Anda di halaman 1dari 35

DINKES

PROV.NTB

INTERVENSI
STUNTING
Yanti Maranata Samosir,, S.KM

dikes_ntbpro dinkesprovNTB DinkesProvNTB


KESMAS.NTB
Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas
dinkes.ntbprov.go.id dinkespro_ntb
PERATURAN PRESIDEN NO.72 TAHUN 2021
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di
bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
BIDANG PELAYANAN (sumber : Perpres 72 Tahun 2021)
INTERVENSI SENSITIF
DAN INTERVENSI
SPESIFIK RENCANA AKSI NASIONAL (RAN)
Koor. Bid Kesehatan Anggota
OPD Terkait Terdapat 29 indikator dengan PJ-nya adalah Pemerintah
Daerah kab/kota dengan unit intervensi remaja, ibu hamil, ibu
masa interval, balita dan keluarga (sumber: Perpres 72/2021)

‘’TPPS ‘’
Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyiapkan sistem manajemen data yang tekait
dengan percepatan penurunan stunting, …Koordinasi, …
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
5 Pilar Strategi Percepatan Penurunan Stunting
Penguatan dan
pengembangan
peningkatan Peningkatan
sistem, data,
konvergensi ketahanan
informasi, riset, dan
Intervensi Spesifik pangan dan gizi
inovasi.
dan Intervensi pada
Sensitif di K/L, tingkat individu, PILAR 5
Pemerintah keluarga, dan
Provinsi, masyarakat;
Pemerintah PILAR 4
Peningkatan
Kab/kota, dan
komunikasi Pemerintah Desa
perubahan
Peningkatan komitmen dan visi
kepemimpinan di
perilaku dan PILAR 3
pemberdayaan
kementerian/lembaga, masyarakat;
Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah PILAR 2
kabupatenfkota, dan
Pemerintah Desa;

PILAR 1
KERANGKA KONSEPTUAL PENURUNAN STUNTING
TERINTEGRASI
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

Kegiatan Aksi Bergizi dilaksanakan di 63 sekolah di:


1. Kota Mataram
2. Kab. Lombok Barat
3. Kab. Lombok Utara
4. Kab. Lombok Tengah
5. Kab. Lombok Timur
dengan total 6300 Pelajar mengikuti Aksi Bergizi di Sekolah

DI 63 SEKOLAH
DI NUSA TENGGARA BARAT
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun kepada pelajar di sekolah. Ingat, sebelum
makan, pastikan sudah cuci tangan pakai sabun ya!
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
AKTIVITAS FISIK

Kegiatan Aksi Bergizi di Sekolah dimulai dengan melakukan senam bersama.


Latih tubuh kita dengan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
SARAPAN GIZI SEIMBANG

Tidak lupa sarapan bersama sebelum beraktivitas dengan makan-makanan bergizi seimbang.
PERAN BERSAMA DINKES DAN DIKBUD DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
MINUM TABLET TAMBAH DARAH

Minum sebutir Tablet Tambah Darah 1x seminggu bagi remaja putri agar terhindar dari ANEMIA
Trend Perkembangan Status Gizi Tahun 2022
% Berat BADAN SANGAT % Pendek / kerdil (TB/u) % GIZI BURUK (BB/TB)
KURANG (bb/u)
Stunting Wasting PENCAPAIAN :

18.79
Underwight
1. Jumlah Balita di Ukur Bulan Februari

6.76
15.62

442.769 /484.276 (91.43%)


2. Jumlah Balita di ukur bulan Agustus
455.070/451.281 (99.17%)

16.99
14.04

5.75
3. Estimasi Penurunan stunting per enam
bulan sebesar 1.8%
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
4. Terdapat 4.556 anak balita terkonfirmasi
perubahan status gizi (TB/U)
5. Konsistensi target penurunan Underwight,
∑ Berat BADAN SANGAT ∑ PENDEK / KERDIL ∑ GIZI BURUK (Bb/TB)
KURANG (bb/u) (Tb/u) Wasting dan stunting di tahun 2022 dengan
target 18%, trend positif mengalami

29143
69167

Underwight Stunting Wasting


80812

penurunan

TANTANGAN :
76256
63379

25771
1. Belum 100 % Bayi balita di ukur

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus


PENCAPAIAN INDIKATOR SPESIFIK
STUNTING
30
No INDIKATOR SPESIFIK % TARGET 2022 CAPAIAN STATUS

25.9
25 1 D/S 75 84.77 ON TRACK
23.51
23.51 2 IMD 62 84.30 ON TRACK

20 3 ASI EKSLUSIF 50 84.45 ON TRACK


19.23
19.02 19.23 18
16.99
4 PMT BALITA GIZI KURANG 85 74.15 ON PROSES
15
5 TTD IBU HAMIL 80 65.28 ON PROSES

6 TTD REMATRI 54 24.35 ON PROSES


10
7 PMT IBU HAMIL KEK 80 92.83 ON TRACK

8 VITAMIN A 88 94.26 ON TRACK


5
9 BBLR 3.8 4.0 ON PROSES

0
2019.0 2020.0 2021.0 2022.0
10 SURVEILANS GIZI 80 100 ON TRACK

Stunting Target 11 PUSK TATALAKSANA GIZI BURUK 20 30 ON TRACK


Catatan : Indikator Program Spesifik Stunting mengalami
penguatan untuk pemecahan Stunting di NTB
DATA STATUS GIZI BALITA KABUPATEN/KOTA PENGUKURAN AGUSTUS PROVINSI NTB 2022
(BERDASARAN SURVEILANS GIZI MELALUI e-PPGBM) ; PUBLISH

Data Tanggal : 2022-09-16 00:08:08


Underwight Stunting Wasting
No Kabupaten/Kota Sasaran % Entri
Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. KAB LOMBOK BARAT 11277 18.18 11587 18.69 3532 5.70 62026 100.00
2. KAB LOMBOK TENGAH 12723 13.88 18683 20.81 5009 5.57 91637 100.00
3. KAB LOMBOK TIMUR 17327 14.09 21589 17.63 6384 5.21 122992 100.00
4. KAB SUMBAWA 3074 8.48 2925 8.11 1662 4.60 37416 96.90
5. KAB DOMPU 2303 11.03 2715 13.00 1177 5.64 20878 100.00
6. KAB BIMA 4627 10.70 6003 13.88 3462 8.01 43777 100.00
7. KAB SUMBAWA BARAT 1376 11.79 1025 8.78 679 5.82 11671 100.00
8. KAB LOMBOK UTARA 4493 19.20 5379 22.99 888 3.80 24225 96.59
9. KOTA MATARAM 4582 17.37 4462 17.08 2141 8.19 27658 95.39
10. KOTA BIMA 1597 12.49 1788 14.18 837 6.63 12790 100.00

JUMLAH 63379 14.04 76156 16.99 25771 5.75 455070 99.17


UPDATE PERSENTASE STUNTING 10 KABUPATEN/KOTA, PENGUKURAN
AGUSTSU
TAHUN 2022 (PUBLIS)

KAB LOMBOK UTARA 22.99

KAB LOMBOK TENGAH 20.81

KAB LOMBOK BARAT 18.69

KAB LOMBOK TIMUR 17.63

KOTA MATARAM 17.08

NTB 16.99

KOTA BIMA 14.18

KAB BIMA 13.88

KAB DOMPU 13.00

KAB SUMBAWA BARAT 8.78

KAB SUMBAWA 8.11


TARGET TAHUN 2022 < 18%
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
UPDATE PERSENTASE ENTRY e-PPGBM 10 KABUPATEN/KOTA, PENGUKURAN AGUSTUS
TAHUN 2022

KOTA BIMA 100.00

KAB SUMBAWA BARAT 100.00

KAB DOMPU 100.00

KAB LOMBOK TIMUR 100.00

KAB LOMBOK TENGAH 100.00

KAB LOMBOK BARAT 100.00

KAB BIMA 100.00

NTB 99.17

KAB SUMBAWA 96.90

KAB LOMBOK UTARA 96.59

KOTA MATARAM 95.39

93.00 94.00 95.00 96.00 97.00 98.00 99.00 100.00 101.00


KONTRIBUSI INTERVENSI PERBAIKAN GIZI
INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF

• Upaya-upaya mencegah • Upaya-upaya untuk mencegah dan


mengurangi gangguan secara
untuk dan gangguan tidak langsung
mengurangi secara • Berbagai kegiatan
• Kegiatan
langsungini pada umumnya pada umumnya non-kesehatan
pembangunan
antara lain
dilakukan oleh sektor kesehatan bersih, kegiatan
• Kegiatannya antara lain seperti • Kegiatannya penyediaan air
penanggulangan kemiskinan,dan
imunisasi, PMT ibu hamil dan kesetaraan gender
balita, monitoring pertumbuhan • Sasaran: masyarakat umum,
balita di Posyandu tidak
• Sasaran: khusus kelompok khusus untuk 1000 HPK
1.000 HPK (Ibu Hamil, Ibu 29
Menyusui, dan Anak 0-23 bulan)
INTERVENSI GIZI SPESIFIK DENGAN
PENDEKATAN SIKLUS HIDUP

INTERVENSI SPESIFIK PADA


1000 HPK

PMT Ibu Hamil KEK


Pemberian TTD untuk Bumil
Promosi dan Konseling PMBA
(IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI
dan lanjutkan ASI sd 2 thn)
Pemantauan Pertumbuhan
Tatalaksana Gizi Buruk
Pemberian Vitamin A PMT
Kelas Ibu Hamil Balita Kurus

30
PENCEGAHAN STUNTING

DINKES.PROV.NTB
1. POLA KONSUMSI
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI
Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia
(257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4 gram/orang/hari),
kelompok sayur dan olahan (57,1 gram/orang/hari), kacang dan olahan
PERILAKU (56,7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan
kelompok umbi (27,1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya
KONSUMSI dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.

KURANG GIZI Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh
MAKRO instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam
(kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan
lingkungan sosial.
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kuranggizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

Rerata konsumsi jeroan & olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu
bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan konfeksionari
penduduk Indonesia adalah sebesar 2,1 gram, 78,4 gram, 19,7 gram, 4,9
gram , 3,6 gram, 37,4 gram dan 15,7 gram per orang per hari. Dari konsumsi
PERILAKU kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak
dikonsumsi
KONSUMSI penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan
konsumsi susu bubuk dan olahan, susu cair serta jeroan
KURANG dan olahan termasuk yang rendah (Sumber: SKMI 2014).

PROTEIN
HEWANI
DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kuranggizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

Secara nasional rata-rata total konsumsi sayuran dan buah penduduk


sekitar 108,8 gram. Menurut kelompok umur terlihat rata-rata konsumsi
PERILAKU KONSUMSI terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan, diikuti dengan anak sekolah
dan remaja.
KURANG SAYUR &
BUAH Dibandingkan dengan anjuran WHO maupun PGS 2014, rata-rata total
konsumsi sayuran dan buah baik nasional, per kelompok umur maupun
menurut provinsi masih lebih rendah dari 400 gram/orang/hari.
Berdasarkan proporsi penduduk yang mengonsumi total sayuran dan
buah kurang dari 400 gram/orang/hari masih besar yaitu sekitar 97
persen, proporsinya hampir sama pada semua kelompok umur.

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur
dan buah, kurang gizimikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI

PRAKTEK IMD, ASI sebagai sumber zat gizi terlengkap dan terbaik bagi bayi, dg kolostrum yang
sangat dbutuhkan bayi untuk melawan infeksi, sementara sistem imun tubuhnya
masih berkembang, ternyata dari data RISKESDAS 2013 Dalam Angka, belum
ASI EKSKLUSIF
6 BULAN DAN
diupayakan kesuksesan pemberiannya kepada bayi. Persentase proses mulai
menyusu pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi mulai dari menyusu
MPASI kurang dari satu jam setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 34,5 persen,
dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9%) dan terendah di
Papua Barat (21,7%)

Pemberian prelakteal kepada bayi baru lahir: susu formula (79,8%), susu non formula
(1,6%), madu/madu+air (14,3%), air gula (4,15), air tajin (1,6%), air kelapa (0,9%), kopi
(0,9%), teh manis (1,2%), air putih (13,2%), bubur tepung/bubur saring (2,7%), pisang
dihaluskan (4,1%), nasi dihaluskan (2,3%). Persentase bayi baru lahir yang diberikan
susu formula seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kuintil indeks
kepemilikan teratas (tertinggi 90,6% dan 89,5%).

DINKES.PROV.NTB
2. POLA ASUH
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

Kunjungan ANC yang terjadwal sejak


kehamilan dan selama kehamilan
sangatlah penting untuk kondisi
PERILAKU kesehatan dan tumbuh kembangnya,
sehingga mendukung pertumbuhan janin
PENGASUHAN yang optimal
KESEHATAN
-
(Kuhnt J dan Vollmer S 2017)

ANC
Sehingga dapat mencegah dimulai
terjadinya stunting dalam kandungan
(Nohora F Ramirez dkk 2012, Schmidt dkk 2002

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan
afeksi

Pemantuan kondisi dan kesehatan


Bayi baru lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) yang dilakukan
pada saat bayi berumur 6-48 jam
PERILAKU (KN1),
3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari
PENGASUHAN (KN3)
sangatlah penting
(Lawn JE dkk 2005)

KESEHATAN
- Riskesdas 2013: cakupan kunjungan neonatal
NEONATAL lengkap masih sangat rendah: 39,3%, tertinggi di
Yogyakarta (58,3%) dan terendah di Papua
Barat (6,8%). Alasan tidak melakukan pemeriksaan
neonatal (kelompok umur 0-5 bulan): bayi tidak sakit
(78,9%), bayi tidak boleh dibawa pergi (8,2%), tempat
pelayanan jauh 11,2%), tidak punya biaya 4,7%).

DINKES.PROV.NTB
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU Imunisasi adalah upaya yang dilakukan agar anak


baduta sehat tetap sehat dan terhindar dari berbagai
PENGASUHAN penyakit infeksi (Olofin dkk 2013), agar proses tumbuh
KESEHATAN
- kembangnya tidak terganggu. Secara nasional cakupan
imunisasi dasar pada anak baduta Lengkap: 59,2%;
ANAK BALITA Tidak lengkap: 32,1%; Tidak imunisasi:8,7% (Riskesdas
2013).
Keluarga tidak mengijinkan (27,2% / 25,1%)
Takut anak menjadi panas (28,2% / 29,7%)
Anak sering sakit (7,5% / 5,7%)
Tidak tahu tempat imunisasi (5,0% / 8,7%)
Tempat imunisasi jauh (21,5% / 22%)
Sibuk/repot (18,7% / 14,2%)
Tantangan pola asuh untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku pengasuhan kesehatan, tumbuh kembang dan afeksi

PERILAKU PENGASUHAN
TUMBUH KEMBANG
DAN AFEKSI
30%
Lebih dari

Tumbuh kembang anak balita TDK dapat anak balita


dipenuhi hanya oleh kecukupan gizi &
sama sekali tidak
pengasuhan kesehatannya saja. Tiap tahap pernah
pertumbuhan anak balita membutuhkan ditimbang
stimulasi dari pengasuhnya khususnya
kasih sayang/afeksi ibunya, serta
lingkungannya. Tanpa afeksi & stimulasi ibu
& lingkungannya semua upaya pemberian
gizi dan pengasuhan kesehatan yang
diberikan tidak akan cukup berdampak bagi
tumbuh kembangnya.
(Gardner JM Powel dkk 2005).
DINKES.PROV.NTB
3. HIGIENIS PRIBADI - CTPS

• CTPS atau Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan


perilaku efektif mencegah diare pada bayi/balita.
• Fakta CTPS:
Lima waktu penting cuci tangan pakai sabun:
Riset Curtis & Cairncross (2003), CTPS di 1.sebelum makan
waktu-waktu penting dapat mengurangi risiko 2.sesudah buang air besar
anak terkena diare sebesar 42 -44% atau bila 3.sebelum memegang bayi
diterjemahkan lebih lanjut, CTPS 4.sesudah membersihkan buang air besar
dapat mencegah 1 juta kematian anak balita per (BAB)
tahunnya. 5.sebelum menyiapkan makanan

DINKES.PROV.NTB
, -

FAKTA CUCI TANGAN PAKAI SABUN


Hasil Studi IUWASH, (2016) di 15 kabupaten kota menunjukkan hasil yang belum begitu
menggembirakan. Prosentase responden yang sama sekali tidak mempraktikkan CTPS di 5 waktu
penting merupakan mayoritas, yaitu sekitar 67% dari total responden

65% ibu balita tidak


melakukan CTPS
Hasil Responden
dari ibu balita atau 5% mencuci tangan pakai sabun di
kelompok berisiko semua 5 waktu penting

35% ibu balita


melakukan CTPS
30% melakukan CTPS di sebagian
dari 5 waktu-waktu penting (1-4
waktu penting)

DINKES.PROV.NTB
4. SOSIAL BUDAYA
Kehamilan diyakini oleh banyak orang dari berbagai budaya sebagai suatu kondisi khusus yang
penuh bahaya. Bahaya bagi ibu hamil dan janinnya dan dianggap dapat terjadi dalam berbagai
situasi, baik dari alam nyata maupun gaib (Swasono 1998:7). Untuk melindungi ibu dan janinnya
berbagai masyaakat di dunia diharuskan mematuhi larangan-larangan tertentu yang harus
dipatuhi oleh ibu hamil dan ibu masa nifas.

Pantang makanan adalah bahan makanan atau Adat makanan


dikalangan ditemui
wanita Sunda di (Penelitian
banyak masyarakat
masakan yang tidak boleh dimakan oleh para di dunia, termasuk di Indonesia. Makanan atau
Anggorodi
individu dalam masyarakat karena alasan yang sumber gizi yang dipantang oleh ibu hamil dan
Sangihe
ibu dan Talaud
nifas seperti : ikan,(Ulaen 1998),dll
telur, cumi, perempuan
bersifat budaya. di

DINKES.PROV.NTB
5. EKONOMI KELUARGA

Data Susenas
2016:
Penelitian Vonny dkk
(2013)
Penduduk dengan pengeluaran >
Pekerjaan Orang Rp. 500.000/bulan memiliki Di daerah nelayan di Jayapura
Tua menunjukan balita yang mempunyai
konsumsi energi melebihi dr yang orang tua dengan tingkat
dianjurkan pendapatan kurang memiliki resiko
Menentukan (> 2000 kkal/kap/hari) 4x lebih besar menderita status gizi
pendapatan kurang dibanding dengan anak balita
keluarga yang memiliki orang tua dengan
Penduduk dengan pengeluaran Rp. tingkat pendapatan cukup
150.000 - Rp. 499.000/bulan memiliki
konsumsi energi dibawah yang
Berdampak pada
dianjurkan ( 1799 – 1374 kkal/kap/hari)
kesehatan
keluarga

DINKES.PROV.NTB
PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN
(PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU
Rendahnya akses
terhadap
POLA ASUH Rendahnya akses
terhadap
MAKANAN yang kurang baik PELAYANAN
dari segi jumlah terutama pada KESEHATAN
dan kualitas gizi perilaku dan praktek
termasuk akses
pemberian makan
sanitasi dan air
bayi dan anak
bersih

DINKES.PROV.NTB
Faktor Penyebab Yang Memungkinkan Masih Tingginya Masalah Stunting

Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) yang belum optimal
1
2
Hygine sanitasi lingkungan dan perorangan serta akses air bersih masih belum sesuai
standar

Adanya penyakit penyerta (TB, Diare, ISPA, Pneumonia, dll) 3


Akses pelayanan kesehatan terhambat 4
Kondisi ekonomi menurun 5
DINKES.PROV.NTB
KENDALA DALAM PENANGANAN
STUNTING
KEBIJAKAN UNTUK PENURUNAN STUNTING DI NTB

Prioritas Pembangunan Kesehatan Pelayanan


pada tahun 2020 – 2024 sesuai dengan kesehatan
RESENTRA Kementrian Kesehatan primer
Tahun 2020 – 2024
Pelayanan kesehatan
menggunakan pendekatan
siklus hidup.

Penguatan pencegahan faktor risiko,


deteksi dini, dan aksi multisektoral

Penguatan sistem kesehatan di semua level


pemerintah

Peningkatan Sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah


TERIMAKASIH

•SEHAT DIMULAI DARI SAYA…..POSYANDU SAHABAT MASYARAKAT

Seksi Gizi & Promkes 2022

Anda mungkin juga menyukai