);
d. Rencana dan realisasi pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi;
e. Alokasi anggaran dan realisasi penyerapan program/kegiatan terkait penurunan
Stunting.
37
I.
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang
9 menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapatkan tambahan asupan
10 gizi
Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
11 selama masa kehamilan
12 Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana
13 Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan
14 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
seperti contoh di bawah ini disesuaikan dengan kebutuhan di daerah.
15 ASI)
TABEL 8.1. CONTOH MATRIKS REVIU KINERJA
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat
16 pelayanan tata laksana gizi buruk
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan
17 perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat
18 tambahan asupan gizi
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
38
20 Keluarga yang Stop BABS
Untuk memudahkan analisis kinerja, Tim Pelaksana dapat menggunakan matriks bantu
22
23
24
25
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
39
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
40
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
II.
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
41
18 tambahan asupan gizi
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
20 Keluarga yang Stop BABS
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
42
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Program Uraian Kegiatan Penanggungjawab Target Realisasi % Capaian Kategori* Alokasi Realisasi % Capaian Kategori*
050-5889
43
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
III.
III. Matriks Rencana dan Anggaran Tahun Rencana
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889
Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
11 selama masa kehamilan
12 Persentase Unmet Need pelayanan keluarga berencana
13 Persentase Kehamilan yang tidak diinginkan
14 Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
15 ASI)
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat
16 pelayanan tata laksana gizi buruk
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan
17 perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat
18 tambahan asupan gizi
44
19 Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
20 Keluarga yang Stop BABS
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889
45
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas dari buang air besar sembarangan
40 (ODF)
Capaian Outcome/Output Anggaran (juta rupiah)
Kode Kepmendagri Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
No Indikator Cakupan Layanan Uraian Kegiatan OPD Rencana Target Ketetapan Target % Capaian Kategori* Rencana Alokasi Realisasi Dianggarkan % Capaian Kategori*
050-5889
46
63 pengasuhan 1000 HPK
64 Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha
IV. MATRIK PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI
Aksi
Komponen Kegiatan Aksi Pemenuhan (%) Keberhasilan/Permasalahan/ Kendala Solusi
Konvergensi
Aks i 1
Ide nti fi ka s i Da ta Sa s a ra n
Ide nti fi ka s i Da ta Ca kupa n
Penentua n Loka s i Des a / Ke l ura ha n
pri ori ta s
Ide nti fi ka s i pe meta a n progra m ta hun
be rja l a n
Ide nti fi ka s i pe rma s a l a ha n ca kupa n
l a ya na n
Re komenda s i
Aks i 2
Aks i 4
Terbi t Perbup/Perwa l i
Sos i a l i s a s i perbub/perwa l
Aksi 5
Pembi na a n Ka der
Honor..
Aksi 6
Perba i ka n Da ta
Aksi 7
Publ i ka s i s tunti ng
Penjelasan permasalahan/kendala:
1. Identifikasi permasalahan/kendala dilakukan terhadap program/kegiatan yang capaian kinerja serta serapan yang
rendah.
2. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui penyebab atas rendahnya capaian kinerja atau serapan anggaran suatu
program/kegiatan. Identifikasi dilakukan terhadap:
a. Kualitas dan/atau kualitas input (masukan) antara lain SDM, alat/material, panduan, SoP, waktu/durasi) yang
digunakan pada kegiatan;
b. Proses yang dilaksanakan pada kegiatan, antara lain pengadaan, penganggaran, mutasi, koordinasi antar
program;
c. Faktor lain atau demand side factor seperti : respon masyarakat yang menolak imunisasi karena pengaruh
budaya lokal
Penjelasan Solusi:
1. Solusi bertujuan untuk menghilangkan penyebab sehingga permasalahan/kendala tidak terjadi di masa yang akan
datang.
2. Dalam solusi dapat juga disampaikan apakah program/kegiatan dapat diteruskan atau diganti dengan
program/kegiatan yang lain.
3. Solusi perlu direview berkala.
Penjelasan Simpulan:
Simpulan merupakan keputusan yang ditetapkan atas program/kegiatan setelah reviu dilakukan, yaitu:
1. 1. Program/kegiatan dilanjutkan setelah mempertimbangkan bahwa faktor penyebab terjadinya
permasalahan/kendala dapat dicarikan solusinya
2. 2. Program/kegiatan diganti dengan Program/kegiatan lain setelah mempertimbangkan bahwa faktor penyebab
terjadinya permasalahan/kendala tidak dapat dicarikan solusinya
47
Penjelasan:
1. Kolom Sudah = apabila satu rekomendasi sudah ditindaklanjuti secara lengkap.
2. Kolom Belum/Sebagian = apabila satu rekomendasi belum ditindaklanjuti atau baru ditindaklanjuti
sebagian.
3. Kolom Alasan = untuk menjelaskan alasan belum/baru sebagian ditindaklanjutinya suatu
rekomendasi.
Dalam FGD ini, Tim Pelaksana meminta masukan dari OPD mengenai:
a. Pelaksanaan Aksi Integrasi Daerah ditunjukkan sebagaimana pada gambar 8.1 di
halaman berikut:
Identifikasi tantangan
Kurang Identifikasi tindakan perbaikan
Identifikasi dukungan yang
dibutuhkan
50
Ya
Masukkan ke dalam Rencana Apakah kegiatan tersebut masih
Kegiatan Tahun Berikutnya dibutuhkan?
Tidak
Ya
51
1. Kinerja kegiatan terkait Stunting dari segi anggaran dan output kegiatan;
2. Butir Rencana Kegiatan yang sebaiknya dimasukkan kembali dalam Rencana
Kegiatan tahun berikut dan yang tidak perlu lagi dibutuhkan di tahun mendatang;
3. Tantangan yang dihadapi kegiatan yang kinerjanya kurang baik, rencana perbaikan,
dan dukungan yang diperlukan untuk perbaikan;
4. Faktor pendukung kegiatan yang kinerjanya baik dan pembelajaran yang bisa ditiru oleh
kegiatan lain.
Hasil kegiatan ini akan menjadi umpan balik bagi perencanaan dan pelaksanaan
program terkait Stunting untuk tahun anggaran berikutnya.
Hasil dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan dituangkan dalam Dokumen Hasil Reviu
Kinerja Tahunan yang disiapkan oleh Tim Koordinasi Pencegahan dan Penurunan Stunting
untuk disampaikan kepada Kepala Daerah dan didiseminasikan kepada seluruh OPD dan
pemangku kepentingan terkait. Dokumen ini dapat berupa presentasi power point ataupun
dituangkan dalam narasi tertulis.
Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan merupakan laporan konsolidasi yang memuat:
Dokumen ini bersifat singkat karena hanya menyampaikan kesimpulan dan umpan balik
dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan. Umpan balik akan digunakan untuk memperbaiki
perencanaan program/kegiatan terkait Stunting di tahun berikutnya.
52