PROV.NTB
INTERVENSI
STUNTING
Yanti Maranata Samosir,, S.KM
‘’TPPS ‘’
Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyiapkan sistem manajemen data yang tekait
dengan percepatan penurunan stunting, …Koordinasi, …
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
5 Pilar Strategi Percepatan Penurunan Stunting
Penguatan dan
pengembangan
peningkatan Peningkatan
sistem, data,
konvergensi ketahanan
informasi, riset, dan
Intervensi Spesifik pangan dan gizi
inovasi.
dan Intervensi pada
Sensitif di K/L, tingkat individu, PILAR 5
Pemerintah keluarga, dan
Provinsi, masyarakat;
Pemerintah PILAR 4
Peningkatan
Kab/kota, dan
komunikasi Pemerintah Desa
perubahan
Peningkatan komitmen dan visi
kepemimpinan di
perilaku dan PILAR 3
pemberdayaan
kementerian/lembaga, masyarakat;
Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah PILAR 2
kabupatenfkota, dan
Pemerintah Desa;
PILAR 1
KERANGKA KONSEPTUAL PENURUNAN STUNTING
TERINTEGRASI
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
DI 63 SEKOLAH
DI NUSA TENGGARA BARAT
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun kepada pelajar di sekolah. Ingat, sebelum
makan, pastikan sudah cuci tangan pakai sabun ya!
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
AKTIVITAS FISIK
Tidak lupa sarapan bersama sebelum beraktivitas dengan makan-makanan bergizi seimbang.
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
MINUM TABLET TAMBAH DARAH
Minum sebutir Tablet Tambah Darah 1x seminggu bagi remaja putri agar terhindar dari ANEMIA
Trend Perkembangan Status Gizi Tahun 2022
% Berat BADAN SANGAT % Pendek / kerdil (TB/u) % GIZI BURUK (BB/TB)
KURANG (bb/u)
Stunting Wasting PENCAPAIAN :
18.79
Underwight
1. Jumlah Balita di Ukur Bulan Februari
6.76
15.62
16.99
14.04
5.75
3. Estimasi Penurunan stunting per enam
bulan sebesar 1.8%
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
4. Terdapat 4.556 anak balita terkonfirmasi
perubahan status gizi (TB/U)
5. Konsistensi target penurunan Underwight,
∑ Berat BADAN SANGAT ∑ PENDEK / KERDIL ∑ GIZI BURUK (Bb/TB)
KURANG (bb/u) (Tb/u) Wasting dan stunting di tahun 2022 dengan
target 18%, trend positif mengalami
29143
69167
penurunan
TANTANGAN :
76256
63379
25771
1. Belum 100 % Bayi balita di ukur
25.9
25 1 D/S 75 84.77 ON TRACK
23.51
23.51 2 IMD 62 84.30 ON TRACK
0
2019.0 2020.0 2021.0 2022.0
10 SURVEILANS GIZI 80 100 ON TRACK
1. KAB LOMBOK BARAT 11277 18.18 11587 18.69 3532 5.70 62026 100.00
2. KAB LOMBOK TENGAH 12723 13.88 18683 20.81 5009 5.57 91637 100.00
3. KAB LOMBOK TIMUR 17327 14.09 21589 17.63 6384 5.21 122992 100.00
4. KAB SUMBAWA 3074 8.48 2925 8.11 1662 4.60 37416 96.90
5. KAB DOMPU 2303 11.03 2715 13.00 1177 5.64 20878 100.00
6. KAB BIMA 4627 10.70 6003 13.88 3462 8.01 43777 100.00
7. KAB SUMBAWA BARAT 1376 11.79 1025 8.78 679 5.82 11671 100.00
8. KAB LOMBOK UTARA 4493 19.20 5379 22.99 888 3.80 24225 96.59
9. KOTA MATARAM 4582 17.37 4462 17.08 2141 8.19 27658 95.39
10. KOTA BIMA 1597 12.49 1788 14.18 837 6.63 12790 100.00
NTB 16.99
NTB 99.17
30
PENCEGAHAN STUNTING
DINKES.PROV.NTB
1. POLA KONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI
Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia
(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
PERILAKU (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
KONSUMSI dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
KURANG GIZI Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh
MAKRO instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kuranggizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu
bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan konfeksionari
penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1 gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9
gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi
PERILAKU kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak
dikonsumsi
KONSUMSI penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan
konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
KURANG dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).
PROTEIN
HEWANI
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kuranggizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizimikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
ASI EKSKLUSIF
6 BULAN DAN
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu
MPASI kurang dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen,
dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di
Papua Barat (21,7%)
Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non formula
(1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa (0,9%), kopi
(0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring (2,7%), pisang
dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir yang diberikan
susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kuintil indeks
kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).
DINKES.PROV.NTB
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
ANC
Sehingga dapat mencegah dimulai
terjadinya stunting dalam kandungan
(Nohora F Ramirez dkk 2012, Schmidt dkk 2002
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan
afeksi
KESEHATAN
- Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal
NEONATAL lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di
Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua
Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan
neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit
(78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat
pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi
PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI
30%
Lebih dari
DINKES.PROV.NTB
, -
DINKES.PROV.NTB
4. SOSIAL BUDAYA
Kehamilan diyakini oleh banyak orang dari berbagai budaya sebagai suatu kondisi khusus yang
penuh bahaya. Bahaya bagi ibu hamil dan janinnya dan dianggap dapat terjadi dalam berbagai
situasi, baik dari alam nyata maupun gaib (Swasono 1998:7). Untuk melindungi ibu dan janinnya
berbagai masyaakat di dunia diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu yang harus
dipatuhi oleh ibu hamil dan ibu masa nifas.
DINKES.PROV.NTB
5. EKONOMI KELUARGA
Data Susenas
2016:
Penelitian Vonny dkk
(2013)
Penduduk dengan pengeluaran >
Pekerjaan Orang Rp. 500.000/bulan memiliki Di daerah nelayan di Jayapura
Tua menunjukan balita yang mempunyai
konsumsi energi melebihi dr yang orang tua dengan tingkat
dianjurkan pendapatan kurang memiliki resiko
Menentukan (> 2000 kkal/kap/hari) 4x lebih besar menderita status gizi
pendapatan kurang dibanding dengan anak balita
keluarga yang memiliki orang tua dengan
Penduduk dengan pengeluaran Rp. tingkat pendapatan cukup
150.000 - Rp. 499.000/bulan memiliki
konsumsi energi dibawah yang
Berdampak pada
dianjurkan ( 1799 – 1374 kkal/kap/hari)
kesehatan
keluarga
DINKES.PROV.NTB
PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN
(PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU
Rendahnya akses
terhadap
POLA ASUH Rendahnya akses
terhadap
MAKANAN yang kurang baik PELAYANAN
dari segi jumlah terutama pada KESEHATAN
dan kualitas gizi perilaku dan praktek
termasuk akses
pemberian makan
sanitasi dan air
bayi dan anak
bersih
DINKES.PROV.NTB
Faktor Penyebab Yang Memungkinkan Masih Tingginya Masalah Stunting
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) yang belum optimal
1
2
Hygine sanitasi lingkungan dan perorangan serta akses air bersih masih belum sesuai
standar